Beranda / Pernikahan / Luka di Balik Senyum Istriku / 18. Usul Satu Atap dari Najma

Share

18. Usul Satu Atap dari Najma

Penulis: Sheila FR
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Mobil yang dikemudikan Hamdan membelah jalanan yang tak begitu cerah karena sang mentari masih sembunyi di balik awan yang mendung. Mungkin sebentar lagi akan turun hujan.

Hamdan mengendarai mobilnya memasuki area supermarket dan memarkirkan mobilnya. Ia melihat Najma sedang duduk di sebuah kursi yang tersedia di teras supermarket dengan di temani satu cup ice cream rasa vanila kesukaannya. Ia mengumpulkan keberaniannya untuk bertemu Najma. Rasa bersalah yang begitu besar membuat Hamdan merasa begitu malu untuk bertemu sang istri. Setelah berkali-kali menarik dan membuang nafasnya dengan perlahan, Hamdan pun turun dari mobil dan mulai menghampiri istri pertamanya tersebut yang terlihat begitu menikmati ice cream yang ada di hadapannya.

"Assalamualaikum, Umma," salam Hamdan ketika menghampiri Najma dan duduk di kursi di seberang meja Najma.

"Waalaikum salam, Abah,"

"Si mbok kemana Umma?"

"Lagi di dalam, belum selesai belanjanya. Umma nggak di

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (9)
goodnovel comment avatar
Puput Assyfa
nyesek bgt jd Najwa saat suami berada disampingnya yg dipikirkan si madu beracvn giliran hamdan bersama Salwa dgn mudahnya hamdan melupakan Najwa, tega km jd suami hamdan.
goodnovel comment avatar
Asih Sekarsari
ceritanya agamis banget tp si abah manusia sialan bngt..dikasih hati minta jantung..yg gk sabar yg bc nih ..rasanya nih gentong keramik mau sy pukulkan ke kepala lelaki gk tau diuntung itu..ih gregetan
goodnovel comment avatar
Gatot Doddy
iya sebel dan sok suci gak tahunya hamdan hawa nafsu saja yang di gedein...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Luka di Balik Senyum Istriku   19. Keinginan Salwa

    "Abah, kapan kita akan pergi bulan madu? Ummi juga ingin merasakan pergi honeymoon bersama suami ummi,"Sore itu, setelah pulang dari kantor Hamdan mampir sebentar ke rumah Salwa guna untuk melihat kondisi istri mudanya tersebut. Terasa lega hatinya saat melihat Salwa sudah baik-baik saja dan sudah beraktifitas seperti biasanya."Ummi, jangan sekarang dulu, ya. Kondisi Umma Najma masih nggak memungkinkan untuk Abah tinggal jauh, kondisi kandungannya masih lemah. Bahkan kemaren sempat mengalami flek karena kelelahan. Abah tak ingin kejadian seperti itu terulang kembali, apalagi kemaren Abah tidak ada bersamanya." Hamdan mencoba meminta pengertian dari istri keduanya tersebut setelah terdiam cukup lama memikirkan ajakan sang istri, berharap Salwa mau mengerti.Salwa tampak kecewa mendengar jawaban sang suami. Padahal ia sangat menginginkan pergi berbulan madu bersama suami di saat awal pernikahan, seperti kebanyakan pasangan suami istri lainnya. Hamdan dapat melihat gurat kecewa di waja

  • Luka di Balik Senyum Istriku   20. Tuduhan yang Menyakitkan

    "Kamu beneran Nak mau ke rumah istri pertama suamimu itu?" tanya ibu Salwa saat putrinya itu udah siap untuk pergi."Iya, Bu. Salwa mau memperjuangkan hak Salwa sebagai istri mas Hamdan. Salwa juga ingin bahagia seperti pasangan yang baru menikah lainnya, Bu."Setelah kepulangan Hamdan kemarin, Salwa memikirkan dengan penuh pertimbangan apa yang harus dia lakukan demi memperjuangkan hak miliknya. Dia sudah membulatkan tekad untuk mengunjungi kediaman Hamdan dengan istri pertamanya."Nak, berapa kali ibu bilang, Hamdan sudah berusaha untuk membahagiakan kamu. Dia suami yang baik, suami yang bertanggung jawab. Namun, keadaan kakak madumu yang tak memungkinkan untuk Hamdan membawamu berbulan madu, mengertilah, Nak." ibu Salwa masih berusaha menasehati putrinya yang di pikirnya terlalu egois tak memikirkan perasaan istri pertama suaminya. Ia takut kedatangan Salwa ke sana akan menimbulkan masalah baru yang akan membuat hubungan ketiganya tak baik-baik

  • Luka di Balik Senyum Istriku   21. Kecewanya Seorang Ibu

    Sebisa mungkin Najma menahan air matanya agar tak jatuh. Sungguh, perkataan adik madunya sangat menyakitkan hatinya."Mbak, ku harap kau bisa mengerti akan setiap perkataanku. Aku tahu, aku hanya istri kedua, tapi apa salah jika aku ingin menjalani pernikahan seperti pernikahan pada umumnya?"Salwa kembali membuka suaranya setelah terjadi keheningan yang cukup lama tercipta di antara mereka. Kata-kata itu semakin membuat Najma merasakan sesak pada dadanya."Menjalankan pernikahan pada umumnya? Maksud kamu yang setiap hari bisa selalu bersama mas Hamdan? Bisa menguasai dia sepenuhnya dan memusatkan perhatian dia sepenuhnya padamu, begitu? Apa kamu ingin aku mundur, Salwa? Apa kamu ingin aku menyerah dan kamu jadi satu-satunya istri seperti pernikahan orang-orang pada umumnya yang hanya ada satu istri dan satu suami?""Bukan itu maksudku, Mbak! Aku hanya ingin merasakan indahnya awal pernikahan dengan berbulan madu bersama mas Hamdan tanpa mas Hamdan yang merasa berat buat meninggalkanm

  • Luka di Balik Senyum Istriku   22. Koper di Pojok Kamar

    "Ingat, Hamdan bukan tak mau membawamu berbulan madu, tapi dia menunggu waktu yang tepat untuk membawamu bulan madu. Jika kalian pergi sekarang, bukan tidak mungkin kalian tak akan bahagia karena fikiran Hamdan selalu tertuju pada istri pertamanya yang sedang tidak baik-baik saja kandungannya."Salwa mencerna perkataan sang ibu, hatinya membenarkan apa yang diucapkan ibunya, bahwa tak mungkin Hamdan akan fokus pada bulan madu mereka karena memikirkan istri satunya yang sedang mengandung dan kondisi janin yang lemah."Cobalah petik hikmah di balik kejadian ini, jangan pikirkan sakitnya, tapi dampak setelahnya.""Terimakasih, Bu. Terimakasih sudah menjadi orang tua terhebat buat Salwa, maaf Salwa belum bisa bahagiakan ibu, maaf Salwa selalu buat ibu kecewa. Maaf Salwa tak pernah mendengarkan nasihat ibu. Salwa janji akan menjadi istri yang Sholehah buat suami Salwa dan juga adik yang baik buat madu Salwa.""Kamu putri ibu, Nak. Kamu satu-satunya yang ibu mi

  • Luka di Balik Senyum Istriku   23. Honeymoon

    "Abah, terimakasih sudah membawa ummi ke tempat yang begitu indah ini," Salwa duduk bersandar di bahu Hamdan sambil menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpa tubuh mereka. duduk di sebuah kursi panjang di halaman penginapan sambil menikmati indahnya laut yang berwarna biru membuat mata enggan melepas pandangan. "Semoga ummi bahagia," "Ummi sangat bahagia, Abah." "Mau berenang?" tawar Hamdan kepada istri yang saat ini tengah berada dalam pelukannya. "Nggak Abah, gini ajah." Hamdan sudah berusaha sekeras mungkin menolak permintaan Najma untuk membawa Salwa berbulan madu, bukan tak mau membawa, tapi Hamdan menundanya karena khawatir akan kondisi kandungan Najma yang lemah. Najma dengan gigih memaksa Hamdan untuk tetap pergi, dan terus mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja. Karena paksaan dari istri pertamanya, akhirnya Hamdan mau berangkat membawa Salwa bulan madu. Namun, meskipun begitu Hamdan tak mau seperti orang yang terpaksa menjalani bulan madu ini. Ia tak mau membuat istri k

  • Luka di Balik Senyum Istriku   24. Permintaan Maaf Salwa

    "Maafkan, aku Mbak. Maafkan atas semua ucapanku yang menyakiti hatimu, Mbak. Aku janji, aku akan berubah menjadi lebih baik lagi. Aku akan berusaha menjadi adik yang baik untukmu. Mohon, maafkan aku, Mbak." Salwa menunduk dengan bahu bergetar dengan kedua tangan menggenggam erat tangan Najma yang masih terlihat kebingungan pasalnya datang-datang Salwa langsung menangis dan meminta maaf padanya.Saat ini Salwa sudah berada di rumah Najma untuk meminta maaf secara tulus kepada kakak madunya tersebut. Sehabis dari bandara, dia langsung menuju rumah kakak madunya tanpa pulang terlebih dahulu. Tadi malam, setelah selesai mengemasi pakaian untuk esok harinya, Salwa sudah mengatakan yang sejujurnya tentang apa yang ia katakan pada Najma kepada sang suami."Abah, boleh ummi minta waktunya sebentar?" tanya Salwa menghampiri Hamdan dan duduk di damping lelaki itu, saat Hamdan sedang mengecek beberapa email yang dikirimkan oleh sekretarisnya."Boleh," jawab Hamdan sambil mematikan ponselnya, "Ad

  • Luka di Balik Senyum Istriku   25. Kabar Dari Ibu Salwa

    Umma, atas nama Salwa Abah benar-benar minta maaf atas segala sikap dan perkataannya." Hamdan membuka percakapan setelah sekian menit terjadi keheningan pasca mereka melepaskan rindu satu sama lainnya."Umma sudah memaafkan Salwa, Abah." Jawab Najma sambil mengeratkan pelukannya mencari kenyamanan dalam pelukan sang suami.Saat ini mereka tengah berada di kamar mereka. Saling mencurahkan rasa rindu karena tidak berjumpa selama dua pekan."Sayang, kapan jadwal untuk periksakan kandunganmu?" tanya Hamdan sambil memeluk sang istri dan mengusap perut yang terlihat sudah sedikit membuncit."Biasanya kemaren Abah, tapi Umma nunggu Abah dulu buat periksa anak kita." jawaban Najma berhasil menyentil hati Hamdan membuat lelaki itu merasa nyeri pada hatinya karena lagi-lagi dia belum bisa menjadi suami yang siaga."Benarkah Umma? Kalau begitu kapan kita ke rumah sakitnya, sekarang?""Jangan sekarang, Abah pasti lelah habis dari perjalanan jauh, besok saja." tolak Najma karena dirinya pun sedang

  • Luka di Balik Senyum Istriku   26. Periksa Seorang Diri

    "Ya Allah! Baik, Bu, Hamdan akan segera ke sana."Melihat raut wajah Hamdan yang terlihat khawatir, membuat Najma juga ketularan khawatir entah pada siapa."Ada apa, Bah?""Salwa tak sadarkan diri, Umma. Kita harus ke sana dulu, baru kita barengan berangkat ke rumah sakit. Tak apa 'kan, Umma?""Iya, Abah. Tak apa."Akhirnya kini mereka berangkat menuju rumah sakit bersama. Salwa di letakkan di jok belakang dengan kepala di letakkan di pangkuan sang ibu. Sedangkan Najma tetap pada posisinya duduk di samping kemudi."Umma ambil antrian saja dulu, nanti Abah nyusul setelah membawa ummi Salwa ke ruang UGD," pinta Hamdan mereka sudah tiba di rumah sakit.Tanpa berpikir panjang, Najma mengiyakan usulan sang suami."Baiklah, Abah. Kalau begitu Umma ke poli kandungan dulu, semoga dik Salwa tidak apa-apa,""Iya, Umma. Umma hati-hati," pesannya sebelum membawa Salwa menuju ruang IGD untuk diperiksa."Iya, Abah."Najm

Bab terbaru

  • Luka di Balik Senyum Istriku   23. RASA YANG SAMA. END

    Kamu pantas mendapatkan itu, karena kamu manusia yang tidak tahu diri!" ujar Kinan dengan penuh emosi. "Pergi sebelum aku memanggil satpam untuk mengusirmu! Jangan sampai atasanku keluar dan memberimu sanksi atas keributan yang kau lakukan. Jangan pernah ganggu hidupku lagi. Jangan pernah ikut campur urusanku lagi. Tante hanyalah orang asing yang kebetulan dinikahi papa karena hamil duluan!" Ucapan pedas Maira membuat Kinan semakin naik pitam. "Heh, semakin kurang ajar kamu ya sama orang tua!" Geram Kinan sambil menjambak rambut Maira dari balik kerudung yang dikenakan wanita itu. "Panggil selingkuhanmu ke sini! Gara-gara dia kamu kehilangan Reno dan gara-gara dia kamu semakin tak bisa diatur!" "Aauuwwhh, sakiiiit! Lepasin, Mak lampir! Dasar Gila!" Maira berusaha melepaskan cekalan ibu tirinya pada rambutnya. Sungguh saat ini kepalanya terasa kebas dan kulit kepalanya terasa mau copot. Sontak saja mereka di hampiri orang beberapa orang termasuk para pelayan di restoran tersebu

  • Luka di Balik Senyum Istriku   22. Playing Victim

    "Kenapa anak nakal itu belum juga di temukan?!"Entah kemana perginya Laura yang sesungguhnya, sehingga orang punya kuasa sekuat ayahnya saja tak dapat menemukan keberadaannya. Bahkan detektif handal yang biasanya tak pernah gagal dalam misinya, juga tak dapat menemukan keberadaan wanita muda itu. Jangan menemukan Laura, mendapatkan jejak kepergiannya saja tidak.Tuan Derial mulai ketakutan, ia takut kalau Laura di culik oleh musuhnya. Dia adalah pebisnis yang besar, tentu tak sedikit orang yang membencinya, sisi gelap dalam dunia bisnis salah satunya adalah bersaing dengan kotor, dan itu sudah menjadi rahasia umum."Tapi, siapa yang sudah memanfaatkan Laura demi bisa menyaingi ku? Selama lima bulanan ini tak ada yang berusaha menekan atau menyenggol diriku dengan kepala menunduk, dan satu tangan yang memikat pangkal hidungnya. Ia terlalu pusing memikirkan kemana perginya Laura. Ditambah sang istri yang sering jatuh sakit akibat kepikiran kepada putri mereka satu-satunya.Tak mau piki

  • Luka di Balik Senyum Istriku   21. Berakhirnya Kehidupan Salwa

    "Bil, maafkan aku, gara-gara aku kamu jadi korbannya Reno." Kini Bilal dan Maira tengah duduk di sebuah kursi yang terletak di teras minimarket di seberang restoran. Maira memaksa untuk membantu Bilal mengompres wajah lelaki itu yang memar dan mengobatinya. Saat terjadi adu jotos tadi, teman-teman yang semula hanya menonton kini turun tangan untuk memisahkan Bilal dan Reno, begitupun satpam dan kang ojol yang di pesan Bilal. "Gak papa, Mai. Lagian aku memang geram sama lelaki yang beraninya hanya sama perempuan, apalagi sampai main fisik segala. Beruntunglah kamu sudah bebas dari lelaki seperti itu." Jawab Bilal sambil mengompres wajahnya sendiri, karena ia tak mau jika Maira yang melakukannya. Tentu Bilal masih sangat ingat akan batasan-batasan dalam agamanya. Bilal membantu Maira bukan karena apa, tapi ia tak suka saja melihat kekerasan yang dilakukan oleh lelaki kepada perempuan, apalagi kejadian itu tepat berada di depan matanya. Bilal tak bisa untuk pura-pura tak melihat, apa

  • Luka di Balik Senyum Istriku   20. Baku hantam

    Kamu gak ada rencana buat pulang, Nak?" Tanya Nafisah saat menghubungi Bilal."InsyaaAllah awal Ramadhan ini Hamdan pulang, Mi, tapi belum tahu pastinya tanggal berapa." jawab Bilal.Satu bulan lagi sudah memasuki bulan Ramadhan, dan tanpa disadarinya sudah empat bulan Bilal bekerja di restoran."Syukurlah kalau begitu. Abi dan Umi sangat merindukan kamu, Nak." ujar Nafisah dari seberang sana dengan raut wajah yang begitu kentara menatap penuh rindu kepada sang putra."Bilal juga sangat merindukan Abi dan Umi. Kalian sehat-sehat kan di situ?""Alhamdulillah, kami semua sehat, Nak.""Alhamdulillah kalau umi dan Abi sehat semua."Setelah mengobrol lama dengan sang ibu, Bilal mengakhiri panggilannya dikarenakan ia sudah tiba di tempat kerjanya. Bilal turun dari angkot setelah membayar ongkos. Dihalaman depan, Bilal berpapasan dengan beberapa rekannya yang juga baru tiba di restoran. Bilal menyapa dengan ramah, dan mereka juga membalas sapaan Bilal tak kalah ramahnya. Namun, ada satu oran

  • Luka di Balik Senyum Istriku   19. Tempat Kerja Baru

    "Halo, Baby, mau aku temani?" Tanya Salwa dengan suara yang dibuat sesensual mungkin di dekat telinga pada salah satu pengunjung yang kini tengah menenggak anggur merah.Salwa kini tengah berdiri di belakang pria itu sambil mengalungkan tangannya pada leher pria itu. Tubuhnya bergerak bergoyang kesana-kemari mengikuti alunan musik DJ yang berputar."Owwhh, yees babyy." jawab lelaki tersebut sambil menarik tangan Salwa dan mendudukkan Salwa di atas pangkuannya.Semenjak kematian sang putri, lebih tepatnya kematian Riko, Salwa tak memiliki ladang uang lagi. Bukannya menyesal atas apa yang menimpa Alifah, tapi Salwa justru semakin menjadi-jadi. Bahkan kini wanita itu bekerja sebagai kupu-kupu malam di sebuah klub terkenal di ibukota. Tanpa ada sedikitpun rasa risih atau malu mengenakan pakaian yang begitu mini dan mencetak seluruh lekuk tubuhnya itu. Bahkan dengan bangganya ia memamerkan tubuhnya pada setiap pengunjung yang datang. Sekalipun usianya tak lagi muda, tapi bentuk tubuh Salwa

  • Luka di Balik Senyum Istriku   18. Mengenang masa Lalu

    "Ini adalah surat pemecatanmu, silahkan ambil gaji terakhirmu dan juga bonusnya. Maaf saya tak dapat membantumu untuk bertahan dalam pekerjaan ini."Sesuai dengan permintaan tuan Derial, jikalau dalam tiga hari Laura belum juga ditemukan, maka Bilal harus dikeluarkan dari kantor ini. Dan saat ini, dengan berat hati Tuan Xavier memberikan surat pemecatan untuk Bilal. Pernah kemarin tuan Xavier berusaha membela Bilal dan berusaha mempertahankan Bilal di perusahaan, tapi tanpa kata, satu proyek besar mengalami kegagalan dan kekacauan. Dan tentu itu menimbulkan kerugian yang fantastis.Dengan berat hati, Tuan Xavier mengeluarkan surat pemecatan untuk Bilal."Tidak apa-apa, Pak. Jangan mengorbankan banyak orang hanya demi satu orang, saya sungguh tidak apa-apa. Saya bisa mencari pekerjaan di tempat lain." jawab Bilal yang berusaha berlapang dada dengan apa yang diterimanya hari ini.Tuan Xavier semakin menatap iba kepada Bilal, "Tapi, namamu sudah di blacklist di seluruh perusahaan manapun

  • Luka di Balik Senyum Istriku   17. Ancaman Untuk Bilal

    "Kamu tahu kenapa saya memanggilmu kesini?" Tanya Tuan Xavier yang kini sudah berdiri dari duduknya.Berbeda dengan orang yang duduk di depan meja tuan Xavier yang tetap duduk di tempatnya tapi kursinya ia putar agar bila melihat ke arah Bilal."Tidak, Tuan!" Jawab Bilal sambil menunduk."Ada yang ingin bertemu denganmu." ujar Tuan Xavier sambil melangkahkan kakinya menuju sofa.Bilal sontak mendongak dan menatap seseorang yang baru saja memutar kursinya. Lelaki itu! Ya, Bilal masih sangat ingat siapa lelaki yang sedang menatap tak ramah kepadanya tersebut."Dimana kamu menyembunyikan putriku?" Pertanyaan tanpa basa basi tersebut membuat Bilal menyerukan dahinya.Ya, lelaki itu adalah tuan Derial, orang tua dari Laura, yang seminggu yang lalu membuat Bilal babak belur."Putri Anda? Maksud Anda Laura? Kenapa Anda bertanya pada saya?"Tuan Derial yang tak mendapatkan jawaban atas pertanyaan, dan justru di balas dengan pertanyaan pula, seketika amarahnya semakin memuncak. Tuan Derial ban

  • Luka di Balik Senyum Istriku   16. Duka Hamdan untuk Kesekian Kali

    Hamdan masih terpaku menatap batu nisan dengan tanah yang masih merah di hadapannya. Sekalipun air matanya tak lagi menetes, tapi kesedihan masihlah tergambar jelas di wajah lelaki yang usianya sudah lebih dari kepala enak tersebut. Jika dilihat lebih dekat lagi, kedua sudut mata Hamdan masih basah oleh sisa-sisa air mata.Sungguh, semua ini masih seperti mimpi buruk bagi Hamdan, lelaki itu sangat berharap ada yang membangunkannya dan membuktikan bahwa semua ini hanyalah mimpi. Namun, rintik-rintik hujan yang semakin deras membasahi bumi dan mengguyur tubuhnya membuat Hamdan tersadar bawa semua ini adalah nyata adanya."Om, ayo pulang, hujannya sudah semakin deras!" Ajak Airi yang sejak tadi setia menemani Hamdan beserta kedua orang tuanya."Iya, mari pulang Pak Hamdan, belajarlah mengikhlaskan Alifah, karena dia sudah tenang di sana." sahut pak Herman, papanya Airi."Kalian pulanglah terlebih dahulu, saya masih ingin disini. Terimakasih sudah menemani saya dari tadi." tolak Hamdan t

  • Luka di Balik Senyum Istriku   15. Tidak Selamat

    "Bu, beli es batunya ya, dua," kata Hamdan saat baru pulang dari pertemuannya dengan papanya Laura.Hamdan membeli es batu di warung dekat kontrakannya untuk mengompres wajahnya yang terasa sakit akibat terkena bogeman dua kali dari nak buah tuan Derial."Ini, Mas, 4000 ribu ya." Ibu pemilik warung menyodorkan satu kantung plastik berisi dua es batu yang terbungkus plastik setengah kilo kepada Bilal.Bilal mengambil uang di dalam dompetnya dan menyerahkan uang pecahan sepuluh ribuan kepada pemilik warung, "Ini, Bu, sisanya beli soklin yang 5000 ya Bu, seribunya kasih permen dah." Bilal teringat jika di kontrakannya sudah tidak ada sabun cuci baju. Ya, Bilal memang terbiasa mencuci bajunya sendiri sejak ia remaja.Si pemilik warung mengambilkan pesanan Bilal dan menyerahkannya kepada si empunya. "Itu kenapa wajahnya, Mas? Habis berantem ya?""Gak apa-apa, Bu, ini cuma terjadi kesalahpahaman saja tadi.""Walahh.. Mau heran tapi ini Jakarta, Mas Bilal harus terbiasa ya sama kerasnya kota

DMCA.com Protection Status