"Raka tidak mau menikah dengan wanita lain mah!" ucap Raka dengan tegas pada sang mama
"Raka Alisia adalah gadis yang baik, dia cantik, berpendidikan dan juga karirnya bagus sangat cocok untuk kamu. " Ujar nyonya Karin kepada putra pertamanya tersebut.Kepulangan Raka kali ini ternyata malah membawa malapetaka baginya, ia tidak menyangka bahwa sang Mama menjodohkan dia dengan wanita lain yang sama sekali Dia tidak cintai. bahkan, dia tidak mengenal wanita itu dengan baik. Dari dulu, sang mama memang selalu hidup dalam kemewahan bahkan tidak pernah merasakan rasanya hidup susah. meskipun Raka tinggal dengan kedua nenek kakeknya Dia merasakan bahagia hidup sederhana di sebuah kampung karena dia merasakan arti sebuah keluarga yang sebenarnya.Semenjak kepergian sang papa untuk selamanya Raka merasa hidupnya telah hancur karena dia memiliki Mama yang sangat egois dengan mengambil keputusan sendiri dan selalu saja mengekang Raka apapun yang dia inginkan termasuk perihal jodoh.Terkadang, memang bukan tidak ingin menerima perjodohan yang dilakukan oleh mamanya terhadap beberapa perempuan yang dianggapnya akan menjadi pasangan terbaik untuk Raka namun, saat memilih jodoh mamanya yang mementingkan soal duniawi Karena wanita itu harus cantik dan setara status sosialnya dengan sang mama, sedangkan wanita yang begitu sangat dicintai oleh Raka adalah wanita yang sangat sederhana namun, dia membuat Raka merasa bahagia jika di dekatnya."Sudah lah kak terima saja lagian aku bahagia punya kakak ipar cantik, pintar dan berpendidikan." sahut Nasya adik tiri Raka yang kini sudah menginjak remaja."Jangan ikut campur! Kamu masih kecil!" sentak Raka pada sang Adik didepan mamanya."Stop!!! Jangan kasar sama Nasya dia adikmu, benar ko apa katanya coba sekali saja kamu dengarkan mama Raka semua ini demi kebahagiaan kamu. " pinta nyonya Karin pada putranya tersebut.Raka memang anak yang keras kepala dan juga sulit untuk menuruti keinginan dari sang Mama, dia sendiri merasa bahwa setelah kepergian ayahnya tidak ada lagi orang yang bisa dia percaya di rumah ini. Bahkan adiknya sendiri meskipun memang mereka tidak ada hubungan darah namun, Raka merasa bahwa perhatian sang Mama kini lebih terfokus pada keluarga barunya dan selalu menekan pada anak pertamanya."Tapi Raka sudah punya calon sendiri ma. " ucap Raka seketika menaruh penasaran sang mam dengan ucapan putranya tersebut."Oke seminggu lagi kamu harus kenalkan mama sama dia. " jawab sang mama menantang raka.Raka terpaksa mengatakan hal itu kepada mamanya karena dia tidak mau terus dipaksa dijodohkan dengan wanita yang sama sekali tidak dia suka. lagipula dia akan terus memperjuangkan Alina sebagai Cinta Pertama Dan terakhir dalam hidupnya meskipun dia sendiri tidak tahu, apakah Alina memiliki perasaan yang sama atau tidak. Untunglah mamanya memberikan waktu satu minggu. agar Raka bisa menemui sang Mama dengan calon istrinya dan dia berharap Alina mau melakukan itu karena kalau tidak Raka pasti akan dijodohkan oleh orang lain dan hal itu malah akan membuat Raka sulit bertemu kembali dengan Alina.***Di rumahnya, Alina terus memandangi wajah Raka yang begitu sangat lucu dia tidak pernah sedikitpun berkurang ketampanannya, dan Alina merasa menjadi wanita yang paling beruntung karena dia adalah satu-satunya orang yang paling dekat dengan Raka. padahal sejak kecil banyak sekali wanita yang ingin mendekati Raka namun, Raka sendiri adalah sosok pria yang sangat cuek dan tidak peduli dengan perasaan wanita namun bersama alina dia mengerti tentang arti sebuah persahabatan.Tiba-tiba fokus Alina terbagi ada suara pertengkaran di luar rumah yang membuat pendengarannya terganggu, dia langsung secepatnya keluar kamar dan menghampiri sang ibu Alina terkejut ketika melihat ibunya berlutut di hadapan seorang pria dan dia adalah mas Salim."Ibuuuu ayo bangun ada apa ini?"tanya Ali a penuh kebingungan."kamu mau apa kesini? bukankah aku sudah bilang aku menolak lamaranmu dan tidak mau menikah" ucap Alina menatap tajam pria bertubuh kekar itu."Alina Dzakiya kamu memang sangat cantik hingga aku terus menerus memikirkan kamu. " ujar pria itu sambil mencoba mendekati Alina, sementara sang ibu masih terus menangis."Jangan mendekat! Dasar pria tidak tahu malu pergi sana dari rumahku!" Tegas Alina menepis tangannya yang hampir saja menyentuh wajah Alina."Hahahaha sabar dong sayang jangan marah-marah, aku kesini hanya ingin menagih hutang sama ibumu senilai 20 juta. " pria itu menatap Alina dan ibunya.Sontak Alina sangat terkejut dengan ucapan pria yang memaksa untuk dijodohkan dengannya mungkin itulah alasan sang ibu, meminta alina untuk menikah dengan Mas Salim padahal bukan karena memang Mas salim adalah pria yang sangat baik, akan tetapi dia adalah pria yang sangat jahat dan juga lintah darat yang selalu memeras para orang-orang yang kurang mampu."Aku akan bayar hutang ibuku! Tapi beri aku waktu untuk melunasinya, aku janji. " pinta Alina pada Salim"Oke Alina sayang satu bulan cukup yah?"tanya Salim menatap dengan senyuman."Hah? Satu bulan terlalu cepat. "ucap kembali Alina terbelalak."Itu adalah waktu kamu melunasi hutang satu bulan! Kalau kamu tidak sanggup terpaksa kamu harus menikah dengan aku! " jawab Salim dan langsung pergi meninggalkan Alina dan juga ibunya.Alina mencoba untuk menenangkan sang ibu dalam dekapannya. untuk pertama kalinya alina berada dalam situasi yang sulit bagaimana dia bisa mendapatkan uang senilai 20 juta dalam waktu 1 bulan sedangkan gajinya di toko gamis pun itu tidak akan cukup menutup semuanya karena untuk keperluan sehari-hari saja dia masih merasa kurang."Alina maafkan ibu" ucap sang ibu mencium tangan Alina sambil menangis."Sudah yah Bu, ibu jangan khawatir aku janji akan melunasinya, ibu doakan aku yah biar bisa menemukan solusi." jawab Alina membuat ibunya tenang.Ini bukanlah hal mudah yang harus Alina hadapi karena di satu sisi dia tidak mungkin bisa menemukan pinjaman 20 juta dalam waktu 1 bulan dan jika memang dia tidak bisa melunasi hutangnya itu dia harus menerima perjodohan dengan laki-laki yang sama sekali tidak dia cintai bahkan, kini laki-laki itu adalah orang yang paling dia benci karena selalu saja menekan ibunya dengan hutang-hutang yang sangat banyak. Alina tidak bisa menyalahkan sepenuhnya kepada sang ibu tentang apa yang terjadi dalam hidupnya karena dia tahu semua ibu hanya ingin yang terbaik untuk anaknya.Lagi pula, selama belasan tahun ibunya mengurus alina seorang diri membiayai sekolah Alina meskipun memang hanya sampai tingkat SMA dan Alina langsung bekerja setelah lulus. Namun hal itu sudah membuat alina bahagia karena ibunya tidak menyerah dalam menjalani kehidupan tanpa sosok suami di sampingnya.Alina mencoba untuk menguatkan dirinya dia pasti mampu melewati masa-masa sulit seperti ini demi senyum dari sang ibu.Setelah membawa sang ibu masuk ke dalam kamarnya juga beristirahat, Alina pun kembali masuk ke dalam kamarnya. dia menangis dengan sangat kencangnya, Alina mencoba membungkam mulutnya agar tidak ada siapapun tahu bahwa dia sedang menangis. Alina merasa kecewa dengan semua yang telah terjadi dalam hidupnya. sejak kecil, Alina merasa tidak pernah ada kebahagiaan yang hadir dia hanya ingin hidup tenang bersama sang ibu namun hal itu tidak akan pernah terjadi karena mau bagaimanapun akan ada orang-orang yang selalu saja membuat hidupnya hancur.Tok...tok...tok...Suara ketukan pintu dari luar rumah, Alina segera menyeka sudut matanya dan mencoba untuk menarik nafas panjang agar tidak ada orang yang tahu dia habis menangis, dia pun perlahan menuju arah depan rumah dan membuka pintu ternyata itu adalah Raka. Raka sudah kembali dari Jakarta dia tersenyum kepada Alina, namun Raka seperti merasa apa yang sedang dirasakan oleh sahabatnya Alina. Raka pun mencoba untuk berbicara berdua dengan
Waktu terus berlalu dan hari pun terus berganti tidak terasa ini sudah hari ketiga. Alina semakin bingung hingga sampai dengan detik ini dia masih belum bisa mencari pinjaman kemanapun bahkan dia tidak bisa bercerita apapun pada Raka.Hari ini Alina mulai masuk bekerja, dan seperti biasa Raka selalu saja menunggu Alina di depan rumah dia selalu siap sedia untuk menjaga Alina kapanpun sejak dulu dan sejak masih sekolah Raka tidak pernah berubah sedikitpun."Alina apa aku boleh bicara sesuatu?" Tanya Raka menatap Alina."Nanya apa?" Tanya Alina kemnbali"Kamu mau bantu aku tidak?" Tanya Raka semakin membuat Alina penasaran."Tentu saja bantu apa?"jawab Alina dengan semangat "Mau jadi calon istriku?" Jawab Raka seketika membuat alina terkejut."Hah? Kamu serius? Sudah dong Raka jangan bercanda" ujar Alina tidak percaya."Aku serius tapi hanya pura-pura." jawab Raka tersenyum pada Alina."Aku janji apapun yang kamu mau aku kabulkan" pinta Raka seketika membuat alina terdiam Karena dia pi
Apa yang dikatakan Arumi rekan teman kerjanya rasanya seperti hal yang sedang terjadi antara Raka dan juga Alina. Alina penasaran apakah selama ini Raka pernah mempunyai perasaan terhadap wanita lain sehingga dia enggan sekali dijodohkan dengan wanita pilihan dari orang tuanya. Padahal dari cerita Raka Alina tahu bahwa wanita itu memiliki paras wajah yang cantik dia juga mapan seperti Raka bahkan dia memiliki pendidikan yang sangat tinggi salah satu contoh pasangan yang ideal di seharusnya Raka malah menghindar bahkan meminta dirinya untuk menjadi calon istri pura-pura Raka."Kamu tuh nanya lagi buat diri sendiri ya Alina?" Tanya Arumi membuat Alina gugup."Bukan kok sumpah." jawab Alina mengangkat kedua jarinya."Aku mau tanya deh sama Alina, Kamu dan Raka sudah berteman cukup lama dan aku juga sering lihat dia selalu mengantarkan dan menjemput kamu ke tempat kerja memang selama ini kamu tidak memiliki perasaan apapun sama Raka? "Tanya Arumi sedikit penasaran dengan kisah cinta Raka
Sesampai di rumah Alina dan Raka terkejut ketika melihat sang ibu keluar dari rumah sambil menangis. Lagi-lagi mas Salim terus saja menekan ibunya padahal, Alina sudah berusaha keras untuk memberikannya penjelasan agar bisa melunasi hutang dalam 1 bulan ke depan namun ternyata pria itu malah mengingkarinya dia dengan mudah membiarkan ibunya Alina menangis di hadapan orang banyak.Alina pun langsung turun dari mobil Raka dan tanpa basa-basi langsung memeluk ibunya dengan erat menghadapi pria bertubuh besar tersebut yang menatapnya sangat tajam. Alina tidak pernah takut kepada siapapun saat dia harus membela sang ibu karena baginya kebahagiaan ibunya selama ini adalah salah satu hal yang paling berarti dalam hidupnya. selama ini sang ibu tidak pernah merasakan kebahagiaan setelah kepergian ayahnya yang memutuskan untuk memilih wanita lain dibanding istrinya sendiri. sejak saat itu, Alina berjanji untuk akan terus menjaga sang ibu dari siapapun yang ingin menyakiti dirinya."Aku sudah b
Alina bangun lebih pagi dari biasanya dia segera menyiapkan sarapan untuk sang ibu. karena dia tahu wanita yang sedang tidur di sampingnya itu sangat terluka atas kejadian semalam. Alina terus saja menatap dirinya di masa lalu saat di mana sang ayah memutuskan untuk meninggalkan dia dan juga ibunya pergi bersama wanita yang menjadi selingkuhannya bahkan menelantarkan Alina dan ibunya. Kini hal yang paling berharga dalam hidup alina hanyalah sang Ibu tidak ada lagi sumber kekuatan yang Alina bisa dapatkan jika dia kehilangan ibunya usia sang Ibu memang tidak lagi muda maka seringkali Alina merasa menyesal selalu saja menolak apapun permintaan dari sang ibu."Alina. "ucap sang ibu menggenggam tangan putrinya Alina menyeka sudut matanya, sang Ibu tidak tahu bahwa dia habis menangis dan memiliki masalah dengan Raka, Alina tidak ingin jika semuanya malah semakin rumit karena dia tahu ibunya begitu sangat menyayangi Raka seperti anaknya sendiri."Tadi baru aja aku mau bangunin Ibu karena A
Alina akhirnya telah menyelesaikan pekerjaannya dengan tepat waktu, dia terus menatap jendela keluar toko ternyata memang Raka sama sekali tidak mencoba untuk mengganggunya. Dia pun melihat layar telepon tidak ada satupun panggilan masuk atau pesan dari Raka entah mengapa hal itu malah justru membuat alina khawatir apa mungkin memang terjadi sesuatu pada Raka. Alina pasti akan menjadi orang yang paling menyesal dalam hidupnya jika memang Raka mengalami sesuatu di saat hubungannya bersama Raka sedang tidak baik-baik saja."Hmmm... Pasti kamu tuh lagi mikirin Raka Ya karena dari pagi dia tidak ada datang ke sini Aku cuman mau bilang sama kamu Alina aku memang tidak kenal dekat dengan kamu tapi aku cuman mau bilang kalau Raka memang pria yang sangat baik dan kamu pasti akan menyesal kalau kehilangan dia. "ucap Arumi sambil menggenggam tangan Alina. dia berharap bahwa Alina akan mulai luluh dengan kata-katanya. Terlebih teman kerjanya itu sangat tahu bagaimana perasaan alina yang sebena
"Aku gugup apa orang tuamu akan menerima aku?" Tanya Alina penuh khawatir."Kamu tenang saja yah Alina mama pasti akan langsung suka sama kamu aku yakin," jawab Raka dengan senyuman.Senyuman itu selalu saja membuat Alina luluh, padahal Alina sangat takut jika Raka dan keluarganya tidak akan mau menerima dia terlebih setelah tahu jika orang tua Alina sudah lama bercerai. Latar belakang keluarga yang kurang baik, sangat berpengaruh terhadap pandangan orang tua dari pihak laki-laki meskipun memang Alina tahu, ini hanyalah sebuah pura-pura tapi entah mengapa tetap saja jika suatu saat nanti Alina dihadapkan pada sebuah pernikahan di mana dia harus bertemu dengan pihak keluarga dari pasanganmu apakah mungkin mereka akan menerima Alina dengan ikhlas. Tanpa harus membahas status ekonomi Alina ataupun latar belakang dari keluarganya.Tiba-tiba saja Alina termenung memandang setiap jalan yang dia lalui menuju rumah Raka, dia membayangkan adik saja dulu keluarganya utuh bahkan sang ayah tidak
Alina duduk disamping Raka semua terasa canggung, karena Alina sendiri masih belum bisa merasakan bahwa orang tua Raka memang setuju jika anaknya menjalin hubungan dengan Alina."Papah kemana ma?"tanya Raka sambil mengambil sebuah piring untuk Alina."Biasa masih sibuk dikantor, tapi mama sudah bilang ko bahwa kamu akan membawa calon istrimu kerumah," jawab sang mama."Oh iya Alina, kamu lulusan apa? Dari universitas atau institut mana?" Tanya nyonya Karin menatapnya."Aku lulusan SMA Tante dan setelah lulus bekerja di toko gamis daerah Bogor," jawab Alina sembari menunduk."Terus mama papa kamu punya bisnis apa? Atau bekerja mungkin,"Tanya kembali nyonya Karin penasaran."Maaf Tante ibu saya hanya buruh dan ayah saya dia sudah meninggal 17 tahun lalu." jawab Alina terpaksa berbohong kepada orang tua Raka karena dia tidak mau jika semua orang tahu tentang kelakuan dari sang ayah yang begitu sangat jahat telah menyakiti ibunya dan menyia-nyiakan anak perempuannya."Oh anak yatim yah, s
"Kak Devan, maafkan aku aku tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi pada hidup kak Devan aku pikir keadilan selama ini mencintai kalian yang ternyata dia adalah kak Raka." Ucap Nasya dengan menitikan air mata di hadapan Devan, Dia sangat merasa bersalah karena menjadi wanita yang tidak percaya dengan kekuatan cinta yang dia miliki Dan dia juga tidak bisa percaya dengan cinta yang Devan berikan padanya selama ini."Nasya, kamu tidak salah kok justru aku yang minta maaf sama kamu karena aku tidak bisa memenuhi janjiku tepat waktu untuk menemuimu saat itu aku dan raka justru mengalami kecelakaan dan membuat hidup kita benar-benar hancur sekarang satu-satunya cara bagaimana agar kita bisa menyelamatkan hidup kalian dan Aisyah. "Papar Devan dengan senyuman."Sudah, jangan bersedih seperti itu Kamu jelek tahu aku lebih suka lihat kamu tersenyum. "Goda Devan pada wanita yang dia cintai itu."Hmmmm, romantisnya sudah selesai ya sekarang waktunya kita memikirkan Bagaimana caranya agar me
"jadi, Aisyah adalah putriku dia Putri kandungku bersama dengan Alina? "Tanya Raka terbelalak ketika tahu bahwa kenyataannya selama ini dia memang sudah bertemu dengan Putri kandungnya."Iya Raka, Aisyah adalah putrimu bersama dengan Alina apa kamu ingat sebelum sebuah kecelakaan itu terjadi kamu mengantarkan aku pergi ke bandara agar aku bisa melamar Nasya segera mungkin tapi ternyata justru kecelakaan malah menimpa kita hingga akhirnya wajah kita malah rusak namun hal itu malah dimanfaatkan oleh Alicia yang ternyata selama ini berpura-pura gila di depan kita semua. "Jawab Devan seketika membuat kepala Raka pun sakit.Ingatan Raka perlahan mulai kembali dia tidak mampu menahan rasa sakit kepalanya kalau mengingat sedikit demi sedikit apa yang diucapkan oleh Devan, hingga akhirnya dia pun tersungkur ke lantai dan pingsan Devan tidak bisa berkutik karena dia diikat oleh Alisia."Raka, sadar aku mohon kamu sadar kita harus cepat-cepat pergi dari tempat ini sebelum Alicia kembali ataupun
Devan salah, dia justru malah dijebak oleh perawat tersebut yang menjadi suruhan alesia bukannya diantar ke alamat yang dia inginkan, namun Devan justru disekap di sebuah ruangan yang entah di mana.Devan pun tidak mampu berkutik, karena dia tidak bisa melawan Alicia dalam kondisinya yang masih seperti ini."Maafkan aku pak Devan, aku sudah berjanji untuk tetap terus berada di pihak Mbak Alisia jadi aku tidak bisa berada di pihakmu. "Jawab perawat tersebut yang justru meninggalkan Devan sendirian.***Waktu terus berlalu, tidak terasa pernikahan Alina dan juga Fathir memang sudah dekat mereka sudah mempersiapkan segala persiapan pernikahan yang memang akan direncanakan dengan sangat sederhana Alina tahu ini bukan pernikahan pertama dalam hidupnya bukan seperti pernikahan bersama dia dengan Raka tapi mau tidak mau Alina memang harus menikah dengan Fathir agar Devan tidak lagi mengganggu kehidupannya.Sementara itu, Nasya memang memutuskan untuk menetap di Bandung dia tidak kembali ke J
Tok...tok... Pagi-pagi sekali, sudah ada tamu di rumah Alina dan di saat dia membukakan pintu ternyata itu adalah Devan. Alina mencoba menutup pintunya kembali karena dia tidak mau bertemu dengan Devan dia tidak mau lagi ada kesalahpahaman di antara mereka."Alina, Aku tahu kamu marah pada aku tapi aku minta sama kamu jangan menikah dengan Fathir dia bukanlah laki-laki yang baik aku takut jika dia menyakiti kamu lagi. "Teriak Devan di depan pintu rumah Alina."Sudahlah Devan lebih baik kamu pergi dari kehidupanku jangan pernah lagi ganggu aku dan juga Mas Fatir Aku akan menikah dengannya Bulan depan aku mohon terima keputusanku itu. "Jawab alina.Nasya melihat Alina berdiri di depan pintu, dia sekolah tidak mengizinkan seseorang masuk ke dalam rumah Nasya pun menghampiri Alina."Kenapa Kak Alina melakukan hal itu? ""Maksud kamu apa Nasya, Aku hanya tidak mau bertemu lagi dengan Devan Aku akan menikah dengan mas Fathir jika dia datang ke sini hanya untuk menemuiku lebih baik dia pergi
Devan perlahan mulai menggerakkan kakinya, dia ingin segera bisa bergerak dan keluar dari rumah ini pada dia mau menghentikan rencana Alicia yang sangat jahat."Selamat pagi Tuhan, Saya perawat baru di sini dan saya yang akan merawat Tuan Devan. "Ucap seorang wanita yang masuk ke dalam kamar Devan."Alicia ke mana? ""Nyonya Alisia sedang pergi, kemungkinan dia pergi sangat lama katanya ada sesuatu yang harus dia selesaikan. "Akhirnya Devan bisa sedikit lega, karena dia terbebas dari Alisia dan dia akan memikirkan cara untuk keluar dari rumah ini."Perawat itu pun memberikan sebuah nampan berisikan makanan, Irfan meminta dia keluar karena devan ingin berusaha keras untuk bisa menggerakkan kakinya, dia tidak menyangka akan tidur terlalu lama dalam koma, belum lagi yang ternyata wajahnya telah ditukar oleh sepupunya sendiri, karena ingin membalaskan dendamnya pada Alina.***"Kenapa kamu mengajakku ketemuan di restoran ini Alicia aku mah bagaimana kalau ada yang melihat kita?""Kamu t
Devan perlahan tersadar, dan mendapati dirinya berada di rumah sakit dia terus memagangi kepalanya, dan dia baru ingat bahwa tadi dia habis bertengkar dengan Fathir."Dokter Devan, lebih baik anda istirahat dulu soalnya tadi ada pingsan. "Ucap salah satu perawat menghampiri dirinya."Gimana dokter Fathir? ""Dokter Fathir tadi sudah izin untuk pulang dia meminta saya untuk merawat Pak Devan lagi pula, Ada apa yang terjadi sama dokter Devan kenapa bisa ada bertengkar dengan dokter Fathir? "Tanya perawat tersebut seolah sudah mengenal Devan dengan baik, karena memang Devan sendiri dulu pernah bekerja di rumah sakit ini merawat Alina namun yang ada di hadapan perawat tersebut memang bukanlah Devan yang asli dia hanyalah Raka yang wajahnya harus tertukar dengan Devan karena ulah Alisia."Maaf sus, tapi saya itu bukan dokter saya yang laki-laki biasa lagi pula kenapa pertanyaan Anda seperti itu seolah Anda mengenal saya dengan baik. "Ucap Devan."Jadi dokter Devan tidak ingat dengan saya?
Fathir tiba di rumah Alina, dia pun langsung bergegas mencoba untuk menghampiri Alina karena dia tahu dari Devan bahwa Alina telah menerima lamarannya. Baru saja Fatir ingin menekan bel rumah Alina, tiba-tiba saja Nasya keluar dan menatap laki-laki yang akan menjadi calon suami dari kakak iparnya."Mas Fathir, Ada apa ke sini? "Tanya Nasya yang seolah tidak suka dengan kehadiran Fathir."Aku mau bertemu dengan Alina Nasya, apa dia ada di dalam? ""Aku mau tanya sama Mas Fathir, apa sebenarnya maksud Mas Fatir melamar Kak Alina? ""Apa maksudmu Nasya, lagi pula memang aku salah mengungkapkan perasaanku ingin melamar Alina bukankah Alina juga sudah berstatus bagi seorang janda dan dia sedang tidak menerima lamaran dari laki-laki lain. ""Tapi kenapa bisa secepat itu mas Fatir melamar Kak Alina?"Belum sempat Fathir menjawab pertanyaan dari Nasya, tiba-tiba saja Alina pun menghampiri mereka berdua Alina menatap Nasya seolah mengisyaratkan bahwa semuanya baik-baik saja, namun tetap saja d
Devan terus mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi dia pun menuju rumah sakit di mana tempat Fathir bekerja. Ternyata Devan begitu sangat terluka atas yang dilakukan oleh Fathir Karena dia pikir Fathir adalah sahabatnya yang membantu dia untuk bisa dengan Alina namun ternyata, justru Fatir malah ngelamar Alina tanpa sepengetahuan dirinya."Kurang ajar kamu Fathir, ternyata kamu malah menusukku dari belakang! "Ucap Devan yang terus mengendarai mobilnya dengan begitu sangat kencang.Sesampai di rumah sakit tempat Fatir bekerja, Devan pun langsung mencari sahabatnya itu dan benar saja, dia bertemu dengan Fathir secara langsung."Devan, tumben sekali kamu datang ke rumah sakit ada apa? "Belum sempat pertanyaan Fathir dijawab oleh Devan, tiba-tiba saja Devan melayangkan satu pukulan di wajah Fatir, hingga membuatnya terjungkal ke lantai."Pengecut kamu Fathir! Kamu selama ini telah membohongiku kamu bilang kamu tidak memiliki perasaan apapun pada Alina tapi ternyata apa? Kamu malah
"Aisyah." Panggil nasyah membuat Aisyah tersenyum bahagia."Tante Nasya, Ayo masuk tante. ""Tante mau pamit, karena mungkin besok Tante mau pulang ke Jakarta. ""Tante kok cepat sekali sih, kata Ibu Tante mau tinggal di Bandung. "Ucap Aisyah dengan raut wajah sedih.Ada rasa sesal di hati Nasya, karena dia yang awalnya memang ingin menetap di Bandung karena dia berharap dia akan bisa bersatu dengan Devan namun ternyata semua itu hanyalah sia-sia Nasya harus kembali melanjutkan kehidupannya yang baru dan mengikhlaskan Devan untuk bersama dengan kakak iparnya Alina."Aisyah, tante kan harus kembali lagi bekerja nanti kalau seandainya ada waktu tante akan datang berkunjung ke sini lagi. ""Ayolah tante, Aisyah tidak punya teman lagi selain tante Nasya ibu selalu saja sibuk dengan pekerjaannya belum lagi, Om Devan juga sudah tidak tinggal di sini. "Rengek Aisyah membuat Nasya pun menahan tangisnya.Nasya tahu, bagaimana perjuangan Alina untuk membesarkan Aisyah seorang diri tanpa ada seo