Andrea Smith memandang kedua pasangan yang tengah mengucapkan janji pernikahan dan disaksikan semua orang. Andrea tersenyum puas dengan hasil kerjanya selama seminggu sebagai wedding planner bagian dekorasi interior dan penataan bunga.
Wanita yang duduk di sebelahnya menatapnya dengan tatapan-siapa orang aneh ini- kepadanya. Sebagian lain ada yang menatapnya dengan prihatin dan ada juga yang tidak memperdulikannya karena tengah asyik dengan upacara pernikahan yang tengah berlangsung.Yah, apa salahnya aku berada di sini, toh aku tidak bakal mengacaukan upacara ini, karena aku yang mempersiapkannya. Piker Andrea. Andrea bekerja sebagai wedding planner dalam sebuah bisnis event organizer. Dia mulai bergabung dalam bisnis ini sejak dua bulan lalu. Dan pernikahan ini merupakan kali ke lima yang menggunakan jasanya sebagai decorator.Andrea dapat melihat cahaya yang memancar dari wajah sang mempelai wanita yang berseri. Ia terlihat begitu bahagia. Andrea tersenyum miris. Ia bekerja sebagai pengatur pernikahan sendiri tidak pernah berharap akan memiliki cahaya itu di wajahnya. Bagi Andrea Smith, hidup seperti ini sudah lebih dari cukup. Memiliki pekerjaan yang menjanjikan bagi karir dan hidupnya di masa depan.Andrea tidak perlu berbagi kepada siapa pun sebab ia hanya sendiri di dunia ini. Andrea Smith lahir sebagai yatim piatu dengan asal-usul yang tidak jelas. Jadi sampai dewasa Andrea merasa dirinya hidup untuk berjuang sendiri di dunia ini. Ia tidak butuh relationship yang mendalam dalam lingkungan social. Cukup dalam bisnis dan tetangga-tetangga dekat rumahnya. Andrea juga tidak berniat terjerumus dalam hubungan rumit yang diimpikan banyak wanita. Baginya laki-laki hanya makhluk merepotkan yang selalu menginginkan pelayanan. Dan Andrea bukanlah budak.
Baginya hidup ini adalah permainan. Andrea beranggapan ia dilahirkan sendiri, tumbuh sendiri dan dewasa sendiri, maka sampai mati ia juga harus sendiri.Andrea Smith bukan pribadi ramah yang ceria. Ia tertutup dan pemurung malah lebih terkesan misterius. Andrea telah membuat benteng yang kokoh untuk melindunginya dari badai dunia. Sebab sejak dulu ia sudah tersapu banjir derita. Jadi Andrea Smith yang sekarang adalah wanita kokoh yang tidak butuh pertolongan siapa pun.Andrea hidup berpindah dari satu keluarga ke keluarga lain, sampai keluarga angkat terakhir membuangnya pada saat usianya 14 tahun sejak itulah Andrea remaja memulai perjuangannya hidup sendirian dan bekerja serabutan untuk membiayai hidup. Sedikit demi sedikit ia menabung dan berhasil masuk sekolah bergengsi dengan biaya gratis karena prestasinya yang memuaskan.Sejak kecil Andrea Smith adalah anak yang kebal terhadap derita. Dia bukanlah gadis naïf polos dalam menghadapi kehidupan. Tapi Andrea adalah gadis berdarah dingin yang hamper tidak memiliki emosi dalam hatinya. Dia hidup hanya untuk satu ambisi, yaitu menjadi multijutawan yang sukses dalam karirnya.Dulu sekali ia pernah mengenal satu emosi. Emosi yang mengubahnya menjadi sosok pemimpi. Sampai suatu ketika peristiwa yang memalukan itu terjadi. Andrea membuang emosi itu jauh-jauh dan tidak berniat mengambilnya lagi. Untuknya emosi itu hanya kan menghacnurkan ketertaturan hidupnya.Andrea Smith adalah wajah tanpa ekspresi. Tidak ada bahagia, sedih dan duka di wajahnya. Kecuali sejak hari ini, ketika ia melihat sosok yang tidak mungkin ia lupakan sejak berumur 12 tahun. Hanya saja sosok tersebut terlihat jauh lebih dewasa, kokoh, matang dan jauh lebih tampan disbanding sosok mudanya.Andrea siap untuk berlari keluar dari ruangan ini. Namun ia tidak mengira pria itu akan duduk di sampingnya. Andrea tidak dapat bergerak. Ia terkunci di antara dempetan orang-orang yang duduk di sebelahnya.Pria itu menoleh dan menatapnya. "HaiMaaf, ada yang bisa saya bantu?".Andrea terperangah. Jika saja hari ini bumi terbelah dua. Maka Andrea adalah orang pertama yang rela menjatuhkan diri ke dalamnya, tapi sayang bumi tidak mau mengerti."Oh, hi tidak, aku Cuma mau permisi ke toilet". Ujarnya.***
Satu Andrea terlalu terburu-buru dan salah ambil perhitungan. Pria itu tersenyum kepadanya dan memberi jalan untuk Andrea lewat. Andrea lupa kalau sekarang ia memaki rok, bukannya celana, jadi untuk melewati pria itu Andrea harus mengangkat sedikit roknya, sebab ruang antara tempat duduk sangat sempit. Dan kecerobohan itu berlanjut dengan kemalangan berikutnya. Karena roknya terkait ujung kursi, tak ayal lagi tubuhnya yang montok pun jatuh terjerembab ke lantai. Tepat di tengah-tengah ruangan di jalan utama."Gubraaakkk". Suara bergedebum keras terdengar. Membuat semua orang kaget dan menatap kea rah asal suara, termasuk kedua pengantin yang hendak menukar cincin pernikahan terbengong-bengong melihat adegan lawak yang tidak lucu itu.Lalu semua orang pun tertawa. Ada yang memandangnya dengan rasa prihatin dan kasihan, dan tidak sedikit yang melempar pandangan jijik.Pria itu mengulurkan tangannya bermaksud untuk membantu
"Andrea, ada klien baru lagi nih. Bayaran yang ditawarkan sangat besar lho". Ujar Ms. Kaitlin. Bosnya."Oh ya, apa itu?". Tanyanya penasaran."Kau tau, ada dua calon pengantin yang meminta jasa kita supaya menjadi EO untuk mereka. Katanya klien tersebut tertarik kepada EO kita karena menghadiri pernikahan pasangan Nicholas Speech dan Sierra Milano. Katanya penataan ruangan disana benar-benar menakjubkan". Ujar Ms. Kaitlin berkicau ria."Dan kau tau, semua ini karena kamu Andrea. Kau membawa keberuntungan dalam hidupku. Sejak kamu bergabung dalam EO yang aku kelola, pemasukan kita bertambah hingga 3 kali lipat, bayangkan berapa hasil yang telah kita raup selama 2 bulan ini, oh Andrea kemarilah biar kupeluk kamu". Seru Ms. Kaitlin membuat Andrea tertawa.Hanya kepada Ms. Kaitlin Andrea merasa menjadi dirinya sendiri. Ia tidak perlu memasang topeng wajah dinginnya yang selama ini ditunjukkan kepada banyak orang. Ms. Kaitlin membuatnya merasa disayangi dan dibutuhkan. Karena
Harry meregangkan otot-otot tubuhnya. Semua sendi tubuhnya terasa penat dan linu. Ia bekerja ekstra seharian ini. Meski hanya duduk di depan komputer, itu juga lumayan melelahkan. Duduk di depan computer selama 5 jam dan hanya istirahat pada waktu makan siang. Matanya masih agak perih sewaktu Harry pergi ke college. Harry diberi kepercayaan mengajar mata kuliah American history oleh dosen seniornya. Oxford University merupakan perguruan tinggi bergengsi di London dan telah diakui dunia. Tidak mudah menjadi dosen muda di sana. Harry harus siap menerima kritik dan ucapan pedas dari mahasiswa-mahasiswa yang prestasi mereka tidak perlu diragukan lagi.Tapi Harry beruntung. Pengalamannya kuliah di tingkat magister di Harvard University membantunya menjawab dan mengatasi masalah yang muncul saat ia mengajar. Dan para mahasiswa kelihatannya cukup puas dengan jawaban yang ia berikan terhadap pertanyaan mereka.Harry melemaskan otot-otot lehernya yang tegang akibat stress yang ia a
Greime menarik Liza mendekat kepadanya. Ia membawa Liza masuk ke apartemen pribadinya. Sesampainya ke dalam Liza meletakkan tasnya dan melangkah menuju dapur."Nah, kau mau aku masakkan apa malam ini?". Tanya Liza. Greime yang tidak menyahut tersenyum nakal dan mengedipkan sebelah matanya. Ia melingkarkan kedua tangannya di pinggang Liza. Lalu mulai menciumi rambut Liza."Ayolah Greime, jangan nakal beginikamu tau khan aku sangat lapar. Saat ini tidak ada yang lebih menarik untukku dari pada makanan". Kata Liza mencoba mencegah tindakan Greime."Liza, kau tau aku juga lapar, bahkan sangat lapar. Biar aku makan dulu hidangan lezat di depanku ini". Bujuk Greime."Maafkan aku sayangbukannya aku tidak mauTapi pernikahan kita sudah di depan mata. Tolong hargai aku ya, aku mau ketika kita menikah. Aku masih suci untukmu. Dan saat itu, kau akan lebih bahagia daripada sekarang". Pinta Liza pelan.Greime menghela nafas. Ia mengelus pipi Liza dan m
Greime menarik Liza mendekat kepadanya. Ia membawa Liza masuk ke apartemen pribadinya. Sesampainya ke dalam Liza meletakkan tasnya dan melangkah menuju dapur."Nah, kau mau aku masakkan apa malam ini?". Tanya Liza. Greime yang tidak menyahut tersenyum nakal dan mengedipkan sebelah matanya. Ia melingkarkan kedua tangannya di pinggang Liza. Lalu mulai menciumi rambut Liza."Ayolah Greime, jangan nakal beginikamu tau khan aku sangat lapar. Saat ini tidak ada yang lebih menarik untukku dari pada makanan". Kata Liza mencoba mencegah tindakan Greime."Liza, kau tau aku juga lapar, bahkan sangat lapar. Biar aku makan dulu hidangan lezat di depanku ini". Bujuk Greime."Maafkan aku sayangbukannya aku tidak mauTapi pernikahan kita sudah di depan mata. Tolong hargai aku ya, aku mau ketika kita menikah. Aku masih suci untukmu. Dan saat itu, kau akan lebih bahagia daripada sekarang". Pinta Liza pelan.Greime menghela nafas. Ia mengelus pipi Liza dan m
Harry meregangkan otot-otot tubuhnya. Semua sendi tubuhnya terasa penat dan linu. Ia bekerja ekstra seharian ini. Meski hanya duduk di depan komputer, itu juga lumayan melelahkan. Duduk di depan computer selama 5 jam dan hanya istirahat pada waktu makan siang. Matanya masih agak perih sewaktu Harry pergi ke college. Harry diberi kepercayaan mengajar mata kuliah American history oleh dosen seniornya. Oxford University merupakan perguruan tinggi bergengsi di London dan telah diakui dunia. Tidak mudah menjadi dosen muda di sana. Harry harus siap menerima kritik dan ucapan pedas dari mahasiswa-mahasiswa yang prestasi mereka tidak perlu diragukan lagi.Tapi Harry beruntung. Pengalamannya kuliah di tingkat magister di Harvard University membantunya menjawab dan mengatasi masalah yang muncul saat ia mengajar. Dan para mahasiswa kelihatannya cukup puas dengan jawaban yang ia berikan terhadap pertanyaan mereka.Harry melemaskan otot-otot lehernya yang tegang akibat stress yang ia a
"Andrea, ada klien baru lagi nih. Bayaran yang ditawarkan sangat besar lho". Ujar Ms. Kaitlin. Bosnya."Oh ya, apa itu?". Tanyanya penasaran."Kau tau, ada dua calon pengantin yang meminta jasa kita supaya menjadi EO untuk mereka. Katanya klien tersebut tertarik kepada EO kita karena menghadiri pernikahan pasangan Nicholas Speech dan Sierra Milano. Katanya penataan ruangan disana benar-benar menakjubkan". Ujar Ms. Kaitlin berkicau ria."Dan kau tau, semua ini karena kamu Andrea. Kau membawa keberuntungan dalam hidupku. Sejak kamu bergabung dalam EO yang aku kelola, pemasukan kita bertambah hingga 3 kali lipat, bayangkan berapa hasil yang telah kita raup selama 2 bulan ini, oh Andrea kemarilah biar kupeluk kamu". Seru Ms. Kaitlin membuat Andrea tertawa.Hanya kepada Ms. Kaitlin Andrea merasa menjadi dirinya sendiri. Ia tidak perlu memasang topeng wajah dinginnya yang selama ini ditunjukkan kepada banyak orang. Ms. Kaitlin membuatnya merasa disayangi dan dibutuhkan. Karena
Satu Andrea terlalu terburu-buru dan salah ambil perhitungan. Pria itu tersenyum kepadanya dan memberi jalan untuk Andrea lewat. Andrea lupa kalau sekarang ia memaki rok, bukannya celana, jadi untuk melewati pria itu Andrea harus mengangkat sedikit roknya, sebab ruang antara tempat duduk sangat sempit. Dan kecerobohan itu berlanjut dengan kemalangan berikutnya. Karena roknya terkait ujung kursi, tak ayal lagi tubuhnya yang montok pun jatuh terjerembab ke lantai. Tepat di tengah-tengah ruangan di jalan utama."Gubraaakkk". Suara bergedebum keras terdengar. Membuat semua orang kaget dan menatap kea rah asal suara, termasuk kedua pengantin yang hendak menukar cincin pernikahan terbengong-bengong melihat adegan lawak yang tidak lucu itu.Lalu semua orang pun tertawa. Ada yang memandangnya dengan rasa prihatin dan kasihan, dan tidak sedikit yang melempar pandangan jijik.Pria itu mengulurkan tangannya bermaksud untuk membantu
Andrea Smith memandang kedua pasangan yang tengah mengucapkan janji pernikahan dan disaksikan semua orang. Andrea tersenyum puas dengan hasil kerjanya selama seminggu sebagai wedding planner bagian dekorasi interior dan penataan bunga.Wanita yang duduk di sebelahnya menatapnya dengan tatapan-siapa orang aneh ini- kepadanya. Sebagian lain ada yang menatapnya dengan prihatin dan ada juga yang tidak memperdulikannya karena tengah asyik dengan upacara pernikahan yang tengah berlangsung.Yah, apa salahnya aku berada di sini, toh aku tidak bakal mengacaukan upacara ini, karena aku yang mempersiapkannya. Piker Andrea. Andrea bekerja sebagai wedding planner dalam sebuah bisnis event organizer. Dia mulai bergabung dalam bisnis ini sejak dua bulan lalu. Dan pernikahan ini merupakan kali ke lima yang menggunakan jasanya sebagai decorator.Andrea dapat melihat cahaya yang memancar dari wajah sang mempelai wanita yang berseri. Ia terlihat begitu bahagia. Andrea tersenyum miris. Ia beke