"Andrea, ada klien baru lagi nih. Bayaran yang ditawarkan sangat besar lho". Ujar Ms. Kaitlin. Bosnya.
"Oh ya, apa itu?". Tanyanya penasaran."Kau tau, ada dua calon pengantin yang meminta jasa kita supaya menjadi EO untuk mereka. Katanya klien tersebut tertarik kepada EO kita karena menghadiri pernikahan pasangan Nicholas Speech dan Sierra Milano. Katanya penataan ruangan disana benar-benar menakjubkan". Ujar Ms. Kaitlin berkicau ria."Dan kau tau, semua ini karena kamu Andrea. Kau membawa keberuntungan dalam hidupku. Sejak kamu bergabung dalam EO yang aku kelola, pemasukan kita bertambah hingga 3 kali lipat, bayangkan berapa hasil yang telah kita raup selama 2 bulan ini, oh Andrea kemarilah biar kupeluk kamu". Seru Ms. Kaitlin membuat Andrea tertawa.Hanya kepada Ms. Kaitlin Andrea merasa menjadi dirinya sendiri. Ia tidak perlu memasang topeng wajah dinginnya yang selama ini ditunjukkan kepada banyak orang. Ms. Kaitlin membuatnya merasa disayangi dan dibutuhkan. Karena itulah ia menolak tawran EO yang jelas lebih besar dan bergengsi. Ia tidak pernah merasakan kenyamanan itu dengan orang selain Ms. Kaitlin."Ya, ya, yaaku mengerti, tidak usah memujiku. Sekarang katakana. Nuansa apa yang mereka inginkan dalam pesta pernikahan". Andrea cepat mengembalikan topic pembicaraan mereka. Ms. Kaitlin berdeham."Maaf, aku terlalu senang sehingga lupa". Andrea manggut-manggut."Jadi". Ms Kaitlin berhenti sebentar. "Mereka menginginkan nuansa semewah pesta pernikahan kerajaan". Beliau memulai."Woowitu lumayan berat ". Andrea menyela. "Tidak untukmu, semua akan berubah menjadi surga kalau kau yang menyulapnya". Ms. Kaitlin menepis pendapatnya."Selanjutnya mereka menginginkan bunga yang disediakan harus ada tujuh warna. Itu hal mudah, tapi yang sulit adalah menyesuaikan bunga-bunga itu dengan suasana kerajaan yang mewah, megah dan luar biasa". Andrea menggeleng. "Itu bukan hal yang sulit. Kita dapat memakai bunga-bunga liar dan sebagian bunga-bunga yang memiliki makna mewah namun tampilannya tetap sederhana, aku merasa ide dekorasinya sudah terbayang dikepalaku"."Idenya apa ?". Tanya Ms. Kaitlin tertarik. "Nuansa pernikahan Adam dan Eva, disatukan dengan menggambarkan perasaan Yosef dan Zuleykakemewahan mesir ala Chleopathra, dan pengantin pria-nya memakai sutera kasmir India". "Ide bagusini akan menjadi pernikahan paling romantis dan paling megah tahun ini". Seru Ms. Kaitlin menggebu."Selain itu, apa yang mereka inginkan?". Tanya Andrea lagi."Ruangan upacara pernikahan didominasi dengan warna putih, pink, ungu dan biru. Karena yang menikah adalah empat orang atau dua pasangan, jadi warna yang digunakan juga empat buah. Aku piker untuk permulaan cukup itu saja. Sisanya kau saja yang lanjutkan. Aku tidak terlalu berbakat dalam bidang ini". Ms. Kaitlin menyudahi."Yah tapi anda pintar menyiasati pengeluaran agar tidak membludak dan meraih keuntungan berlebih dari yang diperkirakan. Itu bakat yang jarang dimiliki pengusaha lho"."Terima kasih, Andreasemuanya berkat kamu. Aku tidak pernah berpikir usahaku akan maju pesat seperti ini. Kamu memang malaikat keberuntunganku". Ms. Kaitlin menatap Andrea penuh kasih. Andrea menyentuh tangannya dan mengusapnya tulus."Anda sudah seperti ibu untukku. Aku bukanlah apa-apa jika anda tidak membuka cangkangku. Anda menolongku di saat aku sendirian, dan memberikan aku pekerjaan yang amat layak untuk melanjutkan hidup. Itu tidak sebanding dengan apa yang kuperbuat untuk anda. Anda memperlakukan aku layaknya anak sendiri, padahal anda tak pernah punya anak. Dan aku anak yang tak pernah memiliki orang tua. Akulah yang beruntung bertemu dengan anda". Kata Andrea jujur. Ms. Kaitlin menghapus air matanya."Yah anakku sayang, makanya buatlah ibumu ini merasa bangga, jangan kecewakan aku dan hasilkan uang yang banyak untuk kita. Okey". Ujarnya bercanda. Andrea ikut tertawa."Ngomong-ngomong seperti apa keluarga yang akan memakai jasa kita ?". Tanya Andrea kemudian."Mereka keturunan bangsawan Amerika yang menetap di London". Alis Andrea bertaut. Mencoba mengingat sesuatu yang tidak diinginkannya. Tapi Andrea segera menepisnya. Keluarga bangsawan Amerika yang tinggal di London bukan hanya satu khan, tapi banyak."Pantas orang kaya, makanya buang-buang duit untuk pernikahan doank". Gerutunya."Tapi tidak masalah jika mereka membuang duit untuk kita". Ms. Kaitlin menimpali."Benar juga ya". Sahut Andrea setuju. Kemudian mereka sama-sama tertawa."Ms. Kaitlin, Klien baru kita ingin bertemu". Ujar Rita, Asisten Ms. Kaitlin."Suruh saja masuk". Sahut Ms. Kaitlin."Permisi". Terdengar suara seseorang. "Silahkan". Andrea tidak menoleh. Ia kembali memasang topeng dinginnya untuk orang lain."Kebetulan Nona, ini wedding planner kami yang bertugas di bidang dekorasi interior dan eksterior. Anda bisa berkenalan langsung dengannya". Kata Ms. Kaitlin memperkenalkan Andrea."Hi, senang berjumpa denganmu. Aku lah yang membutuhkan jasa kalian pada pernikahanku nanti". Wanita itu mengulurkan tangan. Andrea mendongak dan menyambutnya."Hai juga. Terima kasih sudah mempercayai kami". Sambut Andrea dengan sikap resmi. Wanita di depannya ini sangat cantik. Rambutnya pirang dan bermata biru, dengan tinggi ideal, sekitar 178 cm."Oh ya Andrea, kenalkan ini Ms. Elizabeth O'Bryans anak dari Mr. Bryan, bangsawan Amerika yang terkenal itu, dan Ms Liza, ini Andrea Mathew Smith, wedding planner kami yang multitalent". Ms. Kaitlin memperkenalkan mereka. Saat itu Andrea tidak tau seperti apa ekspresi wajah mereka masing-masing. Yang ia lihat Elizabeth O'Bryans sang nona besar terpana. Dan seandainya mata dapat terlepas dari kelopaknya, maka mata Liza akan menggelinding jatuh ke lantai, perumpamaan yang mengerikan.Ia sendiri tidak jauh berbeda. Tidak mengira takdir akan mempertemukan mereka kembali. Antara sang majikan yang nona besar dan budaknya yang hina."Oh, haiNona Elizabethternyata anda sudah siap menikah?". Andrea berhasil mengeluarkan suaranya. Meski agak terbata-bata."Yaeh, hai jugaAndrea, kau sudah dewasa sekarang". Liza sendiri tidak yakin dengan suaranya."Kalian saling kenal?". Tanya Ms. Kaitlin. Mereka berdua saling pandang kemudian memandang Ms. Kaitlin."Tepatnya, kawan lama". Suara Andrea terdengar sangat tenang. Ia kembali memegang kendalinya yang sempat terpecah karena pertemuan tak menduga ini."Nah, karena kalian sudah saling kenalaku piker tidak salahnya meninggalkan kalian berdua untuk saling bicara, aku keluar dulu". Pamit beliau."Terima kasih Ms. Kaitlin". Ujar Liza, suaranya terdengar bergetar.Seperginya Ms. Kaitlin Andrea memandang Liza yang memalingkan muka. Andrea mencoba tersenyum tulus. Senyum bisnis andalannya."Well, Liza. Akhirnya kita bertemu lagi". Katanya santai."Ah, yakita bertemu lagi". Sahut Liza pelan.***
Liza menuang cokelat panasnya dan menyesapnya. Sesekali matanya menatap Andrea yang duduk di depannya. Andrea terlihat begitu tenang, yakin dan percaya diri. Juga terkendali.
"Sejak kapan kau memulai profesi ini?". Liza memulai pembicaraan, mencoba membuat suasana di antara mereka sesantai mungkin."Sebenarnya sejak kuliah di tingkat III, aku membuat bisnis kecil-kecilan dengan teman-temanku. Kami tidak punya izin resmi. Bisa saja disebut sebagai usaha gelap. Tapi itu hanya di antara teman-teman kuliah saja. Ada juga dosen yang memakai tenaga kami secara suka rela"."Kedengarannya kau menyukainya". Komentar Liza."Yah begitulah. Bisnis ini menguntungkan sekali bukan". Lalu Andrea menyesap kopinya."Kau sendiri, semuda ini sudah siap menikah, apa tidak terburu-buru?". Andrea balik bertanya. Liza senang sepertinya Andrea juga tidak ingin pembicaraan mereka berlangsung kaku."Semuda ini, aku seusia denganmuapa kamu tidak ingat?". Liza berkilah. "Ah, iyaaku lupa. Dulu kita seusiatapi dulu itu, kau lebih mirip setan kecil yang sangat jahat, kau tau?". Andrea mencoba bercanda. Walaupun wajahnya menunjukkan kesinisan."Dulu aku anak kecil yang selalu mengikuti Henrymemangnya aku masih terlihat sejahat iblis ya?". Liza ikut bergurau. Andrea tertawa kecil."Tidak, kamu sekarang lebih mirip malaikat yang sangat cantik. Selamat ya, aku ucapkan semoga berbahagia". Andrea mengulurkan tangan. Liza menyambutnya."Terima kasih". Kata Liza.Lalu suasana kembali hening. Liza membuka suara."Apa kau masih dendam padaku, Andrea ?". Tanya Liza pelan. Andrea tersenyum dan menggeleng."TidakLiza, kau taukalian hanyalah sebagian kecil orang yang memperlakukanku dengan buruk, dari umur empat tahun aku sudah menjalani hidup menyedihkan. Aku sudah terbiasa dijahili dan dicaci. Dan aku kebal terhadap hal itu. Aku tidak menaruh dendam padamukarena kau masih kecil saat itu. Seorang nona besar manja dan egois". Andrea mendengus. Liza tertawa mendengarnya."Maafkan Aku Andrea, karena sudah menyakitimuaku tau aku bersalah. Tapi aku tidak ingin bermusuhan di masa depan. Aku tidak berhak meminta maaf untuk Henry, tapi maukah kamu memaafkan kejahatan kami?". Pinta Liza. Andrea tau makud Liza tulus."Aku tidak dendam kepada kalian. Aku juga tidak marahaku sudah memaafkan kalian, biar bagaimanapun kalian pernah menghidupi aku selama 2 tahun. Meski diperlakukan buruk, kalian tetap memberiku makan khan?". Ucap Andrea santai. Liza menarik nafas lega."Oh ya, Ms. Kaitlin bilang padaku kalian ingin melangsungkan 2 pernikahan sekaligus. Memangnya Harry akan menikah dengan Annabelle?". Tanya Andrea dengan sikap biasa. Tapi tanpa sadar membuka kedoknya yang terlihat jelas oleh Liza."Bukan, yang akan menikah aku dengan Henry. Dia yang mengusulkan agar pernikahan ini dilakukan secara bersamaan. Henry terlalu sayang padaku sehingga ingin melewatkan moment terpenting dalam hidup kami sebelum kami benar-benar berpisah". Tutur Liza."OoohKu kira kakakmu yang akan menikah". Tercium bau kelegaan dari kejauhan. Andrea belum melupakan Harry rupanya. Piker Liza."Dia mungkin tidak mau menikah. Harry dengan Annabelle sudah putus 5 tahun yang lalu. Tapi Harry yang malang masih belum bisa melupakannya". Ujar Liza, sedikit membeberkan cerita kakaknya untuk memancing wajah tanpa ekspresi di depannya ini lepas kendali."Putus ?". Gumam Andrea tidak percaya."YahAnnabelle mengkhianatinya. Memang Annabelle tidak mencampakkannya. Tapi wanita itu brengsek yang serakah. Ia tidak ingin kehilangan kakakku karena kantong Harry yang tebal. Tapi juga tidak ingin melepaskan pasangan kumpul kebo-nya. Kakakku lah yang memutuskan hubungan mereka. 2 tahun pertama sangat berat untuk Harry". Lanjut Liza."Kau kenal Harry bukan?. Dia adalah tipe setia. Sejak putus dari Annabelle, ia menjadi bujangan sejati. Harry tidak pernah menjalin hubungan mendalam dengan siapa pun selama 5 tahun terakhir". Liza mengakhiri ceritanya."Tapi kemarin dia cerita. Kalau minggu lalu ia bertemu sorang wanita yang menarik perhatiannya. Aku piker sekarang lah saatnya untuk dia jatuh cinta lagi. Dia bilang ada wanita yang sangat pantas duduk di bangku bangsawan. Bukankah itu berarti lampu kuning untuknya memulai hubungan baru lagi?". Liza semakin menggebu. Tapi tidak ada ekspresi yang terlihat di wajah Andrea. Wanita ini sangat berbakat menutupi emosinya."Kurasa, cerita mengenai Harry tidak ada hubungannya denganku". Kata Andrea datar."Ah ya, aku bicara panjang lebarmemang tidak ada hubungannya. Tapi kupikir kalian akan sering bertemu selama 3 minggu mendatang". Ujar Liza."Yah, itulah konsekuensi kerjaku, aku harus bersosialisasi dengan seluruh anggota keluargamu. Aku mengira-ngira apakah Henry akan terkejut sepertimu ketika bertemu denganku nanti". Gurau Andrea. "Sepertinya begitu". "Kalau begitu aku pulang dulu. Andrea ku mohon kerja samanya ya, dan terima kasih banyak". Pamit Liza."Sama-sama". Sahut Andrea."Oh ya, satu hal lagiaku harap kita bisa menjadi teman yang baik. Kamu teman ngobrol yang menyenangkan". Ucap Liza seraya melambaikan tangan. Andrea menyunggingkan senyum."Ujian sebenarnya baru dimulai". Batin Andrea.***"Ini benar-benar gila, tadi aku bertemu dengannya". Kata Liza. Seraya mengambil air mineral dalam kulkas dan meminumnya sekali teguk.
Harry yang membaca buku anthropology suku Inca menatapnya heran."Siapa ?". Tanyanya."Andrea Mathew Smithkakak benar, wanita itu sungguh mengagumkan. Ia bukan lagi itik buruk rupa. Wanita itu sangat anggun saat aku berkenalan dengannyadan lagi aku bicara banyak dengan dia". Liza minum lagi. Ia terlalu bersemangat cerita."Oh yamenurutmu orangnya seperti apa?"."Anggun, dingin dan menakutkan. Tapi dia teman bicara yang menyenangkandia bisa mengimbangi pembicaraanku, kau tau selama ini tidak ada yang mampu mengalahkan kemampuan bicaraku"."Lalu?"."Lalu apa?!!. Kamu tau siapa yang akan mengatur pernikahan kami?. Ternyata dia. Gadis kecil itu benar-benar luar biasa". Lanjut Liza."Benarkah ?, hasil kerjanya sangat menakjubkan Lho". Seru Harry senang."Belum, karena aku belum melihatnya. Selama aku belum menyaksikannya sendiri. Aku tidak mempercayainya". Gerutu Liza kesal melihat sikap antusias kakaknya."Percayalah padakuselain itu kalian bicara apa?". Tanya Harry lagi. Liza tidak mungkin bilang kalau tadi mereka membicarakan Harry. Kalau bilang begitu, sama saja ia cari mati."Aku minta maaf padanya. Dan dia bilang sudah memaafkan aku dari dulu. O ya, dia mengira yang akan menikah selain aku adalah kau dengan Annabelle. Rupanya dia masih menyangka kau berhubungan dengan gadis mata duitan itu". "Dia mengira begitu?". Gumam Harry."Kau ingat kataku kak, jangan coba-coba mendekatinya. Dia berbahaya". Kata Liza penuh makna. Harry menggelengkan kepala."Kamu ini kenapatidak mungkin aku mendekatinya"."Aku sangsinanti kalian bakal sering bertemu dan berkomunikasi. Aku tidak yakin kau tidak tertarik padanya. Dia sangat menarik kakaku saja terpesona olehnya"."Kau ini bermaksud melarangku atau menjodohkan akuRea tidak mungkin tertarik padaku, sebab dia sudah dengan jelas menunjukkan kebenciannya terhadapku"."Tebak saja begitudia bukan wanita cantik seperti Annabellebukan wanita semampai seperti model, bukan juga wanita langsing yang menggiurkan. Tapi Andrea Mathew Smith wanita sejati dan alamihal itulah yang membuatnya terlihat seksi dan menggairahkanoh ya, tadi dia tidak memakai kacamata tebal itu lagi. Andrea memakai lensa kontakdia cantik sekaliA-L-A-M-I". Liza memberi penekanan pada kata terakhirnya dan menyebutkannya secara perlahan. Liza tidak tau efek apa yang ditimbulkan oleh suaranya yang menyebut kata itu secara pelan. Darah Harry berdesir. Ia tidak ingin mengakui di depan Liza kalau sebenarnya saat pertama kali bertemu ia sudah penasaran kepada wanita itu. Dan sekarang ia menyadari arti dari rasa penasarannya. Ia tertarik kepada wanita bernama Andrea Mathew Smith yang membencinya. Bahkan ia mulai terpikat kepada wanita itu.***
Untuk apa Liza menceritakan kisah cinta Harry yang gagal kepadaku. Batin Andrea sepulang dari kantornya. Pertemuannya hari ini dengan Liza sungguh tak terduga. Ia mengira pertama kali Liza akan mengejek kemampuannya. Tapi Liza malah meminta maaf kepada Andrea.
Elizabeth O'Bryans yang angkuh dan sombong sudah tidak ada lagi. Andrea menyukai Liza. Wanita itu terlihat baik dan ramah. Mungkin saja mereka bisa menjadi teman dekat nanti.Bodoh kau!!. Seru hatinya yang lain. Yang namanya keluarga Bryans itu semuanya racun. Satu orang yang baik tidak menjamin semua keluarga yang lain juga baik.Buktinya Harry dulu, bukankah ia sangat baik kepadamu?. Tapi akhirnya sifat asli mereka keluar juga khan?. Harry menghinamu, mempermalukanmu di depan kekasihnya yang angkuh.Mungkin mereka sudah berubah. Hatinya yang lembut berbisik. Sudah sebelas tahun lalu, untuk apa kau masih menyimpan kebencian terhadap mereka. Toh mereka tidak menyiksamu selama 11 tahun terakhir. Tapi Henry mungkin tidak. Pemuda yang hanya lebih tua 3 tahun dari Andrea itu jahat sampai ke dasar hatinya. Liza hanya terpengaruh polah nakal dan usil kakaknya. Tapi sekarang lihat, Liza telah berubah kan?.Tapi ini kesempatanmu membalas mereka. Kau tidak perlu menjahati mereka, akan tetapi buat mereka merasa berdosa kepadamu. Dan sepertinya kamu tidak perlu menghindari pria bernama Harry O'Bryans itu. Dia-lah sasaran utamamu.Andrea tertawa. Ya, Harry O'Bryans adalah sasaran utamanya. Andrea tidak akan mencampurkan Liza. Tapi Liza adalah sarana utama yang akan membantunya menghancurkan Harry seperti Harry menyakitinya dulu.Namun Andrea lupa satu hal. Kebencian adalah bentuk tipis dari cinta. Ia tidak menyadari kalau ia berupaya menghancurkan Harry O'Bryans, dia juga akan ikut hancur.***
Liza tidak mengerti dengan tindakannya sendiri. Apa yang dia inginkan dengan menceritakan kegagalan Harry kepada Andrea. Andrea jelas tidak tertarik mengikuti ceritanya. Dan Andrea jelas-jelas tidak menyukai Harry.
Entah mengapa Liza merasa ada suatu kekuatan dalam diri Andrea Mathew Smith yang dingin dan sinis itu. Kekuatan yang sifatnya menenangkan dan menyembuhkan. Dan Liza merasa Andrea sangat cocok untuk kakaknya yang masih terluka karena Annabelle.Liza tidak pernah menyukai Annabelle. Gadis itu angkuh dan materialistis. Liza tidak mengerti mengapa dulu Harry begitu memuja Annabelle. Sampai sekarang foto Annabelle masih tersimpan di dompet Harry.Sikap dingin Andrea membuatnya terlihat sangat anggun. Dan kata-katanya setajam pedang. Andrea tidak cantik, tapi memesona. Sepertinya Harry sendiri sudah menyadari hal itu.Liza tidak tau sosok seperti apa Andrea sekarang. Namun Liza menyukainya. Sangat menyukai Andrea yang dulu ia benci. Liza berharap mereka dapat berteman dengan baik. Tiba-tiba ide gila muncul di benaknya. Selama tiga minggu terakhir Andrea akan sering muncul dalam kehidupan mereka. Pelan-pelan Liza akan mendorong kakaknya untuk mulai memandang Andrea. Sebab Liza merasa Andrea adalah orang paling cocok untuk kakak tersayangnya.***
Harry mempersiapkan materi kuliah yang akan diajarkannya ketika seseorang berdeham dan mengetuk pintu ruang kerja. Harry menoleh dan takjub melihat siapa yang datang. Ia bangkit dari komputer dan melangkah ke arah pintu."Hai, selamat datang". Sambutnya."Hai". Wanita itu menyahutnya datar."Ada keperluan apa kemari?". Tanya Harry sopan. Sedikit basa-basi pikirnya."Liza dan tunangannya ingin bicara denganku mengenai rancangan dekorasi pada saat pernikahan mereka". Jawab Andrea lagi, masih dengan suara datar."Oh ya, Liz dengan Greime tadi pergi melihat gaun pengantin, mungkin sebentar lagi mereka datang". Ujar Harry."Okalau begitu aku pergi dulu". Pamit Andrea."Jangan, lebih baik kau tunggu mereka sebentar llagipula aku tidak akan berbuat jahat padamu kok. Aku sedang menyiapkan materi kuliah untuk besok". Tahan Harry."Jadi aku mengganggumu?". Andrea beringsut, dan duduk di meja santai dekat meja kerja Harry."Sama sekali tidak, pekerjaanku sebentar lagi selesai kok". Harry menyanggah."Kau tunggu saja ya". Pinta Harry.Harry sama sekali tidak bisa berkonsentrasi, melihat Andrea Smith duduk di sebelah kirinya, dengan jarak hanya 2 meter dari meja kerjanya.Hari ini wanita itu tampak mengagumkan. Ia memakai blouse warna merah muda dengan celana jeans warna hitam pudar. Rambutnya dibiarkan tergerai ringan di punggung. Rambut Andrea berwarna merah kecoklatan. Harry berani bertaruh rasa rambut itu akan selembut sutera di bawah sentuhannya.Andrea memakai pakaian dengan nuansa formal tetapi tetap santai. Menunjukkan ia menikmati pekerjaannya. Ia tidak memakai make up berlebih seperti kebanyakan wanita.Liza benar, Andrea cantik A-L-A-M-I. seperti yang dikatakan Liza. Harry merasa ada sesuatu mengalir panas dalam darahnya. Sesuatu yang sama hangatnya. Darahnya berdesir melihat cara wanita itu mengibaskan rambutnya. Blouse yang dipakai Andrea cukup longgar, mungkin ia sengaja tidak ingin menampakkan lekuk-lekuk tubuhnya yang indah. Harry yakin Andrea memiliki tubuh yang indah. Tapi tidak ingin menampakkannya kepada orang lain. "Jadi sekarang profesimu adalah dosen ?". Tiba-tiba Andrea mengajaknya bicara, membuyarkan lamunan Harry tentang bagaimana bentuk tubuh Andrea jika ia memakai sutera ketat di tubuhnya."Ehah, iyaCuma pekerjaan sementara saja, aku belum memutuskan akan sepenuhnya bekerja menjadi dosen"."Ada bisnis lain, maksudku profesi lain?". Ralat Andrea."Bukan profesi sich, lebih merupakan hobiaku menyukai bisnis bidang property. Tapi belum ada rencana untuk mengembangkannya. Kebetulan ada beberapa temanku yang tertarik bergabung karena mempunyai hobi yang sama". Tutur Harry."Pasti akan sangat menyenangkan". Komentar Andrea."Tentu saja, jika kau menyukai profesimu, semua beban akan terasa ringan. Oh ya ngomong-ngomong..kamu menyukai profesimu sendiri?"."Aku menikmatinya". Aku Andrea."Terlihat kokwajahmu menunjukkannya". Celetuk Harry."Apa maksudmu?". Andrea memprotes."Jangan marah, maksudku seseorang yang menyukai sesuatu pasti itu terlihat dari wajahnya. Lagipula kau wanita berdedikasi, hasil kerjamu menakjubkanaku melihat sendiri di pernikahan Nick". Harry mencoba menjernihkan suasana."Ooterima kasih"."Dan kalau seseorang tidak menyukai sesuatu, apakah terlihat jelas di wajahnya?". Tanya Andrea sinis. Wah, wanita ini temperamennya tinggi sekali. Piker Harry."Sebagian ada yang menunjukkannya, tapi sebagian lain menutupinya. Aku piker tergantung kondisi emosi seseorang. Terkadang bisa saja ia menyembunyikannya saat kendali dirinya kuat, tapi kadang juga akan meledak seperti yang kulihat saat ini". Ujar Harry. Mencoba bercanda. Tapi Andrea bukan tipe yang suka diajak bercanda."Maksudmu aku?, oh ya anda benar Mr. Perfectaku sangat tidak menyukai anda. Aku dapat menutupinya kalau kendali diriku terkontroltapi berhadapan denganmu akan membuat tekanan darahku naik, sehingga meledak. Begitu?". Tegas Andrea tajam. Harry terperangah. Ia tidak mengira Andrea sangat marah."Maaf, kalau aku menyinggungmu, Reaaku tidak akan bicara lagi". Sesal Harry."Satu hal lagi, Mr. O'Bryansaku tidak suka dipanggil dengan nama kecil itu. Sama tidak sukanya aku pada dirimu". Tukas Andrea."Ya, sebagaimana kau tidak menyukai aku, seperti itu juga aku menyukaimu". Ujar Harry tidak kalah tegas. Sejenak Andrea terdiam. Pria itu tadi menyebut kata suka kepadanya. Kepadanya ?."Maaf tuan, aku pikir kalau aku terus-terusan berdebat denganmu hanya akan menghilangkan konsentrasi kerjaku. Aku permisi dan katakan pada adikmu, aku akan menemuinya lain kali". Sembur Andrea. Tingkat emosinya sudah mencapai puncak. Ia marah sekali.Andrea bangkit dan mengambil tasnya dengan kasar. Ia melangkah menuju ke pintu tapi tiba-tiba langkahnya terhenti. Liza dan Greime baru saja sampai dan mereka berdua berbicara dengan wajah berseri-seri masuk ke dalam rumah. Mereka berjalan ke arah pintu ruang kerja. Sial, gerutu Andrea dalam hati. "Mereka sudah tiba ya". Mendadak sebuah suara berat terdengar begitu dekat dengan telinganya. Andrea menoleh, dan terkesiap melihat betapa dekatnya Harry dengannya. Apalagi tangan kanan pria itu bertumpu dekat kepalanya. Andrea merasa sedikit lagi Harry dapat memeluknya. Harry sangat wangi, aroma aftershave lavender merasuk ke dalam pernafasan Andrea. Aroma yang sangat nyaman."Aku benar khan..?". Ujar Harry dan menoleh kepadanya. Andrea yang juga tengah menatapnya tertegun. Pandangan mereka bertemu, Harry terdiam. Wajah mereka sangat dekat. Dalam jarak 1 cm Harry dapat melihat dengan jelas denyut nadi di leher Andrea. Sejenak Harry dan Andrea terpaku kedekatan itu. Harry memperhatikan bibir Andrea. Bibir merah yang sepertinya belum pernah tersentuh.Harry merasa diterpa badai hasrat untuk mencium Andrea. Wanita itu terlihat seperti es krim yang sangat sayang jika dibiarkan begitu saja. Lama-kelamaan kalau Harry tidak merasakannya, es krim itu akan meleleh."EhmEhm". Terdengar suara berdeham. Membuyarkan khayalan mereka berdua. Andrea sedikit terperanjat mendengar suara itu. Rupanya itu suara Greime, tunangan Liza."Kalian tidak bermaksud ciuman di depan pintu khan?, jika saja para pelayan melihat kalianaku rasa mereka akan senang sekaligus cemburu adegan pribadi yang menyenangkan untuk ditonton secara gratis". Canda Greime yang memang seorang actor."Ah tentu tidak, memangnya kau kurang kerjaan berciuman di depan pintu?". Harry berkilah. Sementara Liza terbengong-bengong melihat adegan yang sudah berakhir tersebut."Aku menyesal mengapa tadi ponselku mati dan tidak bisa mengabadikan moment luar biasa ini". Dengus Liza. Ia melihat wajah Andrea merah padam. Entah karena marah atau malu."Ah sudahlah, ayo kita bicara hal yang lebih pentingkebetulan karena Andrea sudah susah-susah kemari, kita harus menghargai profesionalitasnya itu". Ajak Greime seraya menggandeng tangan Liza.Harry yang pura-pura meneruskan pekerjaannya diam-diam melirik kea rah mereka bertiga. Khususnya kepada wanita pemarah yang serius itu. Greime dan Liza benar. Tadi aku hamper mencium wanita itu. Sedikit lagi. Batin Harry.Tapi sepertinya itu tidak ada pengaruhnya terhadap Andrea Smith yang dingin."Kalian teruskan saja pembicaraan kalian. Aku mau keluar dulu. 5 jam berada di depan computer membuat mataku agak perih". Ujar Harry.Lalu ia keluar dari ruang kerja. Sebelumnya ia sempat melirik kepada Andrea lagi. Namun wanita itu terlalu asyik dengan pekerjaannya. Andrea tidak menyadari sinyal yang ia kirimkan.***"Kamu hamper menciumnya tadiatau kakak memang ingin menciumnya?". Liza menginterogasi Harry usai makan malam.Harry tidak menjawab. Liza mendekatinya dan menatap mata kakaknya lekat-lekat."Katakan sejujurnya padaku, kau ingin menciumnya bukan?". Ulang Liza sekali lagi."Ayolah Liz, jangan paksa aku. Aku sendiri tidak mengerti mengapa aku ingin melakukannya". Harry mengeluh."Aku sudah memperingatimu kak, jangan tertarik kepada Andrea Smith, atau kau akan hancur". Sesal Liza."Okey, okeysekarang kita tutup pembicaraan mengenai wanita ini..setuju?". Harry mengusap rambutnya. Ia sendiri kehabisan akal memikirkan Andrea Smith yang hadir seperti bom dalam hidupnya."Aku tidak yakin kak, sebenarnya aku menyukai Andrea. Tapi wanita itu pernah marah dan dendam kepadamu. Namun aku sempat berharap kalau saja seandainya Andrea melupakan semua dendamnyadia adalah wanita yang pantas untukmu". Desah Liza. Harry mengernyitkan alisnya."Apa maksudmu?". "Seandainya dendam Andrea dapat terhapus dengan kejujuran atas perasaannya sendiridia wanita terbaik yang aku calonkan di urutan pertama untukmu". Tutur Liza. Harry tertawa terbahak-bahak."Itu impianmu belaka dik, Andrea bukan wanita yang mudah melupakan amarah dan dendamnya". Harry menggeleng."Tapi kamu menyukainyadan aku dapat melihat dengan jelas Andrea masih memujamu. Dia hanya tidak mau menunjukkan kepadamu, orang yang telah melukainya". "Bijak sekali, adikku sayang. Tapi aku tak pernah berharap Andrea wanita yang tepat untukku". Sanggah Harry."Dia itik buruk rupa yang menjelma menjadi puteri kak, dan Andrea masih suciia belum pernah terlibat hubungan rumit dengan banyak orang. Apalagi laki-laki"."Aku ingatkan sekali lagi. Kau satu-satunya pria dalam hidupnya, yang dibencinya sekaligus dipujanya". Bisik Liza.Jangan mengatakan hal-hal begitu lagi padaku. Batin Harry. Apa kau lupa. Aku sudah tidak bisa lagi mempercayai perempuan. Sesal Harry dalam hati.***Harry meregangkan otot-otot tubuhnya. Semua sendi tubuhnya terasa penat dan linu. Ia bekerja ekstra seharian ini. Meski hanya duduk di depan komputer, itu juga lumayan melelahkan. Duduk di depan computer selama 5 jam dan hanya istirahat pada waktu makan siang. Matanya masih agak perih sewaktu Harry pergi ke college. Harry diberi kepercayaan mengajar mata kuliah American history oleh dosen seniornya. Oxford University merupakan perguruan tinggi bergengsi di London dan telah diakui dunia. Tidak mudah menjadi dosen muda di sana. Harry harus siap menerima kritik dan ucapan pedas dari mahasiswa-mahasiswa yang prestasi mereka tidak perlu diragukan lagi.Tapi Harry beruntung. Pengalamannya kuliah di tingkat magister di Harvard University membantunya menjawab dan mengatasi masalah yang muncul saat ia mengajar. Dan para mahasiswa kelihatannya cukup puas dengan jawaban yang ia berikan terhadap pertanyaan mereka.Harry melemaskan otot-otot lehernya yang tegang akibat stress yang ia a
Greime menarik Liza mendekat kepadanya. Ia membawa Liza masuk ke apartemen pribadinya. Sesampainya ke dalam Liza meletakkan tasnya dan melangkah menuju dapur."Nah, kau mau aku masakkan apa malam ini?". Tanya Liza. Greime yang tidak menyahut tersenyum nakal dan mengedipkan sebelah matanya. Ia melingkarkan kedua tangannya di pinggang Liza. Lalu mulai menciumi rambut Liza."Ayolah Greime, jangan nakal beginikamu tau khan aku sangat lapar. Saat ini tidak ada yang lebih menarik untukku dari pada makanan". Kata Liza mencoba mencegah tindakan Greime."Liza, kau tau aku juga lapar, bahkan sangat lapar. Biar aku makan dulu hidangan lezat di depanku ini". Bujuk Greime."Maafkan aku sayangbukannya aku tidak mauTapi pernikahan kita sudah di depan mata. Tolong hargai aku ya, aku mau ketika kita menikah. Aku masih suci untukmu. Dan saat itu, kau akan lebih bahagia daripada sekarang". Pinta Liza pelan.Greime menghela nafas. Ia mengelus pipi Liza dan m
Andrea Smith memandang kedua pasangan yang tengah mengucapkan janji pernikahan dan disaksikan semua orang. Andrea tersenyum puas dengan hasil kerjanya selama seminggu sebagai wedding planner bagian dekorasi interior dan penataan bunga.Wanita yang duduk di sebelahnya menatapnya dengan tatapan-siapa orang aneh ini- kepadanya. Sebagian lain ada yang menatapnya dengan prihatin dan ada juga yang tidak memperdulikannya karena tengah asyik dengan upacara pernikahan yang tengah berlangsung.Yah, apa salahnya aku berada di sini, toh aku tidak bakal mengacaukan upacara ini, karena aku yang mempersiapkannya. Piker Andrea. Andrea bekerja sebagai wedding planner dalam sebuah bisnis event organizer. Dia mulai bergabung dalam bisnis ini sejak dua bulan lalu. Dan pernikahan ini merupakan kali ke lima yang menggunakan jasanya sebagai decorator.Andrea dapat melihat cahaya yang memancar dari wajah sang mempelai wanita yang berseri. Ia terlihat begitu bahagia. Andrea tersenyum miris. Ia beke
Satu Andrea terlalu terburu-buru dan salah ambil perhitungan. Pria itu tersenyum kepadanya dan memberi jalan untuk Andrea lewat. Andrea lupa kalau sekarang ia memaki rok, bukannya celana, jadi untuk melewati pria itu Andrea harus mengangkat sedikit roknya, sebab ruang antara tempat duduk sangat sempit. Dan kecerobohan itu berlanjut dengan kemalangan berikutnya. Karena roknya terkait ujung kursi, tak ayal lagi tubuhnya yang montok pun jatuh terjerembab ke lantai. Tepat di tengah-tengah ruangan di jalan utama."Gubraaakkk". Suara bergedebum keras terdengar. Membuat semua orang kaget dan menatap kea rah asal suara, termasuk kedua pengantin yang hendak menukar cincin pernikahan terbengong-bengong melihat adegan lawak yang tidak lucu itu.Lalu semua orang pun tertawa. Ada yang memandangnya dengan rasa prihatin dan kasihan, dan tidak sedikit yang melempar pandangan jijik.Pria itu mengulurkan tangannya bermaksud untuk membantu
Greime menarik Liza mendekat kepadanya. Ia membawa Liza masuk ke apartemen pribadinya. Sesampainya ke dalam Liza meletakkan tasnya dan melangkah menuju dapur."Nah, kau mau aku masakkan apa malam ini?". Tanya Liza. Greime yang tidak menyahut tersenyum nakal dan mengedipkan sebelah matanya. Ia melingkarkan kedua tangannya di pinggang Liza. Lalu mulai menciumi rambut Liza."Ayolah Greime, jangan nakal beginikamu tau khan aku sangat lapar. Saat ini tidak ada yang lebih menarik untukku dari pada makanan". Kata Liza mencoba mencegah tindakan Greime."Liza, kau tau aku juga lapar, bahkan sangat lapar. Biar aku makan dulu hidangan lezat di depanku ini". Bujuk Greime."Maafkan aku sayangbukannya aku tidak mauTapi pernikahan kita sudah di depan mata. Tolong hargai aku ya, aku mau ketika kita menikah. Aku masih suci untukmu. Dan saat itu, kau akan lebih bahagia daripada sekarang". Pinta Liza pelan.Greime menghela nafas. Ia mengelus pipi Liza dan m
Harry meregangkan otot-otot tubuhnya. Semua sendi tubuhnya terasa penat dan linu. Ia bekerja ekstra seharian ini. Meski hanya duduk di depan komputer, itu juga lumayan melelahkan. Duduk di depan computer selama 5 jam dan hanya istirahat pada waktu makan siang. Matanya masih agak perih sewaktu Harry pergi ke college. Harry diberi kepercayaan mengajar mata kuliah American history oleh dosen seniornya. Oxford University merupakan perguruan tinggi bergengsi di London dan telah diakui dunia. Tidak mudah menjadi dosen muda di sana. Harry harus siap menerima kritik dan ucapan pedas dari mahasiswa-mahasiswa yang prestasi mereka tidak perlu diragukan lagi.Tapi Harry beruntung. Pengalamannya kuliah di tingkat magister di Harvard University membantunya menjawab dan mengatasi masalah yang muncul saat ia mengajar. Dan para mahasiswa kelihatannya cukup puas dengan jawaban yang ia berikan terhadap pertanyaan mereka.Harry melemaskan otot-otot lehernya yang tegang akibat stress yang ia a
"Andrea, ada klien baru lagi nih. Bayaran yang ditawarkan sangat besar lho". Ujar Ms. Kaitlin. Bosnya."Oh ya, apa itu?". Tanyanya penasaran."Kau tau, ada dua calon pengantin yang meminta jasa kita supaya menjadi EO untuk mereka. Katanya klien tersebut tertarik kepada EO kita karena menghadiri pernikahan pasangan Nicholas Speech dan Sierra Milano. Katanya penataan ruangan disana benar-benar menakjubkan". Ujar Ms. Kaitlin berkicau ria."Dan kau tau, semua ini karena kamu Andrea. Kau membawa keberuntungan dalam hidupku. Sejak kamu bergabung dalam EO yang aku kelola, pemasukan kita bertambah hingga 3 kali lipat, bayangkan berapa hasil yang telah kita raup selama 2 bulan ini, oh Andrea kemarilah biar kupeluk kamu". Seru Ms. Kaitlin membuat Andrea tertawa.Hanya kepada Ms. Kaitlin Andrea merasa menjadi dirinya sendiri. Ia tidak perlu memasang topeng wajah dinginnya yang selama ini ditunjukkan kepada banyak orang. Ms. Kaitlin membuatnya merasa disayangi dan dibutuhkan. Karena
Satu Andrea terlalu terburu-buru dan salah ambil perhitungan. Pria itu tersenyum kepadanya dan memberi jalan untuk Andrea lewat. Andrea lupa kalau sekarang ia memaki rok, bukannya celana, jadi untuk melewati pria itu Andrea harus mengangkat sedikit roknya, sebab ruang antara tempat duduk sangat sempit. Dan kecerobohan itu berlanjut dengan kemalangan berikutnya. Karena roknya terkait ujung kursi, tak ayal lagi tubuhnya yang montok pun jatuh terjerembab ke lantai. Tepat di tengah-tengah ruangan di jalan utama."Gubraaakkk". Suara bergedebum keras terdengar. Membuat semua orang kaget dan menatap kea rah asal suara, termasuk kedua pengantin yang hendak menukar cincin pernikahan terbengong-bengong melihat adegan lawak yang tidak lucu itu.Lalu semua orang pun tertawa. Ada yang memandangnya dengan rasa prihatin dan kasihan, dan tidak sedikit yang melempar pandangan jijik.Pria itu mengulurkan tangannya bermaksud untuk membantu
Andrea Smith memandang kedua pasangan yang tengah mengucapkan janji pernikahan dan disaksikan semua orang. Andrea tersenyum puas dengan hasil kerjanya selama seminggu sebagai wedding planner bagian dekorasi interior dan penataan bunga.Wanita yang duduk di sebelahnya menatapnya dengan tatapan-siapa orang aneh ini- kepadanya. Sebagian lain ada yang menatapnya dengan prihatin dan ada juga yang tidak memperdulikannya karena tengah asyik dengan upacara pernikahan yang tengah berlangsung.Yah, apa salahnya aku berada di sini, toh aku tidak bakal mengacaukan upacara ini, karena aku yang mempersiapkannya. Piker Andrea. Andrea bekerja sebagai wedding planner dalam sebuah bisnis event organizer. Dia mulai bergabung dalam bisnis ini sejak dua bulan lalu. Dan pernikahan ini merupakan kali ke lima yang menggunakan jasanya sebagai decorator.Andrea dapat melihat cahaya yang memancar dari wajah sang mempelai wanita yang berseri. Ia terlihat begitu bahagia. Andrea tersenyum miris. Ia beke