Harry menapakkan kakinya di Yellowstone setelah 3 jam 40 menit, dan itu adalah waktu tercepat mengingat sepanjang perjalanan dia ditemani hujan dan petir yang membuat perjalanannya tidak nyaman. Hanya dengan jeritan Kim mampu menggerakkan Harry untuk cepat datang ke sini. Padahal ia ingin menghindari Kim, lebih tepatnya sampai perasaannya berubah pada Kim.
"Ini tidak masuk akal," ujar Harry, dia sedikit tidak percaya. Wajahnya matanya melihat layar CCTV dengan termenung. Belum pernah kejadian seperti ini. "Coba kau perik
Kim menuruni anak tangga terburu-buru. Tidak sabaran ingin bertemu Harry, saat membuka mata Kim langsung teringat dengan Harry dan cepat-cepat menanyakan keberadaan Harry pada pelayan. Sejak pertengkaran mereka waktu itu hubungan mereka sedikit merenggang. Kim dengan nafas tersengal-sengal menuju ruang makan keluarga. Dia berharap hubungan mereka kembali baik-baik seperti dulu, dia rindu menghabiskan waktu bersama Harry dan juga Emily. Begitu kakinya didekat meja makan tatapan kasar Neneknya membuat Kim melangkah pelan. Matanya menangkap Harry yang juga sedang menatapnya. Andaikan mata Nenek tua itu sedang tidak mengawasinya mungkin Kim akan menerjang ke pelukan Harry.Kim duduk di bangku berseberangan dengan Harry. Setiap gerak-geriknya diperhatikan oleh Harry."Kim, apa kau tidak bisa membersihkan dirimu dulu sebelum turun. Kau sangat berantakan?" Wanita tua itu menatap baju t
"Cepat Alice... Kita harus pulang sekarang."Jika di dunia ini ada tempat paling bahaya namun tak bisa dilepaskan adalah Harry-dia adalah orang berbahaya namun Alice tak bisa melepaskan laki-laki itu. Harry mempengaruhi dirinya utuh tanpa paksaan. Mahluk itu tenang tapi bisa menghanyutkan."Kenapa kita pulang mendadak? Ini Masih malam sekali." Alice sebenarnya geram tapi tubuhnya sudah bangun pasrah mengikuti kemauan pria yang sudah berpakaian lengkap itu. "Ada masalah dengan teman-temanku, aku harus membantu mereka." Ucap Harry, wajahnya serius, dingin, bahkan Alice bisa melihat srigala dalam tatapan Harry."Apa yang terjadi, katakan?" teriak Alice panik. Jika wajahnya seperti ini pasti Harry akan menyerang seseorang atau melakukan hal bahaya dan itu membuatnya panik. "Harry!"Harry melotot pada Alice. "Pelankan suaramu kalau tidak semua akan bangun. Kekasih temanku diculik oleh Ge
Setelah urusan Harry selesai dia kembali ke apartemennya yang ia tinggali sendiri. Sebenarnya apartemen ini hanya ayahnya yang tahu, sebagai sesama lelaki-ayahnya merasa Harry butuh tempat privasi. Karena Leon lebih berpengalaman, baginya tak mengapa jika Harry berkencan dengan ganti-ganti wanita. Leon pun seperti itu. Dia bukan pria baik-baik yang hanya cukup satu wanita untuk memuaskannya.Subuh tadi sebelum Harry pergi dia meninggalkan Alice di apartemennya untuk beristirahat. Tapi wanita itu tetap di apartemennya sampai dia pulang. Apalagi yang bisa dilakukan sepasang di rumah tanpa pengganggu.Alice sangat cantik dengan lekuk tubuhnya yang hanya menyisakan pakaian dalam saja.Harry mencumbu Alice sesuai keinginan gadis itu. Memberikan kenikmatan untuk Alice dengan sentuhan dan ciumannya. Sentuhan Alice mendorong wajah Harry untuk tetap berlama-lama menciumnya di bagian lehernya.&nbs
"KIM!! KENAPA PAKAIAN DALAMMU BERSERAK DI KAMAR MANDI!"Teriakan Harry menggema di kamar. Kim yang sedang mengarahkan hairdryer pada rambutnya hampir terlonjak karena terkejut. Kemudian dia hanya menghela nafas kembali mengeringkan rambutnya."Kim, kau dengar kataku?"Kim menoleh. "Dengar. Terus aku harus taruk dimana? Tidak mungkin kumasukan di lemarimu.""Kau membuat kamar ini semakin kacau."Ini salahnya kenapa membiarkan Kim tinggal di kamar khusus pria. Harry bersusah payah memasukkan pakaian Kim ke dalam ember pakaian kotor. Dia sudah menyuruh Alice pulang dari Apartemen dan meminta Kim untuk tinggal di Apartemen. Wanita itu malah menolak, memilih tinggal di asrama pria bersama Harry."Aku tidak akan membiarkanmu datang ke sini lagi," gerutuan Harry terdengar sambil membereskan kamar yang seperti kapal pecah. Untun
Harry memandangi wajah tidur Kim, gadis itu sangat cantik saat tertidur, dia sangat mengagumi Kim-nya. Berharap Kim selalu tampil cantik saat mereka menghabiskan waktu bersama, tapi ternyata Kim lebih cantik justru saat tertidur. Saat jiwa dan raganya bukan untuknya. Seperti anak angsa yang belum tahu cara mencintai tapi justru membuat sekelilingnya bertekuk lutut.Harry memajukan wajahnya, mengecup bibir pucat Kim. Dia mencintai Kim tanpa berharap balasan."I love you, Kim. Aku ingin kau tahu itu," bisik Harry. Lalu dia turun dari ranjang dan berjalan ke arah kamar mandi. Kim yang sudah bangun hanya diam saja dengan mata tertutup. Dia masih harus mencerna apa maksud ucapan dan ciuman Harry.Tangan Kim menekan sisi selimutnya, jadi selama ini hubungan kakak-adik mereka atas dasar cinta Harry. Kim tidak bisa membayangkan jika orangtuanya tahu, Harry bisa diusir dan kembali ke jalanan. Tidak, Kim tidak akan membiark
Kim menutup pintu kamarnya dengan kasar,dia kesal sekali Naresh menjemputnya saat dia akan pergi menonton balap liar bersama Harry. Ini semua karena Megan yang terlalu bising membuat orangtuanya tahu dia tidak di rumah beberapa hari. Ayahnya memarahi dan memberi hukuman untuk tidak keluar dari kamar kecuali ke sekolah.Megan benar-benar menyebalkan, ia meruntuki wanita itu. Hidupnya seperti diawasi karena keberadaan Megan. Kim ingin Harry menghiburnya, tapi mana mungkin.Malam ini Harry pasti sedang berkencan dengan Jelena pilihannya. Kenapa sekarang justru hatinya menyesal membuat Jelena dekat dengan Harry. Pikiran Kim melayang pada kejadian sebelum berangkat ke tempat Harry, pada waktu itu dia tidak lolos seleksi pemilihan angsa di club balletnya. Sungguh semua ini membuat Kim kesal dan geram. Apalagi Megan terus mengusiknya dengan men
Kim menatap wanita yang baru saja masuk ke kamarnya untuk beberapa detik, lalu menggeleng melihat ibunya merapikan tempat tidurnya. Biasanya jam segini ibunya sudah berangkat kerja dan tidak pernah melakukan pekerjaan rumah terkecuali masak. "Mom, apa yang kau lakukan? Biasanya pelayanan lain yang membersihkan kamarku, dimana semua pelayan?" Kim mengerutkan keningnya. Amber menoleh sebentar lalu kembali mengibas spray tempat tidur. "Sudah lama mommy tidak masuk kamarmu, sayang. Mommy juga ahli dalam bersih-bersih," ujarnya. Kim terkikik, ia kembali menyisir rambutnya di depan kaca. Aktivitas di sekolah sangat membosankan. Sandra, temannya itu mengajaknya ke mall sepulang sekolah. Kim jadi punya alasan untuk tidak pulang terlalu cepat ke rumah. Tidak ada Harry di rumah ini membuat rumah ini membosankan. Laki-laki itu kembali ke a
Moskow, Musim dingin. Sepasang pemain utama sedang menari diiringi oleh penampilan penari-penari latar yang memakai kostum angsa di atas panggung. Musik klasik mengiringi tarian mereka. Mengisahkan seorang gadis cantik yang terkena sihir oleh penyihir jahat. Angsa itu akan menjadi manusia sejati jika ada pangeran yang benar-benar mencintainya. Namun sayangnya, pangeran yang jatuh hati padanya telah dijodohkan oleh ibunya dengan seorang putri raja. Karena sihir itu pangeran yang mencintai angsa terjun ke Danau untuk menemani angsa. Tubuh gadis bermata biru-hijau itu sangat lentur menarinya. Menjiwai perannya sebagai Odette, sang angsa. Kim semakin hebat menari balletnya, tekniknya semakin baik karena hasratnya. Kalian bisa membayangkan wajah sendu Kim, kepedihan hatinya. Ia sangat tersakiti karena tidak