Share

Chapter 6

Author: Suzy Wiryanty
last update Last Updated: 2021-11-24 00:00:11

Pandan terbangun di tengah malam karena mimpi buruk. Ia bermimpi kalau perusahaan mereka bangkrut dan kakaknya  masuk penjara. Masih begitu jelas terekam dalam benaknya, kakaknya berteriak-teriak histeris dan mengatakan kalau ia tidak bersalah sebelum beberapa orang polisi meringkusnya. Pandan terduduk tegak di atas tempat tidur. Tubuh terus gemetar dengan keringat dingin yang bercucuran. Mimpi itu begitu nyata. Apalagi saat bagian kakaknya menoleh ke belakang sambil terus meneriakkan kata kalau ia tidak bersalah. Sementara ia berlari mengejar kakaknya. Meminta para polisi itu untuk membebaskan kakaknya. Ia seolah-olah sedang menonton dirinya sendiri di dalam mimpinya.

Karena tidak bisa kembali tidur, Pandan turun dari ranjang. Ia bermaksud membuat segelas susu hangat di dapur. Biasanya kalau ia terbangun di tengah malam dan tidak bisa tidur lagi, segelas susu hangat akan membuatnya rileks. Saat akan mendekati dapur, Pandan menjerit kaget melihat ada bayangan hitam yang tidak bergerak di ruang tamu. Dengan segera ia menekan saklar dan menghidupkan lampu. Pandan menarik napas lega kala mendapati bayangan hitam itu ternyata adalah kakaknya. Lautan tengah duduk diam sambil merokok di ruang tamu. Kakaknya seketika menyipitkan mata karena silau saat tiba-tiba saja lampu menyala.

"Abang ngapain duduk sendirian gelap-gelapan di sini?" Pandan menyusul duduk di samping kakaknya. Pandangannya tertuju pada asbak rokok yang hampir penuh oleh belasan puntung rokok yang sebagian masih mengeluarkan asap. Kakaknya pasti sedang susah hati. Makanya ia duduk menyendiri dan terus merokok tiada henti.

"Abang lagi banyak pikiran, Ndan," sahut kakaknya lesu.

"Duduk sini, Dek. Temani Abang sebentar." Kakaknya menepuk-nepuk sofa empuk di sampingnya. Pandan berjalan ke sofa dan duduk tepat di samping kakaknya. Ia memeluk lengan kekar sang kakak dan merebahkan kepala di pangkal lengannya. Nyaman sekali dalam posisi seperti ini. Kakaknya otomatis memeluk bahunya dan kembali diam seribu bahasa. Pandan juga tidak bersuara. Ia tahu bentuk dukungan terhadap seseorang itu tidak melulu hanya melalui kata-kata. Pelukan hangat dan sikap mendukung dalam diam, terkadang malah lebih terasa ketimbang untaian kata-kata.

Ia dan kakaknya adalah saudara kandung. Darah mereka sama dan dibesarkan dalam ruang lingkup yang sama pula. Apa yang ada di dalam hati kakaknya, ia tahu tanpa yang bersangkutan mengungkapkannya. Saudara adalah sahabat abadi. Ketika orang tua dan dunia tidak mengerti akan keinginan kita, yakinlah saudara pasti akan mengerti. Bersama dengan saudara, kita tidak perlu mengatakan apapun. Kita bisa duduk dalam diam bersama-sama dan tetap merasa nyaman satu sama lain tanpa perlu melakukan apa-apa.

"Project yang kemarin Abang tawarkan pada teman-teman lama Abang, gagal lagi, Dek." Keluh Lautan lesu. Kakaknya kini meremas-remas rambut dengan tangan kirinya yang bebas.

Pandan tahu, Bang. Sahut Pandan dalam hati.

"Abang bingung harus melakukan apalagi untuk mempertahankan kelangsungan perusahan keluarga kita, Dek. Project-project besar kita gagal semua. Padahal Abang sudah berusaha seinovatif mungkin untuk membuat design-design terbaru. Secermat mungkin menghitung cost agar project ini goal. Abang sampai berani menanggung resiko dengan mengambil keuntungan hanya sepersekian persen yang penting project jalan dulu. Tetapi tetap saja begini hasil akhirnya," desah kakaknya lesu. Dengan tangan kirinya yang bebas kakaknya kini memijit-mijit pelipisnya sendiri.

Wajah tampan kakaknya terlihat begitu muram dan tidak bersemangat. Untuk pertama kali kakaknya tampak patah arang. Pandan sedih. Ia ikut sakit hati melihat keadaan kakaknya. Ia tidak suka melihat kakaknya dalam keadaan rapuh seperti ini. Bahunya yang biasa tegak, kini turun dan mencelos. Pandangan matanya kosong. Kakaknya tampak kalah. Pandan kasihan sekali melihat semua usaha kakaknya berakhir sia-sia.

"Sabar ya, Bang? Ingat tidak apa yang selalu almarhum Opa bilang dulu kalau kita tidak puas akan sesuatu?" Pandan berusaha mengingatkan kakaknya akan nasehat-nasehat almarhum opa mereka, sebelum opa kesayangan mereka meninggal dunia karena usia.

"Tuhan selalu mengkreasikan setiap peristiwa lewat skenario yang rumit namun menakjubkan. Dan ia telah menyiapkan rumah kebahagiaan di tengah-tengah halaman kesabaran. Sabarlah menunggu sampai tiba masanya," ungkap kakaknya tegas. Ada gairah yang mulai menyala dalam nada suara kakaknya. Syukurlah, sepertinya semangat kakaknya bangkit lagi setelah mengingat kembali nasehat-nasehat almarhum opa mereka. 

"Bang,"

"Hmmm..."

"Apa perusahaan kita akan gulung tikar karena selalu kalah tender?" tanya Pandan hati-hati. Pandan mendengar kakaknya menarik napas panjang. Rangkulan di bahunya terasa mengetat. Kakaknya sepertinya berusaha untuk membesarkan hatinya dulu sebelum menjawab.

"Bangkrut sih tidak. Abang masih bisa mengerjakan project-project dengan skala yang lebih kecil untuk mempertahankan kelangsungan perusahaan. Hanya saja perusahaan menjadi tidak berkembang. Abang malu pada ayah. Ditangan opa dan ayah dulu, perusahaan kita sangat hebat gaungnya. Masa setelah diserahkan pada Abang menjadi jadi jalan di tempat seperti ini? Harusnya di tangan kakak yang secara kemampuan dan pendidikan jauh di atas mereka berdua, Abang lebih bisa mengembangkan perusahaan. Bukan hanya bisa membuatnya bertahan seperti ini." 

"Kalau memang ada orang-orang dalam yang menghianati Abang, apa Abang tidak mau membalas dengan cara yang sama? Mata dibayar mata maksud Pandan, Bang." Tanya Pandan hati-hati.

"Tidak akan! Abang bukan type pecundang seperti itu. Kalau Abang membalas dengan melakukan hal yang sama, apa bedanya Abang dengan dia--siapapun itu orangnya. Abang tidak dididik untuk menjadi manusia rendahan miskin moral seperti itu, Dek." 

Itulah hebatnya kakaknya. Walau sesulit apapun keadaannya, didikan ibu mereka yang menempatkan moral di atas segala-galanya sudah begitu mendarah daging dalam diri kakaknya. Pemikiran Bang Utan ini selurus jalan bebas hambatan. Neko-neko ngeles dan lobby-lobby nakal tidak ada dalam kamus hidupnya. Kakaknya mewarisi 90% sifat ibunya yang baik dan lurus. Sementara ia sendiri mewarisi 100% sifat ayahnya yang akan suka berbelok, zig zag, kadang nikung dan kalau sudah mencong sekali, baru ia lurus 'kan lagi. Menurut ayahnya, sifat mereka berdua tertukar. Harusnya Bang Utan yang mewarisi sifat ayahnya dan ia sendiri mewarisi sifat ibunya.

"Oh iya, bagaimana pekerjaan barumu, Dek? Abang minta maaf ya? Karena banyaknya persoalan perusahaan, Abang sampai tidak memperhatikan keadaanmu. Padahal kamu baru juga dua minggu tiba di tanah air. Ayo sekarang ceritakan tentang keadaan kantor baru kamu?"

Mati! Bagaimana ini? Sebenarnya tadi ia sudah berniat untuk berterus terang pada kakaknya. Baik itu tentang pekerjaannya yang sesungguhnya, maupun soal rencana balas dendam yang sudah ada di benaknya. Tapi mengingat kakaknya tadi menentang keras usulnya tentang keinginan untuk balas dendam, ia jadi mengurungkan niatnya. Kakaknya pasti marah dan tidak setuju. 

"Baik kok, Bang. Tapi ya namanya Pandan masih anak baru, Pandan masih harus banyak belajar dan menyesuaikan diri dengan para designer-designer senior di sana. Tapi Abang jangan khawatir, Pandan senang kok bekerja di sana. Abang konsentrasi saja mengurus masalah perusahaan keluarga kita." 

Maaf ya, Bang? Pandan bohong. Tapi Pandan tidak suka melihat orang jujur dan baik seperti Abang ini terus saja dicurangi sahabat sendiri. Pandan akan membalas mereka dan mengembalikan kondisi perusahaan keluarga kita seperti semula. Pandan akan melakukan apa saja demi Abang dan kelangsungan perusahaan kita. Pandan minta maaf ya, Bang? 

"Syukurlah. Kerja yang benar dan sungguh-sungguh ya, Dek? Jangan mentang-mentang tamatan luar negri menjadikanmu tinggi hati dan menganggap rendah kinerja orang lain. Bangga boleh, tapi jangan sombong. Ingat, di atas langit  ada langit. Selalu bekerja keras dan jangan cepat puas. Ayo sekarang kita tidur. Besok kita harus usaha lagi dan bekerja lebih keras lagi." Kakaknya menepuk lembut bahunya. Pandan mengangguk dan berjalan menuju kamarnya dengan kepala yang sarat dengan rencana-rencana. Mulai besok ia akan mulai menjalankan aksi-aksinya.

Lo main kotor, gue main sabun. Biar gue cuci bersih sekalian otak lo! Kita lihat saja siapa yang menang pada akhirnya. Lo kira cuma lo aja yang bisa main hide and seek sama kakak gue? Lo main kucing-kucingan, gue bales main samar-samaran!

========================

Pukul dua belas kurang lima belas menit. Pandan merapikan sekali lagi penampilannya yang sedang menyamar sebagai seorang eksekutif muda yang smart dan seksi. Ia memang sengaja absen hari ini di kantor dengan alasan sakit. Ia mempunyai misi penting khusus di hari ini. Ada tiga  client penting si penghianat yang harus ia tikung. Ia berencana akan menjegal mereka semua terlebih dahulu, sebelum mereka menemui si penghianat keesokan harinya. Ia sudah tampil maksimal dan akan bermain all out hari ini. Untuk itulah saat ini ia duduk cantik di cafe yang ia yakini akan didatangi oleh si client.

Demi memuluskan rencananya, ia telah kong kalikong dengan salah seorang staff si penghianat dengan iming-iming rupiah yang lumayan besar. Makanya ia jadi tahu siapa-siapa saja client potensial si penghianat yang harus ia tikung. Sudah hampir setengah jam ia duduk sendirian di cafe ini. Berdasarkan media sosial si calon client yang kemarin ia stalking, si calon client yang bernama Reno Malik ini sering makan siang di cafe yang tidak jauh letaknya dari kantornya ini.

Sabar, Ndan. Sebentar lagi pasti ia akan datang. Ingat, ini semua adalah demi kelangsungan perusahaan keluarga lo. 

Pandan berusaha untuk memotivasi dirinya sendiri.

Semesta seakan ikut mendukungnya, saat ia melihat sosok yang ia tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Pandan memindai ponselnya sekali lagi. Memastikan apakah orang yang bernama Reno Malik ini memang sosok yang sedang berjalan ke arah meja kosong tepat di sampingnya. Dan ia yakin, memang inilah orangnya. Pandan dengan segera berdiri dari kursi dan  berjalan cepat. Ia berpura-pura tidak melihat kehadiran si pria. Alhasil bahu mereka pun saling bersinggungan. Pandan pura-pura mengaduh kesakitan seraya menjatuhkan kertas-kertas yang berisi design-design kakaknya, yang seketika berhamburan di lantai cafe.

"Sorry... sorry saja sama sekali tidak sengaja menabrak Anda." Si pria segera membantu Pandan mengumpulkan kertas-kertas design-design gambar rancangan apartemen kakaknya. 

"Oh tidak apa-apa, Pak. Saya juga salah. Berjalan tidak melihat-lihat." Pandan menerima lembaran kertas-kertas itu serta kembali duduk manis di kursi. Ia berpura-pura membersihkan kertas-kertas design dan mengumpulkannya menjadi satu.

"Wah, design-designnya bagus dan inovatif sekali." Sang pria terlihat begitu tertarik memperhatikan lembar demi lembar design-design kakaknya.

"Ini semua hasil kerja Anda, Bu--?" sang client memberi jeda. Bermaksud menanyakan namanya secara halus.

"Jessica. Panggil saya Jess saja. Ini semua design dari ADITAMA GROUP. Keren sekali bukan?" Pandan memulai aksinya. Saat sang client tampak tertarik, baru lah Pandan membeberkan konsep-konsep design kakaknya.

"Hunian masa kini yang ramah lingkungan. Di design asri dan juga aman bagi anak-anak. Jadi anak-anak yang tinggal di apartemen seolah-olah tidak merasa tinggal di apartemen karena ada taman bermain. Di sini juga ada ruang hijau yang diperuntukkan bagi para lansia untuk sekedar duduk-duduk menikmati pemandangan alam buatan atau ehm tempat untuk pedekate hehehe." 

Bermula dari obrolan-obrolan sederhana, Pandan terus berusaha menggiring si calon client untuk mempelajari bersama semua rancangan-rancangan kakaknya. Pandan juga memberikan kartu nama ADITAMA GROUP untuk si calon client. Si calon client tampak sangat tertarik dan berjanji akan membuat janji dengan kakaknya atas nama perusahaan P.T INTI GRAHA MANDIRI. Dan seperti laki-laki pada umumnya, sang client juga meminta nomor ponselnya. Pandan yang memang sudah mempersiapkan ponsel khusus untuk penyamarannya memberikan nomor barunya dengan gembira. Satu client sudah berhasil ia tikung. Tinggal dua mangsa lagi. Ia harus segera berganti kostum dan samaran lagi. 

Kali ini client yang akan dijegalnya adalah seorang gay. Makanya ia akan menyamar sebagai pria tampan metroseksual. Setelah client pertama berlalu, Pandan membawa tas besarnya dan bergerak menuju toilet. Di sana ia akan berganti gender dan kembali beraksi. Lihat saja, ia akan membuat si penghianat merasakan apa yang sudah dirasakan akhir-akhir ini oleh kakaknya. 

========================

"Sialll!" 

Dever memaki geram saat membuka emailnya. Bagaimana ia tidak kesal, tiga penawaran kerjasama dengan tiga client yang berbeda gagal semua. Mereka membatalkan pertemuan pada saat-saat terakhir dan mengatakan kapan-kapan akan mereschesule ulang pertemuannya. Denver tahu kalau itu adalah bahasa halus dari kata-kata; maaf saya tidak lagi tertarik untuk menjalin kerjasama dengan anda. Ada apa ini sebenarnya? Mengapa mereka bertiga bisa kompak untuk merejectnya? Denver sama sekali tidak habis pikir. Ketiga clientnya ini sudah berkali-kali bekerjasama dengan P.T Gilang Gemilang Pratama Mandiri. Perusahaan keluarga warisan orang tuanya. Tetapi mengapa mereka semua bisa kompak membelot darinya seperti ini? Denver benar-benar pusing memikirkannya.

"Kamu memaki siapa, Den?" sebuah suara bariton menyinggahi telinganya. Suara ayahnya. Saking kesalnya saat membaca email, ia lupa kalau saat ini ia tengah berada di ruang keluarga. Ada ayahnya yang sedang duduk santai sambil membaca di sini. Makian tanpa ujung pangkal pasti membuat ayahnya salah paham.

"Bukan memaki siapa-siapa kok, Yah. Denver hanya kesal karena ketiga client potensial yang biasa mempercayakan pembangunan apartemen mereka pada perusahaan kita, tiba-tiba saja membatalkan pertemuan mereka dengan Denver besok lagi. Yang Denver herankan, mengapa mereka bertiga bisa kompak begini. Seakan-akan ada yang mengkoordinasi. Denver curiga ada orang yang berhianat, Yah." Pungka Denver sambil tetap memeriksa emailnya.

"Begitu? Kalau kamu curiga, segera cari sumber masalahnya. Ingat musuh terkuat kita adalah orang yang terdekat dengan kita. Karena apa? Karena mereka mengetahui segala gerik kita." Ayahnya yang mantan seorang dosen selalu saja menganalisa sesuatu secara kritis dan sistematis. 

"Segera periksa siapa saja orang-orang yang mengetahui jadwal pertemuan-pertemuan kamu dengan para calon client. Kemudian sisir lagi dan cari siapa orang-orang yang bersentuhan langsung dengan mereka. Tahap berikutnya adalah cari tahu kehidupan mereka dan masalah finansial mereka." Ayahnya menutup buku dan mencondongkan tubuh menghadap ke arahnya.  Ayahnya kini benar-benar fokus mendengarkan masalahnya 

"Mengapa kita harus mengecek masalah finansial mereka, Yah?"

"Karena orang yang kesulitan keuangan, biasanya lebih mudah untuk dipengaruhi. Mulailah menyelidiki dari situ," ucap ayahnya serius.

"Kalau kamu mau main detektif-detektifan sendiri, kamu tidak boleh hanya terpaku pada data fisik saja. Karena kalau hanya mengandalkan alat bukti, kasusnya tidak akan berkembang. Kamu harus mengkombinasikan data fisik dengan firasat atau insting dan sejenisnya. Dengan begitu kamu bahkan bisa membuat mayat berbicara. Percayalah."

Begitulah cara berpikir ayahnya yang sangat sistematis. Dalam menyelidiki sesuatu ayahnya ini begitu teliti dan runut. Ayahnya selalu bilang kalau hukum sebab akibat itu sangat nyata dan tidak ada kejahatan yang tidak meninggalkan jejak. Yang ada hanyalah manusianya yang kurang teliti dan malas memeriksanya.

Related chapters

  • Love of My Life   Chapter 7

    Pagi yang rusuh. Pandan dan Mbak Nanik saling berpandang-pandangan saat mendengar suara-suara pertengkaran dari dalam ruangan Pak Arsene. Bentakan-bentakan Pak Arsene yang diiringi dengan tangisan dan juga makian Bu Intan mewarnai pagi di P.T Inti Graha Anugrah. Mbak Nanik mengatakan selama hampir delapan tahun ia bekerja di perusahaan ini, belun pernah ada kasus yang seheboh ini. Biasanya saat ada pemecatan terhadap salah seorang staff, semua prosedur pemecatannya di tangai oleh pihak HRD. Jadi kalau yang bersangkutan tidak puas atau tidak terima bila dipecat, maka urusannya hanya sampai di HRD. Tidak ada yang berani memprotes apalagi sampai memaki-maki seorang Direktur Utama. Bu Intan merupakan satu-satunya staff senior yang berani langsung protes pada pimpinan tertinggi di perusahaan ini."Anda anak bau kencur tidak tahu apa-apa, bisa-bisanya Anda memperlakukan saya seperti ini. Dasar tidak tahu berterima kasih! Kalau tidak ada saya, perusahaan ini sudah kola

    Last Updated : 2021-11-24
  • Love of My Life   Chapter 8

    "Jelaskan..."Denver melihat staff adminnya yang bernama Indah Pertiwi itu terus saja gemetaran walaupun ia sudah menggunakan nada paling rendah saat menginterogasinya. Duduknya tidak tenang dan kedua tangannya saling meremas satu sama lain. Tatapan matanya tidak fokus pada satu titik dan terus saja memandang kesegala arah kecuali padanya. Denver memberi isyarat pada detektif yang terlihat memegang sebuah amplop coklat. Denver tahu, isi amplop itu pasti hasil penyelidikan menyeluruh dari detektifnya. Setelah membacanya sebentar, is sudah tahu secara gadis besar semua permasalahannya. Ia kemudian memberi kode pada sang detektif untuk keluar. Ia ingin menguliti Indah Pertiwi ini sendirian selapis demi selapis. Sang detektif membuka pintu ruangan dan saat bayangan si detektif menghilang, barulah Indah bersuara."Sa--sa--ya bersalah. Saya minta ma--maaf." Jawab Indah terbata-bata."Bukan itu jawaban yang saya i

    Last Updated : 2021-11-24
  • Love of My Life   Chapter 9

    Denver melajukan mobil sekencang-kencangnya. Semakin lama pedal gas yang diinjaknya semakin dalam. Ia memerlukan pelampiasan! Sembari menyetir ia memegangi dada kanannya yang terasa sesak. Tidak bisa begini. Ia merasa kesulitan meraih udara. Paru-parunya seakan kolaps. Ia membutuhkan udara segar, atau ia akan mencelakakan dirinya sendiri di jalan raya.Ketika melewati jalan yang sedikit sepi, Denver menyalakan lampu tangan dan menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Dengan segera ia keluar dari mobil seraya menghembuskan napas kasar pendek-pendek dari mulutnya. Ia sudah menduga kalau memang Pandanlah biang keroknya. Toh ia juga telah melihat photo-photo mesra Pandan dengan para calon clientnya. Ia jelas-jelas telah tahu aksi-aksi tidak bermoral Pandan. Tetapi ketika melihat Pandan beraksi dengan mata dan kepalanya sendiri, beda rasanya. Sakitnya merasuk hingga ke tulang sumsumnya. Jujur ia sempat tidak ingin mempercayai penglihatannya. Menerima kenyataan yang ti

    Last Updated : 2021-11-24
  • Love of My Life   Chapter 10

    "Bagaimana Pandan Wangi Aditama Perkasa? Saya tidak mendengar jawaban kamu. Sudahlah, buang wajah pura-pura kaget kamu itu. Di sini tidak ada siapa-siapa. Jadi sikap sok innocent kamu itu tidak berguna. Jangan membuat saya semakin muak dengan ekspresi wajah munafik kamu itu," cetus Denver dingin.Pandan tidak menjawab sesuku kata pun. Tetapi ia menatap tajam wajah Denver dengan kebencian yang tidak lagi ia sembunyikan. Dasar penghianat manipulatif! Sudah salah tetapi masih saja bersikap playing victim."Kalau saya katakan bahwa saya tidak seperti yang kamu duga. Apakah kamu akan mempercayai kata-kata saya?" ucap Pandan sembari menatap tepat pada netra hitam mata Denver."Tidak," jawab Denver singkat.Pandan menarik napas panjang. Berarti apapun yang akan ia katakan selanjutnya, tidak akan ada gunanya. Denver telah memilih untuk mempercayai asumsinya sendiri. Ia jelaskan sampai mulutnya berbusa-

    Last Updated : 2021-11-24
  • Love of My Life   Chapter 11

    Mahater ragu-ragu antara ingin membangunkan Pandan atau menelepon Lautan saat mereka telah tiba di pintu gerbang kediaman Aditama Perkasa. Sebenarnya kalau mau dirunut-runut, keluarga besarnya masih mempunyai hubungan kekeluargaan dengan keluarga Aditama Perkasa, walaupun bukan digariskan melalui hubungan darah. Ibu Pandan adalah adik angkat ayahnya dan mereka dibesarkan bersama sebagai kakak adik. Namun lama kelamaan perasaan cinta persaudaraan mereka berubah rasa menjadi cinta asmara antara seorang laki-laki dan perempuan. Hanya saja karena satu dan lain hal mereka berdua tidak berjodoh. Ibu Pandan akhirnya menikah dengan Revan Aditama Perkasa sementara ayahnya menikahi anak salah satu karyawannya yang bernama Suci Melati, ibunya. Karena masa lalu mereka yang saling terkait satu sama lain, menjadikan hubungan kekeluargaan mereka merenggang. Om Revan tidak menyukai ayahnya begitu juga sebaliknya. Ayahnya selalu mengatakan kalau Om Revan itu tukang tikung. Sementara Om Revan juga me

    Last Updated : 2021-11-24
  • Love of My Life   Chapter 12

    "Sini kopinya, biar saya saja yang bawa," Bu Fenita, sekretaris baru Pak Arsene, meraih baki yang sedianya akan diantarkan oleh Pandan ke ruangan atasannya. Pandan dan Mbak Nanik saling berpandangan. Tumben sekali Bu Fenita mau bersusah payah mengantarkan kopi untuk tamunya Pak Arsene. Biasanya setelah mengintruksikan ini itu, Bu Fenita segera berlalu dari pantry. Namun kali ini ada sesuatu yang berbeda. Setelah memesan kopi, Bu Fenita menunggu dengan sabar dan sekarang ingin mengantarkan minumannya sendiri. Namun tak urung Pandan memberikan juga bakinya pada Bu Fenita yang segera berlalu dengan langkah bergegas menuju ruangan Pak Arsene."Jiwa kepo gue mendadak meronta-ronta penasaran ngeliat sikap mencurigakan Bu Lemper ini, Ndan. Sebentar ya, gue nyari info dulu. Siapa sih sebenernya tamu Pak Arsene ini sampe Bu Lemper semangat banget nyari perhatiannya?" Mbak Nanik bergegas mengekori langkah Bu Fenita.Pandan hanya menggeleng

    Last Updated : 2021-11-24
  • Love of My Life   Chapter 13

    "Saya sudah selesai, Pandan." Ujar Bu Intan seraya menjejalkan beberapa dokumen lagi ke dalam tas besarnya."Oh sudah ya, Bu. Mari Bu," Pandan mempersilahkan Bu Intan keluar terlebih dahulu agar ia bisa mengunci pintu. Mendekati ambang pintu, Bu Intan mengeluarkan ponsel dan menekan beberapa nomor. Sambil mengunci pintu dalam gerakan yang ia lambat-lambatkan, Pandan menajamkan pendengarannya."Hallo... saya hanya ingin mengingatkan. Tidak masalah buat saya kalau kamu mau menjual informasi-informasi itu kepada Arsene. Hanya saja, saya tidak mau kalau nama saya disangkutpautkan dalam project-project kalian setelahnya. Hubungan masalah pekerjaan kita berdua sudah selesai. Jangan pernah membawa-bawa nama saya lagi dalam hal apapun. Mulai hari ini saya sudah tidak kenal lagi dengan kamu. Titik." Bu Intan kemudian menutup teleponnya.Pandan yang tidak ingin kehilangan kesempatan untuk mengorek keterangan, buru-buru menah

    Last Updated : 2021-11-24
  • Love of My Life   Chapter 14

    Sepulang dari tempat kantor, Pandan terus mengurung diri di dalam kamar. Ia tidak bersemangat untuk melakukan apapun. Bayang-bayang ia akan dihabisi oleh ke dua orang tua dan kakaknyabegitu mencekam jiwanya. Ia gentar. Hamil di luar nikah itu konotasi aib yang tidak termaafkan di negara yang paham ketimurannya masih sangat kental. Lain ceritanya kalau ia tinggal di belahan negara barat sana. Masalahnya bukan hanya ia yang akan menanggung malu. Tetapi yang paling disalahkan oleh orang-orang tentu saja kedua orang tuanya. Mereka akan dicap sebagai orang tua yang gagal dalam mendidik anak perempuan mereka. Hal itulah yang paling ia sedihkan. Ia telah mencoreng arang hitam di wajah kedua orang tuanya dan keluarga besarnya. Pandan gamang dan gentar. Terdengar suara ketukan pintu berikut kepala kakaknya yang muncul diambang pintu."Kamu nggak mau makan, Dek? Bu Isah masak rendang jengkol dan kepiting saus Padang kesukaan kamu tuh.""Iya, nan

    Last Updated : 2021-11-24

Latest chapter

  • Love of My Life   Extra Part II

    "Apa gue kata 'kan, Ndan? Laki mah kalo di luar aja kelihatan keren, macho, laki abis. Coba udah berhubungan dengan perasaan dan isi hati. Lemah coeg! Kayak puding kelebihan air. Ambyar," ejek Vanilla semangat. Ia terus menyindir-nyindir Denver sekaligus menyentil Altan, suaminya sendiri. Bukan apa-apa, rasanya bahagia dan puas sekali bisa menyinyiri dua bapak-bapak muda yang biasanya galak dan macho abis ini. Ia jadi kepingin goyang dumang saat melihat dua laki-laki gahar itu hanya cengar cengir salah tingkah mendengar sindirannya."Udah dong, Sayang. Jangan terus diobok-obok ah kelemahan Abang. Abang 'kan lemahnya sama kamu saja. Itu artinya, Abang cinta banget sama kamu. Iya 'kan, Sayang?" Altan mencoba merayu istri jahilnya agar tidak semakin membuatnya kehilangan muka. Tetapi jujur, ia bahagia juga karena Denver yang gahar pun ternyata sama lemahnya seperti dirinya. Kalau menyangkut orang yang ia sayang, segahar apapun seorang laki-laki akan tetap saj

  • Love of My Life   Extra Part I

    Pandan terbangun di tengah malam saat merasakan perutnya menegang. Perlahan ia mengelus-elus perut buncitnya. Berharap rasa tegangnya bisa sedikit berkurang. Ia melirik ke sisi kanan ranjang. Denver, suami machonya tengah tertidur pulas. Garis-garis kelelahan tampak membayangi raut wajahnya. Tidak heran Denver kalau suaminya ini sekarang tepar. Tadi pagi baru tiba dari luar kota, ia harus kembali meeting marathon dengan para investor di kantor. Tidak heran kalau saat ini suaminya itu tidur seperti orang mati. Suaminya lelah jiwa raga.Pandan meringis saat merasakan nyeri di perutnya. Sebenarnya sudah sejak tadi pagi, ia merasa kalau tubuhnya tidak nyaman. Perutnya sering terasa tegang tiba-tiba namun hilang juga dengan sendirinya. Menurut buku-buku yang ia baca, mungkin ia tengah mengalami braxton hicks atau kontraksi palsu. Karena rasa kramnya ituhanya terasa di daerah perut atau panggul. Selain itu frekuensi dan pola kontraksinya juga acak dan ti

  • Love of My Life   Chapter 46(end)

    Pandan dan Denver tersenyum sumringah. Hari ini adalah hari yang paling mereka tunggu-tunggu. Yaitu resepsi pernikahan mereka. Sebenarnya bukan meriahnya acara yang membuat mereka bahagia. Tetapi makna yang tersirat di dalamnya. Resepsi ini adalah seperti pemberitahuan resmi pada khalayak ramai bahwa mereka berdua telah sah menjadi sepasang suami istri. Walaupun sebelumnya mereka berdua telah menikah dan sah secara hukum dan agama, tetapi tidak semua orang mengetahuinya bukan? Bagi orang yang tidak mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya, bisa saja kebersamaan mereka dianggap zinah. Oleh karena itulah maka resepsi pernikahan diperlukan.Saat ini ia dan Denver tengah menjadi ratu dan raja sehari. Mereka berdua duduk di pelaminan dan memandangi para tamu yang datang dan pergi silih berganti. Di samping kanan mereka terdapat satu pelaminan lagi. Di sana Tyza dan Elrama lah yang menjadi ratu dan rajanya. Resepsi pernikahannya memang digelar secara bersamaan

  • Love of My Life   Chapter 45

    Satu setengah jam sebelumnya.Denver merasa ada sesuatu yang tidak beres saat ia tidak bisa menghubungi ponsel Pandan. Ia kemudian menghubungi ponsel ibunya untuk mengetahui keadaan Pandan di rumah. Saat itulah perasaannya menjadi semakin tidak enak. Ibu dan ART-nya sedang berbelanja bulanan di supermaket rupanya. Itu artinya istrinya hanya sendirian saja di rumah. Ia mencoba menghubungi Pak Mul. Hatinya semakin was-was karena untuk pertama kalinya ponsel SATPAM yang menjaga rumahnya itu dalam keadaan tidak aktif. Pasti telah terjadi sesuatu, batinnya. Tanpa membuang waktu, ia meninggalkan kantor dan mengebut pulang ke rumah. Di sepanjang jalan, degup jantungnya semakin tidak berarturan. Ia sangat takut kalau terjadi sesuatu pada istrinya. Apalagi istrinya saat ini tengah berbadan dua.Mendekati pagar rumahnya ia tahu pasti telah terjadi sesuatu. Pintu gerbang rumahnya terbuka lebar sementara sosok Pak Mul tidak terlihat di pos jaga se

  • Love of My Life   Chapter 44

    Vanilla menarik napas lega saat putrinya akhirnya tertidur juga. Ini adalah kesempatan emas baginya untuk ikut tidur juga barang sejenak. Semenjak mempunyai bayi yang usianya masih dalam hitungan bulan, jadwal tidurnya menjadi berantakan. Ia sudah mirip dengan kelelawar sekarang. Kalau malam ia melek sambil momong anaknya yang tidak mau tidur. Dan kalau pagi seperti ini barulah ia tidur. Sekarang baginya pagi itu adalah malam, dan malam itu adalah pagi. Untung saja matahari dan rembulan tidak ikutan ganti shift seperti dirinya. Coba ikut ganti jadwal juga, bakalan seperti hidup di negeri Thanos lah kita semua.Baru saja ia ingin merebahkan tubuh lelahnya, sebuah notifikasi masuk ke ponselnya. Pandan Wangi, rupanya. Sudah lama sekali sahabatnya ini tidak menghubunginya. Semenjak ia mempunyai bayi, Pandan memang sudah jarang sekali mengajaknya hang out bersama. Ribet katanya. Ya jelaslah, dugem sambil momong bayi itu tidak mudah bambank. Riweuh. Lagian kesia

  • Love of My Life   Chapter 43

    Denver melambaikan tangan pada Pandan setelah terlebih dahulu memberi kecupan jarak jauh pada istrinya. Seolah-olah kecupan sayang yang baru saja dicercahkannya di kening istrinya tadi, masih belum memuaskannya. Setelah itu baru lah ia masuk ke dalam mobil dan meninggalkan istrinya untuk bekerja. Setiap pagi agendanya memang seperti ini. Pandan akan menemaninya sarapan pagi, mengiringi langkahnya sampai ke teras depan, dan melambaikan tangannya sampai bayangannya tidak tampak lagi. Ritual paginya sungguh membahagiakan.Tapi khusus hari ini ia akan sedikit terlambat untuk pergi ke kantor. Ia akan mengunjungi Irma terlebih dahulu di Rumah Tahana. Ia memang sudah merencanakan hal ini dari minggu lalu. Sebelum Irma dinyatakan bersalah dan resmi menjadi seorang narapidana, ia ingin berbicara dengannya dari hati ke hati terlebih dahulu. Bagaimanapun dulu Irma adalah temannya. Lebih tepatnya teman yang selalu ia lindungi dari masalah perudungan di sekolahnya. Ia ingin

  • Love of My Life   Chapter 42

    Ziva membeku. Ia sejenak seperti merasa merasa kehilangan orientasi. Ini pendengarannya yang salah atau memang Lautan yang jadi error karena dibodohi Irma bin Puput ya? Bagaimana ia tidak bingung coba, Lautan yang biasanya dingin-dingin coolkas masa mendadak romantis ala ala anak santri begini? Jangan-jangan ada yang tidak beres dalam struktur otaknya."Bang Utan sadar nih ngomong ginian sama Ziva? Inget ya Bang, apa yang sudah diucapkan tidak boleh ditarik lagi kayak petugas BPOM narik makanan kadaluarsa di supermaket. Jangan karena Abang lagi galau makanya Abang jadi iseng gombalin Ziva." Ziva mencebikkan bibirnya. Pura-pura kesal. Padahal dalam hati dia ingin goyang dombret sambil salto-salto di udara saking senangnya. Bayangkan, ia mendapat balasan gombalan syariah dari pria pujaan hatinya."Kamu lihat Abang sedang pingsan tidak?" tanya Lautan. Ziva menggelengkan kepalanya. Ya emang kagak pingsanlah. Kalau pingsan mah orangnya reba

  • Love of My Life   Chapter 41

    Denver membuka pintu kamar perlahan dan menutupnya kembali dengan hati-hati. Berusaha untuk tidak mengeluarkan suara. Ia tidak ingin Pandan ikut terbangun. Setelah pintu tertutup rapat, ia melanjutkan langkahnya menuju ke taman belakang. Ia memang sengaja mencari tempat yang tenang dan kondusif untuk menelepon Lautan. Mengajak bicara dari hati ke hati. Bagaimanapun pembicaraan mereka ini sangat sensitif. Kalau ia tidak hati-hati, bisa-bisa Lautan salah paham dan menganggapnya memfitnah calon istrinya.Sebenarnya Lautan itu sudah berniat untuk menikah dengan Puput tahun ini juga. Hanya saja Lautan belum memberitahukan niatnya pada keluarganya. Ia ingin membuat kejutan katanya. Keinginan Lautan ini hanya ia seorang yang mengetahuinya. Karena Lautan memintanya untuk merahasiakannya dulu. Makanya saat ini ia begitu resah. Membongkar semua kedok Puput pada Lautan yang tengah sayang-sayangnya, ibarat makan buah simalakana. Ia tidak tega membayangkan betapa kecew

  • Love of My Life   Chapter 40

    "Terus hubungan Radit sama Irma ini apaan? Kok kesannya si Radit ini ngelindungin si Irma banget? Bukannya saya suuzon sama orang ya, Bang. Tapi Radit itu biasanya nggak pernah mau berteman dengan orang yang maaf, nggak selevel dengannya. Setahu saya sih begitu, Bang," ucap Pandan hati-hati. Bukan apa-apa, Denver ini agak sensitif kalau nama Radit dibawa-bawa. Denver tidak langsung menjawab. Ia malah melipat kedua tangannya ke dada. Bersedekap sambil menyipitkan matanya. Hadeh bau-baunya bakalan disindir-sindir lagi nih."Kenapa kamu ingin tahu sekali mengenai hubungan Radit dan Irma?" ujar Denver kesal.Nah kan, kejadian juga apa yang baru saja ia pikirkan. Kudu pake strategi, puji, angkat, dan umbang-umbang lagi ini sepertinya."Ck, ya karena saya ingin mengungkap kasus sabotase dan teror meneror ini lah, Abangku sayang," rayu Pandan mesra. "Udahan dong Bang, curiga-curigaannya. Kan sudah saya bilang,

DMCA.com Protection Status