Share

Harapan Baru

Penulis: R nana
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-28 23:15:52

"Biasanya, pengidap phobia ini cenderung tertutup, enggan bergaul, bahkan dari cara berpakaian saja bisa terlihat. Seperti selalu mengenakan pakaian tertutup misalnya," lanjut Martin yang tengah fokus menganalisa Lintang.

"Meski kemarin aku melihat dia yang seharian seperti manusia Eskimo, tapi hal itu nggak setiap hari. Lintang justru lebih sering mengenakan pakaian sexy, dan lagi dia malah pintar bergaul. Tak seperti deskripsimu," sahut Ishan.

"Apa kamu lupa cara pikir Lintang yang lain dari pada yang lain?" tukas Melisa membuat keduanya menatap dengan tanda tanya ke arah Melisa.

"Apa? Kenapa kalian menatap ku?" tanyanya yang masih di pelototi oleh dua pria rupawan.

"Baiklah ... baiklah. Akan ku jelaskan. Singkatnya begini, tempat paling aman bagi tikus bersembunyi dari singa adalah naik di atas punggung singa itu sendiri. Begitulah pola pikir Lintang. Kalian paham maksudku 'kan?"

"Ah ... dengan kata lain, semakin ia
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Love for Haphephobia   Getar Cinta yang Kembali

    Setelah mengetahui phobia yang diderita Lintang, Ishan lebih berhati-hati dalam memperlakukan Lintang.Tekad dan ambisinya semakin besar untuk mendapatkan Lintang kembali. Dan di sinilah predikatnya sebagai playboy diuji.Ia harus menemukan cara untuk menyentuh hati seorang dara yang tak bisa ia sentuh raganya.Mengesampingkan deretan para gadis yang menjadi kekasihnya, kini Ishan lebih banyak menghabiskan waktu bersama Lintang.Seperti gerimis di musim kemarau, begitulah cinta Ishan menyapa Lintang.Perlahan, tetesan kasihnya mengikis dinding tebal yang memenjarakan hati Lintang.Detik demi detik hingga bulan berganti, nampak jelas perubahan pada diri Lintang. Ia tak lagi membasuh tangannya setiap kali bersentuhan dengan Ishan.Hingga suatu ketika berhembuslah kabar angin.Gosip tentang percintaan dirinya dan Ishan semakin santer terdengar.Setiap sudut, ada saja karyawan yang berbisik membicarakannya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-03
  • Love for Haphephobia   Pertanggung Jawaban

    Lembutnya kehangatan dari tangan kokoh itu menggelitik hati Lintang.Hingga ia tak bisa melepaskan pandangannya dari pria berwajah ramah itu.'Hangat genggamannya, seolah aku ingin percaya padanya,' gumam Lintang dalam hati.Namun debaran jantung yang luar biasa membuat lidahnya kelu."Ta–tapi ...."Lagi-lagi Lintang menggantung kalimatnya."Anggap ini terapi untukmu. Terlepas dari apa yang membuatmu phobia aneh ini, aku hanya ingin membuatmu merasakan aman bersamaku."'Aku mulai keracunan! Bahkan suaranya kini mampu membuat hatiku ingin tersenyum,' ucap Lintang dalam hati.Setelah hampir sepuluh menit berlalu, keduanya masih menapaki jalanan yang perlahan mulai ramai.Di bawah langit sore bersamaan dengan semburat orangenya, keduanya menikmati perasaan terindah yang dulu pernah mereka rasakan."Bagaimana? Apakah kamu merasa sesak dengan genggamanku?"Lintang hany

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-08
  • Love for Haphephobia   Meminta Restu Papa Angkat

    Tepat pukul 20.00 Lintang berada di rumah orang yang tak terduga.'situasi macam apa ini? Sial! Bodohnya aku!' batin Lintang mengolok dirinya sendiri.Ia baru menyadari kebodohannya saat ia sudah duduk di kursi ruang makan keluarga Bowo.Tiga pasang mata tengah menatapnya dengan tajam. Membuat Lintang bahkan tak berani untuk sekedar melakukan gerakan kecil."Kenapa tegang begini? Ayo-ayo! Semuanya, dimulai makan malamnya," seru Bowo."Maaf Om, tapi saya kesini bukan untuk ikut makan malam," aku Lintang dengan wajah santai tanpa ada raut tegang atau grogi."Lalu?"Ishan membusungkan dada, ia meletakkan sendok dan garpu yang ada di kedua tangannya."Sebenarnya ...."Ishan menyela dengan menggantung kalimatnya untuk sesaat.Setelah ia menarik napas untuk mengumpulkan nyalinya, bak menghafal sebuah text, Ishan kembali menyampaikan niatnya dengan lancar.Sangking lancarnya sampai-sampai tak ada jeda dalam

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • Love for Haphephobia   Yakin Ingin Menikahiku?

    "Apa! Mau nginep di rumahku?"Ishan mengangguk mantap. Seolah keputusannya tidak bisa diganggu gugat."Nggak! Nggak bisa!" tolak Lintang mentah-mentah."Kenapa nggak bisa? Pas awal kamu menempati rumah itu, kamu memintaku menginap. Sekarang kenapa nggak?" tanyanya."Sekarang dan kemarin itu beda! Kalau kemarin aku hanya memanfaatkanmu. Dan saat itu kita tidak dalam hubungan apapun. Tapi sekarang, semuanya berbeda," terang Lintang."Bukankah sekarang justru lebih bagus? Kita bisa latihan dulu.""Latihan apa maksudmu? Latihan bikin anak? Nggak perlu! Melakukan hal itu adalah naluri. Jadi nggak perlu di pelajari pun pasti sudah bisa!" sanggah Lintang."Itu untuk orang normal! Untukmu yang punya phobia adalah hal yang berbeda! Apalagi kamu phobia di sentuh. Gimana mau jadi anak? Kamu kira hal itu bisa ditransfer pakai bluetooth?""Pokoknya aku nggak mau kamu nginep di rumahku sekarang! Hubungan dengan para perempuanmu aja pasti bel

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-12
  • Love for Haphephobia   Kenangan Paling Bersejarah

    Suaranya bergetar mencurahkan jeritan hati yang selama ini ia tahan. Sementara Lintang yang merasa iba, kini tengah duduk di hadapan Ishan mencoba menjadi pendengar yang baik. Mengabaikan bau busuk yang menguar dari tubuh Ishan."Perbuatan orang tuaku menjadi aib tak termaafkan bagiku. Aku merasa aku pantas menerima ganjaran atas perbuatan mereka," sambungnya lagi yang kini dengan sendirinya mulai menceritakan masalahnya.Hening menyelimuti. Tak ada tanggapan dari Lintang, hingga membuat Ishan menoleh untuk melihat reaksi Lintang mengenai ceritanya."Kenapa?" tanya Lintang dengan ekspresi wajah dan nada bicara yang seolah mengajak berkelahi."Ah, tidak. A–aku hanya merasa tak enak padamu," jawab Ishan yang kini salah tingkah sebab tatapan matanya yang bertemu dengan beningnya mata Lintang."Jika kamu punya rasa tak enak padaku yang hanya mendengar ceritamu, lalu kenapa kamu bahkan tak punya rasa malu pada yang Maha memberi hidup? Kamu bahkan

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-24
  • Love for Haphephobia   Pahlawan Atau Iblis?

    Sementara itu siswa-siswi yang mengintip dan mencuri dengar tengah gaduh bergosip."Gila! Aku baru tahu kalau Lintang gadis yang menakutkan. Hanya dengan video saja, ia berani mengancam pak kepala sekolah," ujar salah satu siswa yang berhasil mencuri dengar.Ishan yang mendengar hal itu merasa kalah sekaligus kagum. Bagaimana bisa ia dilindungi dan di bela oleh adik kelas? Perempuan pula. Wajar jika ia merasa kalah. Tapi tak bisa di pungkiri bahwa keberanian dan kecerdikan Lintang yang mampu membalikkan keadaan membuatnya kagum.Sementara itu salah satu teman Erik yang juga ikut menjadi bagian perundungan Ishan bergegas lari untuk mencari Erik dan Angela."Apa mau mu? Bukankah kami semua sudah minta maaf atas video palsu yang beredar itu? Kenapa kamu berbicara seperti perampok?" tanya seorang guru wanita yang hendak membela kepala sekolah. Sementara yang lain hanya mengangguk sependapat dengan

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-29
  • Love for Haphephobia   MISI MENGAKHIRI HUBUNGAN

    "Nikah? Kamu sedang tidak bercanda, 'kan?" pekik Jihan, kekasih Ishan yang entah nomor berapa."Yep! Kali ini aku serius," jawab Ishan tegas."Ta—tapi aku belum siap, Shan! Mana mungkin aku menikah secepat ini? Lagi pula aku masih ingin mengejar cita-citaku untuk menjadi model internasional," terang Jihan.Mendengar perkataan Jihan, Ishan menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. Melainkan bingung, bagaimana cara memberikan penjelasan yang tidak menyakiti dan melukai harga diri wanita yang sudah terlanjur percaya diri itu."Begini! Aku tidak akan menghalangi karirmu. Karen ....""Iya! Aku tahu kamu san.nempel di perutku. Apalagi setelah punya anak. Aku akan sulit bagiku untuk keluar rumah bersama teman-temanku! Aku belum siap, 'Shan! Maaf," sahut Jihan yang tidak membiarkan Ishan menyelesaikan kalimatnya.Mendengarnya, Ishan justru tersenyum geli. Ia merasa bahwa dirinya konyol."Kenapa senyummu seperti itu? Apakah

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-02
  • Love for Haphephobia   Keganasan Lintang

    Pagi itu di kantor, para karyawan tengah sibuk berkasak-kusuk mengenai kabar pernikahan Ishan.Banyak dari karyawan wanita yang patah hati jika kabar yang berhembus itu benar. Pasalnya Ishan adalah idola bagi kaum hawa di kantornya.Sedangkan Lintang yang tengah disibukkan dengan berkas-berkas yang menumpuk di mejanya bahkan tak sempat menggubris atau menegur mereka.Sementara Ishan tengah duduk melipat kedua tangannya di dada, menyenderkan tubuhnya pada sandaran kursi yang ia duduki dan kaki panjangnya berselerak di atas meja, dengan santainya Ishan memandangi Lintang yang sudah seperti baling-baling helikopter karena sangking sibuknya."Lin! Pernikahan kita tinggal seminggu lagi, kapan kita akan merilis undangannya?" tanya Ishan menyela kesibukan Lintang."Selesaikan dulu hubunganmu dengan pacar-pacarmu! Baru setelah itu kamu rilis undangannya," jawab Lintang masih fokus dengan pekerjaannya.Kemudian Ishan berjalan mendek

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-14

Bab terbaru

  • Love for Haphephobia   Teman SMP

    42. Teman SMP Darah yang tadinya hanya merembes, kini mulai mengalir layaknya saluran air yang mulai lancar, David mulai panik dan sesak napas menyaksikan Lintang bersimbah darah.“Memuakkan!” Pria yang masih berpakaian formal lengkap itu, kini mengendurkan dasinya yang tiba-tiba terasa mencekik. Tidak hanya itu, David juga melempar jas hitamnya secara sembarangan, sehingga tampaklah darah yang merembes di lengan bajunya.Seolah tak menyadari bahwa dirinya sendiri juga terluka, David kembali nekat, mengabaikan peringatan Lintang sebelumnya, dan memantapkan langkah ke arah Lintang.“Jangan protes lagi! Aku tidak mau dituduh sebagai pembunuh!” seru David seraya kembali menggendong Lintang menuju ke ranjang pasiennya.“Dokter! Dokter!” David berteriak seperti orang kesetanan.Apakah kali ini Lintang hanya diam dan menurut, setelah David menunjukkan sikap setengah bengisnya? Tentu saja tidak. Sama seperti sebelumnya, kali ini pun Lintang meronta dan menjambak rambut David. Bahkan Lintang

  • Love for Haphephobia   Salah Paham

    "Tentu saja, karena dia wanita yang istimewa dan berbeda!" jawab Bintang spontan."Hmh! Apakah selera kalian adalah wanita rendahan yang hypersex?"Lagi-lagi Bambang merendahkan Lintang."Kakek!" teriak Bintang yang marah mendengar Lintang dihina sang kakek. Namun, sang kakek hanya mendengkus dengan seringai senyum menghina. Sebelum melanjutkan ucapannya, Bintang sempat menatap Ishan untuk melihat reaksinya. Namun, reaksi Ishan yang hanya diam saja justru semakin membuatnya geram. "Jika seandainya hal yang sama menimpa Kejora, apakah Kakek masih bisa mengatakan hal demikian?" Bintang mengepalkan tangannya gemetaran. Telinga dan lehernya merona merah, keringatnya pun bercucuran sebab menahan amarah yang sudah di ambang batas. Plak!Kini gantian tamparan sang kakek meninggalkan bekas merah di pipi Bintang."Jaga ucapanmu! Dasar bocah sialan! Kamu dilahirkan bukan untuk menjadi budak wanita rendahan!""Kakek, cukup! Cukup aku saja. Aku mohon ...."Suara Ishan bergetar pasrah memohon

  • Love for Haphephobia   Ijab Dan Duka

    Kini, semua orang tengah menanti jawaban Kejora. Mereka semua mengubah suasana yang tadinya gaduh menjadi tenang dan kondusif. "Aku bersedia menerima perjodohan ini!"Jawaban Kejora membuat mata Bowo dan yang lainnya terbelalak. Kecuali Bambang—sang kakek dan biang keladi dari pupusnya harapan Ishan untuk membangun rumah tangga bersama Lintang. "Ta–tapi ... bagaimana bisa kau menerimanya? Bukankah kau ....""Maaf! Tapi sejujurnya, aku juga sudah lama memendam rasa untuk Mas Ishan, jadi aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Kesempatan yang hanya datang sekali seumur hidupku." Penjelasan itu membungkam mulut-mulut yang sebenarnya sudah siap untuk membombardir Kejora dengan ribuan pertanyaan. "Tapi, jelas-jelas kau sudah tahu persis bagaimana aku mencintai Lintang, tapi ....""Stop!" Bambang menyela dengan suaranya yang lantang. "Sebaiknya kamu terima apa pun keputusan Kakek! Kau tahu pasti apa yang akan terjadi jika kau nekat menikahi gadis kotor itu, 'kan?" Peringatan yang

  • Love for Haphephobia   Paksaan Sang Kakek

    Keadaan semakin kacau karena kakek dan nenek Ishan tiba-tiba datang. Na'asnya, kakek dan nenek Ishan sempat menyaksikan video tersebut pada bagian Lintang yang tengah dilecehkan. "Apakah memutar adegan menjijikkan seperti ini adalah trend dalam acara pernikahan masa kini!" bentak Bambang Prioko Kartadwinanta, kakek Ishan."Memalukan! Matikan video itu!" perintahnya dengan wajah merah padam. Para tamu undangan terkejut melihat kehadiran orang nomor 3 di negara itu. "K—kakek. Bagaimana kakek bisa ...,"Rita gelagapan mendengar Ishan memanggil 'kakek' pada pria tua yang merupakan orang nomor 1 di kota itu. "Apakah Ishan merupakan cucu dari Bambang Prioko yang merupakan orang terkaya no 3 di negara ini?" batin Rita mulai panik dan ketakutan."Bawa gadis itu!" Bambang menggunakan isyarat tangannya untuk memberikan perintah pada para pengawalnya. Bersamaan dengan itu, para tamu undangan juga langsung diarahkan untuk segera meninggalkan ruangan. Bambang berjalan mendekat ke arah Bowo d

  • Love for Haphephobia   Pernikahan

    Lintang tersedak mendengar ucapan Alex. "Kenapa? Apa candaku berhasil menyentuh hatimu?"Alex segera memberikan segelas air minum pada Lintang."Ku kira kamu serius. Padahal jika benar, aku akan memilih menikahimu saja." Alex tercekat mendengar ucapan Lintang. "Kenapa kau diam saja? Iya! Aku tahu kamu tidak pernah memandangku sebagai seorang wanita. Aku hanya merasa sudah terbiasa denganmu. Sejujurnya, aku mempercayai dirimu melebihi diriku sendiri."Alex termangu mendengar penuturan Lintang. "Jika besok pagi aku yang mengajakmu menikah, apakah kau masih bersedia?"Lintang mengangguk tanpa ragu. Alex mengusap kepala Lintang sambil berujar, "Dasar bodoh! Aku tidak akan melakukan hal gila itu. Aku senang akhirnya kau berada di tangan orang yang tepat. Pria yang benar-benar mencintaimu.""Jadi ... kau benar-benar tidak mau menikahiku, nih?" seloroh Lintang. Alex menggeleng sambil tersenyum. "Aku lebih senang menjadi pelindung rahasiamu, Lintang," ucapnya dalam hati. ***Dekorasi

  • Love for Haphephobia   Bahan Pertimbangan

    Sepanjang perjalanan pulang, Ishan terus saja memikirkan tentang Lintang. Bagaimana mungkin, seorang gadis yang tangguh dan cerdas bisa terjebak dalam kondisi mental yang sangat miris seperti itu? Kejadian macam apa yang telah Lintang lalui?Rasa penasarannya itu memenuhi kepala Ishan, sehingga membuatnya hilang konsentrasi mengemudi.Ckiit ... BRAK!Seorang pedagang asongan tersungkur dengan kue bolu kukus yang berhamburan ke jalanan.Ishan turun dari mobilnya dan segera menolong pedagang asongan yang ia tabrak itu."Bapak tidak apa-apa?" tanya Ishan."I—iya, Mas. Saya tidak apa-apa. Hanya saja ...."Pedagang asongan tersebut melirik sedih pada dagangannya yang sudah berceceran ke mana-mana, bahkan sebagian ada yang terlindas kendaraan lain."Saya minta maaf atas kecerobohan saya, Pak. Mari saya antar untuk ke rumah sakit,

  • Love for Haphephobia   Sisi Gelap Yang Lain

    Di saat yang bersamaan, Ishan tengah menempelkan telinganya di pintu tersebut, sehingga saat Lintang membuka pintu kamar tersebut, Ishan kehilangan keseimbangan dan jatuh tersungkur di hadapan Lintang."Apa yang kamu lakukan?" tanya Lintang.Ishan bangkit sambil meringis kesakitan."Aku mengkhawatirkan dirimu. Maaf jika aku lancang."Kembali rasa marah dan takutnya menguar dari dalam diri Lintang."Keluar dan pergilah," ucap Lintang dingin sambil membuang muka. Rasa jijik turut kembali menguasainya hingga membuat Lintang tak sudi melihat Ishan."Tapi ...."Tak membiarkan Ishan bersuara, Lintang mencengkeram bahu Ishan dan mendorongnya secara kasar untuk keluar. Kemudian menutup pintu kamarnya dengan keras. Lintang menyandarkan punggungnya pada pintu tersebut dan perlahan terduduk pilu bersama rasa yang tiada henti menyiksa dirinya. 

  • Love for Haphephobia   Menggoda Calon Suami

    "Ada apa dengan reaksi mu itu?" tanya Lintang seraya menepuk-nepuk punggung Ishan."Apakah dia Lintang asli?" batin Ishan yang masih terbatuk-batuk.Ishan menepis tangan Lintang dan beringsut menjauh dari Lintang. Ia menatap Lintang dan dahinya mengerut garis muncul antara alisnya."Kamu bukan jelmaan jin, 'kan?"Pertanyaan yang Ishan ajukan itu membuat Lintang mendengkus kesal.Tanpa diminta, Lintang langsung mengucapkan dua kalimat syahadat untuk membuktikan bahwa dirinya adalah Lintang asli alias bukan imitasi."Lalu ... kenapa sikapmu seperti ini?" tanya Ishan yang menyiratkan rasa takut serta curiga dalam tatapannya."Apa maksudmu?" balas Lintang yang mulai menyalak galak."Begini, Mbak. Sebelumnya Anda tidak pernah mengucapkan kata 'maaf dan terima kasih'. Bahkan dua kalimat itu seperti haram terucap dari mulut Anda," ter

  • Love for Haphephobia    Nge-date di H-1 Pernikahan

    Jika biasanya dalam adat Jawa ada ritual pingitan untuk kedua calon pengantin yang sudah mendekati hari H pernikahan, hal itu justru tak berlaku untuk pasangan calon pengantin ini.Meskipun keduanya sepakat untuk menggelar pernikahan dengan mengusung adat Jawa, tapi keduanya tidak begitu saklek dengan ritualnya.Menjelang H-1 pernikahan, tepat jam 07.00 pagi Ishan sudah berdiri dan mengetuk pintu rumah Lintang.Penampilan Ishan hari ini sangat berbeda dengan biasanya. Jika biasanya ia selalu berpakaian formal, hari ini ia tampak lebih muda dengan setelan kemeja biru muda dan Jumper warna navy serta dipadukan dengan celana jeans lengkap dengan sneakersnya.Ishan berdiri gelisah dan berulang kali mondar-mandir menunggu Lintang membukakan pintunya.Beberapa menit kemudian, terdengar suara pintu yang dibuka.Ishan segera bersiap menyambut wanitanya dengan set

DMCA.com Protection Status