Beranda / Romansa / Love at The Sunset / 4. Kesalahpahaman

Share

4. Kesalahpahaman

Penulis: Mavixora
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Angin sepoi-sepoi menerpa rambut Vinara. Suara gesekan dari batang bambu menghadirkan irama yang indah di tambah dengan kicauan burung-burung. Nuansa alam membuat Vinara terbaui. Matanya menatap jauh ke arah hutan buatan di perpustakaan itu.

“Kumohon berhentilah ...” kata seorang wanita yang tengah berjongkok.

Namun, kedua pria yang tengah bertengkar itu makin memuncak.

Batss!

Sebuah sayatan di lengan seorang pria yang entah darimana datang. Salah satu pria itu, membawa pisau, dan berniat untuk membunuh.

Ada rasa lega, ada rasa ketakutan. Semua terlihat di raut wajah para pengunjung kafe.

“Tidak apa-apa,” kata Pria itu.

Darah mulai bercucuran di lantai.

Vinara, hanya melihat semuanya dari kejauhan. Dia tidak berniat untuk melihat semuanya dari dekat.

Beberapa polisi datang mengamankan ketiga orang tersebut. Sampai keadaan mulai tenang, barulah polisi-polisi tersebut pergi.

Beberapa menit yang lalu, sebelum kejadian.

Sebuah suara ribut-ribut terdengar dari arah dalam kafe.

Seorang pria tengah bertengkar dengan seorang pria lainnya. Terlihat seorang wanita tengah melerai perkelahian. Kemudian di lanjutkan dengan suara meja dan kursi yang di banting membuat wanita yang tengah melerai itu ketakutan.

“Kau takut?” tanya salah seorang pria yang tengah bertengkar pada wanita itu. Wanita itu hanya menganggukkan kepala. “Jika kau takut, seharusnya kau tidak melakukan hal ini di belakangku,” teriak pria itu.

Wanita itupun menjerit.

“Kau tidak perlu menakutinya,” kata salah seorang pria.

“Kau tidak perlu ikut campur. Kau tahu, jika dia kekasihku. Mengapa kau mengajaknya berkencan? Apa kau pria tidak tahu malu?” teriak pria itu.

“Kalian tidak punya hubungan apapun lagi, dia mengatakan jika kau sudah putus dengannya,”

“Putus?” mata pria itu menatap ke arah wanita yang di sebutnya sebagai kekasih.

Bisa di simpulkan, jika kedua pria itu berkelahi karena seorang wanita.

Beberapa hari yang lalu...

Seorang pria memakai seragam upacara lapangan Anggota TNI AD, dibahunya terdapat beberapa bintang yang tersemat. Menambah aura kegagahan pada pria itu.

Seorang pria paruh baya dengan beberapa bintang di bahunya memberikan penghargaan kepada pria itu. Kini di bahu pria itu tersemat 3 strip—kapten.

“Karena jasa dan pengabdiannya kepada Negara. Hari ini, Letnan Adra Azka Pradipta mendapatkan kenaikan pangkat menjadi Kapten,” kata pria itu.

“Hormat,” kata pria yang disebut namanya sebagai Adra Azka Pradipta.

“Selamat ya, Letnan Adra,” kata seorang pria pria yang di panggilnya Adra itu. “Ah tidak, aku harus memanggilmu Kapten?” ejek pria itu setelah keluar dari ruangan.

Di lain tempat, Vinara tengah fokus dengan laptopnya. Beberapa buku terlihat, sebelah kanannya terlihat pemandangan perkotaan, sedangkan sebelah kirinya terlihat rak-rak buku. Saat ini dia berada di perpustakaan.

“Permisi. Maaf. Perpustakaan sudah mau tutup,” kata seorang wanita pada Vinara.

“Aa... aku akan pergi sekarang,” kata Vinara sambil memasukan laptopnya di dalam tas.

Jam menunjukan pukul 16.39pm. Vinara memilih untuk jalan kaki. Sebuah pengendara motor dari arah belakangnya tiba-tiba menyambar tas Vinara.

“Copet ….” teriak Vinara sambil berlari mengejar pengendara motor itu.

Sebuah toserba...

Sebuah motor terparkir, seorang pria pergi membeli sesuatu ke dalam toserba tersebut. Dari kejauhan terdengar suara teriakan copet, serta sebuah pengendara motor lewat.

BRUGH!

Suara motor yang terjatuh. seorang pria menggambil tas yang di bawah kedua orang itu, serta menghajar kedua orang itu. Karena ketakutan, akan di pukul massa, kedua orang itu langsung bergegas pergi dengan luka dibagian wajahnya.

Vinara, yang melihat pria yang memegang tasnya, langsung berlari dan berteriak ke arah pria itu.

“Akhirnya aku mendapatkanmu, dasar maling,” kata Vinara sambil memukul pria itu. “Kembalikan tasku,” kata Vinara sambil merebut kembali tasnya. “Dasar maling,” kata Vinara.

“Aa... Aa... Aa...” rintih pria itu. “Bukan aku pencopetnya,” kata pria itu.

"Sudah tertangkap basah, tapi masih juga mau berbohong,” kata Vinara sambil kembali memukul pria itu.

“Apa yang kau lakukan?” tanya seorang Pria, sambil membawa sebuah minuman kaleng. Pria itu menatap ke arah temannya.

“Ah, jadi kalian berhenti disini dan pura-pura membeli minuman,” kata Vinara. “Cop...” belum selesai Vinara berteriak, mulutnya di bungkam oleh pria yang tadi di pukulnya.

“Kita cek saja CCtv di sana,” kata teman pria itu.

Vinara memalingkan wajahnya, setelah melihat rekaman CCtv. Dia merasa malu, karena telah menuduh orang yang telah membantunya mengambil tasnya.

“Bukannya aku sudah bilang, sebaiknya kita tidak memakai pakaian seperti ini lagi,” kata temannya. “Lepas masker itu, kita benar-benar seperti preman,” kata temannya sambil membuka masker temannya itu.

“Kau ....”

Vinara terkejut. Ketika melihat wajah pria itu ketika melepas maskernya.

“Cowok angsa itu ....” kata Vinara membuat teman pria itu tertawa terbahak-bahak mendengar apa yang dikatakan oleh Vinara.

“Berhenti tertawa,” kata Pria itu kepada temannya dengan tatapan tidak suka.

“Maaf... Maaf... Sepertinya kalian punya sesuatu yang harus di bahas. Aku akan menunggu di parkiran,” kata teman Pria itu, bernama Kurniawan.

“Alan Aditya Adra, panggil saja Adra,” kata pria itu memperkenalkan dirinya.

“Vinara, Vinara Adelia,” kata Vinara. “Em. Soal kejadian tadi, aku benar-benar minta maaf,” kata Vinara sambil menundukkan wajah. “Dan, aku juga minta maaf soal kejadian di taman karena menertawakanmu. Aku tahu jika itu salah, tapi...”

Adra tertawa.

“Aku serius,” kata Vinara lagi.

Kemarikan Ponselmu,” kata Adra sambil mengulurkan tangannya.

Vinara memberikan Ponselnya.

“Aku akan menghubungimu,” kata Adra sambil memberikan ponsel Vinara kemudian pergi meninggal Vinara yang masih mematung.

“Kau mengenal gadis tadi?” tanya Kurnia pada Adra yang sedari tadi memandang ponselnya.

“Ah. Iya. Dia gadis yang aku ceritakan, karena mertawakanku,” kata Adra. “Dia bahkan tidak membantuku sama sekali saat aku di kejar angsa-angsa itu,” kata Adra sambil mengingat kembali kejadian yang menimpanya.

Ddddrrr... Ddrr.

Sebuah pesan masuk ke dalam ponsel Adra.

“Katakan saja dimana. Aku akan mentraktirmu karena telah membantuku menyelamatkan tasku,” bunyi pesan itu.

“Yes,” kata Adra bersorak.

Kurniawan yang melihat sahabatnya itu, hanya mengeritkan dahinya.

“Aku tidak pernah melihatmu segembira itu saat menerima pesan. Apa itu? Apa kau menang lotre?” tanya Kurniawan.

“Tidak, hanya pesan iseng,” kata Adra.

“Aaa... gitu ya. Pesan iseng karena mengajak seorang gadis makan malam,” kata Kurniawan membuat raut wajah Adra berubah. "Sepertinya gadis itu membuatmu tidak takut lagi ber....”

Adra menyumbal mulut sahabatnya itu, hingga tidak bisa menyelesaikan apa yang ingin dikatakan oleh Kurniawan.

 “Aku minta maaf, aku harus pergi sekarang. Aku ada keperluan mendesak. Karena kau telah janji untuk mentraktirku. Aku akan menangihnya saat aku pulang,” kata Adra sambil menghidupkan motornya.

Vinara hanya bisa terdiam melihat pria itu menghilang di hadapannya.

Beberapa menit sebelum kepergian Adra, sebuah telfon masuk.

Telfon untuk seorang prajurit negara.

.

Bersambung …

Bab terkait

  • Love at The Sunset   5. Jadilah Pacarku

    Di luar hujan deras! Vinara masih menatap laptopnya dengan sejuta pertanyaan apa yang harus di tulisnya! Beberapa kali dia mengetik, beberapa kali itupun dia menghapus ketikannya!Dia tidak tahu, apa yang harus di tulisnya untuk mengawali naskah terbarunya! Rasanya hambar, ketika dia menulis naskah romantis!“Aku butuh banyak waktu untuk menulis naskah ini,” kata Vinara saat bertemu dengan Editor beberapa waktu lalu!“Oke. 3 bulan bagaimana?”“Enam bulan. Aku butuh 6 bulan,” kata Vinara.“Oke. Setuju,” kata Editornya.Suasana kampus begitu ramai seperti biasanya!“Vinara,” panggil Laura sambil membawa jajanan.“La.... Em. Jika genre romantis di satuin dengan Thiller atau crime. Bagusnya tokoh-tokohPemain berprofesi sebagai apa?”“Emang buat apa sih, nanya kayak gitu. Aneh deh!”“Orang nanya, jawab dong! Jangan balik bertanya

  • Love at The Sunset   1. Pertemuan

    Ddrrr... Ddrr... Ddrr...Suara Ponsel bergetar di balik saku jaketnya.“Kau tidak lupa hari ini bukan?” sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya.Suasana kampus tampak begitu ramai, seorang anak gadis tengah di pandangi oleh beberapa anak laki-laki di kampus. Ya! Itu bukan kali pertama gadis itu mendapat tatapan dari para pria. Sepertinya dia tengah asik memainkan ponselnya, sesekali dia menyerup minuman yang telah dipesannya sedari tadi.“Aku harus mencari tambahan uang lagi untuk kebutuhan dua tahun di sana. Apa aku kerja paruh waktu saja sambil menulis naskah baru?” gumannya dalam hati.Sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya lagi. Membuatnya begitu terburu-buru pergi.Sebuah kafe bernuansa modern di padukan dengan desain klasik kuno masuk ke dalam sebuah kafe. Suasana tidak begitu ramai, namun terdapat beberapa pengunjung.“Oh, Vin. Sini ....” sebuah sapaan untuk gadis itu dari seorang wanita umurnya

  • Love at The Sunset   2. Stress Karena Kerja

    Sebuah suara keyboard terdengar, begitu cepat.Dddrrr... Ddrrr... Ddrrrr...Suara getaran terdengar dari arah ponsel, tapi ia hanya menengok sekilas dan kembali melanjutkan aktifitasnya.“Ahhh... selesai juga,” kata gadis itu. “Syukurlah, akhirnya bab kali ini selesai juga, rasanya kurang greget. Tapi sudah jam segini. Sebaiknya aku revisinya besok,” katanya sambil merengangkan tubuhnya.“Hhhhmm... Hanya pesan dari Editor,” katanya memeriksa pesan yang masuk kemudian menyimpan kembali ponselnya di atas meja.Ia sangat kesal setelah pertemuan beberapa waktu lalu dengan Editornya. Hal itu membuatnya tidak mengangkat panggilan telpon itu.Ia focus dengan apa yang saat ini diketik olehnya. Tangannya bekerja di keyboard laptop. Otaknya tidak focus pada pekerjaan, hal itu membuatnya mengikuti hatinya, menulis apa yang dia pikirkan.Suasana malam tampak begitu mencekamkan. Hawa dingin serasa menusuk sampai

  • Love at The Sunset   3. Pertemuan

    “Hei Psiko,” sebuah suara memanggil.Vinara melihat kearah kiri-kanannya, serta belakangnya.“Kau memanggilku?” tanya Vinara.“Emang siapa lagi yang ku panggil jika bukan kau,” kata gadis yang di memanggil Vinara.“Kau cari ribut denganku?” tanya Vinara sambil memasang wajah sinisnya. “Apa kau tidak ingat, jika aku bisa membuatmu masuk rumah sakit? Apa kau mau seperti dulu?” tanya Vinara. “Coba saja, jika kau ingin kembali ke rumah sakit dengan patah tulang lagi,” kata Vinara sambil berbisik di telinga gadis itu.Gadis itu hanya terdiam ketika Vinara mengucapkan hal yang membuatnya begitu merinding.Tidak ada yang tahu pasti, apa yang sebenarnya terjadi pada saat masuk kuliah yang membuat beberapa mahasiswa baru di keluarkan dari kampus.Sekilas memori Vinara tergambar.“Ayolah ...” kata seseorang sambil meraih lengan Vinara memasuki sebuah ruma

Bab terbaru

  • Love at The Sunset   5. Jadilah Pacarku

    Di luar hujan deras! Vinara masih menatap laptopnya dengan sejuta pertanyaan apa yang harus di tulisnya! Beberapa kali dia mengetik, beberapa kali itupun dia menghapus ketikannya!Dia tidak tahu, apa yang harus di tulisnya untuk mengawali naskah terbarunya! Rasanya hambar, ketika dia menulis naskah romantis!“Aku butuh banyak waktu untuk menulis naskah ini,” kata Vinara saat bertemu dengan Editor beberapa waktu lalu!“Oke. 3 bulan bagaimana?”“Enam bulan. Aku butuh 6 bulan,” kata Vinara.“Oke. Setuju,” kata Editornya.Suasana kampus begitu ramai seperti biasanya!“Vinara,” panggil Laura sambil membawa jajanan.“La.... Em. Jika genre romantis di satuin dengan Thiller atau crime. Bagusnya tokoh-tokohPemain berprofesi sebagai apa?”“Emang buat apa sih, nanya kayak gitu. Aneh deh!”“Orang nanya, jawab dong! Jangan balik bertanya

  • Love at The Sunset   4. Kesalahpahaman

    Angin sepoi-sepoi menerpa rambut Vinara. Suara gesekan dari batang bambu menghadirkan irama yang indah di tambah dengan kicauan burung-burung. Nuansa alam membuat Vinara terbaui. Matanya menatap jauh ke arah hutan buatan di perpustakaan itu.“Kumohon berhentilah ...” kata seorang wanita yang tengah berjongkok.Namun, kedua pria yang tengah bertengkar itu makin memuncak.Batss!Sebuah sayatan di lengan seorang pria yang entah darimana datang. Salah satu pria itu, membawa pisau, dan berniat untuk membunuh.Ada rasa lega, ada rasa ketakutan. Semua terlihat di raut wajah para pengunjung kafe.“Tidak apa-apa,” kata Pria itu.Darah mulai bercucuran di lantai.Vinara, hanya melihat semuanya dari kejauhan. Dia tidak berniat untuk melihat semuanya dari dekat.Beberapa polisi datang mengamankan ketiga orang tersebut. Sampai keadaan mulai tenang, barulah polisi-polisi tersebut pergi.Beberapa menit ya

  • Love at The Sunset   3. Pertemuan

    “Hei Psiko,” sebuah suara memanggil.Vinara melihat kearah kiri-kanannya, serta belakangnya.“Kau memanggilku?” tanya Vinara.“Emang siapa lagi yang ku panggil jika bukan kau,” kata gadis yang di memanggil Vinara.“Kau cari ribut denganku?” tanya Vinara sambil memasang wajah sinisnya. “Apa kau tidak ingat, jika aku bisa membuatmu masuk rumah sakit? Apa kau mau seperti dulu?” tanya Vinara. “Coba saja, jika kau ingin kembali ke rumah sakit dengan patah tulang lagi,” kata Vinara sambil berbisik di telinga gadis itu.Gadis itu hanya terdiam ketika Vinara mengucapkan hal yang membuatnya begitu merinding.Tidak ada yang tahu pasti, apa yang sebenarnya terjadi pada saat masuk kuliah yang membuat beberapa mahasiswa baru di keluarkan dari kampus.Sekilas memori Vinara tergambar.“Ayolah ...” kata seseorang sambil meraih lengan Vinara memasuki sebuah ruma

  • Love at The Sunset   2. Stress Karena Kerja

    Sebuah suara keyboard terdengar, begitu cepat.Dddrrr... Ddrrr... Ddrrrr...Suara getaran terdengar dari arah ponsel, tapi ia hanya menengok sekilas dan kembali melanjutkan aktifitasnya.“Ahhh... selesai juga,” kata gadis itu. “Syukurlah, akhirnya bab kali ini selesai juga, rasanya kurang greget. Tapi sudah jam segini. Sebaiknya aku revisinya besok,” katanya sambil merengangkan tubuhnya.“Hhhhmm... Hanya pesan dari Editor,” katanya memeriksa pesan yang masuk kemudian menyimpan kembali ponselnya di atas meja.Ia sangat kesal setelah pertemuan beberapa waktu lalu dengan Editornya. Hal itu membuatnya tidak mengangkat panggilan telpon itu.Ia focus dengan apa yang saat ini diketik olehnya. Tangannya bekerja di keyboard laptop. Otaknya tidak focus pada pekerjaan, hal itu membuatnya mengikuti hatinya, menulis apa yang dia pikirkan.Suasana malam tampak begitu mencekamkan. Hawa dingin serasa menusuk sampai

  • Love at The Sunset   1. Pertemuan

    Ddrrr... Ddrr... Ddrr...Suara Ponsel bergetar di balik saku jaketnya.“Kau tidak lupa hari ini bukan?” sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya.Suasana kampus tampak begitu ramai, seorang anak gadis tengah di pandangi oleh beberapa anak laki-laki di kampus. Ya! Itu bukan kali pertama gadis itu mendapat tatapan dari para pria. Sepertinya dia tengah asik memainkan ponselnya, sesekali dia menyerup minuman yang telah dipesannya sedari tadi.“Aku harus mencari tambahan uang lagi untuk kebutuhan dua tahun di sana. Apa aku kerja paruh waktu saja sambil menulis naskah baru?” gumannya dalam hati.Sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya lagi. Membuatnya begitu terburu-buru pergi.Sebuah kafe bernuansa modern di padukan dengan desain klasik kuno masuk ke dalam sebuah kafe. Suasana tidak begitu ramai, namun terdapat beberapa pengunjung.“Oh, Vin. Sini ....” sebuah sapaan untuk gadis itu dari seorang wanita umurnya

DMCA.com Protection Status