Beranda / Romansa / Love and beautiful life / Bab 3 Menarik Perhatian

Share

Bab 3 Menarik Perhatian

Penulis: HadasaSjtk
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-13 21:59:25

Disisi lain Joy tidak bisa tidur, dia gelisah dan matanya tidak mau terpejam.

“Tidak bisa tidur?” tanya Feno pada Joy sambil memainkan gadgetnya

“Belum ngantuk.”

            “Apa yang kau pikirkan? Wanita itu?” ujar Feno lagi tetap fokus memainkan gadgetnya.

            “Maksudmu?” Joy meminta penjelasan atas pertanyaan yang di ajuka oleh Feno.

            “Bukankah Daisy menarik perhatianmu.”

            “Berhenti mengatakan hal aneh!” bantah Joy, sambil melemparkan bantal ke arah Feno.

      “Hahahhahhahahahaha.” Feno tertawa keras dan menambahkan perkataanya.

            “Matamu hampir keluar dari tempatnya setiap kali wanita itu bebicara kau menatapnya dengan sangat lekat.” ledek Feno.

            “Tidak ada yang salah dengan itu, bukankah fungsi mata untuk melihat,” Joy berusaha untuk mengelak.

            “Itu hanya fungsi utama,” jawab Feno dengan senyum menggoda.

            “Hari ini kau menyebalkan.” ujar Joy sambil menarik selimutnya dan bersiap untuk tidur.”

            “Hahahahhahaha, daya tarikmu sangat dasyat. Itulah mengapa kurang dari sebulan kau akan selalu berganti pasangan. Bukankah wanita ini lumayan juga.”

            “Hentikan perkataan konyolmu Feno, ucapanmu mulai keterlaluan!” ucap Joy sambil menyingkap selimutnya lalu keluar dari kamar.

Aku melirik kamar wanita itu, terlihat dari celah pintunya bahwa lampu kamarnya sudah padam pertanda bahwa dia sudah tidur. Aku berjalan ke kamar mandi untuk membasuh wajah dan minum untuk menyegarkan pikiranku setelah selesai ketika melintas dari kamar Daisy untuk kembali ke kamar, aku mendengar suara samar-samar.

“Ampun Pah, aku salah maafkan aku, maafkan aku aku salah hiks hiks hiks,” yang kemudian hanya suara tangisan pilulah yang terdengar.

Wajar saja rumah ini tidak di fasilitasi dengan kedap suara, jadi suara akan terdengar cukup jelas apalagi sekarang sudah hampir tengah malam. Sekitar 15 menit suara itu meredah dan tidak terdengar lagi, aku yang sedari tadi berdiri di depan pintu kamar Daisy kembali ke kamar.

Aku tidak tau apa yang terjadi sehingga tangisanya sangat menyayat hati dan memilukan seperti itu, tapi kurasa itu adalah privasinya tidak baik mencampuri urusan orang lain atau berusaha menggali kehidupanya.

Wanita itu cantik itulah yang kupikirkan saat pertama kali aku melihatnya dari kaca jendela mobil dan jika boleh jujur, yups dia menarik perhatianku. Wanita dengan potongan rambut bergelombang pendek sebahu, kulit berwarna kuning langsat, tingginya kurang lebih sekitar 157 Cm, Daisy tergolong wanita yang tidak gemuk dan juga tidak kurus.

Selama seharian aku berinteraksi denganya dia adalah wanita yang terus menerus berusaha mandiri dan tidak suka mengandalkan ataupun menyusahi orang lain.

 Dan yang menarik perhatianku bukan karena aku menyukainya tapi seharian ini dia tersenyum dengan sangat ramah, namum matanya sangat hampa seperti menunjukan kepasrahan. Aku memikirkanya semalaman sampai aku tidak sadar aku sudah tertidur.

Keesokan paginya aku dibangunkan oleh suara alaram Feno yang terus berbunyi, aku mematikan hpnya dan bangkit dari tempat tidur aku membangunkan Feno yang masih tertidur sangat pulas.

            “Fen…Fen bangun Fen dah pagi, nati kita terlambat loh.” Feno mulai bergeming kemudian menggeliat ke kanan dan kekiri seperti cacing kepanasan.

“Sebentar aku mengumpulkan nyawaku terlebih dahulu,” ucap Feno berusaha bangkit.

Aku keluar dari kamar dan melihat Daisy yang sudah duduk manis di ruang tengah sambil memainkan gadgetnya, aku memperhatikan matanya yang sebab akibat menangis tadi malam. Dia mengalihkan pandanganya sejenak dari gadgetnya dan menyapaku

“Good Morning Joy.”

“Selamat pagi juga Daisy,” balasku sambil bergegas ke kamar mandi.

Pagi ini Daisy terbangun lebih cepat karena tadi malam mimpinya sangat tidak menyenangkan, gadis itu berusaha untuk tidur kembali namun matanya enggan terpejam yang kemudian dia memutuskan untuk menonton drama kesukaanya sampai pagi menyingsing barulah dia berberes.

Joy keluar dari kamar mandi dan menghampiri Daisy yang masih sibuk dengan gadgetnya.

“Kau mau makan apa pagi ini di seberang jalan ada tempat menjual sarapan pagi, aku akan pergi dan membeli sarapan kita.”

“Mengapa harus di beli, aku sudah masak untuk makanan kita pagi ini,” jelasku kepada Joy dan melihat kearahnya.

 “Daisy bisa memasak?” cetus Feno yang baru keluar dari kamar.

“Yah bisa walau enggak enak-enak banget.”

Pagi ini aku masak nasi goreng dengan bahan seadanya di kulkas, kami segera mengangkat makanan kami dan merapikanya di atas meja makan. Dengan inisiatif pribadi Joy memimpin doa makan, dan kami pun lansung memakan makanan yang sudah tersedia dihadapan kami.

“Ini enak, kau memang berbakat,” ucap Feno dengan mata berbinar-binar.

“Jangan terlalu memujiku, sekarang di luar sana hampir semua wanita sudah bisa memasak,” balasku pada Feno sambil tetap menikmati makananku.

“Kau benar, tapi biasanya wanita-wanita yang di sekitar kami tidak bisa memasak.”

“Aku wanita yang tidak biasa,” jawabku lagi dengan sedikit tertawa.

Aku melirik ke arah Joy dia tidak berkomentar sedikitpun dan tetap fokus pada makananya, seperti biasa aku tidak mengetahui apa yang dipikirkan oleh lelaki itu.

Setelah selesai sarapan aku ingin membereskan peralatan makan kami, namu di cegah oleh Joy.

“Pergilah mandi, kau sudah cukup lelah menyiapkan ini semua kami akan membereskanya. Di atas kompor tadi aku merebus air, pakailah untuk kau mandikan dan jangan mandi air dingin nanti kau demam.”

“Iya mandilah Daisy, kami akan membereskan sisanya,” timpal Feno lagi.

Akhirnya aku memutuskan untuk mandi, aku mengambil handuk dan pakaianku dan menuju ke kamar mandi.

Aku melihat Joy mengangkat air yang dia masak tadi ke kamar mandi lalu dengan hati-hati dia menuangkan air panas tersebut ke dalam wadah yang cukup besar dan mulai memasukan air dingin. Sesekali dia memasukan tanganya ke dalam air untuk mengecek suhu airnya apakah sudah pas atau tidak, sesudah selesai dia keluar.

Dia menatapku seperti biasanya dengan tatapan datar.

“Mandilah,” ujarnya dan berjalan ke ruang tengah.                                              

Dia benar-benar mebuatku merinding dengan tingkahnya pagi ini, namun aku tidak mau ambil pusing dan segera mandi. Sekarang air yang tadinya sangat dingin menjadi hangat dan sangat menyegarkan.

Sesudah selesai mandi Joy dan Feno secara begantian memakai kamar mandi, dan aku melihat sekelilingku sudah rapi dan bersih. Rumah yang tadinya sedikit berantakan sudah rapi kembali dan juga sudah bersih, piring-piring yang kami pakai tadi sudah tertata rapi di lemari tempat penyimpanan piring. Kerjasama yang baik, pikirku dalam hati.

Bab terkait

  • Love and beautiful life   Bab 4 Payung

    “Tok…tok…tok,” suara ketukan terdengar dari pintu kamarku, aku membuka pintu kamar dan mendapati Feno yang sudah berpakaian rapi.“Aku dan Joy mau pergi melakukan penyuluhan kesehatan, Daisy ikut?” tanya Feno kepadaku.“Aku di rumah saja, sebentar lagi aku akan ke rumah tetangga-tetangga kita sekalian mau berkenalan dengan pelayan diakones yang di samping rumah.”“Hah, untuk apa?”“Untuk bersosialisasi, kita kan tinggal disini dan melakukan praktek, jadi kita gak bisa bersikap apatis apalagi profesiku di masa depan mengharuskan untuk peduli pada hal-hal kecil sekalipun,” jawabku pada Feno.“Kalau begitu kami pergi dulu yah, btw kalau ada apa-apa hubungi kami.”“Ok tapi aku belum punya nomor kalian, ada cara lain untuk menghubungi kalian?” tanyaku sedikit menggodanya“Hahahahhahahha, bisa bertelepati?” balasnya tak mau kalah.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-14
  • Love and beautiful life   Bab 5 Berjalanlah Disampingku

    “Aku lapar,” ucapnya kepadaku.“Tentu saja kau lapar, kau menangis sambil berjalan.”Aku memesan makanan untuk kami berdua, dan selesai makan tidak lupa aku membungkus makananya untuk Feno karena aku yakin dia belum makan dan memilih untuk menahan lapar daripada harus pergi keluar. Setelah bungkusanya selesai aku membayar semua yang kami pesan ke kasir.“Kau mau membeli hal lain?” tanyaku padanya yang masih duduk di tempat kami makan tadi.“Tidak ada,” jawabnya sambil menggelengkan kepala.“Kalau begitu kita lansung pulang.” Aku mengenggam tanganya.“Tidak perlu menggenggam taganku, aku tidak akan tersesat lagi,” katanya sambil berusaha menarik tanganya.Tanpa membalas ucapanya aku semakin mengenggam tanganya dengan erat.Sesampainya di rumah Daisy turun dari mobil dan menungguku yang sedang memasukan mobil ke bagasi. Aku melihatnya yang berdiri dan sesekal

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-16
  • Love and beautiful life   Bab I Nalbi

    “Mari kita mengambil jalan masing masing,” ucapku kepadanya dengan nada serius.“Aku sudah muak dengan semua alasanmu yang tidak masuk akal. Kau terus menerus hanya memikirkan dirimu sendiri kau tidak pernah sedikitpun memikirkan keadaanku, semua alasan yang kau ucapkan hanya untuk kepentingan mu! Sudahlah mari mengakhiri percakapan ini aku sudah lelah.“Bukan begitu hanya saja...”“Aku udah enggak peduli, yang terbaik adalah kita berpisah dan menentukan jalan kita masing-masing,” ucapku dengan cepat memandangnya dengan sinis lalu pergi.Dia Jene Simanjuntak salah satu teman seangkatanku yang beberapa kali melakukan pelayanan bersamaku, selama pelayanan bersama memang dia benar-benar sangat menguji kesabaranku dia itu orangnya tidak pernah tepat waktu, kekanakkanakan, selalu mengeluh dan yang paling membuatku stress adalah sifatnyai yang selalu mementingkan dirinya sendiri.Dan mengapa a

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-08
  • Love and beautiful life   Bab 2 Tersenyum Manis

    Dia menatapku dengan acuh dan berkata.“Apa yang kau pikirkan,” ujarnya sambil menyerahkan cangkir berisi teh hangat, minyak kayu putih dan juga Freshcare dia berkata lagi.“Kau mungkin memerlukanya,” timpalnya berbalik lalu pergi.Aku bingung dan tidak memahami apa yang sebenarnya lelaki itu pikirkan.Aku berjalan ke ruang tengah dan melihat mereka sudah berkumpul, dengan hidangan sarapan pagi sudah tertata rapi di atas meja. Kemudian Inang mengajaku untuk duduk bergabung bersama dengan mereka lalu pendeta mambuka percakapan.“Mereka juga mahasiswa kkn sama sepertimu, hanya saja mereka fakultas kedokteran.” Pendeta menjelaskan mengenai Joy dan Feno kepadaku.“Oh,” jawabku sambil menganguk-angguk petanda bahwa aku mengerti.“Orang tua dari Joy merupakan sahabat kami, jadi selama tinggal di rumah ini kami harap kalian bisa saling beradaptasi. Apalagi karena Inang merupakan Gur

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-11

Bab terbaru

  • Love and beautiful life   Bab 5 Berjalanlah Disampingku

    “Aku lapar,” ucapnya kepadaku.“Tentu saja kau lapar, kau menangis sambil berjalan.”Aku memesan makanan untuk kami berdua, dan selesai makan tidak lupa aku membungkus makananya untuk Feno karena aku yakin dia belum makan dan memilih untuk menahan lapar daripada harus pergi keluar. Setelah bungkusanya selesai aku membayar semua yang kami pesan ke kasir.“Kau mau membeli hal lain?” tanyaku padanya yang masih duduk di tempat kami makan tadi.“Tidak ada,” jawabnya sambil menggelengkan kepala.“Kalau begitu kita lansung pulang.” Aku mengenggam tanganya.“Tidak perlu menggenggam taganku, aku tidak akan tersesat lagi,” katanya sambil berusaha menarik tanganya.Tanpa membalas ucapanya aku semakin mengenggam tanganya dengan erat.Sesampainya di rumah Daisy turun dari mobil dan menungguku yang sedang memasukan mobil ke bagasi. Aku melihatnya yang berdiri dan sesekal

  • Love and beautiful life   Bab 4 Payung

    “Tok…tok…tok,” suara ketukan terdengar dari pintu kamarku, aku membuka pintu kamar dan mendapati Feno yang sudah berpakaian rapi.“Aku dan Joy mau pergi melakukan penyuluhan kesehatan, Daisy ikut?” tanya Feno kepadaku.“Aku di rumah saja, sebentar lagi aku akan ke rumah tetangga-tetangga kita sekalian mau berkenalan dengan pelayan diakones yang di samping rumah.”“Hah, untuk apa?”“Untuk bersosialisasi, kita kan tinggal disini dan melakukan praktek, jadi kita gak bisa bersikap apatis apalagi profesiku di masa depan mengharuskan untuk peduli pada hal-hal kecil sekalipun,” jawabku pada Feno.“Kalau begitu kami pergi dulu yah, btw kalau ada apa-apa hubungi kami.”“Ok tapi aku belum punya nomor kalian, ada cara lain untuk menghubungi kalian?” tanyaku sedikit menggodanya“Hahahahhahahha, bisa bertelepati?” balasnya tak mau kalah.

  • Love and beautiful life   Bab 3 Menarik Perhatian

    Disisi lain Joy tidak bisa tidur, dia gelisah dan matanya tidak mau terpejam.“Tidak bisa tidur?” tanya Feno pada Joy sambil memainkan gadgetnya“Belum ngantuk.” “Apa yang kau pikirkan? Wanita itu?” ujar Feno lagi tetap fokus memainkan gadgetnya. “Maksudmu?” Joy meminta penjelasan atas pertanyaan yang di ajuka oleh Feno. “Bukankah Daisy menarik perhatianmu.” “Berhenti mengatakan hal aneh!” bantah Joy, sambil melemparkan bantal ke arah Feno. “Hahahhahhahahahaha.” Feno tertawa keras dan menambahkan perkataanya.&

  • Love and beautiful life   Bab 2 Tersenyum Manis

    Dia menatapku dengan acuh dan berkata.“Apa yang kau pikirkan,” ujarnya sambil menyerahkan cangkir berisi teh hangat, minyak kayu putih dan juga Freshcare dia berkata lagi.“Kau mungkin memerlukanya,” timpalnya berbalik lalu pergi.Aku bingung dan tidak memahami apa yang sebenarnya lelaki itu pikirkan.Aku berjalan ke ruang tengah dan melihat mereka sudah berkumpul, dengan hidangan sarapan pagi sudah tertata rapi di atas meja. Kemudian Inang mengajaku untuk duduk bergabung bersama dengan mereka lalu pendeta mambuka percakapan.“Mereka juga mahasiswa kkn sama sepertimu, hanya saja mereka fakultas kedokteran.” Pendeta menjelaskan mengenai Joy dan Feno kepadaku.“Oh,” jawabku sambil menganguk-angguk petanda bahwa aku mengerti.“Orang tua dari Joy merupakan sahabat kami, jadi selama tinggal di rumah ini kami harap kalian bisa saling beradaptasi. Apalagi karena Inang merupakan Gur

  • Love and beautiful life   Bab I Nalbi

    “Mari kita mengambil jalan masing masing,” ucapku kepadanya dengan nada serius.“Aku sudah muak dengan semua alasanmu yang tidak masuk akal. Kau terus menerus hanya memikirkan dirimu sendiri kau tidak pernah sedikitpun memikirkan keadaanku, semua alasan yang kau ucapkan hanya untuk kepentingan mu! Sudahlah mari mengakhiri percakapan ini aku sudah lelah.“Bukan begitu hanya saja...”“Aku udah enggak peduli, yang terbaik adalah kita berpisah dan menentukan jalan kita masing-masing,” ucapku dengan cepat memandangnya dengan sinis lalu pergi.Dia Jene Simanjuntak salah satu teman seangkatanku yang beberapa kali melakukan pelayanan bersamaku, selama pelayanan bersama memang dia benar-benar sangat menguji kesabaranku dia itu orangnya tidak pernah tepat waktu, kekanakkanakan, selalu mengeluh dan yang paling membuatku stress adalah sifatnyai yang selalu mementingkan dirinya sendiri.Dan mengapa a

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status