Wajah yang sudah tidak ramah tadi, semakin terlihat mengerikan saat Regan memutar kepalanya dan melihat kedua matanya dengan tajam. “Apa jika suamimu mamberikan perintah, kamu akan terus menanyakan alasannya?”
“Bukan begitu! Aku hanya ingin tahu saja, kenapa kalian terlihat tidak bisa menerima Mira sekarang? Padahal, sebelumnya kalian baik-baik saja.”
“Jika menurutmu pacar dia sendiri saja memutus hubungan dengannya, apa kamu pikir orang lain akan percaya?”
Sepertinya kemarahan Regan akan sulit direda sekarang. Entah ada apa dengan Mira, yang jelas dia tidak akan pernah meragukan suaminya. Jika terus dilawan, mungkin mereka akan terlibat pertegkaran sebentar lagi.
Apalagi kaisar. Dia orang yang tidak akan pernah bertindak tanpa pertimbangan selama ini. Dia sudah melihat, jika Kaisar pun berlagak seolah dia tidak mengenal Mira. Jika mereka berdua sudah seperti itu, maka itu jelas! Ada yang tidak beres dengan Mira.
Lagipula, dia juga punya kecur
Anya tidak bisa berpikir. Dia sangat yakin, kalau tanggal pernikahan mereka tidak ada yang berubah. Meskipun ada perubahan, dia tidak pernah menerima itu. Lalu, bagaimana bisa, dia membalas semua chat klien-nya dan menyetujui itu?Pikirannya hampir meledak! Apa yang bisa dia lakukan nanti? Bukankah mustahil, mengadakan dua pernikahan di tempat yang sama sekaligus?Tangan Anya menyandar di jendela pintu mobil dengan menopang kepala. Kedua matanya terpejam, memikirkan apa yang bisa dia lakukan. Jika untuk masalah rias, gaun, dan pelaminan itu tidak menjadi masalah, dia masih punya banyak stok. Namun, tempatnya?Andaikan saja ada yang mau mengalah salah satu dari mereka. Jika ada pun, rasanya juga mustahil. Undangan mereka telah tersebar dan juga memberikan informasi di mana acara pernikahan berlangsung. Dalam satu malam, bagaimana bisa merubah itu?Saat dia melamun, Regan tiba-tiba menarik tubuhnya hingga kepala Anya membentur dada Regan. Keras, sama sekali
“Ah, oh, tidak masalah. Aku akan keluar dan menunggu di sana.”Meskipun Diana merasa ada yang tidak beres, tapi wanita itu tetap pergi dan membiarkan mereka berdua berbicara. Delisa menduduki kursi adiknya, dia kembali menyahut apel dan mengupas untuk Rendi.“Masalah apa yang membuatmu sampai menemiku?”“Ren, kamu pernah mengatakan jika WO dari Anya yang terbaik bukan?”“Hmm.”“Kamu tau, hari ini salon Anya masuk di pencarian terpopuler. WO-nya bermasalah, aku pun tidak mengetahuinya dengan jelas. Tapi, saat melihat komentar dari followers-nya, aku bisa menyimpulkan kalau dia lalai. Dua acara perikahan, di hari dan tempat yang sama. Banyak sekali yang menghujatnya, dan mereka beramai-ramai menarik kerja sama dengan Anya dan meminta mengembalikan uang jaminan.”“Kamu khawatir dengan pernikahan Diana?”“Tentu saja. Aku ini kakaknya, aku yang mememsan, dan pern
Di rumah Regan ....Regan sangat sibuk di dalam ruang kerjanya. Sejak selesai makan malam, dia menyuruh Anya untuk kembali ke kamar telebih dulu. Dia kembali menegaskan, tidak perlu memikirkan solusi, karena setelah dia membuka mata besok, dia hanya perlu melakukan bagiannya saja untuk merias.Setelah dia masuk ruangan, pintu tertutup rapat. Dia tidak ingin Anya ikut memikirkan masalah pernikahan itu, karena Regan langsung menelpon Kaisar saat itu juga.“Kai,” panggilnya terlebih dulu setelah mendapat sahutan dari Kaisar.“Iya, Tuan.”“Aku ingin kamu mengosongkan ballroom Hotel Puri Indah untuk besok. Sewa untuk satu hari penuh.”“Apa saya sudah melewatkan jadwal anda?”“Tidak, bukan untukku. Lakukan saja, dan jika ada yang menyewa, bayar berapa pun untuk mengosongkannya.”“Baik.”Sambungan terputus di sana. Regan melanjutkannya dengan menghubungi se
Anya bangun terlebih dulu. Kepalanya masih terasa berat karena kurang istirahat. Mau bagaimana lagi? Hari ini dia harus membagi pekerjaan dengan Mira untuk merias dua acara pernikahan. Anya merenggangkan tubuhnya, dia melirik ke arah Regan yang masih terbaring dan tidak bergerak sedikit pun.Seingatnya, dia pun baru tertidur saat hampir subuh dan Regan belum masuk ke dalam kamar. Kemungkinan dia baru saja tidur tadi. Karena tidak ingin membangunkannya, dia merangkak untuk turun dari ranjang dan bergegas ke kamar mandi.Sampai dia selesai mandi dan bersiap berangkat pun, Regan masih terlelap di atas ranjang. Rasanya tidak tega untuk membangunkannya. Anya hanya mengecup kening Regan dan turun dengan terburu-buru.“Akbar! Aku berangkat dulu, ya!” teriaknya dengan sedikit berlarian.Di belakang sana, Akbar mengejar dia dengan terburu-buru. “Mana bisa seperti itu! Anda tidak bisa berangkat sebelum sarapan, Non!”“Aku akan m
Sebelum Anya menuju ke lokasi, dia mapir ke salon untuk membawa dua orang lagi yang akan membantunya. Sementara itu, Mira pun membawa dua bersamanya. Mereka akan membagi tugas, dan pergi ke dua tempat yang berbeda.Mereka pergi bersamaan, menuju ke lokasi utama dan saat Anya baru memasuki kawasan itu, dia merasa ada yang berbeda. Tidak ada kendaraan satu pun yang melintas, dan setelah dia menanyakan itu ternyata Regan bukan hanya menyewa tempat, tapi juga menutup akses jalan menuju lokasi.Apa ini tidak berlebihan? Regan sudah merencanakan pernikahan seperti milik pejabat negara saja.Bukan hanya itu, di sepanjang jalan menuju ke lokasi, dihiasi dengan rangkaian bunga serta ucapan selamat untuk dua calon pengantin baru. Semakin dekat menuju lokasi, jalan itu terbelah menjadi dua. Ada petunujuk yang menuntun mereka dengan menggunakan foto mempelai, yang satu ke arah kiri, dan yang satu dibelokkan ke arah kanan menuju hotel.Anya dengan rombongannya berhent
“Balas dendam.”Anya terdiam dengn jawaban Akbar. Bahkan sendok yang hendak dia masukkan ke dalam mulutnya pun terhenti di udara dengan mulut yang menganga. Balas dendam untuk apa, jika dia tidak pernah melakukan apa-apa?Namun, perkataan Akbar itu terdengar sangat yakin seolah-olah dia mengetahui isi kepala Mira. Anya meletakkan sendoknya, mendadak perutnya terasa penuh dan tidak berselera. “Kamu tau?”“Saya memang tidak tahu pasti, tapi gerak-gerik Mira sangat kelihatan sekali saat anda mengajak kami ke Amerika waktu itu. Di dalam pesawat, dia terlihat tidak suka jika Kaisar dekat-dekat dengan anda.”“Ahh ... aku mengerti.” Anya mengangguk-angguk. Semua perkataan Akbar jika disambungkan degan kejadian yang dia alami selama ini itu terlihat berkaitan satu sama lain. “Aku juga ingin segera menggantinya. Hanya saja ... melatih seorang perias itu juga sulit. Butuh waktu lama agar dia bisa bekerja dengank
Tidak lama setelahnya, pintu ruangan terbuka. Mereka semua segera menatap ke arah pintu bersamaan dengan jantung berdebar kencang seolah tengah menantikan hal yang mereka tunggu seumur hidup.Anya keluar terlebih dulu, dia mempersilakan pengantin wanita menunjukkan ke mereka setelahnya. Hanya perlu beberapa menit bagi Anya untuk membalikkan keadaan. Sekarang, wanita itu terlihat semakin cantik dan mereka ternganga dibuatnya. Gaun pengantin berubah menjadi model one shoulder, di mana itu mengekspose bagian pundaknya yang indah.Jadi, Anya memotong lengan baju itu?Mereka benar-benar merasa malu karena sudah mengoceh panjang lebar tadi. Sekarang, pengantin wanita justru semakin memukau dengan model baju yang berbeda serta gaya rambut yang ikut berubah juga. Jika sebelumnya gaun putih itu memiliki lengan, sekarang dia hanya memiliki satu lengan saja, dan Anya merapikan potongan itu dengan meyelipkannya serta menata agar tidak sampai terlihat.Bahkan semua or
Semakin dilarang, semakin keras pula keinginan Regan dan Kaisar untuk membuka itu. Kaisar menarik tangan Diana agar menjauh sedikit, dan Regan menekan knop pintu perlahan. Di sebelahnya, Diana terus menangis dan tetap saja meminta mereka agar tidak memaksa masuk.Saat Regan membuka pintu itu sepenuhnya, kedua matanya membulat melihat Rendi yang terbujur lemas di atas sana. Tubuhnya penuh dengan alat penyangga hidup, serta kepalanya yang terbalut topi rajut. Wajahnya terlihat sangat pucat sekali, meskipun saat ini Regan dan Kaisar masih melihatnya dari sisi saja.Mereka tertegun di tempat, memandangi Rendi dari ujung ke ujung. Jika diingat dengan terakhir mereka bertemu, keadaan Rendi sangat kontras sekali. Siapa yang menyangka, jika pria yang terlihat sehat selama ini dan masih bisa berdiri tegak, nyatanya sedang sakit keras.Yah ... meskipun mereka belum tahu apa yan diderita oleh Rendi, mereka bisa menyimpulkan jika penyakitnya tidaklah mudah. Di belakang sana
Seiring waktu, semua permasalahan yang mereka lalui terlupakan. Kehidupan terus berjalan dan seolah memberikan dunia baru untuk mereka. Tiba di saat hari yang mereka tunggu, Anya melahirkan dan dia melakukannya secara normal.Regan tidak pernah meninggalkan istrinya, bahkan dia yang menangis saat Anya mengeluh sakit yang luar biasa. Namun, menit kemudian, tangisnya berubah senyum lebar mendengar suara tangisan bayi.“Pak Regan, anak anda laki-laki.” Dokter itu memberikan anak mereka padanya. Dia sangat tampan, tapi wajah Anya mendominasi hingga dia terlihat tampan sekaligus imut di waktu yang sama.Anya menangis bahagia setelah beberapa jam menangis kesakitan. Setelah dibersihkan, mereka pindah ke ruang inap dan bayi itu tidak juga turun dari gendongan Regan. Kaisar yang ingin menggendongnya pun tidak memiliki kesempatan.Di saat itu, pintu ruangan terbuka, Sarah masuk dengan wajah memelas. Sejak dia mendengar jika Anya akan melahirkan, dia se
Jihan membeku, dia merasa sangat kecil di sana. Perlahan, hinaan dari Padmana yang selama ini hanya dia telan bulat-bulat, seolah doa yang menjadi kenyataan. Dia merasa senang sekaligus menangisi dirinya sendri. Bahkan dia tidak pernah merasakan kasih sayang yang seperti itu.Kaisar hanya memandangnya, semakin dilihat Jihan semakin menyedihkan. Jihan memang tidak mengatakan apa pun, tapi kedua mata yang menyorotkan kekosongan di hatinya itu terlihat sangat jelas. Kaisar menjadi gelisah, entah karena apa.Pria itu menyahut botol minum dan meskipun dia menegaknya hingga tersisa setengah, perasaannya masih gelisah. Tubuhnya tergerak untuk mendekat, lalu tiba-tiba mencium bibir Jihan dengan cepat hingga membuat wanita itu terkejut dengan responnya.“Kau hanya membuatku takut dengan ekspresimu yang diam saja. Makanlah, aku akan menyusul Tuan Regan.”Jihan tercengang, sampai Kaisar keluar dari ruangan pun dia masih tidak berkedip.“Kamu
“Aku tidak akan pergi dan aku akan tidur di sini.” Jihan melengos dan masuk ke kamar mandinya. Selesai mandi, dia terlihat sangat segar dengan rambut yang masih basah.Kemeja yang dia pakai pun sangat longgar dan kebesaran, tapi panjangnya hanya sampai paha dan itu sangat minim. Jika dia mengangkat kedua tangan, maka dia akan mengekspose pahanya yang mulus itu membuat Kaisar berkali-kali memalingkan pandangan.“Kau hanya boleh tidur di sofa.”“Tidak masalah, selagi aku tidak sendri.”Kaisar melempar selimut ke arahnya, dan dia memejamkan mata terlebih dulu. Saat dia pikir Jihan pun sudah mulai tertidur, mendadak kasur yang berada di sisinya tenggelam seperti ada seseorang yang meniduri.“Mau apa kau?” teriak Kaisar, yang mendapati Jihan merayap di sisinya.“Tidakkah kau merasa di sini seram? Mira pasti pernah tinggal di sini. Aku tidak berani di sofa sendirian. Kalau kau tidak menahanku p
“Si- siapa ini?”“Kaisar. Mulai saat ini, jika kau berani mendekati Jihan lagi, aku tidak akan ragu untuk mematahkan semua tulangmu.”“Jihan adalah tunanganku dan apa yang aku perbuat padanya, sama sekali tidak ada hubungan apa pun denganmu.”“Dia bukan milikmu lagi dan sebaiknya kau enyah dari kota ini sebelum aku menyeretmu ke lubang kuburmu sendiri.”Setelah mengatakan itu, Kaisar memutus sambungan dan menyerahkan ponsel ke Jihan dengan entengnya. Jihan tidak mendengar apa jawaban Padmana, tapi yang jelas pria itu pasti ketakutan. Satu-satunya hal yang ditatuti pria itu adalah dia yang kembali dengan Kaisar karena dia tahu jika dia tidak akan mampu melawan pria itu.“Anda membuatku dalam masalah besar.”“Aku sudah menyelamatkanmu dan kau mengatakan aku membawa masalah besar?”“Anda tidak tahu, saya berhutang padanya untuk biaya pengobatan ibu saya di kamp
Anya menyandar di pundak Regan, rasanya sangat nyaman dan tenang. Malam ini, Wira mengendara dengan santai, dan sesekali kedua matanya melirik ke arah spion. Melihat Regan yang memejamkan mata dengan Anya yang memeluknya, hatinya pun ikut bahagia.Sayang sekali, hanya dia yang tersiksa karena sudah melajang cukup lama. Namun, melihat Regan, keinginan untuk memiliki satu wanita dalam hidupnya muncul begitu kuat. Wira sudah lama bekerja dengan Kaisar, menjadi pengawal Regan dan mengikuti dia ke mana pun.Selama hidupnya, dia telah menyaksikan sendiri jika Regan tidak pernah bermain-main dengan wanita. Ada pun Manda, tapi saat itu jusru sang wanitalah yang menjebaknya. Dalam arti, Regan tidak pernah berniat untuk bermain-main dengan istrinya.Wira juga masih mengingat dengan jelas, di mana saat itu Regan kehilangan istrinya selama beberapa bulan dan melihat betapa kacaunya dia. Regan memang sangat arogan waktu itu, pemarah dan terlihat bukan pria yang banyak memili
Mengorbankan dua nyawa? Regan tertegun sejenak dan pikirannya jatuh pada Manda dan juga anaknya. Dia yang mendesak Manda agar mengatakan semua tentang Lyan, dan apakah itu maksudnya Lyan akan membunuh mereka?Regan menendang tubuh Lyan, hingga dia menggelinding beberapa kali. “Patahkan semua tulangnya hingga dia mati dan buang mayatnya ke laut.”“Baik.” Wira mengeksekusi Lyan dan menyelesaikan tugas Regan dengan sangat ganas.Di samping itu, dia mengambil istrinya dari Kaisar dan membawanya di atas kedua tangan lalu pergi dari gedung itu. Namun, Regan tidak pergi begitu saja. Dia hanya meletakkan Anya di dalam mobil dan kembali keluar untuk menghubungi Sandi.Seharusnya Sandi masih menangani masalah cafe, tapi dalam beberapa sambungan dia juga tidak mendapatkan jawaban atas panggilannya. Regan mengumpat, dan melayangkan pukulan ke udara. Dia sudah meletakkan bodyguard untuk melindungi Manda, tapi Lyan itu sangat licik! Kemungkinan
Mobil yang membawa Anya bergerak dengan cepat sekali, tapi Wira sudah menyambungkan dengan sistem navigasi di mobil dan mereka tidak perlu untuk mencarinya. Mereka pikir Lyan akan membawanya keluar dari Jakarta, tapi ternyata tidak. Mobil mereka berbelok dan menuju ke suatu tempat.Melihat itu, Regan semakin menambah kecepatan, hingga Jihan kehilangan jejak mereka. Kaisar dengan cepat melacak mobil Regan, dan mengikuti rute mereka meskipun sudah tertinggal jauh.Saat Regan tiba di sana, tempat itu merupakan gedung kosong dengan bangunan terbengkalai. Semuanya gelap dan tidak terlihat cahaya apa pun. Meskipun begitu, Regan tidak merasa ragu sama sekali untuk meneruskan langkahnya. Ada Anya yang menunggu untuk diselamatkan di dalam sana.Mereka masuk dengan waspada, berbekal hanya lampu senter di ponsel dan mengarahkan itu segela arah. Awalnya tidak ada yang aneh, hanya saja tepat saat mereka masuk lebih dalam lagi, terlihat Lyan yang berdiri dengan me
“Benar, tampar aku! Tampar!” teriak Mira sekencang-kencangnya. Entah saat ini dia memang sedang menangis menyesal atau masih dengan kepura-puraannya, kedua mata wanita itu mengalirkan air mata. “Aku iri denganmu, aku benci melihat kehidupanmu yang sempurna sedangkan banyak orang yang menderita di bawahmu. Aku benci!”“Jadi kau menyalahkan semua orang yang menderita itu padaku? Apa kau tidak pernah berpikir, jika sikapmu sendiri yang membuat semua orang menjauhimu?”“Kau yang sudah merebut perhatian Kaisar! Kau merebut kasih sayangnya, hingga aku tidak akan pernah menjadi yang pertama baginya. Kau sudah memiliki Regan, dan kau masih serakah dengan merebut perhatian Kaisar! Aku membencimu!”PLAKKSekarang, bukan hanya Anya yang menampar dia, melainkan Akbar yang melakukan itu. “Salah Apa Nona Anya padamu hingga kau berulang kali ingin melenyapkan nyawanya, hah? Apa dia mencoba untuk membunuhmu? Hanya kar
Baru juga mereka masuk, pelayan lelaki itu itu berdiri dan menghadang. “Maaf, Pak, untuk malam ini cafe tidak bisa dipesan karena sudah ada seseorang yang memesan untuk acara penting.”“Tenang saja, aku ke sini tidak untuk menyewa tempat ini. Aku hanya ingin sedikit melakukan renovasi.”“Mungkin kamu lebih butuh ini.” Kaisar menyodorkan pemukul itu ke arah Sandi dan dia dengan senang hati menerimanya.Sekali ayunan, dia memecahkan etalase kaca hingga membuat semua pengunjung ketakutan dan termasuk pelayan juga di dalamnya.“Maaf untuk ketidak nyamanannya, tapi kalian semua bisa pergi dari sini sekarang juga dan tidak perlu membayar makanan yang sudah kalian pesan.” Kaisar berteriak ke arah mereka semua dan di saat itu mereka berlarian sendiri-sendiri.“Pak, apa yang anda lakukan?” teriak salah satu dari pelayannya. Semuanya tampak panik, tapi hanya Kila yang sudah tidak terkejut sama sekal