Share

Chapter 04: [Masalalu]

Akhirnya sampai juga di kediaman Riga, kebetulan Riga Alden, dan Devian memang menempati rumah yang sama. Itu karena orang tua mereka saling kenal dan sama-sama sibuk di dunia bisnis, tak heran bila Riga, Alden dan Devian bersahabat baik

Riga memasukkan mobilnya kegarasi, sementara Liora dan kedua sahabatnya menunggu di depan gerbang.

"Hey kalian gak mau mampir?" tanya Riga yang tiba-tiba saja sudah berada di depan gerbang.

"Gak usah, gak papa kok, btw kalau bisa besok honey pakai mobil lain yah jangan mobil itu lagi, soalnya mereka pasti udah nandain plat mobil honey, dan pasti mereka bakal rencanain sesuatu juga," ucap Liora.

"Oke, lo yakin gak mau mampir? Tangan lo gimana?" tanya Riga.

"Apaan sih orang tangan Lio gak kenapa-kenapa juga, gak usah lebay pacar!" ucap Liora.

"Padahal mah nyeri-nyeri teuing," batin Liora

"Ekhmem!! Disini ada oranng woii," dehem Amanda.

"Sirik aja lo," ketus Liora.

"Lio, udah yuk pulang!" ajak Dhita.

"Iya, udah iya kita pulang, honey Liora pulang yah jangan lupa pesen Liora di danau tadi oke," ucap Liora lalu memakai helmnya dan berlalu begitu saja diikuti oleh Dhita dan Amanda.

Ingin rasanya Ezra mengatakan 'hati hati' tetapi itu semua hanya terucap dalam hati

****

JANGAN...

AWSSSSS....

SAKIT!!!

BANGSATTT...

GOBLOK...

SAKITTTTTTT....

jeritan itu menggema di seluruh ruangan, jeritan siapa lagi kalau bukan dari mulut Liora.

Tuhan selamatkan Liora dari dua cecunguk ini, ya ampun aku sudah seperti kambing yang siap dipenggal, bagaimana tidak? Dhita kini tengah menerjang kakiku dengan kakinya, tangannya menggenggam tangan ku kuat, sementara Amanda berperan sebagai dokter jadi-jadian di sini dengan peralatan yang ada di kotak P3K.

"Dasar bad girl's abal-abalan, luka kayak gini aja diobatin teriaknya bikin satu RT budeg mendadak," umpat Amanda sambil terus mengobati lukaku.

"Tau lu! Andaikan gue punya obat bius udah gue suntikin ke pantat lo kali, heboh banget kagak bisa diem padahal cuma diobatin," ucap Dhita yang semakin kuat menggenggam tanganku erat.

"Kalian tuh gak ngerasain yah ini sakitnya kayak apa, JANGAN NGOCEH AJA BISANYA AWSSSS!!" ringisku saat Amanda menekan telapak tanganku dengan sengaja, ingin aku memukul wajahnya tetapi untung saja kini tanganku dipegang kuat oleh Dhita, jadi selamatlah dia.

"Lo beneran cinta ya Lio sama kak Riga?" tanya Dhita tiba-tiba membuat ku syok, apa wajahku terlihat berbohong ketika aku mengatakan aku mencintainya?

"Iyalah Dhit, masa gue bohongan, gue cinta beneranlah sama Riga, cinta banget mRiga," ucapku sejujur-jujurnya, aku melirik wajah Dhita yang entah mengapa tiba-tiba berubah ketika aku mengatakan hal itu, arghh mungkin hanya perasaanku saja.

"Yap sudah selesai," ujar Amanda, huftt akhirnya Dhita melepaskan genggaman tanganku juga.

"What???!!! Lo gila, Man? Ini tangan gue kenapa mirip sama sosis gulung telor? Lo fikir gue kena apaan sampai harus lo perban begini ha? Cuman gini doang kok," rocosku kesal.

"Apa-apaan lo cuma gir, lo gak liat itu luka dalam banget apa? Gue tahu lo strong tapi gak usah terlalu over, luka lo gak boleh kena debu tau!" rocos Amanda.

"Iya bu dokter," pasrahku.

"Gitu kek, btw gue lapar Lio," ucap Dhita.

"HAAA?? LAPAR???" serempak aku, dan Amanda, sementara ia hanya mengangguk ria.

"Ampun!!!! Dhit lo tadi di kantin habisin mie ayam 3 mangkuk dan sekarang lo mau makan lagi?" heran Amanda.

"Kan gue masih dalam masa pertumbuhan kakak," ucap Dhita membuat kami ingin tertawa geli.

"Iya'in aja dah Dhit," jawab Liora untuk menyenangkan Dhita.

****

Sore menjelang malam, di tepi kolam renang ini Riga tengah terduduk sembari memangku gitar Liora yang ia bawa tadi, matanya sayu memandang hamparan air yang berkumpul di dalam kolam.

Jreng...

Jreng...

🎶Kamu berjalan bersamanya...

🎶Saat kamu denganku...

🎶Aku mencintai kamu...

🎶Sangat mencintai...

🎶Kamu dihadapkan pilihan...

🎶Antara aku dengannya...

🎶Begitu rumitnya dunia...

🎶Hanya karena sebuah rasa...

🎶Cinta...

🎶Jadilah aku, kamu, dan dirinya...

🎶Berada didalam dusta yg tercipta...

🎶Mengapakah harus ku rasa...

🎶Sepenting itukah cinta...

🎶Biarlah cinta yg mengakhiri...

🎶Hoooo uooohhh hooooooo uhooooo...

Jreng, jreng, jreng...

Riga menggonjreng gitar itu dengan kasar, lalu diacak pula rambutnya dengan kasar, fikirannya bergelut dengan hatinya.

Mengapa cinta harus serumit itu? Sejak tadi sore saat Liora menyelamatkannya hadir rasa kagum di hati Riga, tapi dilain hati Riga mencintai gadis lain, yang pernah ia tembak dan lebih parahnya lagi gadis itu adalah sahabat gadis yang kini mulai Riga sukai juga, akankah Riga bisa memilih diantara mereka jika pada kenyataannya Riga mulai mencintai Liora tapi masih mencintai sahabatnya juga? Arghhh entahlah cinta itu memang rumit.

"Woii bambank ngelamun aja sih lo," ucap Alden mengagetkan Riga yang tengah melamun.

"Kurang ajar lo ferguso!! Kalau gue kecebur nanti gimana?" tanya Riga kesal.

"Lagian lo ngelamunnya menghayati banget sih, nanti kesambet jin tomang baru tau rasa lo," rocos Alden.

"Tapi gak gitu juga kali!!!" kesal Riga.

"Ya sorry, btw lo kenapa sih? Lo mikirin kencan lo sama Liora besok? Atau lo lagi mikirin sahabatnya Liora?" rocos Alden to the point.

"Syutttt!! Jangan keras-keras nanti Devian denger, lo taukan kalau Devian suka sama Dhita."

"Dan lo juga!!" skakmat Alden.

"Itu dulu waktu SMP! Sekarang--"

"Masih," potong Alden

"Apaan sih, Al, gak jelas!" ketus Riga.

"Ga, lo tuh gak boleh plin plan dong, kalau lo mau move on jangan kayak gini caranya, coba deh lo buka hati lo buat Liora, lo tau gak sih dia tulus sama lo? Dia bahkan bertahan selama setahun mencintai lo tapi balasan lo cuek gitu," ucap Alden, iya memang Liora menyukai Riga dari pertama kali ia masuk sekolah, tepatnya pada saat mos murid baru ketika itu Riga adalah ketua osisnya.

"Kalau lo jadi gue, lo baru tau gimana rasanya jadi gue den" lirih Ezra tertunduk

"Gue tau rasanya zra!! Bahkan gue pernah diposisi lo tapi gue memilih untuk tidak mengingat kembali. Saran gue lupain masalalu lo! Dan cobalah buka hati lo buat cia, dia lebih dari dhita zra!! Bahkan lo liatkan dia berkorban buat kita terutama lo! Coba lo fikir deh, kalau semisalnya tadi rem motor dia blong, dia bisa jatuh kecelakaan bahkan mati, tapi dia gk peduli, yg ada diotaknya cuma bagaimana caranya nyelamatin kita, LO!!" Ucap Alden mencoba memberi pengertian pada Ezra

"Gue takut untuk sakit hati lagi, Al," jawab Riga.

"Kalau lo terus-terusan takut, kapan lo bisa maju, Ga??"

"Entahlah Al, tapi rasa cinta gue masih untuk Dhita," lirih Riga.

"Gue tau rasa cinta itu gak bisa dipaksa Ga, tapi kalau lo mau belajar, lo pasti bisa lupain Dhita dan cinta sama Liora," ucap Alden.

"Terimakasih buat nasehat lo, Al, gue akuin lo yang paling ngerti gimana perasaan gue," ucap Riga sembari menepuk bahu Alden.

"Sama sama nyet, santuy aja kali," ujar Alden.

Riga akui memang diantara mereka bertiga, Aldenlah yang paling dewasa walaupun tingkahnya kadang-kadang seperti orang mabokk njerrr

"Devian mana?" tanya Riga.

"Tidur," jawab Alden.

"CK dasar kebo!" umpat Riga.

****

Di kamar ini Dhita menangis sejadi-jadinya, kenapa rasa sakit tiba-tiba datang ketika dia mengetahui bahwa orang lain mencintai Riga, bahkan sangat mencintai Riga.

Bukankah selama ini salahnya sendiri? Seandainya 3 tahun lalu dia tak menolaknya, mungkin saat ini da masih bersamanya.

Tuhan salahkah rasa ini hadir kembali? Tapi apakah dia bisa menahan rasa sakit saat melihat sahabatku akan bersamanya, yang lama sudah ku kenal bahkan ku cintai?

Tidak!! Dia tidak boleh egois!! Ini salahnya di masalalu, dia harus ikhlas membiarkan Liora bersamanya, terlebih lagi Lio sangat tulus padanya, tidak sepertinya yang tak pernah menganggap dia ada di hidupnya.

Penyesalan, tinggallah penyesalan! Ku ikhlaskan demi persahabatannya, walau bagaimana pun Liora lah yang menyelamatkannya dari kematian, bahkan ia rela memberi satu ginjalnya demi hidupnya, mana mungkin dia bisa menyakitinya? Akan kusimpan masalalu ini, dia tak ingin Liora tahu bahwa dia pernah mencintai orang yang kini ia cintai juga.

"Hiks hiks gue akan belajar untuk bisa ngelupain lo, dan biarkan Liora bahagia sama lo" batin Dhita terasa sesak.

To Be Continued

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status