"BESOK PULANG SEKOLAH TUNGGUIN GUE DIPARKIRAN MOTOR! GUE GK MAU TAHU! GUE GK MAU ADA KATA PENOLAKAN!!" teiakan dari bibir Liora itu masih terngiang jelas di telinga Riga.
Riga pun melirik jam yang melingkar pada pergelangan tangannya, lima belas menit lagi pelajaran akan selesai, dan dia harus menunggu Liora diparkiran motor sekolah, huffttt ini semua salah Alden! Tapi entah mengapa Riga mulai tidak mempermasalahkannya saat ini, justru Riga senang! Arghh persaan aneh!.
15 menit sudah berlalu, jam pulang sekolah tiba, Liora cepat berkemas, dan hendak keluar kelas.
"RIGAAA!!!" teriakan itu berhasil memecahkan gendang telinga Riga, dengan sedikit kesal Riga menoleh dan memberikan sang empunya suara itu tatapan tajam seperti ingin menghujam.
"Ada apa?" tanya Riga.
"Semangat yah, semoga hari lo menyenangkan sama Liora," ucap Alden padaku! Membuatku tersenyum miring!.
"Amin deh, semoga gak ada kegilaan yang dia buat hari ini ke gue," ucap Riga sekenanya.
"Hati-hati ya, Ga," pesan Devian.
"Ya ampun gue berasa mau pergi sekolah dipesanin kayak gitu, mirip lo Dev sama mak gue awokawokwk," tawa Riga geli sekali terdeRiga.
"Sue!!!," umpat Devian sementara Riga hanya tersenyum lucu.
"Udahlah, gue berangkat dulu yah," pamit Riga kepada temannya.
"Yaudah sono!" ucap Alden.
"Bye"
"Bye"
****
Riga melangkahkan kakinya keluar kelas, tanpa melihat-lihat, tak sengaja dia menabrak bahu seseorang.
Brughkkk!!!
Buku orang yang dia tabtak itu jatuh berhamburan di lantai, mau tidak mau Riga harus membantunya merapikan buku itu.
"Sorry, gue gak sengaja, ini buku--"
Deghh!!!
Ucapan Riga terhenti, saat dia melihat siapa orang yang baru saja dia tabrak, dan ternyata itu Dhita.
"Iya gpp kok kak," ucap Dhita memecahkan keheningan.
"Sorry, gue beneran gak sengaja," ucap Riga sebiasa mungkin agar tidak terlihat gugup.
"Iya aku tau, mau ketemu Liora yah? Lio sudah nungguin tuh di parkiran, " kata Dhita memberitahu.
"Oh iya, kau apa kabar, Dhit?" tanya Riga basa-basi.
"Baik, kakak gimana? Pasti lebih baik kan?" tanya Dhita padanya.
Tidak! Dia tidak pernah lebih baik dari pada 3 tahun lalu, di mana saat itu kita, Riga dan Dhita sangat dekat, teramat sangat dekat, sampai saat di mana aku menyatakan perasaanku, tapi kamu menolakku begitu saja, arghhh lupakan!!
"Iya lebih baik," jawab Riga berbohong.
"Syukurlah, kak aku minta maaf yah," ucap Dhita membuat Riga terkejut.
"Maaf untuk goresan luka yang pernah aku torehkan, aku sadar pernah menyakiti kakak, tapi percayalah aku menyesal! Sekarang kakak punya Liora, jagalah dia kak! Genggamlah dia dengan sepenuh hati! Dia gadis yang sangat baik, bahkan hatinya seperti kapas, lembut! Ku harap kakak tidak akan membuatnya menangis," lanjutnya.
Riga bergeming, yang Riga rasa saat ini Dhita sedang berbicara dengan tulus, ia bahkan mengatakan bahwa ia menyesal! Apakah itu tandanya ia mulai mencintainya? Tapi untuk apa? Semuanya sudah terlambat! Aku akan belajar mencintai orang yang mencintainya dengan tulus
"Sudahlah lupakan! Lagi pula bukankah kita sudah saling melupakan?" tanyaku pura-pura acuh padahal hatinya masih berteriak 'rasa ini masih ada' tapi Riga tepis semuanya.
"Iya benar lupakan," batin Dhita serasa sesak.
"Woii Dhit, gue tungguin juga, lo malah disini, ayo cabut!" ucap Amanda membuat Riga dan Dhita terkaget, apakah ia mendengar semua pembicaraan kita? Batin Riga.
"Astaga wewe gombel, gue kaget bambank iya ayo cabut!" ucap Dhita mencoba menetralisir keadaan yang menegang tadi.
"Lagian lo lama! Btw kakel ngapain disini? Bukannya Liora lagi nungguin kakel di parkiran sekolah?" Pertanyaan dari Amanda membuat Riga menepuk jidat, astaga dia lupa dengan Liora.
"Ya ampun iya, yaudah gue duluan!" ucap Riga seraya meninggalkan mereka.
****
20 menit sudah aku menunggu kehadirannya, tapi ia tak kunjung datang! Hufftt menyebalkan.
Aku sudah benar-benar jenuh, akhirnya ku putuskan untuk duduk di kursi taman yang bersampingan dengan parkir motor sekolah, kubuka tas gitarku, ku ambil gitar biru yang baru ku beli via online ini, lalu kumainkan
🎶Sedikit waktu yg kau miliki...
🎶Luangkanlah untukku...
🎶Harap secepatnya...
🎶Datangi aku...
🎶Sekali ini ku mohon padamu...
🎶Ada yg ingin ku sampaikan...
🎶Sempatkanlah...
🎶Hampa..
🎶Kesal...
🎶Dan amarah...
🎶Seluruhnya ada dibenakku...
🎶Andai seketika hati yg tak terbalaskan...
🎶Oleh cintamu...
🎶Ku ingin marah...
🎶Melampiaskan...
🎶Tapiku hanyalah...
🎶Sendiri disini...
🎶Pada siapa saja...
🎶Yg mana bahwa hatiku...
🎶Kecewa...
🎶Sedetik menunggumu disini...
🎶Seperti seharian...
🎶Berkali kulihat jam ditangan...
🎶Demi memburu waktu...
🎶Tak kulihat tanda kehadiranmu...
🎶Yg semakin meyakiniku...
🎶Kau tak datang...
🎶Ku ingin marah...
🎶Melampiaskan...
🎶Ingin ku tunjukkan...
🎶Pada siapa saja...
🎶Yg mana hatiku....
🎶KECEWA...
.
.
Riga berlari secepat mungkin menuju parkiran sekolah, dia menengok kanan, kiri, mencari keberadaan Liora, sampai akhirnya matanya menangkap sosok Liora yang sedang duduk di bangku taman dekat parkir motor ini.
Perlahan Liora melangkahkan kakinya mendekati Liora yang sedang bernyanyi, dan bermain gitar.
Riga merasa tersindir ketika mendengar lagu yang Liora nyanyikan, bagaimana tidak?, coba dengarkan!
🎶Andai seketika...
🎶Hati yg tak terbalaskan...
🎶Oleh cintamu...
🎶Kuingin marah..
🎶Melampiaskan...
🎶Tapi ku hanyalah sendiri disini...
🎶Ingin ku tunjukkan...
🎶Pada siapa saja...
🎶Yg mana bahwa hatiku....
🎶KECEWA...
huh...huhu...huuu
Jreng!!!
"Udah nyanyinya?" ucap Riga, membuat dirinya kaget..
"Eh honey, lama amat sih! Gue udah akaran di sini," ucapku membuatnya tersenyum tipis.
"Sorry tadi ada insiden dikit," ucapnya.
"Oh, yaudah sekarang kita berangkat!" kataku sambil memasukkan kembali gitar, ke tas gitarku.
"Mau kemana?" tanyanya.
Aku langsung menyambar tangannya, dan berjalan.
"Udah ikut aja, dijamin gak nyesel," kata Liora.
"Naik apa?" tanyanya.
"Naik motor gue lah, masa naik karpet Aladin sih!! Honey mah ada-ada aja," ucapku asal, yang membuatnya sedikit kesal.
"Terus yang bawa siapa?" tanya Riga lagi.
"Gue lah, kan yang tau tempatnya gue, nanti kalau honey yang bawa, yang ada kita nyasar! Kan gak tau tempat," ucapku sembari memberi Riga helm.
"Sue!! Tapi iya juga sih, pan gue gak tau di mana tempatnya," umpat Riga dalam hati.
"Naik!!" Perintah Liora, yang mana dia sudah lebih dulu naik, Riga pun naik ke atas motornya, sungguh pemandangan yang tidak etis!! Masa seorang laki-laki dibonceng perempuan? Memang dunia sudah terbalik! Gumam Riga.
Liora mulai mengendarai motornya. Belok kiri, belok kanan, keluar masuk gang, dia tidak tau kemana gadis si biang onar bin ngeselin ini akan membawanya pergi, yang jelas dia hanya bisa diam tak bergeming seperti orang bodoh! dan ini semua karena siborokokok Alden.
.
.
Jantungku berdegup kencang sekali saat ini, bagaimana tidak? Tak ada satu cm pun jarak yang memisahkan aku dan Riga, kesayanganku.
Ingin rasanya ku hentikan waktu agar terus seperti ini, tetapi itu tidak mungkin!!!
Cukup lama kutempu demi mencapai tempat ini, dan akhirnya kami sampai juga, huffttt senang rasanya.
"Turun yuk!!" ajakku ketika aku memberhentikan motorku, dan melepas helmku.
"Oke!" ucapnya lalu turun, dan melepas helmnya, akupun ikut turun bersamanya.
"Tempat apaan ini?" tanyanya bingung, mungkin ini kali pertama ia melihat pemandangan sesejuk ini dikota metropolitan yang identik dengan debu dan polusi jalanan.
"Ini tempat yang paling indah di jakarta!" seruku sambil tersenyum manis.
"Terua lo ngapain ajak gue kesini?" katanya sembari mengerutkan kening.
"Suka-suka gue dong! Kan honey milik gue selama seminggu, gak inget?" ucapku.
"Bangke!!" batin Riga.
"Ayo ikut gue!" kembali ku serobot tangannya, dan dia hanya menurut, ooh sungguh moment yang amat langka.
****
Liora mengajak Riga ke sebuah kebun yang amat indah dan sejuk, kebun ini satu-satunya kebun yang paling indah di jakarta karena kelestariannya sangat amat dijaga, apalagi di sekitar kebun ini terdapat danau dengan air yanv amat jernih, jarang sekali bukan di ibu kota Indonesia ada tempat sesejuk dan seindah ini?.
Lama Liora mengajak Riga berjalan demi mendaki bukit yang lumayan menjulang tinggi itu, ia tak peduli bahwa Riga terus menggerutu tak jelas, yang Liora inginkan hanya satu yaitu bisa berduaan dengan kesayangannya di tempat yang indah.
Sampailah Liora dan Riga di puncak bukit itu, Lio langsung melepaskan genggaman tangannya, merentangkan kedua tangannya, lalu memejamkan mata.
Tanpa Liora sadari, Riga sedari tadi memperhatikan dirinya.
"Lo manis kalau gak banyak tingkah," batin Riga
"Gimana suka gak tempatnya?" tanya Liora tanpa membuka matanya.
"Lumayan," ucap Riga.
"Di sini itu tempatnya tenang, honey bisa ungkapin apa aja yang bikin hati honey gelisah, galau, merana, dijamin bakalan lega dan plong dah!" kata Liora membuat Riga tersenyum menatapnya.
"Lo nutup mata mulu dari tadi, gak takut apa gue tinggal kabur?" tanya Riga, seketika Liora tertawa dan membuka matanya.
"Lo aneh honey," ucap Liora masih tertawa.
"Lah kok bisa?" bingung Riga.
"Mana mungkin sih lo ninggalin gue, sementara lo kesini aja gue yang bawa! Dan apa yang harus gue takutin lo kan gak tau jalan Pacar!! Apalagi kunci motornya kan di gue!! Awokawokwkwk," kata Liora, membuat Riga terskakmat , bagaimana bisa Riga melayangkan pertanyaan yang menjauhkan harga dirinya sendiri.
"BANGKE!!" hanya itu yang dapat Riga ucapkan, sementara Liora masih terus tertawa.
****
Dhita menatap foto, di mana dia, Amanda dan Liora sedang berselfi ria di bukit favorit mereka, tempat di mana mereka mencurahkan perasaan mereka, tempat di mana mereka mendapatkan ketenangan..
Hati Dhita semakin teriris menatap foto mereka bertiga bila mengingat ucapan Liora di kantin tadi siang, bahwa Liora ingin mengajak Riga ke tempat itu.
Flasback on:
"Liora! Lo kenapa sih seyum-senyum gak jelas sawan lo?" tanya Amanda yang sejak tadi mendapati Liora cengar cengir tidak jelas.
"Tau udah kayak ke sambet setan aja, lo," imbu Dhita.
"Ah ganggu imajinasi gue aja deh lo berdua!" ketus Liora.
"Gaya lo imajinasi, halusinasi kali," cibir Amanda.
"BANGKE!" ketus Liora.
"Lo kenapa sih emang, heum?" tanya Dhita.
"Gue lagi mikirin nanti pas gue jalan sama my honey, maksud gue Riga," ucap Liora hampir saja membuat Dhita tersedak, beruntung tidak.
"Emang lo mau bawa dia kemana?" tanya Dhita menahan rasa sesak di dadanya.
"Mau gue bawa--"
"Parah lo Lio, anak orang jangan dimutilasi nanti maknya nyariin," sela Amanda.
"Amanda kebiasaan gue belum selesai ngomong dipotong udah kayak apa tau! Lo fikir gue bego apa mau mutilasi dia!" umpat Liora kesal.
"Sans bro, gue bercanda doang," ucap Amanda.
"Gak lucu bangsat!!"
"Serius Lio, lo mau bawa dia kemana?" tanya Dhita.
"Yaelah lo kepo amat sih Dhit, biarin napa mungkin mereka pengen berduaan, atau jangan-jangan lo cemburu lagi, jangan bilang lo suka juga sama Riga?" rocos Amanda.
"Nghhh...nghhh...ngaco lo, Man, mana mungkin gue suka sama dia sih, kan dia cuma punya Liora," gugup Dhita.
"Heh, ngapa jadi pada debat gak jelas sih lo pada!, intinya gue mau bawa dia ke bukit favorit kita," ucap Liora.
"Smart!! Di situ tempatnya romantis Lio" ucap Amanda.
"Iya bener banget!" seru Dhita.
"Gue syok!! Gue syok Lio, kenapa lo harus bawa dia ke situ? Kalau aja lo tahu tempat itu pernah gue jadiin tempat curahan hati gue, tentang perasaan gue ke Riga, lo pasti akan fikir dua kali ajak dia ke sana," batin dhita
Flashback off:
"Kenapa penyesalan selalu datang di akhir tuhan?" jerit Dhita dalam hati.
Air mata Dhita terus mengalir, dan tanpa sadar ruang gelap menghampirinya, dan dia pun terlelap di sore yang miris ini.
****
Amanda masih terduduk di balkon kamarnya, dia masih berkutat dengan fikiran dan otaknya.
Apakah dia tak salah dengar tentang percakapan Riga dan Dhita tadi sepulang sekolah? Dia memang mendengar semuanya, tetapi dia tak mengerti apa maksudnya.
Sebuah tanda tanya besarpun mencuat di otak Amanda, apakah Riga dan Dhita punya masalalu? Arghhh semoga apa yang dia fikirkan itu tidak benar.
"Kalau lo emang punya cerita sama Riga di masalalu lo, dan kini lo mau buat cerita itu hidup kembali gue gak akan biarin Dhit, gue gak akan biarin lo dan Riga nyakitin Liora! Dia sahabat gue yang paling baik, dia punya hati dan jiwa yang besar, gue gak akan biarin siapapun buat dia nangis," batin Amanda teguh.
****
Masih di puncak bukit ini Riga dan Liora berdua. Sementara waktu terus berlalu, hingga tak terasa senja tiba.
Ketika senja pemandangan di atas bukit ini semakin indah, hey coba lihat langit di ujung sana warnanya orange indah sekali!
Riga terkagum-kagum dengan tempat ini, ia tak menyangka bahwa Liora akan membawanya ke tempat ini, ia berfikir Liora akan membawanya ke tempat yang sama sekali tidak Riga suka, tapi ternyata salah! Dia justru membawa Riga ke tempat yang mungkin akan menjadi tempat favoritnya juga.
"Pulang yuk!" ajak Liora.
"Kok pulang? Gue udah nyaman di sini," ucap Riga.
"Ini udah mau malam, gak mungkin kan kalau kita di sini, terus emang mau ketemu jurik, hem?" ucap Liora sembari tersenyum manis.
"Yaudah deh pulang!" ucap Riga padahal dia masih ingin disini.
"Gue gak tahu kenapa, kalau gue di samping lo, gue merasa nyaman, gue gak pernah minta lo balas perasaan gue dengan rasa nyaman juga, perlu lo ketahui rasa nyaman itu datang dengan sendirinya, bukan karena paksaan, jadi gue harap lo gak maksa diri lo untuk merasa nyaman saat disamping gue, gue tau lo sama sekali gak suka dengan keadaan lo sekarang, dan seminggu kedepan tapi gue mohon lo jangan salah menilai gue," kata Liora sambil berjalan beriringan dengan Riga menuju motornya.
"Ya lo bener, dan gue gak akan salah menilai lo! Gue juga sadar ternyata menilai seseorang gak boleh dari cover, dan gelarnya aja, sorry yah kalau sikap gue selama ini pernah buat lo sakit hati," ucap Riga sembari menatap lekat wajah Liora yang sama sekali tidak menoleh.
"Soal lo yang setiap hari ngatain gue bad girl's? Itu mah gak usah dipikirin gak cuma lo kok yang bilang begitu, soal lo yang selalu ngucap 'biang onar' setiap ketemu gue? Gk usah dipermasalahkan emang gue biang onar bin rusuh hahahaha," tawa Liora terdengar begitu renyah.
"Kenapa lo bisa berfikir sejernih itu sih?" heran Riga terhadap wanita yang sedang menyerahkan helm padanya.
"Kita gak harus pura-pura baik, kalem, apapun itu harus untuk nunjukin bahwa kita punya pribadi yang baik, jadi diri sendiri aja itu udah cukup mau kita kayak berandalan kek, bad girl's kek, biang onar kek, tapi kalau kita punya hati yang baik orang lain juga bisa tau kok tanpa harus kita tunjukin," ucap Liora.
"Iya juga sih," ucap Riga.
"Perasaan aneh ini kembali hadir," batin Riga.
"Udah ah ngoceh mulu, naik!" ucap Liora yang sudah terlebih dahulu menaiki motornya.
"Oke," ucap Riga sambil menaiki motor Liora.
Usai menyalakan motornya Liora dan Riga beranjak pulang.
To Be Continued
Terik matahari yang kian membakar kulit tak mematahkan semangat seluruh siswa dan siswi kelas X Ips 1 untuk tetap menunggu kehadian Pak Supriadi sang guru olahraga mereka usai bel jam istirahat pertama selesai berbunyi. Lima belas menit sudah mereka menunggu akan tetapi guru olahraga mereka 'tak kunjung menampakkan diri, sebenarnya kemana sih Pak Supriadi? Lama menunggu membuat Liora bosan, akhirnya ku putuskan untuk mengambil bola basket di keranjang besar yang berada di pinggir lapangan, dan memainkannya sendiri karena Amanda dan Dhita sedang sibuk membuka aplikasi sosmed yg ada di hp mereka. Dughkk.... dughkk... Begitulah sekiranya suara pantulan bola yang sedang dimainkan Liora, matanya menatap lurus pada ring basket dan
"Siap, satu, dua, TIGA." Bola basket yang dilambungkan Liora cukup tinggi, Alden dan Liora bersiap untuk melompat, dan... Haaaaapppp!!! Bola itu berpihak pada Liora, ia mulai men-dribble bola basket yang ada digenggamannya, sementara Alden berfikir bagaimana caranya bola itu bisa berpindah padanya. "Gue emang pendek, tapi soal loncat gue bisa setinggi langit," lirih Liora penuh penekanan. Alden hanya tersenyum sinis mendengar ucapan Liora. "Bola boleh lo yang dapat, tapi gue yang akan tetap menang," ujar Alden dengan nada yang mengejek. "Hehe!! Lihat aja nanti," balas Liora tertawa, lebih tepatnya menge
Haii, apa kabar?SATU... DUA... TIGA... Liora pun mendongak ke bawah dan ternyata yang ada di bawah sana adalah Riga ha? Sumpah demi apa? Riga!!! "Aaaaaaa!!" teriak Liora dan refleks melempar gitarnya ke bawah lalu terdengarlah bunyi BUKHHSSSS!! "Awsss! Sakit," ringis Riga sembari mengelus elus kepalanya yang tertimpa gitar. "Oupsss maaf gak sengaja honey," Liora menutup mulutnya dengan telapak tangan. "Dasar bad girl's, turun gak!! Sini lo buruan!!" nampaknya Riga tengah marah besar. "Oke, oke, Liora turun," ucap Liora.
Akhirnya sampai juga di kediaman Riga, kebetulan Riga Alden, dan Devian memang menempati rumah yang sama. Itu karena orang tua mereka saling kenal dan sama-sama sibuk di dunia bisnis, tak heran bila Riga, Alden dan Devian bersahabat baik Riga memasukkan mobilnya kegarasi, sementara Liora dan kedua sahabatnya menunggu di depan gerbang. "Hey kalian gak mau mampir?" tanya Riga yang tiba-tiba saja sudah berada di depan gerbang. "Gak usah, gak papa kok, btw kalau bisa besok honey pakai mobil lain yah jangan mobil itu lagi, soalnya mereka pasti udah nandain plat mobil honey, dan pasti mereka bakal rencanain sesuatu juga," ucap Liora. "Oke, lo yakin gak mau mampir? Tangan lo gimana?" tanya Riga. "Apaan sih orang tangan Lio gak kenapa-kenapa juga, gak usah lebay pacar!" ucap Liora. "Padahal mah nyeri-nyeri teuing," bati