"Adit,mama gak mau tau ya. Pokoknya hari ini kamu harus temanin Sheila untuk fitting baju pengantin kalian. Mama gak mau dengar alasan apapun!" ujar nyonya Sulastri pada putra bungsunya,Adit.
"Aduh Ma,cuma pilih baju pengantin aja kenapa aku harus ikut? Selama ini kalian buat keputusan tentang pernikahan ini aja gak ada melibatkan aku," Adit sedikit kesal dengan ibunya.
"Ya ini beda lah. Baju itu kan nanti kamu yang pakai. Harus sesuai dengan badan kamu,cocok juga untuk kamu dan sheila. Kalo kamu gak ikut pilih,trus kamu gak suka,nanti kamu salahkan mama," terang ibunya.
"Trus kalo keputusan mama nikahkan aku dengan sheila itu salah. Apa aku boleh salahkan mama?" tanya Adit sambil tersenyum kecut.
"Keputusan mama ini gak akan salah sayang. Sheila itu dari keluarga baik-baik. Orang tuanya kenal baik dengan keluarga kita. Keluarga mereka juga cukup terpandang dengan bisnis berliannya. Apalagi sheila itu lulusan luar negri. Kurang apalagi?" ujar ibunya panjang lebar.
"Kurang tau hati dan akhlaknya,Ma," jawab Adit.
"Adit. Kalau dia berasal dari keluarga baik-baik,pasti dia anak yang baik. Beberapa kali datang ke rumah anaknya juga sopan kok. Gak neko-neko".
"Udahlah. Pokoknya mama gak mau dengar alasan apapun lagi kali ini!"tegas nyonya Sulastri pada anaknya.
Terdengar suara handphone berdering. Nyonya Sulastri segera menjawab panggilan masuk di handphonenya.
"Halo cantik..Iya,ini sebentar lagi Adit sampai disana. Kamu tunggu sebentar ya.mungkin dia kena macet di jalan.. Ok,bye cantik,"nyonya Sulastri segera menutup teleponnya dan menatap tajam pada putra bungsunya.
"Adit,berangkat sekarang atau mama gak akan minum vitamin mama!"ancam nyonya Sulastri.
"Ok,ok.Adit pergi sekarang,"Adit mengalah dengan ibunya.
"Gitu donk anak mama yang handsome,"ujar nyonya sulastri sambil mencubit kecil pipi anak bungsunya itu.
Adit sebenarnya tidak mau menemui Sheila,calon istrinya itu. Dia sama sekali tidak ada perasaan pada gadis itu. Selama ini dia tidak pernah berfkir tentang wanita. Dia hanya fokus pada karirnya. Pernikahan yang direncanakan inipun bukan keinginannya,tapi keinginan ibunya. Adit memang sangat menyayangi ibunya,sehingga selama ini dia tidak pernah berfikir untuk melawan keinginan ibunya.
Perlahan Adit mengendarai range rovernya keluar dari halaman luas rumah keluarganya. Walaupun sedikit kesal,ia tetap harus menemui gadis pilihan ibunya itu.
.
"Halo,aunty. Hari ini Adit datang untuk fitting baju kan? Udah dua kali Adit gak datang,Sheila malu. Nanti dikira orang Sheila nikah sendirian,"ujar Sheila pada lawan biacaranya di telepon sambil cemberut.
"Owh.ok,ok. Sheila tunggu ya aunty,"ujar Sheila senang akhirnya.
"Maaf nona Sheila,apa hari calon pengantin prianya akan datang untuk fitting baju? Udah dua kalo lo,dia gak ikut datang kemari,"ujar Cleo sedikit ingin tau.
"Kali ini dia pasti datang,"jawab Sheila sambil tersenyum senang.
"Baguslah kalau begitu. Kasihan kan nona Sheila klo fitting baju sendirian terus. Kalau berdua kan bisa di lihat apakah bajubpernikahannya sudah sesuai untuk kalian berdua," ujar Cleo.
Cleo tau customernya yang satu ini sebenarnya agak manja,tapi tidak termasuk jenis customer yang ribet. Senang disanjung dan sangat loyal. Setiap datang,jika gagal fitting baju pasangan,dia tetap akan membeli buket bunga untuk di rumahnya. Sheila juga akan membawakan camilan atau sekedar minuman ringan jika datang. Ia cepat akrab dengan pekerja 'Moonlight Star'.
"Clara dimana? Kok gak kelihatan?" tanya Sheila pada Cleo.
"Clara lagi keluar,ngurusin supliyer bunga,"jawab Cleo.
.
Lima belas menit kemudian,terlihat range rover marun berhenti di parkiran depan. Seorang laki-laki kekar dan tampan turun dengan memakai kaca mata hitam. Lelaki itu berjalan ke arah salah satu toko di lantai satu mall tersebut.
"Adit! Akhirnya kamu sampai juga. Aku kira kamu gak akan datang lagi kali ini. Hampir aja aku nangis,"ujar Sheila seraya memeluk tangan Adit yang kekar.
Sebenarnya Adit cukup risih dengan perlakuan Sheila,tapi ia enggan menolak Sheila di depan pegawai toko.
"Iya. Aku datang sekarang. Kamu senang?" tanya Adit dengan muka datar. Perlahan ia melepaskan pelukan Sheila dari tangannya.
"Owhhh,ini ya calon pengantinnya.? Pastas saja nona Sheila terlihat bahagia. Ternyata calon suaminya tampan," ujar Cleo menggoda Sheila. Sheila hanya tersipu malu.
"Apa fitting bajunya bisa dimulai sekarang? Saya masih ada jadwal lain," Adit tidak mau berlama-lama di tempat itu.
"Oh,baik tuan. Sementara nona Sheila mengenakan gaunnya,tuan tunggu d sini sebentar,saya akan siapkan tuxedo tuan," ujar Cleo sembari mempersilahkan Adhit duduk di sofa fitting room.
"Sofia. Tlong bantu nona Sheila kenakan gaun pengantinnya," ujar Cleo pada Sofia.
Sofia segera mengarahkan Sheila untuk mencoba gaun pengantinnya. Sementara Cleo menyiapkan tuxedo milik adit.
Tak lama,Clara kembali sambil membawa setangkai mawar merah di tangannya. Ia segera masuk dan melihat ada seorang pria duduk di fitting room.
"Maaf tuan,ada yang bisa saya bantu?" tanya Clara pada pria yang tak lain adalah Adit.
"Saya mau fitting baju," jawab Adit singkat.
"Dia tuan Adit,calon suami nona Sheila," jelas Cleo yang baru keluar sambil membawa tuxedo Adit.
"Ouhh. Perkenalkan tuan,saya Clara. Owner EO ini sekaligus penanggung jawab acara pernikahan tuan nanti," ucap Clara sembari mengulurkan tangannya ingin berjabat tangan.
"Saya Adit," ujar Adit singkat menyambut uluran tangan Clara. Ada rasa aneh ketika menyentuh tangan Clara. Ia sedikit bingung.
Tiba-tiba tirai fitting room terbuka dan terlihat Sheila yang sangat cantik mengenakan gaun berwana cream yang di padu payet berwarna bronze. Baju itu simpel tetapi terlihat mewah dengan taburan swarowski.
"Adit. Bagaimana gaun ini? Cantik sekali bukan? Sangat cocok di tubuhku," ujar Sheila senang.
Adit tidak memungkiri kalau Sheila terlihat cantik mengenakan gaun itu.
"Bagus," jawabnya singkat.
Tapi Adit hanya terpukau sesaat. Ia kembali penasaran dengan perasaan aneh yang ia rasakan ketika menjabat tangan Clara.
Ia menatap Clara yang sedang sibuk membetulkan gaun Sheila. Ia lebih memperhatikan Clara yang kebetulan saat itu mengenakan gaun cream,dengan potongan 'V' di dadanya. Tapi potongan itu tidak sampai mempetlihatkan benda di baliknya. Gaun yang dipakai Clara cukup memperlihatkan bentuk indah tubuhnya.
"Siapa gadis itu? Wajahnya tidak cantik,tapi manis dan tidak bosan untuk dipandang. Tapi ia memiliki tubuh yang sangat menggoda bagi kaum adam," ujar Adit dalam hati.
"Maaf tuan Adit. Ini tuxedonya sudah bisa dicoba," ujar Cleo membuyarkan lamunan Adit.
"Ouhh,ok",ujar Adit seraya ganti memasuki tirai fitting room.
"Nona Sheila,anda terlihat cantik sekali dengan gaun pengantin ini," ujar Cleo memuji.
"Terimakasih. Aku tidak sabar melihat Adit memakai tuxedonya,dia pasti bertambah tampan," ujar Sheila sambil membayangkan sosok Adit.
Clara hanya tersenyum melihat kebahagiaan customernya itu. Ia merasa senang jika customernya bahagia.
Tak lama Adit pun muncul dari balik tirai dan membuat semua orang terkagum-kagum. Tuxedo itu sangat pantas dipakai d tubuhnya. Tuxedo berwarna bronze dengan list warna gold di kerah dan ujung lengannya. Benar-benar sempurna.
"Wow,Adit. Kamu terlihat semakin tampan. Ayo kita ambil foto bersama dan mengirimkannya pada aunty," ujar Sheila bersemangat.
Adit hanya menurut tanpa ekspresi di mukanya. Berbeda dengan Sheila yang terlihat sangat gembira.
Semua ikut bergembira melihat pasangan itu. Tapi Clara merasa ada yang sedikit lain. Ia tak tau apa itu. Tapi ia enggan untuk memikirkannya. Ia hanya fokus untuk membuat customernya bahagia.
Adit masih sesekali mencuri pandang pada Clara. Ia masih sesikit penasaran pada gadis itu.
Sesampainya di apartemen,Cleo menghempaskan tubuhnya di sofa depan tv.Clara meletakkan tasnya di kamar dan segera menyambar handuknya bersiap untuk mandi."Clara. Ternyata calonnya si Sheila itu tampan juga ya. Maskulin banget," ujar Cleo terlihat membayangkan."Jodohnya orang itu,jangan dikagumi," ujar Clara setelah menenggak air putih dalam botol di tangannya. Ia hanya tersenyum melihat tingkah sahabatnya itu."Cuma kagum aja,gak lebih kok. Tapi kan,kayaknya si Adit tu gak niat nikah sama Sheila. Gak ada semangat sama sekali. Beda banget sama antusiasnya Sheila," Cleo tak berhenti membicarakan customernya itu."Udahlah. Itu urusan mereka,yang penting tugas kita menyiapkan pesta terbaik untuk pernikahan mereka," ujar Clara bijak."Tapi kan..." Cleo belum ingin berhenti membicarakan customernya itu."Udahlah. Gua mau mandi dulu. Lu jangan lupa mandi,kalo badan lu bau gua gak dekat," ejek Clara sambil berlari memasuki kamar mandi sebelum Cleo
Adit menghampiri orang tuanya yang sedang duduk menonton tv. Ia memberanikan diri untuk mengatakan perihal pernikahannya. Ia merasa harus melakukannya karena ini menyangkut kehidupan masa depannya."Ma,Pa," panggil Adit."Iya,sayang. Ada apa?" tanya nyonya Sulastri pada anak bungsunya."Adit mau bicara dengan mama dan papa tentang pernikahan Adit," jawab Adit."Tumben kamu membicarakan masalah pernikahan kamu? Biasanya nurut aja sama mamamu." Tuan Santoso bertanya heran pada anak bungsunya itu."Iya inikan menyangkut kehidupan aku,masa depan aku pa. Jadi aku berhak mempertimbangkan semuanya. Aku tidak mau keputusanku akan menjadi penyesalanku nanti." Adit menjelaskan."Kenapa sayang? Bicara saja,mama akan mendengarkan." Nyonya Sulastri penasaran apa yang akan dikatakan Adit."Adit rasa,Adit belum siap menikah dengan Sheila," ujar Adit pelan,ia ingin menjaga perasaan ibunya yang sudah mengatur pernikahan itu."Adit. Kamu tidak s
"Clara... Cepetan donk. Bisa terlambat nanti!" teriak Cleo sambil memakai sepatunya."Iy,sebentar. Ini sudah siap",jawab Clara sembari memasukkan laptopnya ke dalam tas.Clara Amelia,gadis 27 tahun yang memiliki wajah yang manis tapi memiliki tubuh proposional yang sangat menggoda.Sudah lima tahun Clara merantau ke ibukota dan membuka jasa Even Organizer di wilayah yang cukup strategis. Sebelum membuka usahanya sendiri,ia masih ikut bekerja pada orang lain di bidang yang sama. Setelah akhirnya ia merasa mampu untuk membuka usahanya sendiri.'Moonlight Star' adalah nama jasa EO nya. Berkembang dengan bagus karena keahlian dan kepiawaiannya mengelola usahanya. Clara tidak sendirian,tapi ia di bantu oleh asisten sekaligus teman satu apartemennya sekaligus sahabatnya. Awalnya Clara merasa kesepian tinggal sendirian. Lalu ia mencoba untuk menyewakan salah satu kamar di apartemennya. Lalu berjumpalah Clara dengan Cleo,gadis kota yang berusaha untuk mandiri.
Adit menghampiri orang tuanya yang sedang duduk menonton tv. Ia memberanikan diri untuk mengatakan perihal pernikahannya. Ia merasa harus melakukannya karena ini menyangkut kehidupan masa depannya."Ma,Pa," panggil Adit."Iya,sayang. Ada apa?" tanya nyonya Sulastri pada anak bungsunya."Adit mau bicara dengan mama dan papa tentang pernikahan Adit," jawab Adit."Tumben kamu membicarakan masalah pernikahan kamu? Biasanya nurut aja sama mamamu." Tuan Santoso bertanya heran pada anak bungsunya itu."Iya inikan menyangkut kehidupan aku,masa depan aku pa. Jadi aku berhak mempertimbangkan semuanya. Aku tidak mau keputusanku akan menjadi penyesalanku nanti." Adit menjelaskan."Kenapa sayang? Bicara saja,mama akan mendengarkan." Nyonya Sulastri penasaran apa yang akan dikatakan Adit."Adit rasa,Adit belum siap menikah dengan Sheila," ujar Adit pelan,ia ingin menjaga perasaan ibunya yang sudah mengatur pernikahan itu."Adit. Kamu tidak s
Sesampainya di apartemen,Cleo menghempaskan tubuhnya di sofa depan tv.Clara meletakkan tasnya di kamar dan segera menyambar handuknya bersiap untuk mandi."Clara. Ternyata calonnya si Sheila itu tampan juga ya. Maskulin banget," ujar Cleo terlihat membayangkan."Jodohnya orang itu,jangan dikagumi," ujar Clara setelah menenggak air putih dalam botol di tangannya. Ia hanya tersenyum melihat tingkah sahabatnya itu."Cuma kagum aja,gak lebih kok. Tapi kan,kayaknya si Adit tu gak niat nikah sama Sheila. Gak ada semangat sama sekali. Beda banget sama antusiasnya Sheila," Cleo tak berhenti membicarakan customernya itu."Udahlah. Itu urusan mereka,yang penting tugas kita menyiapkan pesta terbaik untuk pernikahan mereka," ujar Clara bijak."Tapi kan..." Cleo belum ingin berhenti membicarakan customernya itu."Udahlah. Gua mau mandi dulu. Lu jangan lupa mandi,kalo badan lu bau gua gak dekat," ejek Clara sambil berlari memasuki kamar mandi sebelum Cleo
"Adit,mama gak mau tau ya. Pokoknya hari ini kamu harus temanin Sheila untuk fitting baju pengantin kalian. Mama gak mau dengar alasan apapun!" ujar nyonya Sulastri pada putra bungsunya,Adit. "Aduh Ma,cuma pilih baju pengantin aja kenapa aku harus ikut? Selama ini kalian buat keputusan tentang pernikahan ini aja gak ada melibatkan aku," Adit sedikit kesal dengan ibunya. "Ya ini beda lah. Baju itu kan nanti kamu yang pakai. Harus sesuai dengan badan kamu,cocok juga untuk kamu dan sheila. Kalo kamu gak ikut pilih,trus kamu gak suka,nanti kamu salahkan mama," terang ibunya. "Trus kalo keputusan mama nikahkan aku dengan sheila itu salah. Apa aku boleh salahkan mama?" tanya Adit sambil tersenyum kecut. "Keputusan mama ini gak akan salah sayang. Sheila itu dari keluarga baik-baik. Orang tuanya kenal baik dengan keluarga kita. Keluarga mereka juga cukup terpandang dengan bisnis berliannya. Apalagi sheila itu lulusan luar negri. Kurang apalagi?" ujar ibunya p
"Clara... Cepetan donk. Bisa terlambat nanti!" teriak Cleo sambil memakai sepatunya."Iy,sebentar. Ini sudah siap",jawab Clara sembari memasukkan laptopnya ke dalam tas.Clara Amelia,gadis 27 tahun yang memiliki wajah yang manis tapi memiliki tubuh proposional yang sangat menggoda.Sudah lima tahun Clara merantau ke ibukota dan membuka jasa Even Organizer di wilayah yang cukup strategis. Sebelum membuka usahanya sendiri,ia masih ikut bekerja pada orang lain di bidang yang sama. Setelah akhirnya ia merasa mampu untuk membuka usahanya sendiri.'Moonlight Star' adalah nama jasa EO nya. Berkembang dengan bagus karena keahlian dan kepiawaiannya mengelola usahanya. Clara tidak sendirian,tapi ia di bantu oleh asisten sekaligus teman satu apartemennya sekaligus sahabatnya. Awalnya Clara merasa kesepian tinggal sendirian. Lalu ia mencoba untuk menyewakan salah satu kamar di apartemennya. Lalu berjumpalah Clara dengan Cleo,gadis kota yang berusaha untuk mandiri.