Bayi yang diharapkan datang setidaknya kurang dari dua bulan, justru hadir lebih awal. Emily menjalani persalinan dengan lancar dan selamat. Bayi laki-laki itu kini ada dalam gendongan Emily dan mereka beri nama Liam.
Kebahagiaan mereka lebih lengkap dengan kehadiran Liam. Terlebih Lyla yang begitu bersemangat menyambut adik bayi yang sudah ia nantikan. Bahkan sejak Jeffry belum mendapatkan pengganti Emilia, Lyla sudah kerap mengutarakan keinginannya untuk memiliki seorang adik.“Apakah nanti aku boleh menggendongnya?” tanya gadis kecil itu saat Emily dan Jeffry menghubunginya melalui panggilan video. Emily yang tengah menggendong Liam tersenyum lantas menjawab pertanyaan polos itu.“Boleh saja, sayang. Tapi harus dengan bantuan orang dewasa, oke?”Lyla menyunggingkan senyum yang menampakkan deretan giginya yang bersih, kemudian menyerahkan ponsel pada Charles yang tampak terharu menatap ke arah layar di mana wajah Liam ditunjukkan denganShila sudah tiga puluh menit ada di kediaman Emily dan mereka hanya diam tanpa mengatakan apa pun. Jeffry memang sengaja meninggalkan keduanya agar bisa menghabiskan waktu bersama. Karena baik Emily maupun Shila pasti saling merindukan masa-masa seperti dulu di mana mereka bisa leluasa berbincang tanpa terganggu siapa pun.Namun, Emily justru bungkam. Tak ada sepatah kata pun yang ia ucapkan dan Shila menyadari keanehan sahabatnya itu.“Em, apa yang terjadi? Kau sejak tadi tampak tidak bersemangat padahal aku bisa mendengar suara ceriamu saat di telepon. Apakah telah terjadi sesuatu antara dirimu dan Jeffry?” tanya Shila, setengah berbisik agar Jeffry tidak mendengar apa yang mereka bicarakan.Emily menggeleng, tampak lemah dan tidak seperti biasanya. Ia kemudian mendesah lalu tak tahan untuk memendam masalah yang telah berhasil menyita perhatiannya sejak tadi.“Shila, sudah berapa lama sebenarnya kau mengenal Jeffry?” tanya Emily yang berhasil membuat sahabatnya itu mengernyit. “Maks
Jeffry menghubungi wanita yang katanya mengenalnya dan meminta bertemu di tempat biasa mereka bertemu. Kenyataannya, Jeffry sama sekali tidak mengenal nomor itu. Bahkan ia tak pernah mengenal wanita mana pun selain Emily dan Shila, tentu saja sejak Emilia tiada.Sebelumnya, Jeffry tak pernah tertarik untuk mengenal siapa pun, terlebih saat masih bersama Emilia. Wanita itu sudah lebih dari cukup baginya. Dan setelah Emilia tiada, baru Emily yang berhasil menyita perhatiannya.Maka seharusnya Emily tak lagi perlu meragukan kesetiaannya lagi.“Jeff, apa yang kau lakukan? Kau sungguh tidak harus melakukan ini—“ cegah Emily yang tak bisa melanjutkan perkataannya karena Jeffry sudah mencegahnya bicara dengan isyarat tangan.Jeffry mengaktifkan pengeras suara agar Emily bisa mendengar apa saja yang ia bicarakan dengan wanita yang menghubunginya saat itu, meyakinkan bahwa kekhawatiran Emily tidak akan terjadi.Sayangnya, beberapa kali menghubungi, tak satu pun panggilan Jeffry ditanggapi oleh
Jason masih berada di apartemennya, membereskan segala yang tersisa dari Tamara. Ia melupakan beberapa hal yang tertinggal. Pikirannya tak menentu beberapa waktu belakangan dan ia sudah tenggelam dalam kegalauan selama beberapa waktu.Keputusan Emily mematahkan hatinya. Itu jelas. Karena ia tak lagi merasakan semangat hidup yang sama.Jason berpikir, ia bisa membangun kembali pernikahan yang telah berakhir, dan mungkin ia dan Emily bisa bersatu lagi selanjutnya. Namun, ternyata hal itu bukanlah hal yang mudah.Emily tidak lagi menginginkannya seperti dulu.Memang benar jika ada yang mengatakan bahwa kita akan menyadari betapa besar rasa cinta dan berharganya seseorang ketika kita sudah kehilangan. Jason tak menyangka kalau ia akan merasakannya juga.Ponselnya berdering entah sudah ke berapa kali. Ia tak berminat untuk bicara dengan siapa pun, terlebih semua orang tengah berbahagia atas kelahiran putranya, Liam. Dan bukan itu mas
Emily masih termangu memikirkan kondisi Liam saat ini. Ia tak menyangka akan mengalami hal yang sama sekali tidak pernah terbayangkan olehnya. Ia juga tak pernah mengganggu kehidupan siapa pun. Lantas apa yang menyebabkan salah satu pelayannya tega melakukan in? Apakah hanya karena uang? Jika memang iya, mengapa tak ada panggilan satu pun yang meminta tebusan atau semacamnya? “Emily, percayalah, semua akan baik-baik saja,” ucap Jeffry sembari mendekap Emily. Dan Jason yang sejak tadi masih berada di sana, harus menahan sakit dalam batinnya melihat kemesraan mantan istrinya dan Jeffry. “Kurasa aku akan pulang dan memantau saja.” Jason bangkit dari kursinya, kemudian hendak meninggalkan ruangan itu, tetapi ia berbalik dan mengatakan segalanya untuk Emily. “Em, kabari aku jika kau sudah mendapatkan informasi mengenai Liam.” Ia pergi tanpa menunggu jawaban dari Emily, karena bertahan di tempat itu juga rasanya tak mungkin bagi Jason.
Ketiganya masih tak percaya bahwa penculik yang menyamar itu mengetahui banyak hal di rumah Jeffry. Apakah itu artinya mereka adalah pegawai yang telah lama bekerja di sana? Jeffry kini hanya mondar-mandir, berusaha menjinakkan perasaannya yang berkecamuk—antara geram dan sedih karena kehilangan bayi Emily. Melihat wajah sang istri yang begitu muram, Jeffry tak tahu harus berbuat apa untuk menghiburnya. “Aku sudah meminta Edward untuk mencarinya, Em. Kau jangan khawatir.” Jason memecah keheningan yang melingkupi ketiganya. Rasa cemas dan takut bercampur atmosfer di sekitar mereka. Tak ada yang tak cemas akan kondisi Liam saat ini. Apakah bayi itu baik-baik saja? Apakah ia hanya alat untuk membalaskan rasa sakit hati? Ataukah memang dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari Jeffry dan Emily? “Kau tidak perlu melakukan apa pun seolah kau adalah pahlawannya di sini, McKennel! Aku sudah mengerahkan anak buahku untuk mencarinya
Jason mencium ada yang tidak beres dengan Tamara. Ada bau aneh yang tercium olehnya kala Tamara mendekat. Aroma yang tak pernah ia hidu dari wanita itu selama mereka bersama.Ini bukanlah aroma khas Tamara yang Jason sudah sangat kenali. Namun, bau apa ini?“Apakah kau mabuk?” tanya Jason, berusaha mengorek wanita itu tanpa ketahuan tujuan di hal pertanyaannya. Jason tak akan semudah itu percaya bahwa Tamara tak lagi bersama Jared. Dan bayi itu ... mengapa Jason ingin bertemu dengan bayi Tamara?Bagaimana pun, Jason pernah mengira bahwa bayi itu adalah miliknya. Jadi tak ada salahnya jika ia berusaha mengenal keponakannya itu, bukan?“Apakah kau yakin kalau kau sudah tidak bersama Jared? Bagaimana dengan Thomas?” pancing Jason.Tamara menggeleng.“Kami masih tetap bersama tetapi tidak begitu intens. Aku sudah kembali ke rumah yang dulu, Jase. Dan apartemen di dekat kantormu itu sudah kujual sejak lama.”Jason hanya mengangguk berusaha memahami penjelasan Tamara yang tetap tak membuatn
Untuk pertama kalinya Jason melihat malaikat kecil berwujud bayi yang begitu lucu. Liam yang sebelumnya terus menangis kini tenang setelah Tamara memberinya sebotol susu yang berhasil ia habiskan.Jason begitu takjub, lantas mengangkat bayi itu dalam gendongannya. Ia memandangi wajah Liam yang tertidur pulas, dalam batinnya Jason rasakan getaran yang tak bisa ia jelaskan meski dengan kata.Ada sesuatu dalam diri bayi itu yang membuatnya merasa terikat.“Siapa namanya?” tanya Jason pada wanita yang kijni tengah bergelayut di lengannya.“Namanya?” Tamara menggeleng. “Oh, Tuhan. Saking kacaunya aku sampai lupa memberinya nama. Apakah kau punya ide? Pastinya ia akan menyandang nama McKennel di belakang namanya.”Kening Jason berkerut. Ia tentu saja senang jika diperbolehkan memberi nama bayi mungil itu. Namun, bayi itu adalah milik Jared.“Ayolah, Jase. Kau boleh memberi nama keponakanmu.” Tamara memutar tubuh menghadap pria yang masih menggendong Liam. “Lagi pula, jika kita kembali bersa
Jason termangu di sebuah bar, di lokasi yang sama yang ia datangi saat mencari Liam. Ia mengawasi Emily dari kejauhan dan tak menemukan wanita itu di kediaman Jeffry.Ke mana Emily pergi? Bahkan ketika menghubunginya berulang kali, tak ada jawaban sama sekali.Jason hanya ingin memastikan kalau mantan istrinya itu dalam kondisi baik-baik saja, meski sampai sekarang Liam belum juga ditemukan.Jason duduk seorang diri menikmati minuman dalam gelasnya sembari memerhatikan pelayan yang lalu lalang dan bartender yang tengah sibuk menyiapkan minuman bagi tamu lain.Ada beberapa pelayan yang tampak muram dan tengah berbicara dengan pria bersetelan jas di hadapannya.“Hey, apa yang terjadi pada mereka? Apakah itu manajermu?” tanya Jason pada sang bartender yang sudah selesai melayani pesanan.Laki-laki yang tampak berusia dua puluhan itu mengangguk kemudian menyandarkan siku pada meja bar dan mulai bicara dengan volume yang h
Jason dan Emily sedang dalam perjalanan. Di dalam mobil, Emily terus menangis karena tidak menyangka bahwa anaknya masih hidup. Berkali-kali ia menanyakan hal yang sama kepada Jason mengenai Liam dan dijawab dengan jawaban yang sama pula oleh laki-laki itu. Jason mengerti bagaimana keadaan Emily. Dirinya juga rindu dengan Liam, darah dagingnya. Namun, setidaknya ia lega karena Liam sudah berada di tangan yang tepat saat ini. Mobil Jason berhenti di halaman rumah kediaman Charles dan Emma. Langsung saja mereka masuk. Di ruang tamu, semua orang berkumpul. Charles, Emma, Alex, Shila, bahkan Jared—kakaknya ada di sana. Emily lantas menghampiri Emma yang sedang menggendong bayi. Emma yang tahu perasaan Emily pun menyerahkan bayi itu. Dengan perasaan yang sulit dijelaskan serta air mata yang mewakili kebahagiaannya, Emily akhirnya kembali menggendong Liam. Anaknya yang sudah menghilang beberapa waktu. Emily menangis. Shila pun mendekat ke arah sahabatnya dan memeluknya. “Sekarang, Liam
Di tempat yang berbeda, Jason berkali-kali berdecak dan mengumpat karena Alex tidak kunjung datang. Ke mana laki-laki itu, apakah menuntaskan hajat sampai harus bermenit-menit. Jason curiga kalau sebenarnya Alex bukannya ke kamar mandi untuk buang air, tetapi justru bertapa. Jason melihat jam berwarna hitam yang melingkar di tangannya. Jarum panjang jam sudah berganti ke angka empat. Itu artinya sudah lebih dari dua puluh menit laki-laki itu di apartemennya.“Ke mana dia?” gumam Jason.Jason memeriksa ponselnya. Tadi, ponselnya mati jadi tidak bisa digunakan untuk menghubungi Alex. Setelah dicharger di dalam mobil, akhirnya ponselnya menyala. Jason buru-buru mencari kontak nama Alex. Begitu ingin dihubungi, ada tiga pesan muncul dari orang yang ditunggu. Jason membukanya. Ada satu video sedikit panjang di sana. Sedikit curiga, akhirnya Jason memutarnya. Di dalam video itu, ia hanya melihat gambar berwarna putih. Jason mendengus kesal. “Apa yang dilakukan dia sebenarnya.” Baru saja
Jason tidak menghiraukan ucapan Alex. Tadi, di rumah Alex, Jason sempat berdebat sengit dengan pria itu. Shila bahkan sampai harus melerai. Karena ucapan wanita itu, Jason memilih keluar dan pulang ke apartemennya untuk mengambil sesuatu. Dia akan bersiap untuk menemui Jeffry. Siapa yang menyangka kalau ternyata Alex mengikutinya. Hingga akhirnya, laki-laki itu menghadang di depan pintu apartemen miliknya. “Minggir!” ucap Jason yang ke sekian kalinya namun tidak juga mendapatkan respon dari Alex. Alex menggeleng. “Kau mau mendapatkan masalah lain? Kalau sampai terjadi sesuatu pada Jeffry, maka dia bisa saja mengelak atas semua tuduhan,” jelas Alex. Wajah laki-laki itu terlihat sangat serius. “Lalu, kau mau aku hanya diam sementara dia berhasil membuat Emily menjadi korban kekerasan fisik dan seksualnya. Kau mau aku tetap diam dan membiarkan dia terbahak keras di ranjang rumah sakit?!” sorot mata Jason penuh kobaran api amarah.Alex bahkan sampai menunduk karena tidak kuat menatap
Shila menggigit bibir dan meremas jemarinya. Jantungnya berdetak kencang karena sejak tadi dua orang yang ia tunggu tidak kunjung keluar daei bangunan megah itu. “Mereka sebenarnya sedang mencari apa? Kenapa lama sekali? Apakah jangan-jangan mereka ketahuan lagi?”Pikiran buruk mengenai dua sahabatnya langsung terbayang. Namun, Shila segera menepis pikiran buruk itu agar tak menjadi sugesti baginya.Jantungnya nyaris mencelus ketika mendengar suara berisik di sampingnya. Ia mengira salah seorang pengawal berhasil mengetahui keberadaannya. Namun, jauh dari dugaan karena Jason dan Alex-lah yang datang. Shila yang semula tak berani bergerak dan hanya mematung di tenpat, menghampiri dua lelaki itu setelah memastikan bahwa mereka adalah kawan-kawannya. “Apakah kalian baik-baik saja? Kalian berhasil?”Jason mengangguk. “Sepertinya keberuntungan sedang berpihak. Kita berhasil mendapatkan rekamannya.” Jason mengambil flashdisk yang ia simpan dan menunjukkannya pada Shila. Wanita itu menghel
Tiga orang yang baru saja datang dipersilakan duduk oleh seorang pria yang mengenakan jas berwarna hitam. Pria yang berumur sekitar empat puluhan itu tampak masih bugar, walau rambutnya memutih di beberapa bagian.“Jadi, apa rencanamu?” celetuk Jason sembari melihat-lihat dokumen di hadapaannya. “Kau belum mengenalkan mereka padaku.” timpal Mark yang bergantian menatap Alex dan Shila. "Kuharap kalian tidak tersinggung. Aku tidak bisa mengatakan langkahku pada orang asing, karena ijni menyangkut nyawa seseorang. Bukan begitu?""Kau benar. Perkenalkan, aku Alexander Danison, sahabat Emily."Mark menyambut jabatan tangan itu ramah dengan senyum terkembang. "Oh, Tuan Danison. Bagaimana mungkin aku tidak mengenalimu. Seorang pengusaha besar dan selevel dengan Jeffry Allen. Kuharap aku tidak salah.""Kau terlalu berlebihan, Tuan Jefferson." Alex membalas sambutan Mark dengan sikapnya yang rendah hati. Ia lantas menoleh pada Shila. "Ini Shila Andreas. Ia juga sahabat Emily." "Hmm ... aku j
Ide yang Jason lontarkan lantas membuat ketiga orang menaruh perhatian penuh pada Tamara. Mulai sekarang, Jason yang akan mengambil alih penyelidikan wanita itu. Sementara, Alex dan Shila akan mencari sesuatu soal Jeffry. Keduanya bertekat akan membuat laki-laki itu membayar atas apa yang dilakukan pada sahabatnya. “Aku akan pulang ke rumah,” ucap Jason setelah merancang rencana di kepalanya“Untuk apa?” kening Shila berkerut. “Bagaimana dengan Tamara? Bukankah kau mau menyelidikinya sendiri?” “Memang. Tapi, aku akan minta bantuan orang tuaku untuk menghubungi detektif Jefferson. Kemarin aku belum sempat bertemu dengan mereka.” “Baiklah. Pulang saja, kita berdua nanti akan mencari informasi soal Jeffry.”“Bagus. Kalau begitu, aku akan mengunjungi kwdua orang tuaku. Kalian urus dengan baik dan kabari aku perkembangannya.” Alex dan Shila mengangguk sebagai respon atas ucapan Jason yang layaknya seorang pimpinan. Jason pamit dan segera menuju ke kediaman orang tuanya. Ia tak sempat
Emily memang jauh lebih aman berada di mansion Alex. Setelah Shila dan Jason secara bergantian mengunjunginya, hari ini, dikarenakan akhir pekan, keempatnya berkumpul dan membahas mengenai Liam.Jason yang semula memang curiga pada Tamara, memutuskan membiarkan wanita itu untuk tinggal di apartemennya bersama Aaron. Namun, dengan adanya Emily di kediaman Alex, Jason harus bolak-balik apartemen dan rumah Alex untuk memastikan Emily benar-benar dalam keadaan baik-baik saja.Bagaimanapun, ia tak mengenal Alex dan lagi pula Alex adalah pria yang dulu sangat dekat dengan Emily. Bahkan sampai kini Jason tidak rela menerima kenyataan itu.“Aku tidak bisa mengatakan apa pun selain satu hal, aku tengah mengawasi seseorang yang mungkin akan memberi titik terang pada kita mengenai Liam,” ucap Jason sembari memeriksa berkas-berkas tentang pelaporan yang diajukan olehnya pada pihak kepolisian. “Mereka tidak bergerak sama sekali. Lihatlah!”Alex tampak
Tamara baru saja selesai membersihkan diri dan tak juga menwmukan Jason pulang ke apartemennya. Ia menunggu Jason yang juga sama sekali tidak menghubungi. “Ke mana Jason sebenarnya? Dia bahkan tidak meneleponku seharian.” Tamara memberengut dan menuju meja riasnya. Ia melihat pantulan dirinya sendiri. Tamara melihat seorang wanita cantik dengan guratan senyum yang menawan. Ia menyukai bentuk wajahnya. “Tak heran banyak pria menggilaimu, Tamara. Kau memang memesona,” pujinya pada diri sendiri. Mengenang banyak lelaki yang masuk dalam hidupnya, Tamara hampir tidak percaya kalau dirinya sempat menjalin hubungan dengan Jared. Semua bermula dari kehadirannya di kediaman McKennel dan dirinya tak menemukan Jason di mana pun. Lalu ketika sedang berjalan-jalan di dalam rumah keluarga McKennel, ia menemukan sosok yang dikenalnya, tengah berada di dalam ruangan yang asing baginya.Tamara kala itu masuk dan mengunci pintu. Ia lalu mendekap tubuh Jared dari belakang serta memberikan sentruhan se
Jeffry tak pedulikan ponselnya yang terus berdering. Ia terus menyumpah serapah Emily. Wanita itu berani sekali menusuknya. Jeffry mengabari dua penjaga untuk membantu. Tidak butuh waktu lama akhirnya anak buahnya menemukan Jeffry yang masih berada di ranjang dengan pisau menancap di tubuhnya. Salah satu penjaga memanggil ambulans. Sekitar lima belas menit kemudian, ambulans tiba dan membawa Jeffry ke rumah sakit. Laki-laki itu bersumpah akan membuat Emily merasakan penderitaan yang jauh lebih menyakitkan daripada sebelumnya. Karena perempuan itu, ia sampai masuk ke tempat yang sangat dibencinya. ***Di lain tempat, Emily berhasil sampai di telepon umum. Ia pun menghubungi Alex dan menceritakan garis besar tentang kondisinya saat ini. Tentu saja, Alex terkejut ketika mendengar penuturan Emily. Meski larut, Alex segera melajukan tunggangannya membawa Emily ke mansionnya. Alex juga menghubungi Shila untuk datang begitu juga dengan Jason. Kini, mereka bertiga ada di kediaman Alex. Sh