Alea Putri Az-Zahra, seorang penulis cerita online di beberapa aplikasi. Penghasilannya pun sungguh menakjubkan, karena dari satu aplikasi aja, ia bisa menghasilkan uang enam puluh lima juta untuk satu aplikasinya. Sedangkan Alea menulis di beberapa aplikasi, dimana jika digabungkan, ia bisa mendapatkan uang sebesar seratus lima puluh juta sampai dua ratus juta perbulan. Karena memang pendapatan setiap bulannya itu berbeda-beda, tergantung para pembaca yang mau buka gembok di setiap bab yang ia tulis.
Saat ini, umur Alea sudah dua puluh satu tahun dan ia baru saja di wisuda bulan lalu. Sebelumnya Alea kuliah di Kampus Universitas Terbuka di Surabaya. Dan mengambil jurusan Sastra Indonesia. Alea juga punya pacar yang bernama Muhammad Arga Winata, yang berumur dua puluh delapan tahun dan merupakan pemilik PT ArgaFood Indonesia. Alea dan Arga sudah menjalin kasih sejak dua tahun yang lalu. Dan mereka juga sepakat akan menikah tahun depan.
Namun tiba-tiba pagi ini, saat Alea baru saja selesai makan, ayah dan bundannya meminta Alea untuk pergi ke ruang keluarga. Alea hanya mengerutkan dahinya, karena tidak biasanya mereka meminta hal seperti ini. Tapi entah kenapa, perasaan Alea merasa gak enak, seperti ada sesuatu yang ia sendiri tak mengerti itu apa.
Setelah selesai mencuci tangan dan membantu Bibi Siti mencuci piring, barulah Alea pergi ke ruang keluarga. Di sana ayah dan bundannya pun sudah menunggu kedatangannya sedari tadi. Alea duduk di kursi yang tak jauh dari sang bunda.
“Alea,” ucap Ayah Rozak, sambil menatap ke arah putrinya itu.
“Iya, Yah,” jawab Alea ramah sambil melihat ke arah ayahnya yang seperti ingin ngomong sesuatu yang cukup serius.
“Umur kamu sudah dua puluh satu tahun, dan kamu juga sudah selesai kuliah, iya kan?” tanya Ayah Rozak dan Alea pun menganggukkan kepala.
“Iya, Yah. Emang kenapa?” tanya Alea dengan jantung yang berdebar-debar.
“Ayah dan Bunda ingin menjodohkan kamu dengan anak sahabat Ayah,” jawabnya, namun jawaban itu seperti sebuah hantaman keras buat Alea. Alea tersenyum, lalu ia berkata, “Ayah bercanda, kan?” tanyanya.
“Enggak, Nak. Ayah gak bercanda,” sahut Ayah Rozak, sejujurnya ia pun tak mau menjodohkan putrinya itu, tapi ia sudah terlanjur berjanji dengan sahabatnya dan janji itu sudah ditagih sejak Minggu lalu.
“Tapi kenapa, Yah? Kenapa Ayah harus menjodohkan aku? Aku bahkan bisa mencari sendiri jodohku, tak perlu di jodoh-jodohkan seperti ini,” balas Alea, ia tak terima jika dirinya harus di jodohkan, terlebih ini bukan zaman Siti Nurbaya. Dan lagi, ia juga punya kekasih yang sangat ia cintai.
“Ayah tau, Ayah tau kamu bisa mencari jodoh yang tepat buat diri kamu sendiri. Tapi masalahnya, Ayah sudah terlanjur janji, Nak. Mohon kamu mengerti posisi Ayah. Dan lagi, Ayah yakin bahwa dia adalah jodoh yang terbaik buat kamu,” ucap Ayah Rozak.
Alea menggelengkan kepalanya, “Jodoh terbaik menurut Ayah, belum tentu terbaik buat aku. Aku yang akan menjalaninya, bukan Ayah. Jadi aku mohon, tolong fikirkan kembali niat Ayah yang ingin menjodohkan aku dengan anak dari sahabat Ayah itu,” ujar Alea yang tak terima dirinya di jodohkan. Ia harus memikirkan perasaan Arga, laki-laki yang ia cintai. Jika Alea menerima perjodohan ini, bukan hanya dirinya yang terluka, tapi juga Arga. Terlebih mereka juga sudah sepakat akan menikah tahun depan. Arga juga sudah mau melamarnya setelah ia pulang dari luar kota.
“Apakah kamu punya pacar, Nak?” tanya Bunda Zahra. Alea diam, ia bingung antara mau jujur atau berbohong. Pasalnya, ayah dan bundannya itu melarang dirinya pacaran, karena menurut mereka, pacaran itu lebih banyak mudhorotnya. Makanya Alea pacaran diam-diam, tanpa sepengetahun mereka. Walaupun sudah dua tahun pacaran, mereka hanya beberapa kali bertemu, itupun hanya di kafe atau resto dan hanya sekedar makan sambil ngobrol biasa. Tak ada adegan pegangan tangan apalagi yang lainnya. Alea tau batasan-batasannya, jadi ia dan Arga lebih banyak komunikasi lewat Hp seperti chat atau vidio call. Terlebih Arga suka pergi ke luar kota, membuat mereka emang sulit untuk bertemu.
“Jujurlah, Bunda hanya ingin tau,” ucap Bunda Zahra sambil menatap wajah putrinya yang sedang menunduk.
“Iya, Bunda,” jawab Alea menundukkan kepalanya, ia takut, takut jika ayah dan bundannya akan marah padanya.
“Sejak kapan?” tanya Bunda Zahra lagi.
“Dua tahun yang lalu, Bunda. Tapi aku dan Kak Arga gak pernah bersentuhan kok,” ucap Alea menerangkan.
“Namanya Arga?” tanya Bunda lagi.
“Iya, Bunda,” jawab Alea sedangkan Ayah Rozak memilih diam dan memberikan kesempatan buat istrinya untuk bertanya.
“Berapa umurnya?”
“Dua puluh delapan tahun.”
“Sudah kerja?”
“Sudah, Bunda.”
“Kerja apa?”
“Kak Arga itu pemilik PT ArgaFood, Bun,” sahutnya dan itu membuat Ayah Rozak dan Bunda Zahra kaget, tak menyangka jika putrinya itu bisa pacaran dengan pemilik PT ArgaFood Indonesia. Seorang pengusaha muda yang terkenal dan selalu muncul di berita bisnis dan di majalah bisnis. Karena di umurnya yang muda, ia mampu membuat sebuah perusahaan yang terkenal bukan hanya di Indonesia tapi juga di luar negeri.
“Kamu kenal dia, di mana?” tanya Bunda Zahra kepo.
“Waktu itu, aku lagi belanja kebutuhan di Toko ArgaFood. Dan tak sengaja bertemu dengannya disana. Waktu itu, aku tak sengaja menabrak dia saat ia baru aja keluar dari pintu. Dan dari sanalah aku dan Kak Arga kenal dan bertukar nomer Hp.”
“Tapi kalian beneran kan, belum pernah ngapa-ngapain?” tanya Bunda Zahra penuh selidik.
“Enggak, Bunda. Bunda percaya aku, kan? Selama dua tahun aku pacaran dengan Kak Arga, hanya beberapa kali aku bertemu dengannya, itu pun di kafe, kadang juga di resto, hanya sekedar ngobrol biasa sambil makan. Aku juga gak berani kalau bertemu di tempat yang sepi. Aku juga belum pernah pegangan tangan sama Kak Arga. Karena Kak Arga sangat menghormati aku sebagai perempuan. Kak Arga juga gak mau nyentuh aku, sebelum dia menghalalkanku,” sahut Alea.
Ayah Rozak dan Bunda Zahra pun hanya mengangguk-anggukkan kepala, mereka percaya akan cerita Alea. Karena Alea bukan type orang yang pandai berbohong.
“Tapi, Nak. Kamu itu sudah di jodohkan. Bisakah kamu memutuskan pacarmu itu?” pinta Ayah Rozak.
“Aku sangat mencintainya, Ayah. Kak Arga juga berjanji akan melamar aku setelah pulang dari luar kota. Aku dan Kak Arga juga sudah sepakat untuk menikah tahun depan.” Alea sangat berharap kalau orang tuanya itu mau mengerti, dan tak lagi memaksakan kehendak mereka untuk menjodohkan dirinya.
Mendengar Alea sangat mencintai pacarnya, membuat Ayah Rozak hanya bisa menghela nafas. Andai ia tak ada perjanjian dengan sahabatnya itu, mungkin ia akan merestui hubungan Alea dan Arga. Apalagi yang ia tau, Arga adalah laki-laki yang sangat baik, bahkan di luar sana banyak wanita yang berharap bisa menjadi pendamping Arga. Namun, siapa yang menyangka jika ternyata putrinya sendirilah yang sudah berhasil menggaet hati laki-laki muda nan tampan itu.
“Ayah tau, kamu mencintainya. Tapi bisakah kali ini kamu mengalah untuk Ayah? Selama ini, Ayah tak pernah minta apapun dan apa yang kamu mau, selalu Ayah turutin. Kali ini saja, Ayah mohon. Tolong terima perjodohan ini, jangan buat Ayah malu di mata sahabat Ayah sendiri,” ucap Ayah Rozak memohon kepada Alea. Melihat wajah ayahnya yang penuh dengan harap, membuat Alea mulai ragu, ragu untuk memperjuangkan cintanya. Bagaimana mungkin, ia tega membiarkan ayahnya memohon sampai seperti ini.
“Tapi, Yah ….” Alea bingung mau ngomong apa. Di satu sisi ia tak mau mengecewakan ayahnya, tapi di sisi lain, ia sudah punya kekasih yang teramat sangat ia cintai.
“Nak, penuhilah permohonan Ayah kamu. Ayah pasti memberikan yang terbaik buat kamu, tak mungkin seorang Ayah akan menjerumuskan putrinya sendiri,” ujar Bunda Zahra. Dan akhirnya dengan sangat berat hati, Alea pun menganggukkan kepala.
“Baiklah, Ayah, Bunda. Aku akan terima perjodohan ini. Silahkan kalian atur kapan aku akan bertemu dengan anak sahabat Ayah itu,” ucap Alea tersenyum getir.
Ayah Rozak dan Bunda Zahra pun tersenyum, mereka beryukur Alea mau menerima perjodohan ini. Mereka yakin, bahwa Alea pasti akan bahagia jika menikah dengan anak sahabat mereka. Mereka sangat yakin akan hal itu.
Malam harinya, sehabis sholat Isya’. Ayah Rozak dan Bunda Zahra mengajak Alea untuk makan malam di luar. Tanpa di kasih tau mereka, Alea tau pasti, ini adalah pertemuan dirinya dengan orang yang ingin di jodohkan dengannya. Dalam hati, Alea berharap jika orang yang akan di jodohkan dengannya menolak perjodohan ini. Jika Alea tak bisa menolaknya, semoga aja dia bisa. Seperti itulah yang Alea harapkan saat ini.Sepanjang jalan, Alea hanya diam dan sibuk dengan Hpnya. Sampai detik ini, ia masih menjalani hubungan dengan Arga. Dan ia belum memberitahu Arga tentang dirinya yang akan di jodohkan oleh kedua orang tuanya. Alea tak berani mengatakan hal itu, karena itu pasti akan menyakitkan buat Arga.“Nak, Ayah harap saat sampai di resto nanti, kamu harus memasang wajah yang ceria ya. Jangan terlihat seperti orang tertekan,” ucap Ayah Rozak sambil fokus menyetir.“Iya, Yah,” jawab Alea yang d
Selesai makan, mereka melanjutkan percakapan mereka yang sempat tertunda tadi. Alea dan Fahri hanya diam aja mendengarkan percakapan orang tuanya itu. Hanya para orang tualah yang sangat antusias sekali, berbeda dengan Alea dan Fahri yang bahkan ingin cepat-cepat pulang karena sudah muak berada di tempat itu.“Bagaimana jika pernikahan mereka di adakan dua Minggu lagi,” ucap Mami Ratna yang membuat Alea dan Fahri kaget. Tapi berbeda dengan Papi Aldi, Ayah Rozak dan Bunda Zahra yang malah setuju dengan pendapat Mami Ratna tadi.“Bagus itu, lebih cepat, lebih baik. Iya kan, Zak?” tanya Papi Aldi ke Ayah Rozak. Ayah Rozak pun tersenyum sambil menganggukkan kepala.“Iya, aku setuju,” jawab Ayah Rozak sambil menatap ke arah putrinya yang terlihat sendu itu.“Apakah ini tidak terlalu terburu-buru, Mi?” tanya Fahri.“Enggak, dong. Du
Sesampai di rumah, Alea langsung mengetuk pintunya, dan tak lama kemudian pintu itu pun terbuka lebar. Alea melihat bundanya yang ternyata belum tidur, padahal biasanya jam segini sudah tidur nyenyak.“Assalamualaikum, Bunda,” ucap Alea sambil mencium punggung tangan Bunda Zahra.“Waalaikumsalam, kok pulangnya malam gini?” tanya Bunda Zahra sambil menutup pintunya. Ia melihat Alea tengah duduk di kursi sambil memejamkan matanya. Ia pun menghampirinya dan duduk di samping Alea.“Iya, tadi aku ngobrol panjang lebar dengan Mas Fahri, Bun,” jawab Alea sambil membuka matanya kembali dan ia melihat ke arah sang bunda.“Oh, terus yang nganter kamu pulang siapa?” tanyanya.“Mas Fahri, Bun. Tapi dia minta maaf gak bisa mampir karena ini sudah malam,” sahut Alea tersenyum.“Gimana, kamu cocok kan sama Fa
Keesokan harinya, saat Alea baru aja selesai mandi dan sarapan pagi, tiba-tiba ia kedatangan tamu yang tak terduga. Parahnya ia di rumah cuma bareng bibi, karena ayah dan bundannya tengah keluar. Dan sudah berangkat tadi jam tujuh.“Ada apa?” tanya Alea melihat Fahri yang tengah berdiri di depan pintu.“Mami sama Papi aku nyuruh aku ke sini, aku bingung,” jawab Fahri, pasalnya ia juga ada janji dengan Nabila. Tapi ia takut, takut jika mami dan papinya memata-matai dirinya, hingga mau gak mau ia pun mengikuti kemauan mereka.“Iya sudah, masuk,” jawab Alea, ia tau bahwa kedatangan Fahri ke sini sudah direncanakan oleh kedua orang tuanya. Mana mungkin mereka pergi jam segini dan secara kebetulan, Fahri juga datang ke sini, di saat mereka keluar. Bukankah ini seperti sudah di rencanakan oleh kedua orang tua mereka.Fahri pun masuk ke dalam rumah sambil mengucap salam,