Wajah Youna Scarlett tidak terlihat tertawa maupun tersenyum meskipun bibirnya melengkung ketika melihat kepadanya. Di bawah seluruh tatapan mata orang— prajurit yang menyadari siapa dirinya dan interaksinya dengan Youna yang menatapanya penuh rasa penasaran, Quinn menautkan alisnya seraya berkata dengan dingin. "Apa yang kau inginkan dariku, Youna Scarlett?" dengan tujuan awal yang hanya untuk memenuhi keinginan sang nenek, seharusnya ia segera pergi dari markas itu setelah bertemu dengan Andrian Black. Siapa yang mengira jika Youna Scarlett juga berada di sini."Aku sangat tertarik dengan pertarungan yang kau perlihatkan ketika pemilihan. Kau ingat ketika seluruh Seed bertarung melawan nyonya Knox? Aku tidak akan terkejut jika berita itu seudah menyebar ke semua orang." Quinn tidak tahu dan tidak peduli ucapan maupun pendapat orang-orang terhadap dirinya. Meskipun banyak yang tidak menyukai dirinya menikah dengan jenderal Xavier, ia tidak ambil pusing dengan hal itu. Jika seseorang
Dengan nafas yang terengah, Quinn mencerna ucapan Xavier yang masuk ke telinganya. Quinn menyadari bagaimana puluhan pasang mata yang menjadi lebih tertarik fokus kepada dirinya dan Xavier. "Apa maksudmu? Kau sudah tahu aku siapa." Quinn berusaha keras menarik tangannya dari cengkraman Xavier, akan tetapi, pria yang lebih besar tidak beranjak sedikitpun, ia terus menahan pergelangan tangan Quinn dengan keras."Kau menyakitiku." Sambil meringis menahan sakit, Quinn berkata di hadapan wajah Xavier yang mengeras. Apa Xavier marah padanya? Apa ia sudah melakukan hal yang salah? Apakah Xavier marah karena dirinya yang sudah menarik perhatian ketika berjanji akan menjadi bayangan dan tidak terlihat? Di satu sisi, jantung jenderal Xavier bergemuruh. Pertarungan yang ia lihat, ia melihat gerakan familiar ketika Quinn bergerak, ia seperti melihat Q1 di sana."Xavier...." Xavier menyadari perbuatannya yang sudah menyakiti Quinn dan melepaskan pegangan tangannya. Di sisi lain, Youna menyaksikan
Suara senandung kecil dari bibir pluem Quinn adalah satu-satunya suara yang ada di ruangan itu. Quinn terlalu larut di dalam pikirannya sendiri, sehingga ketika ia berbalik dan menemukan Xavier Knox berdiri di depan pintu kamar mandi yang hanya menggunakan sehelai handuk, membuat dirinya terkejut. "Ah..." Quinn tidak tahu harus berkata apa. Antara malu karena Xavier yang memergokinya atau karena tubuh kekar tanpa busana sang jenderal terpampang di depan matanya."Aku, aku akan segera pergi dari sini." wajahnya terasa panas, dan berniat untuk segera pergi dari kamar itu, namun, suara berat milik sang suami memanggilnya, "Bukankah kau di sini untuk membantuku? Kau harus tetap berada di sini." Xavier mengambil kemeja putih dan celana panjang di atas kasur. Ia masih menghormati Quinn yang mematung malu di dalam kamar dan kembali masuk ke kamar mandi untuk memakai pakaian.Quinn Flos-Knox masih berada dalam posisi yang sama ketika Xavier juga sudah memasang pakainnya. "Nona Quinn." Panggil
Sepanjang acara, Quinn yang merupakan seseorang yang pendiam menjadi semakin sedikit bicara. Ia memijit-mijit jemarinya sambil memikirkan pembicaraannya dengan Aiden di Winter Room barusan sambil menyentuh cincin Black Hole yang dipasangkan Xavier di jari manisnya. Ia pikir ia sudah kehilangan benda itu. Ia sedang mencari waktu yang tepat untuk menemui ibu mertuanya dan mengaku bahwa dirinya sudah menghilangkan batu Black Hole. Ia bahkan sudah bersiap menerima semua kemarahan yang akan diberikan oleh nyonya Reigna Knox, siapa sangka jika selama ini batu Black Hole berada di tangan Xavier.Di hadapan semua orang, Xavier berdiri di sebelah Youna Scarlett yang merangkul lengannya mesra. Wanita itu tersenyum dengan wajah yang mengembang. Dan ketika matanya bertemu dengan Xavier ia langsung membuang wajahnya dan meminum minumannya dalam sekali tegukan. Apapun yang ia rasakan, apapun perasaan yang dimiliki oleh Xavier kepadanya, ia harus tetap berada di posisinya. Jangan menginginkan apapun
"Quinn ayo berdiri di sini," "Pergi sana, nona Knox. Aku ke sini membawa teman kencan." "Aku pergi dulu," Quinn Flos-Knox meninggalkan Irish Gold yang sekarang berbicara dengan orang lain, sekilas, ia tahu bahwa teman kencan yang dibawa oleh nona Gold itu adalah Andrian Black. Quinn berdiri di sebelah sang nenek saat itu, dengan jelas ia bisa merasakan tatapan tidak suka Youna Scarlett untuknya. Di dalam pilkiran Youna adalah, meskipun saat ini orang yang berdiri di sebelah jenderal Xavier adalah dirinya, namun Quinn sudah menggunakan simbol keluarga Knox di tubuhnya, yang menandakan dirinya masih orang luar sedangkan Quinn sudah menjadi bagian dari Xavier. Tanpa sadar ia meremas lengan Xavier dengan keras, "bukankah kau terlalu bersemangat?" ujar Xavier melirik lengannya. "Ah, aku sedang memegangimu dengan erat agar kau tidak pergi kemana-mana." kehadiran wanita itu— Quinn, benar-benar menguji kesabarannya. Apalagi setelah kekalahan latihan tempo hari. Dua kali, dia kalah dari
Tidak jauh dari hiruk pikuk keramaian ibu kota Crescere, berdiri sebuah kastil megah. Kastil itu masih mempertahankan bentuk kunonya, menjadi bangunan yang sangat mencolok dengan gedung-gedung tinggi berteknologi di Soul Planet. Namun jangan salah, untuk keamanan, kastil itu dilengkapi oleh teknologi terbaik di seluruh kerajaan, ah bukan di seluruh planet.Di dalam kastil, di atas kursi merah tahta tertinggi kerajaan Crescere, seorang pria duduk dengan tenang. Kakinya ia silangkan, tangan kirinya menopang dagunya, sedangkan tangan kanannya mengetuk-ngetuk pegangan tangan kursinya yang berwarna emas.Matanya lurus kepada pelayan pribadinya yang berdiri di karpet merah, pria itu sudah tua, sudah lama berada di sampingnya dan tahu semua yang ia lakukan dan yang ia inginkan."Yang Mulia, anda tidak perlu kahwatir." ucap sang pelayan. Dia tidak punya nama karena sang raja hanya memanggilnya dengan panggilan 'pria tua.'"Bagaimana mungkin aku tidak khawatir? Kau melihatnya juga bukan? Lupak
"Quinn, buka matamu." suara lembut di sebelahnya membangunkan Quinn. Entah sajak kapan ia tertidur, mungkin saja sejak Xavier yang menggenggam tangannya, memberikan perasaan melalui bond yang mereka punya. Ia melihat ke arah luar, dari balik kaca, Beast Planet sudah terlihat. Itu adalah sebuah planet yang jauh berbeda dengan Soul Planet yang berwarna hijau."Kita akan segera mendarat." Xavier yang masih di sebelahnya berkata, Quinn tidak tahu harus fokus kepada sang suami atau kepada pemandangan di luar sana.Mereka mendarat dengan mulus di pangkalan udara Soul Planet. Setelah memastikan semuanya sempurna, mereka keluar dari kapal luar angkasa itu. Angin Beast Planet menerpa wajahnya untuk pertama kali. Di Soul Planet sedang musim dingin sekarang, sedangkan di sana tidak. Beast Planet adalah planet yang dipenuhi oleh bebatuan dan padang pasir, beserta udara panas yang cukup menyengat.Beast Planet adalah salah satu planet yang sering di datangi pengunjung. Beast Planet adalah tempat p
"Menurutmu berapa waktu yang dibutuhkan oleh dokter Cho untuk meneliti racun itu?""Dengan keadaan yang seperti ini, aku harap tidak begitu lama." jawab Xavier, menuntun Quinn untuk keluar dari institut tempat dokter Cho berada."Keadaan seperti ini?" tanya Quinn bingung mempertanyakan arah pembicaraan sang jenderal."Beberapa hari yang lalu aku mengirim orang dalam penyelidikan rahasia dan menemukan pergerakan mencurigakan dari luar angkasa, setelah kapal luar angkasa Sipirit of Galaxy yang hilang tempo hari, kami menemukan hal yang lebih tidak terduga. Seseorang atau sekelompok orang sedang menargetkan Soul Planet. Serangan Lizard yang lalu baru tahap awal, uji coba, atau perkiraan, sedangkan serangan lainnya sudah bersiap untuk datang."Sedikit bingung, namun Quinn mengerti maksud dari perkataan Xavier, dengan kata lain, Soul Planet sedang dalam bahaya. "Apa kau mengatakan jika keselamatan penduduk Soul Planet berada dalam bahaya?""Tidak hanya penduduknya, tetapi seluruh Soul Plan