"Quinn ayo berdiri di sini," "Pergi sana, nona Knox. Aku ke sini membawa teman kencan." "Aku pergi dulu," Quinn Flos-Knox meninggalkan Irish Gold yang sekarang berbicara dengan orang lain, sekilas, ia tahu bahwa teman kencan yang dibawa oleh nona Gold itu adalah Andrian Black. Quinn berdiri di sebelah sang nenek saat itu, dengan jelas ia bisa merasakan tatapan tidak suka Youna Scarlett untuknya. Di dalam pilkiran Youna adalah, meskipun saat ini orang yang berdiri di sebelah jenderal Xavier adalah dirinya, namun Quinn sudah menggunakan simbol keluarga Knox di tubuhnya, yang menandakan dirinya masih orang luar sedangkan Quinn sudah menjadi bagian dari Xavier. Tanpa sadar ia meremas lengan Xavier dengan keras, "bukankah kau terlalu bersemangat?" ujar Xavier melirik lengannya. "Ah, aku sedang memegangimu dengan erat agar kau tidak pergi kemana-mana." kehadiran wanita itu— Quinn, benar-benar menguji kesabarannya. Apalagi setelah kekalahan latihan tempo hari. Dua kali, dia kalah dari
Tidak jauh dari hiruk pikuk keramaian ibu kota Crescere, berdiri sebuah kastil megah. Kastil itu masih mempertahankan bentuk kunonya, menjadi bangunan yang sangat mencolok dengan gedung-gedung tinggi berteknologi di Soul Planet. Namun jangan salah, untuk keamanan, kastil itu dilengkapi oleh teknologi terbaik di seluruh kerajaan, ah bukan di seluruh planet.Di dalam kastil, di atas kursi merah tahta tertinggi kerajaan Crescere, seorang pria duduk dengan tenang. Kakinya ia silangkan, tangan kirinya menopang dagunya, sedangkan tangan kanannya mengetuk-ngetuk pegangan tangan kursinya yang berwarna emas.Matanya lurus kepada pelayan pribadinya yang berdiri di karpet merah, pria itu sudah tua, sudah lama berada di sampingnya dan tahu semua yang ia lakukan dan yang ia inginkan."Yang Mulia, anda tidak perlu kahwatir." ucap sang pelayan. Dia tidak punya nama karena sang raja hanya memanggilnya dengan panggilan 'pria tua.'"Bagaimana mungkin aku tidak khawatir? Kau melihatnya juga bukan? Lupak
"Quinn, buka matamu." suara lembut di sebelahnya membangunkan Quinn. Entah sajak kapan ia tertidur, mungkin saja sejak Xavier yang menggenggam tangannya, memberikan perasaan melalui bond yang mereka punya. Ia melihat ke arah luar, dari balik kaca, Beast Planet sudah terlihat. Itu adalah sebuah planet yang jauh berbeda dengan Soul Planet yang berwarna hijau."Kita akan segera mendarat." Xavier yang masih di sebelahnya berkata, Quinn tidak tahu harus fokus kepada sang suami atau kepada pemandangan di luar sana.Mereka mendarat dengan mulus di pangkalan udara Soul Planet. Setelah memastikan semuanya sempurna, mereka keluar dari kapal luar angkasa itu. Angin Beast Planet menerpa wajahnya untuk pertama kali. Di Soul Planet sedang musim dingin sekarang, sedangkan di sana tidak. Beast Planet adalah planet yang dipenuhi oleh bebatuan dan padang pasir, beserta udara panas yang cukup menyengat.Beast Planet adalah salah satu planet yang sering di datangi pengunjung. Beast Planet adalah tempat p
"Menurutmu berapa waktu yang dibutuhkan oleh dokter Cho untuk meneliti racun itu?""Dengan keadaan yang seperti ini, aku harap tidak begitu lama." jawab Xavier, menuntun Quinn untuk keluar dari institut tempat dokter Cho berada."Keadaan seperti ini?" tanya Quinn bingung mempertanyakan arah pembicaraan sang jenderal."Beberapa hari yang lalu aku mengirim orang dalam penyelidikan rahasia dan menemukan pergerakan mencurigakan dari luar angkasa, setelah kapal luar angkasa Sipirit of Galaxy yang hilang tempo hari, kami menemukan hal yang lebih tidak terduga. Seseorang atau sekelompok orang sedang menargetkan Soul Planet. Serangan Lizard yang lalu baru tahap awal, uji coba, atau perkiraan, sedangkan serangan lainnya sudah bersiap untuk datang."Sedikit bingung, namun Quinn mengerti maksud dari perkataan Xavier, dengan kata lain, Soul Planet sedang dalam bahaya. "Apa kau mengatakan jika keselamatan penduduk Soul Planet berada dalam bahaya?""Tidak hanya penduduknya, tetapi seluruh Soul Plan
Terkejut, Quinn menoleh ke arah Xavier yang seperti sudah dililit oleh si ular putih, namun sang jenderal tidak menunjukan apapun di wajahnya. "Ya, Lian Reigna Knox adalah ibuku.""Sttt... tidak puas? Wanita itu sekarang mengirim putarannya? Apa yang kau inginkan dariku, Xavier Knox?" mulut ular itu terbuka, seperti ingin menggigit Xavier dan menelan Xavier bulat-bulat. Panik, Quinn mengangkat tangannya, dan berbicara. "Tolong, jangan makan dia." sang ular teralihkan dari Xavier, sekarang perhatiannya seratus persen tertuju kepada Quinn.Pupil mata sang ular melebar dan berkilat, sekejap ia sudah melepaskan tubuh Xavier dari lilitannya. "Kau... kau memiliki Black Hole pada dirimu." ular itu mengelilingi Quinn gelisah. "Aku memilikinya." Quinn mengangkat tangannya, memperlihatkan batu Black Hole di tangannya— menjadi sebuah cincin."Ka-kau.. kalian.. kau menghancurkan batuku yang berharga dan menjadikannya hiasan di tubuhmu? Kalian! Para manusia adalah makhluk yang paling rendah!" san
Quinn terdiam, menahan nafasnya, menunggu jawaban apa yang akan diberikan Xavier padanya. Apapun itu, ia berharap jawaban yang akan ia terima bukanlah jawaban yang melukai hatinya. Ia masih mencoba untuk percaya dengan Xavier, percaya jika sang jenderal bukan hanya memanfaatkannya. "Jadi, anda mangatakan jika Quinn benar-benar memiliki darah peri pohon?" bagai disambar petir di siang hari, rasa sakit di dadanya terasa sangat nyata. Ia kecewa, bukan kepada Xavier, melainkan kepada dirinya yang selama ini sudah berharap terlalu jauh. Apa yang ia harapkan? "Hah, sekarang kau meragukanku? Dari sini aku merasakan energinya dengan sangat kuat. Inilah kenapa kami para Beastman lebih hebat daripada kalian makhluk Soul Planet yang hanya mengandalkan tanda fisik. Bukan hanya wanita ini, aku juga tahu apa yang kau sembunyikan dariku. Jadi jangan macam-macam." Ular itu berdesisi dengan angkuh. "Sayangnya dia tidak memiliki kekuatan untuk menyelamatkan Sacret Tree kalian. Dia terlalu lemah." Bi
"Selanjutnya, kemana anda ingin pergi, nona Quinn?" seharian penuh, Syra menemani Quinn untuk berkeliling walau tidak sepenuhnya menghilangkan rasa tidak nyaman yang ditimbulkan Xavier darinya, setidaknya, dengan melihat dunia baru bisa melupakan masalahnya sekejap. Syra adalah teman yang baik, dia tidak banyak bicara tetapi juga tidak membiarkan kesunyian diantara mereka."Hmm... dimana tempat yang cocok untuk melihat matahari tenggelam? Aku dengar matahari tenggelam sangat cantik di Beast Planet." Syra berpikir sejenak, "Kalau begitu kita bisa pergi ke Sky Tower yang ada di tengah kota." Quinn mengangguk setuju. Menurut artikel yang ia baca, matahari tenggelam di Beast Planet tidak seperti di planet yang lain. Akan ada ledakan cahaya berwarna warni di langit."Nona Quinn, tunggu sebentar," Syra berhenti dan mengaktifkan panggilan hologramnya yang berbunyi. "Syra, apa Quinn masih bersamamu?" Syra menoleh pada Quinn yang berkerut, panggilan dari Xavier berhasil membuat suasana hatinya
Mereka berdua, Quinn dan Xavier terhampas dari lubang hitam yang tiba-tiba saja muncul. Wanita itu tidak merasakan sakit pada tubuhnya, tetapi, pria yang menyelamatkannya mengerang kesakitan. Quinn mengangkat kepalanya, dan membantu sang jenderal untuk bangun dari posisi mereka yang terbaring. "Ini sudah kedua kalinya kita tersedot dan terlempar dari lubang hitam.""Aku tidak ingin merasakannya untuk yang ketiga kali." ujar Quinn, memastikan tidak ada luka di tubuhnya. "Apa kau baik-baik saja?" tanya sang jenderal, melakukan hal sama dengannya."Tidak apa, hanya tanganku sedikit sakit karena terhimpit." Xavier meraih tangan kurus itu, mendesah berat setelah menemukan warna kemerahan di tangan Quinn. Quinn tidak menarik tangannya dari genggaman sang jenderal. Bond yang mereka miliki selalu menjadi obat penenang yang lebih mujarab dari semua obat yang telah ia gunakan selama belasan tahun. Perlahan, apapun rasa panik dan khawatir yang ia rasakan diawal, perlahan menghilang.Matanya yang