Beranda / Fantasi / Like a Fairy Tale / 51’ Nasib Aciel

Share

51’ Nasib Aciel

Penulis: Raapoo
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Tuan Owen berlari keluar dari kapsul mininya, berlari kecil menuju gerbang istana. Pria paruh baya bersurai coklat itu dijegal oleh robot penjaga, melarangnya masuk ke dalam istana kerajaan. “Maaf Tuan ada keperluan apa di sini?”

Dengan napasnya yang terengah-engah, Tuan Owen menjawab, “Aku sudah ada janji dengan Tuan Putri Aurora! Tolong ijinkan saya masuk ini benar-benar gawat!”

Robot penjaga tersebut tetap menghalangi Tuan Owen untuk masuk. “Maaf Tuan tetapi Putri sedang sakit, dia berada di rumah sakit sekarang.” Pria bersurai coklat itu terkejut lalu berkata, “Tuan Putri sakit apa?”

Robot penjaga itu mendorong Tuan Owen menjauh lalu menjawab, “Dia diracuni oleh seseorang, dan sekarang sedang koma di rumah sakit. Hanya itu informasi yang bisa saya katakana, silahkan anda menjauh dari kawasan istana.”

Tuan Owen masih diam mematung, membiarkan surai-surai coklatnya yang basah karena peluh terti

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Like a Fairy Tale   52’ Keluarga Rayzeul

    Rayzeul terbang kembali menuju rumah Aredel, setelah dia mendengar kabar dari salah seorang elf mengatakan bahwa Aredel telah sadar. Dia terbang cepat, meninggalkan Felix burung gagah besar, yang tadi dia cari-cari itu bermain bersama elf-elf kecil di padang rumput.Sesampainya di rumah Aredel, langkah Rayzeul tergesa, masuk ke dalam kamar perempuan bersurai putih tersebut. “Hai Rayzeul sudah lama kita tidak bertemu.” Pria yang sering kali dibilang mirip dengan Aredel itu menyunggingkan kecil senyumannya, kemudian duduk di ujung ranjang Aredel. Aredel mendudukkan dirinya di ranjang, bersandar di pinggiran kasur.“Rayzeul … kau sudah kembali,” ucap seseorang dari ambang pintu kamar Aredel.“Iyah, aku cepat kembali setelah mendengar kabar kalau Aredel siuman,” ujar pria bersurai putih itu ramah dengan senyuman kecil.“Kau terlihat lelah, tidurlah sejenak … aku akan mengurusi Aredel mandi dan makan dulu

  • Like a Fairy Tale   53’ Keluarga Rayzeul pt.2

    Setelah mereka menyelesaikan makan malamnya Aredel mengajak Rayzeul ke sungai dekat istana kerajaan elf cahaya. Mereka berdua tampak tenang, seakan lupa dengan masalah yang akan mereka hadapi.Malam itu terasa sangat indah, dan damai. Cahaya bulan sabit yang menerangi air sungai yang jernih, suara jangkrik yang memanjakan gendang telinga, serta kunang-kunang malam yang berterbangan di sekitar sungai membuat Aredel serta Rayzeul menyunggingkan senyumnya kecil.“Habis semua ini selesai, aku rasa Aciel akan membunuhku.” Rayzeul tertawa kecil, sambil melemparkan kerikil kecil ke dalam sungai.“Kenapa?” tanya Aredel, lalu mendudukkan dirinya di tepi sungai.“Aciel itu mudah cemburu, pasti dia tidak akan suka kalau melihat kita berduaan seperti ini.” Rayzeul kembali melemparkan kerikil kecil ke sungai, lalu mendudukkan dirinya di sebelah perempuan bersurai putih itu. Aredel tertawa, kemudian ikut melemparkan kerikil ke dalam

  • Like a Fairy Tale   54’ Keluarga Rayzeul pt.3

    Zenila tersenyum senang seraya memotong wortel dan kentang menggunakan pisau dapur. Perempuan bersurai putih tersebut tampak lihai dan fokus, memotong sayur panjang berwarna jingga itu, sampai-sampai tidak menyadari ada pria bersurai hitam yang mengawasi dia dari belakang. Zenila memasukan sayur-mayur yang telah di potong tadi ke dalam panci kecil, mengaduknya, dan memberinya sedikit bumbu-bumbu.“Selamat pagi istriku yang cantik,” ujar pria bersurai hitam tersebut seraya memeluk erat tubuh istrinya yang kini mulai membesar.“Selamat pagi juga untuk anak ayah,” lanjut pria tersebut sambil mengelus perut besar Zenila.Zenila tersenyum senang, mendengar sambutan hangat dari suaminya Arlo di pagi hari, membuat moodnya membaik. “Duduklah, sarapan akan segera siap.”Arlo menggelengkan kepalanya dengan dagu yang berada di atas pucuk kepala istrinya itu. “Aku tidak mau, aku ingin bermanja-manja dulu dengan istriku.&rdquo

  • Like a Fairy Tale   55’ Berlatih Bertarung

    Aredel duduk di reremputan hijau, bersebelahan dengan perempuan bersurai biru bernama Eilerie. Dia tersenyum senang ketika melihat laki-laki persurai putih itu mencoba menguji kekuatan sihirnya dengan salah satu elf yang ada di sini.“Rayzeul semangat!” teriak Aredel senang. Pria yang berstatus sebagai saudaranya itu menyunggingkan senyum senangnya, kemudian menghembuskan napasnya pelan.Arravi ikut tersenyum senang, kemudian mulai mengeluarkan lingkaran sihirnya yang berwarna hijau begitu pula dengan Rayzeul. Dari lingkaran sihir berwarna hijau Arravi, keluarlah tumbuhan tanaman merambat. Tumbuhan tersebut lincah, menyerang pria bersurai putih yang ada di depannya. Rayzeul tersenyum miring, kemudian mengeluarkan satu pedangnya dari dalam lingkaran sihir. “Ini seperti permainan penyihir kemarin.”Rayzeul melompat tinggi ke atas, diikuti dengan tanaman-tanaman yang merambat tersebut. Rayzeul terbang, kemudian menapakkan kakinya di atas tan

  • Like a Fairy Tale   56’ Menyelamatkan Irimie dan Aurora

    Matahari belum terbit, tetapi pada pagi hari ini Aredel, Rayzeul dan Felix sudah berangkat menuju Kerajaan Cartenzeul. Mereka terbang cepat menelusuri Hutan Borneove, lalu ke Kota Boneist, dan sampai di Kerajaan Cartenzeul. Ketika sampai di gerbang ibukota, mereka turun lalu bersembunyi di celah-celah ruko kosong yang belum buka. Mereka bersembunyi dari para robot penjaga yang kini tengah berdiri di depan gerbang tersebut.“Bagaimana ini?” tanya Aredel bingung ketika melihat robot berukuran dua meter itu.“Kita mungkin bisa langusng masuk ke dalam, tapi bagaimana dengan Felix? Terbangnya tidak secepat kita,” ujar pria bersurai putih itu cemas.“Kalau begitu mau tidak mau kita harus mengalihkan perhatiannya!” seru Aredel.“Bagaimana kalau aku saja? Kau pergi duluan ke rumah sakit mengobati Irimie dan adiknya Raja … aku yang akan mengalihkan mereka,” saran Aredel.“Tidak! Aku kan tidak tahu

  • Like a Fairy Tale   57’ Membebaskan Aciel

    “Aredel … kita harus cepat, sepertinya mereka mulai mempersiapkan diri untuk perang,” ujar Rayzeul ketika melihat segerombolan pria berbadan tinggi dengan pakaian serba hitam-hitam dan sabuk yang berisikan senjata-senjata tengah berlari, memasukkan beberapa barang ke dalam kapsul terbang.“Iyah, tapi penjara kerajaan itu jaraknya cukup jauh dan gawat sekali nantinya jika Felix terlihat oleh salah satu dari mereka,” jawab perempuan bersurai putih itu cemas.“Apa kau mau menjadi umpan lagi?” tawar Rayzeul.“Tidak bisa, kalau aku menjadi umpan lagi pasti akan ketahuan karena sebentar lagi Aredel palsu itu akan muncul,” ujar Aredel seraya memperhatihan orang-orang yang mempersiapkan perang dari balik semak-semak rumah sakit.“Kita harus bagaimana?” tanya Rayzeul bingung.“Menunggu mereka berangkat, aku rasa itu akan jauh lebih baik karena kerajaan pasti akan sepi tidak ada orang,&

  • Like a Fairy Tale   58’ Pertemuan Kakak Beradik

    “Aku kira kau benar-benar sudah tewas,” lirih pria bersurai merah itu sambil menatap pilu Aciel.“Cih … kau mengatakan itu sampai dua kali. Apa kau sebegitu takutnya jika aku mati meninggalkanmu?” ledek Rayzeul dengan senyum miringnya.“Bukan begitu! Aku sudah berpikiran buruk tadi … kalau adikku sudah tidak bisa diselamatkan lagi, karena kau tidak ada ….” Aciel menundukkan kepalanya sedih, karena memikirkan adik kesayangannya itu.“Adikmu sudah Rayzeul selamatkan, mungkin sudah siuman sekarang,” jawab Aredel dengan lembut.Aciel mendongakkan kepalanya menghadap perempuan bersurai putih di depannya. “Bagaimana kau tahu?”“Karena dia ikut saat aku mengobati adikmu di rumah sakit,” jawab Rayzeul acuh sambil mengangkat bahunya.“Kau salah paham Aciel, ternyata yang menusukku kemarin itu elf kegelapan yang menyamar menjadi Aredel.” Rayzeul me

  • Like a Fairy Tale   59’ Kecurigaan Tuan Putri

    Setelah menjenguk Tuan Owen di rumah sakit, Tuan Putri segera meluncur menuju istana kerajaan untuk segera menemui kakaknya. Dia membuka pintu istana tersebut, kemudian berlari masuk menuju ruang rapat kerajaan.“Tuan Putri jangan berlari nanti bisa jatuh!” ujar Abigail sambil mengikuti Aurora dari belakang.“Diamlah Abigail! Aku harus segera masuk ke dalam ruang rapat tersebut aku harus segera berbicara pada kakakku!” ucap Aurora dengan napasnya yang terengah-engah, menjawab pertanyaan pengawal perempuannya bersurai hitam legam.Putri Aurora pun sampai di depan pintu berwarna coklat besar, dengan pinggiran berlapis emas. Sebuah robot penjaga menghampiri Tuan Putri kemudian bertanya, “Ada yang bisa saya bantu Tuan Putri?”Putri Aurora menggelengkan kepalanya. “Tolong buka pintu ini, aku ingin masuk!” Robot penjaga tersebut menghalangi Tuan Putri, membuat putri berambut kuning tersebut terkejut. “Berani

Bab terbaru

  • Like a Fairy Tale   88' New Seasons (END)

    Sejak Aredel kembali, keadaan Aciel dan Rayzeul berubah. Mereka nampak lebih semangat, dan sering tertawa bersama. Kekhawatiran mereka akan keadaan perempuan bersurai putih itu menghilang. Karena dia telah kembali, dan bahkan sudah melakukan banyak hal berempat. Seperti berjalan-jalan, mencari sesuatu yang aneh di hutan, atau mencoba penemuan baru Rayzeul. Pip Pip Pip “Dalam hitungan ketiga … dia akan meledak. Satu dua ….” Dor Semua orang bertepuk tangan. Termasuk Aciel dan Aredel. Mereka layaknya kedua orang tua yang bangga saat melihat Rayzeul dan Irimie sedang mendemontrasikan alat buatan mereka. “Mereka keren!” seru perempuan bersurai putih itu dari kejauhan. “Mereka pasti berhasil! Kalau begitu ayo!” Grep Pria bersurai merah itu menarik tangan Aredel. Dia tertawa, seraya membawa perempuan cantik bersurai pendek itu ke suatu

  • Like a Fairy Tale   87’ Into the new world

    Satu bulan kemudian.Hari-hari yang dijalani Aciel sangat berat.Bukan hanya tentang Aredel yang belum kembali, tapi juga tentang pekerjaannya yang bertambah. Akibat adanya perang kemarin, banyak sekali pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.Misalnya mengembangkan senjata baru, mini jet untuk perang, dan menjinakan robot-robot perang kemarin agar bisa digunakan kembali.Tentu saja dia tidak sendiri melakukan hal itu. Bersama dengan timnya yang lain, dan Irimie serta Rayzeul yang membuat amunisi-amunisi seperti bom.Dar “Dasar ahli kimia menyebalkan! Sudah aku bilang jangan coba-coba dulu dengan senjata itu!”Aciel berteriak marah. Lantaran pistol gel merahnya meledak begitu saja ketika Irimie dan Rayzeul menambahkan sesuatu.“Kita kan sedang ingin mencoba! Siapa tahu berhasil bukan?” tanya Irimie kesal.“Lihat … apakah itu berhasil? Kau membuatnya menjadi potongan be

  • Like a Fairy Tale   86’ Yang Seharusnya Terjadi

    “Aredel! Hei bangun! Kau tidak bisa meninggalkanku!”Suara teriakan pria bersurai merah itu menggema di medan pertempuran.Dia putus asa. Terus menerus meneriaki nama Aredel. Meskipun si empunya hanya bisa diam bergeming. Tanpa menyahut sekalipun.“Kau bilang akan hidup selamanya … tapi kenapa hanya dengan tertusuk pisau saja kau sekarat begini huh?!”Aciel tidak terima. Dia terus menggenggam tangan Aredel yang kini tengah diobati oleh Rayzeul.“Aciel … kau harus menerimanya. Itu bukanlah pisau biasa, pisau it---“ ucapan Ratu Tauriel terputus.“Aku tidak peduli! Seharusnya dia bisa hidup selamanya! Aku mau di---“BughRayzeul meninju pipi Aciel kencang. Pria bersurai merah itu diam, tak bisa berkata-kata. “Dasar sialan! Bisakah kau diam?! Bukan hanya kau yang bersedih di sini! Apakah kau tidak membayangkan bagaimana sedihnya Ibu Aredel?!”

  • Like a Fairy Tale   85’ Perpisahan

    “Aredel … kenapa aku merasa telingaku gatal ya?” tanya Aciel tiba-tiba.“Di sebelah mana?”“Kiri … apakah mungkin?”Aredel tertawa. Dia menidurkan tubuhnya di atas rumput hijau sambil menatap jutaan bintang di langit. “Ada yang membicarakan hal buruk tentangmu.”“Siapa yang berani membicarakanku?!” Aciel kesal. Dia melipat tangannya di dada sambil menatap datar Aredel.“Mungkin Irimie dan Rayzeul sedang membicarakanmu sekarang.” Perempuan bersurai putih itu menarik tangan Aciel lembut. Agar dia berbaring di sebelahnya.“Bagaimana bisa? Ugh aku tidak suka melihat adikku berdekatan dengan Rayzeul!” ujar Aciel kesal sambil merebahkan dirinya di samping Aredel.“Kenapa? Kau cemburu?”“Tidak. Aku hanya takut kalau Irimie akan menyukainya. Bagaimana kalau nanti Rayzeul mengkhianati adikku?” Wajah Aciel nampak kesa

  • Like a Fairy Tale   84’ Makan Malam

    Serpihan bintang langit malam menghiasi latar belakang kedua insan yang tengah bercengkrama, membuat makan malam di pinggir air terjun ini menjadi romantis.Perempuan bersurai putih itu kesusahan. Ini pertama kali untuknya memasakkan sebuah hidangan.Bahkan jika diingat terakhir kali, dia lupa kapan pernah masak.“Aku tidak bisa masak Aciel,” ujar Aredel pasrah sambil terus membersihkan sisik ikan.“Aku tahu. Kalau begitu kau harus belajar masak dengan Irimie.” Aredel menghela napasnya kasar. Mendengar pria bersurai merah itu menjawab sesuatu yang tidak mungkin, terdengar sangat menyebalkan di telinganya.“Dia tidak ada di sini. Bisakah kita langsung meminta saja makanan jadi? Daripada aku harus susah-susah membuatkanmu makanan,” keluh Aredel kesal dengan bibirnya yang mengerucut gemas.“Lihat betapa menggemaskannya dia,” batin pria bersurai merah itu senang.Aciel tertawa lalu menghampi

  • Like a Fairy Tale   83’ Irimie dan Rayzeul

    ZrasshHujan turun di seluruh Kerajaan Cartenzeul. Seperti tanda berkah dan kesedihan karena perang balas dendam ini telah berakhir. Mereka semua yang berada di medan perang satu persatu kembali, ke rumah mereka masing-masing.“Kau akan pulang ke kerajaan elf?” tanya Irimie sok akrab dengan Rayzeul.Pria bersurai putih itu mengangkat bahunya cuek. “Entahlah. Aku juga tidak tahu harus ke mana sekarang. Aku ingin kembali ke rumahku di Hutan Lhokove tapi rasanya malas.”“Bagaimana kalau kau tinggal di sini? Aku dengar kau mempunyai kemampuan kimia yang hebat? Kau bisa mendapatkan pekerjaan yang layak dengan kemampuan itu di kerajaan kami.”Seseorang dari belakang berbicara.Perempuan anggun bersurai kuning keemasan tersenyum ramah. Menatap pria bersurai putih itu lembut.“Tuan Putri ingin merekrutku?” tanya Rayzeul tanpa basa-basi.Putri yang kerap disapa Aurora itu mengangg

  • Like a Fairy Tale   82’ Mimpi indah Aciel

    Sesaat setelah Aredel mengucapkan kata-kata itu. Mulut Tauriel terbuka.Dia ikut bernyanyi, bersama para peri dengan bahasa kuno yang tidak Aredel mengerti.Cahaya terang mulai kembali keluar dari lingkaran sihir di bawah mereka.SplashDan sesaat setelah cahaya itu redup, Aredel pingsan. Dia terbaring lemas di sebelah kekasihnya, Aciel.Kedua tangan Ratu nampak sibuk. Tangannya bergerak, menyentuh dada Aredel dan Aciel.Cahaya berwarna biru muda keluar dari dada Aredel.Suara nyayian Tauriel dan para peri terdengar semakin ramai. Cahaya tersebut terbang, melayang halus di udara.Para peri yang menari itu nampak bahagia sambil menyentuh cahaya berbentuk bulat itu. Mereka membawa cahaya itu hingga mendarat tepat di dada Aciel.“Bagus … empat kali lagi,” batin Tauriel.Mereka melakukan hal tersebut berulang kali, hingga akhirnya sampai di ketiga kalinya.Para peri berhenti menyanyi

  • Like a Fairy Tale   81’ Pertukaran Nyawa

    “Apa itu benar?” tanya Aredel dengan manik hijau yang bergetar. Perempuan bersurai hitam nan anggun dan berwajah tegas itu menghampiri Aciel. Dia berjongkok dan meletakkan tangannya di kening pria bersurai merah itu. Sudut bibirnya naik lalu melirik ke arah Aredel dan Tauriel. “Kalian harus cepat. Waktunya tidak lama lagi,” ujar Nyram dengan wajah datar. Bola mata Aredel membesar. Dia memegang erat kedua tangan Tauriel, sambil berjongkok di depannya. “Aku tidak apa-apa. Tolong berikan saja nyawaku pada Aciel. Aku tidak bisa membiarkannya mati begitu saja.” Tauriel menatap penuh ragu elf yang sudah dia anggap seperti anaknya itu. Dia menggeleng pelan sambil menatap dalam manik hijau Aredel. “Setelah aku pikir-pikir ulang … sepertinya tidak. Apakah kau memikirkan bagaimana nasib ibumu nanti saat mendengarmu koma?” lirih Tauriel. Manik hijau Aredel membulat. “Koma? Jadi kau tidak mati?” tanya Aredel lagi. “Tidak. Tapi kau sulit un

  • Like a Fairy Tale   80’ Pembalasan

    Perempuan bersurai putih itu melesat cepat. Dia sudah bertekad untuk membebaskan Morie dari kurungan yang dibuat Ratu Tauriel.“Aku harus menyelamatkan Aciel! Harusnya aku yang terkena tombak es itu bukannya kau!” teriak Aredel dalam hati.Tubuh mungilnya meliuk-liuk handal. Dengan tekad sekeras baja, dan rasa penyesalan sebesar matahari … Aredel berjanji akan menyelamatkan Aciel.“Aku tidak bisa membiarkan Aciel mati karena kelalaianku,” batin perempuan bersurai putih itu.PyuhHembusan angin tornado tak membuat langkah perempuan cantik itu gentar. Dia mengeluarkan sihir yang baru dia pelajari dari Ratu Tauriel. Yaitu membuat tubuh menjadi tembus apapun. Sehingga tidak ada serangan yang bisa mengenai tubuhnya.Perempuan itu menghembuskan napasnya perlahan. Aliran energi sihirnya yang terasa sejuk mulai menyebar dari atas kepala hingga ke ujung kaki.PyuhDia berhasil.Tor

DMCA.com Protection Status