Home / Rumah Tangga / Lihat Aku, Suamiku! / Bab 6 Rencana Sebelum pergi

Share

Bab 6 Rencana Sebelum pergi

Author: Dewi kim
last update Last Updated: 2023-09-07 15:56:09

Mahira POV.

Walaupun sudah beberapa jam berlalu, tapi ucapan mas Gani masih terus terngiang-ngiang. Bolehkah aku bertanya padamu mas, kenapa kau begitu membenciku? Bukan aku yang menghendaki pernikahan ini, lalu kenapa kau selalu mengagap aku akan menggantikan posisi mba Rahma?

Tidak, mas! Aku sama sekali tak pernah mempunyai niat menggantikan mba Rahma.

Bahkan hanya sekedar bermimpi saja aku tak berani. Aku pikir, seiring berjalannya waktu kamu akan sedikit membuka hatimu untukku. Namun aku salah, sangat sulit menggapai hatimu. 

Kau berkata Dita adalah anakmu satu-satunya, seolah menegaskan bahwa anak dalam kandunganku adalah sebuah kesalahan. Kau tidak hanya menyakitiku mas, kau juga menyakiti calon anakku. 

Kau tau, mas? Aku tulus menyayangi Dita, aku tak pernah menyuruh Dita untuk melupakan mendiang mba Rahma. Bahkan aku tak pernah menyuruh Dita memanggilku  bunda.

Kau tau Mas, aku selalu merasa bersalah pada Dita karena selalu berpikir kau menjauhi putrimu karena Dita memanggilku bunda dan itu akan membuatmu mengingat mba Rahma. Bisakah mulai sekarang kau bersikap seperti dulu pada putrimu mas.

Kau tidak tau bukan bahwa putrimu selalu

menangis diam-diam saat dia merindukan mendiang mba Rahma dan merindukan sosok ayah seperti dulu.

Tapi kau dimana saat putrimu terus menanyakan kehadiranmu? Dan tentu saja kau sibuk rasa bencimu padaku. 

Dan kini, semua telah jelas. 

Hari ini,  hari dimana aku mendengar semua dari mulutmu sendiri tentangku dan tentang anakku. Maka hari ini aku menyerah padamu dan menyerah pada pernikahan ini.

Aku tau, saat aku keluar dari rumah ini, kesulitan akan menantiku. Aku harus menjadi orang tua tunggal untuk putraku, dan aku harus menghidupi putraku seorang diri dan tentu akan banyak lagi kesulitan yang akan menyapaku. Tapi tak mengapa,  setidaknya itu lebih baik dari pada aku bertahan denganmu tapi aku harus menyaksikan saat nanti putraku mengemis kasih sayang pada ayahnya. 

Author pov

Setelah lelah menangis, Mahira pun akhirnya tertidur. Dia kembali terbangun saat kumandang azan magrib.

Mahira pun perlahan turun dari ranjang dan berjalan kearah kamar mandi.

Setelah menyegarkan diri di kamar mandi dan melakukan wudu. Mahira pun melakukan kewajibannya sebagai seorang muslim.

Dihadapan Sang Kuasa,  Mahira mengadukan segala keluh kesahnya, Mahira tak meminta banyak padan Allah,  dia hanya berharap Allah mempermudah jalannnya ketika setelah berpisah dari Gani.

Setelah selesai melakukan sholat magrib,  Mahira mengambil tas besar dari lemarinya. Ia memasukan semua pakaiannya kedalam tas. Mulai malam ini, Mahira memutuskan untuk tidur di kamar bk Karti. 

Ya,  Mahira memang memutuskan untuk pergi, akan pergi ketika dia akan melahirkan. Dia tak bisa pergi karena walau bagaimana pun, dia harus memberi pengertian pada Dita tentang kepergiannya nanti.

Walau tak mungkin, esok hari,  Mahira memutuskan untuk mencari pekerjaan untuk makan dan kebutuhannya sehari-hari. 

Saat awal pernikahan, Gani tanpa prasaan melemparkan Atm pada Mahira, walau pun Mahira menerima atm tersebut, Mahira sama sekali tak pernah memakainya. Dia tak tau cara mengambil uang di atm sedangkan dia juga takut untuk bertanya pada Gani. 

Alhasil, untuk kebutuhannya selama ini dia memakai gajih yang dia tabung saat menjadi pengasuh Dita. 

Setelah selesai membereskan pakaiannya pakaiannya. Mahira pun berjalan untuk keluar dari kamar. Sebelum keluar,  sejenak Mahira menoleh kebelakang dia melihat kamar yang penuh dengan kenangan menyakitkan.

"Mahira!" Panggil bi Karti saat melihat Mahira keluar kamar sambil menjinjing tas besar.

"Mahira, kau mau kemana, Nak?" Tanya bi Karti lagi. Bi karti yang akan membangunkan Mahira malah dibuat takut saat Mahira tas besar, bi karti sungguh takut Mahira pergi dari rumah. 

Mahira tersenyum. "Bi, bolehkah mulai saat ini aku tidur dengan bibi?" Tanya Mahira. 

Bi karti menghela napas lega, saat tau Mahira tak akan pergi.

"Ayo! Biar bibi  bawa tasmu." Bi karti mengambil alih tas yang di tangan Mahira. Bi karti tak mau repot-repot menanyakan kenapa Mahira ingin tinggal di kamarnya. Bagi bi Karti yang terpenting Mahira tidak pergi. 

Ada yang gemesh sama Gani🤣🤣

Jan lupa subs ya

Related chapters

  • Lihat Aku, Suamiku!    Tegar

    Bab 7 Tegar "Bi, aku mau menemui Dita dulu, nanti aku menyusul, Bi," ucap Mahira saat mereka sudah berjalan.Bi karti yang berjalan di depan Mahira menghentikan langkahnya dan berbalik."Ya sudah, bibi juga akan menyiapkan makan malam," jawab bi Karti.Mahira pun mengangguk dan masuk kekamar Dita. "Dita!" Panggil Mahira saat masuk ke kamar. Dita yang sedang berbaring sambil menonton film kesukaanya menoleh pada Mahira. "Ya, Bunda," jawab Dita. Ia bangkit dari berbaringnya dan duduk dengan kaki menjuntai kebawah. Mahira pun duduk di sebelah Dita, dia memandang lekat putri tirinya. Matanya berkaca-kaca saat mengingat hanya tinggal beberapa bulan lagi dia bersama Dita."Dita kau menyayangi bunda 'kan?" Tanya Mahira. Dita pun mengangguk."Boleh bunda minta sesuatu padamu, Nak?""Bunda minta apa?" Tanya Dita. "Mulai besok, Dita mau, kan, memanggil Bunda, tanteu lagi seperti Dita memanggil Bunda saat masih ada bunda Rahma?" Mahira menahan tangis saat mengucapkan keinginannya pada Dit

    Last Updated : 2023-09-07
  • Lihat Aku, Suamiku!    Bab 8

    Saat dalam perjalanan pulang, Gani teringat makanan kesukaan Dita. Sebagai permintaan maaf pada putrinya. Gani akan membelikan makanan untuk Dita. Gani pun memutuskan untuk berhenti di super market sebelum pulang ke rumah. Dia mengambil keranjang dan melihat-lihat makanan yang akan diambilnya. Saat akan berbelok, Gani menghentikan langkahnya kala melihat Mahira sedang meletakan susunya kembali. Gani mengernyitkan keningnya saat melihat Mahira malah mengambil susu yang murah.Gani masih terdiam di tempatnya. Matanya tak lepas memandang sosok Mahira. Saat Mahira mengelus perutnya. Ada rasa tak biasa dalam hati Gani. Namun, dengan cepat Gani menggeleng samar dan menyangkal prasaan yang berkecamuk dalam dadanya. Saat Mahira mengantri di kasir, Gani terus memerhatikannya. Kening Gani semakin mengkrut bingung saat melihat Mahira mengeluarkan uang receh dari sakunya dan menghitungnya. Tiba-tiba dia teringat selama ini tak pernah ada laporan tentang pengambilan uang dari atm yang di pegan

    Last Updated : 2023-09-07
  • Lihat Aku, Suamiku!    Bab 9 Titik Balik perasaan Gani 2

    Tanpa sadar, Gani berbalik dan mencekal tangan Mahira kemudian menariknya hingga Mahira berbalik dan kepala Mahira menabrak dada Gani."Apa kau tuli, Hah!" Teriak Gani lagi. Rupanya Gani masih kesal karena Mahira menolak handuk yang diberikan.Mahira yang dari tadi akan kehilangan kesadarannya, merasakan kepalanya berdenyut. Saat Gani menarik tangannya dan membentaknya, lamat-lamat, Mahira merasa pangdangannya menggelap dan detik selanjutnya Mahira tak sadarkan diri."Mahira ... Mahira!" Teriak Gani saat Mahira menutup mata. Seketika, rasa marah dan rasa kesal Gani sirna karena melihat wajah Mahira yang pucat. "Tuan, ada apa?" Tanya bi Karti yang menghampiri Gani. "Ya Allah, Mahira!" Teriak bi Karti yang ikut panik saat melihat Mahira tak sadarkan diri."Bi, tolong ambilkan kotak medis di mobil saya!" Teriak Gani sambil memangku Mahira ala brydal style.Bi karti pun mengangguk lalu berjalan keluar dengan cepat. Sedangkan Gani, saat dia sudah memangku Mahira, Dia membawa Mahira ke k

    Last Updated : 2023-09-26
  • Lihat Aku, Suamiku!    Bab 10

    Bab 10 mari kita bercerai Mas Mahira membuka matanya, betapa terkejutnya dia, saat dirinya yang terbaring dikamar Gani.Ekor mata Mahira melihat kearah bawah dan yang lebih terkejutnya lagi Mahira terbangun menggunakan kemeja milik Gani. Lagi-lagi Mahira terkejut saat Gani memegang perutnya. Gani pun melihat kearah Mahira. Ia tersentak kaget saat Mahira membuka matanya dan melihatnya. Saat mata mereka saling mengunci, Gani dengan cepat menjauhkan tangannya dari perut Mahira. Walaupun Mahira sudah memutuskan untuk menyerah. Namun, ada setitik rasa kebahagiaan muncul di hati Mahira saat Gani yang masih bersetatus suaminya memegang perutnya untuk yang pertama kali. "Jangan salah paham, tadi kamu tak sadarkan diri. Jadi saya menolong kamu atas dasar kemanusiaan," ucap Gani datar dan dingin. Ia berbicara tanpa melihat kearah Mahira. Seketika rasa bahagia yang sempat memghampiri Mahira sirna. Padahal baru beberapa detik lalu dia merasakan sedikit kebahagiaan. Namun, perkataan Gani me

    Last Updated : 2023-09-26
  • Lihat Aku, Suamiku!    bab 11

    Bab 11 Mahira tegas Ganti terdiam Saat mendengar ucapan Mahira. Gani bagaikan tersambar petir di siang bolong.Tubunya menegang, lidahnya terasa kelu. Ada getaran aneh di hatinya saat Mahira mengucap kata cerai.Setelah lama terpaku, Gani kembali mendapatkan kesadarannya, dia pun berusaha mengendalikan diri. "Mahira, apa kamu berkata begitu untuk mendapat simpati dari saya?" Tanya Gani dengan menatap tajam Mahira dan sorot mata Gani di penuhi ke angkuhan Sungguh, Mahira merasa jengkel pada Gani. dia sudah berbicara panjang lebar. Namun, jawaban Gani membuatnya mengelus dada. Mahira menguatkan dirinya saat Gani menatap tajam padanya. Mahira pikir, ini saatnya membalas semua ucapan Gani dan membuat Gani berhenti menyudutkannya.Mahira menatap Gani dengan tatapan lembut, dia kembali tersenyum sebelum membalas ucapan Gani."Pak, apakah saya yang menghendaki pernikahan ini terjadi?" Tanya Mahira. Tatapan lembut yang tadi dilihatkan pada Gani berubah menjadi tatapan tajam, sorot mata M

    Last Updated : 2023-09-28
  • Lihat Aku, Suamiku!    Bab 12

    Bab 12 Pov GaniNamaku, Samuel Gani. Pria belasteran turki-Indonesia. Tahun ini aku menginjak umur 33 tahun. Putra tunggal dan kini kedua orang tuaku menetap di Turki.Aku menikah dengan perempuan bernama Rahma. Kami di pertemukan pada saat Kuliah, Kami satu kampus namun berbeda jurusan.Aku adalah orang yang dingin, aku hanya menghabiskan waktuku untuk belajar, belajar dan belajar agar bisa secepatnya mendapat gelar SpOG.Tapi sikap dingin ku runtuh ketika Rahma mulai menyapa. Awalnya, aku menggap Rahma biasa saja. Namun seiring berjalannya waktu nama Rahma mulai mengisi ruang hatiku, dia bisa membuatku selalu memikirnya. Bak gayung bersambut, ternyata Rahma memiliki perasaan yang sama denganku.Kami hanya berpacaran selama satu bulan, aku memutuskan untuk meminangnya walau kami hanya pacaran seumur jagung. Hari-hari setelah kami menikah, kami jalani dengan penuh cinta dan kebahagiaan. Setelah Rahma menikah, dia memutuskan untuk diam dirumah menjadi ibu rumah tangga, dia menyimpan

    Last Updated : 2023-09-28
  • Lihat Aku, Suamiku!    bab 13

    Bab 13 Mahira lelah.Aku hanya wanita biasa, hatiku lemah. Aku mencoba bertahan saat badai selalu datang menerjangku. Sering sekali aku mengeluh pada Allah karena merasa hidupku tak adil.9 tahun lalu, ketika usiaku menginjak 15 tahun, aku kehilangan orang tuaku. Mereka meninggal karena kecelakaan. Aku hancur saat kedua orang tuaku pergi, kenapa Allah mengambil mereka secepat ini? mengapa mereka tak mengajakku juga.Dan disinilah penderitaan dimulai. Keluargaku bukan orang berada, mereka merantau untuk berjualan di kota. Saat mereka pergi aku sama sekali tak memegang uang, tak ada yang bisa dijual. Hingga adik tiri Uma mengajakku tinggal bersama.Aku pikir, aku bisa hidup dengan layak karena bibi adalah orang berada, berbeda dengan kami. Tapi, aku salah. Bibi malah memanfaatkan ku. Bibi memecat pembantu karena alasan terlalu boros dan bibi menjadikanku sebagai pembantu dia berdalih agar aku membalas jasa karena dia telah merawat ku.Bertahun-tahun aku menjadi budak dirumah bibi, bukan

    Last Updated : 2023-09-28
  • Lihat Aku, Suamiku!    bab 14

    Bab 14 Kejahatan Rahma "Pak, saya lelah."DegHati Gani teriris saat melihat Mahira dengan tatapan kosong. Terlihat jelas dimata Gani bahwa Mahira hanya seorang wanita lemah yang di paksa menerima luka dan ditambah lagi terpaksa menerima kebencian dari dirinya.Tanpa pikir panjang, Gani merangkul Mahira dan membawa tubuh Mahira kedalam dekapannya.Gani tak bisa lagi mengelak, dia merasa amat nyaman mendekap Mahira, dia mengelus punggung Mahira bahkan tanpa sadar dia mengecup pucuk kepala Mahira bertubi-tubi. Mungkin setelah egonya hilang, Gani akan merutuki kelakuannya saat ini, entahlah."Tenang, Mahira. Kamu harus tenang. Sa-saya janji saya tidak akan membentak kamu lagi," ucap Gani terbata-bata. Dia terlalu malu untuk meminta maaf dan mengakui kesalannya.Mahira terdiam, dia masih tak percaya bahwa dia bisa mengamuk pada suaminya dan karena emosinya dia sempat kehilangan kesadaran hingga ia sempat merasa tatapannya kosong tak berarah.Cukup lama mereka dalam berdiri dalam keadaan

    Last Updated : 2023-09-28

Latest chapter

  • Lihat Aku, Suamiku!    47

    Bab 47Gani melongo mendengar ucapan istrinya. Ia menghela napas, menghadapi istrinya harus memiliki kesabaran super extra."Yank, Mas udah mandi, masa bau?""Bukan Masnya. Tapi susu hamilnya!"Gani menghela napas lega, "Kamu ga mau minum susunya?" tanya Gani. Mahira menggeleng."Sini cepet!" titahnya."Bentar Mas simpen dulu ini ke dapur."Setelah menyimpan susu ke dapur, Gani pun kembali ke kamar. Ia melangkahkan kakinya menuju ranjang, lalu membaringkan tubuhnya dan menjadikan paha Mahira sebagai bantalan, dia mengarahkan wajahnya pada perut istrinya dan menciumnya terus menerus."Mas!" panggil Mahira, ia meletakan ponselnya, tangannya mengelus rambut Gani.Gani mengubah posisinya menjadi melihat kearah Mahira, ia mengambil tangan Mahira yang sedang mengelus rambutnya, lalu mengecupnya. "Kenapa?" tanya Gani"Mas aku pengen ngadain resepsi pernikahan kita," lirih Mahira dengan suara pelan. Melihat ponsel dan melihat tentang artikel pernikahan. Tiba-tiba ia ingin mengadakan resepsi.

  • Lihat Aku, Suamiku!    46

    Bab 46 Kamu bau "Maksudnya gimana sih, yank?" tanya Gani saat Mahira menyuruhnya memakan bakso, bukankah tadi istrinya yang menginginkannya."Ya, Mas yang abisin. Aku mau ngeliat mas makan bakso," jawabnya sambil menyeruput kembali jus di tangannya. Ia memang ingin bakso. Tapi tiba-tiba ia malah ingin melihat suaminya yang memakan bakso"Yank, kan tadi kamu yang mau. Kenapa sekarang jadi Mas yang harus makan?" tanya Gani, ia berbicara selembut mungkin pada istrinya."Mas, waktu aku hamil Albi, aku ngadepin ngidam aku sendiri. Dulu, waktu awal-awal aku hamil kamu ga pernah perduliin aku, Dulu, waktu aku peng ...." perkataan Mahira terputus saat melihat suaminya mengambil mangkok yang berisi bakso dan langsung menyantap baksonya, ia melihat kearah Mahira dan tersenyum, tapi hatinya ketar-ketir.Bagaimana tidak, selama sebulan ini ia menjadi seorang vegetarian agar hidupnya bertambah sehat, tapi sekarang ....Ah, syudahlah, kebahagian istrinya lebih penting dari apapun sekarang.Mahira

  • Lihat Aku, Suamiku!    45

    "Sayang, bangun yu ... Ini udah hampir siang. Mas bentar lagi praktek," ucap Gani. Setelah Drama semalam Mahira tak mau melepaskan pelukannya. Pagi ini pun, setelah sholat subuh Mahira ingin kembali tidur dan memeluk suaminya. Mungkin rasa itu terasa lebih manis kala satu bulan ini dia salah sangka pada suaminyaBukannya menjawab, Mahira malah memeluk suaminya semakin erat. "Nanti dulu, masih mau meluk!" Jawabnya sambil memejamkan mata. Ia benar-benar merasa nyaman memeluk suaminya.Gani tersenyum, ia mengelus punggung sang istri. "Kangen ya? karena sebulan kemaren ga meluk Mas?" tanya Gani sambil terkekeh pelan. Pasalnya selama sebulan kemarin, saat dirinya salah sangka pada suaminya, Mahira tak pernah membalas pelukan Gani.Bukannya membalas ucapan suaminya, Mahira membuka matanya, ia mengangkat kepalanya dan langsung mencium pipi Gani, lalu mengecup bibir Gani.Setelah itu, ia menyimpan kepalanya di dada Gani, ia mengusap dada Gani dengan telunjuknya.Mendapat perlakuan begitu dar

  • Lihat Aku, Suamiku!    44

    Bab 44 Kejutan manis untuk Gani"Ayah, Bunda mana?" tanya Albi saat membuka pintu kamar mandi.Saat ini, Gani berada di belakang pintu kamar mandi dan Mahira bersembunyi dibelakang tubuhnya. Ia sengaja melongokan kepalanya keluar agar Albi tak masuk ke kamar mandi, jadi hanya kepala Gani saja yang terlihat."Albi mau apa nyariin bunda?" tanya Gani."Bunda nyimpen robot Albi, Albi mau nanya di mana bunda nyimpennya," jawab bocah kecil itu."Di kontainer ijo," bisik Mahira di telinga Gani.Gani pun mengangguk."Di kontainer warna ijo." Gani memberitau pada Albi.Karena sudah di beri tau, bocah kecil itu pun pergi tanpa menjawab lagi ucapan sang ayah.Setelah Albi pergi, Gani menutup kembali pintu kamar mandi.Gani pun mengajak Mahira untuk berendam di bathub, lalu mengulangi kegiatan panas mereka.Saat ini, mereka masih berendam di bathube dengan posisis yang berhadap-hadapan. Gani terus menatap wajah Mahira yang sedang tertunduk.Saat dulu pun Mahira sudah cantik, sekarang kencatikann

  • Lihat Aku, Suamiku!    43

    Bab 43 memadu kasih.Setelah mengucapkan hal yang sebenarnya pada Haikal tentang siapa dirinya, Gani pun keluar dari ruangan di rektur utama.Sedangkan Akbar yang tadi menunggu di luar hampir saja terguling saat Gani membuka pintu.Gani menggeleng meliat tingkah temannya, Gani tau, bahwa temannya menguping pembicaraanya dengan haikal. Gani pun melangkahkan kakinya tanpa mengajak Akbar"Anda akan pulang kembali, Dok?" tanya Akbar dengan memakai bahasa formal karena sudah tau siapa Gani sebenarnya.Tiba-tiba Gani menghentikan langkahnya, ia menoleh ke belakang. "Awas aja kalau lu bocorin apa yang barusan lu denger!" ancamnya pada Akbar, lalu setelah mengatakan itu, Gani pun kembali berbalik dan melanjutkan langkahnya.Gani dilahirkan dari keluarga sultan, jika orang lain lebih memilih meneruskan bisnis keluarga. Namun tidak bagi Gani.Sejak sekolah, ia sudah tertarik dengan dunia kedokteran, Gani pun tak tau kenapa dia bisa lebih memilih jadi Dokter ketimbang melanjutkan bisnis keluarga

  • Lihat Aku, Suamiku!    42

    Bab 42 I love you mas"Ma-mas," ucap Mahira saat Gani menaruh kembali tangan di pinggangnya."hemm," jawab Gani. Ia semakin mengeratkan pelukannya."Kenapa belum tidur?" tanya Gani lagi. Ia lebih memilih berpura-pura tak menyadari bahwa istrinya kecewa padanya. Meminta maaf pun percuma. Gani tau, istrinya sudah kadung memercayai apa yang di lihat. Menjelaskan pun Mahira akan menganggapnya sebagai omong kosong.Kini Gani hanya perlu lebih menunjukan cintanya, membuat istrinya yakin bahwa cintanya hanya untuk Mahira. Tak ada lagi yang lain di hatinya. Itulah cara Gani meminta maaf dan merebut hati istrinya kembali, membuat amarah istrinya luntur karena cintanya."A-aku mau ke toilet dulu," jawab Mahira. Ia melepaskan tangan Gani dari pinggangnya. Lalu turun dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi.Setelah Mahira turun, Gani bangkit dari tidurnya, ia duduk dengan menyenderkan punggungnya kebelakang lalu memanjangkan kakinya. Gani mengucek matanya, rasa lelah sudah menyapanya. Namun, dia

  • Lihat Aku, Suamiku!    41

    Bab 41 Aku tau kau terlukaSesak, perih dan hancur, itu yang Mahira rasakan saat masuk kedalam ruangan ini.Mahira menelusuri semua ruangan itu, dia tersenyum getir. Serasa ada godam yang menghantam dadanya. Bagaimana tidak, ruangan itu masih sama percis dengan kamar yang di tempatinya dulu.Semua tertata begitu rapih pertanda ruangan itu memang seperti sangat di rawat. Mahira tersenyum getir saat membuka lemari, ternyata di lemari itu masih tersimpan semua pakaian, tas, sepatu dan koleksi milik Rahma.Mahira teringat ketika dulu Gani membentaknya dan memarahinya saat Mahira membuka lemari milik Rahma. Saat itu, Gani berteriak marah pada Mahira dan mengatakan barang-barang milik Rahma lebih berarti dari nyawa Mahira. Sungguh saat ini rasa sakit yang menderanya berkali-kali lipat dari pada saat dulu ia di bentak di caci maki dan hina oleh suaminya.Tak perlu mendengar penjelasan lagi dari suaminya, melihat ruangan ini sudah Lebih dari cukup. Seandainya Gani jujur dari awal tentang pavi

  • Lihat Aku, Suamiku!    40

    Bab 40 seharusnya aku yang bertanya Setelah Mahira turun dari ranjangnya dan berjalan ke kamar mandi.Gani pun menyusul untuk turun dari ranjang, untuk membangunkan anak-anaknya.Saat Gani akan mengetuk pintu Dita, ternyata Dita sudah membuka kamarnya."Ayah ngapain berdiri disitu?" tanya Dita. Ia baru saja akan turun ke moshola di bawah."Lah, kamu bukannya lagi haid. Kenapa kamu udah pake mukena?" tanya Gani. Ia mengenyit heran saat melihat putrinya sudah memakai mukena."Aku udah bersih, udah beres. Jadi aku udah bisa sholat," jawab gadis kecil tersebut. Ia sedikit risi dengan pertanyaan sang ayah. Tapi tidak dengan Gani. Ia yang berpropesi sebagai dokter kandungan, tentu saja sudah tak aneh dengan pembahasan yang sedang mereka bahas saat ini."Udah ah, aku mau turun kebawah duluan!" seru Dita saat melihat ayahnya akan kembali bertanya.Gani menggeleng melihat tingkah putrinya, ia pun kembali melangkahkan kakinya ke kamar Albi.Ia melihat Albi masih tertidur pulas, Awalnya, Albi m

  • Lihat Aku, Suamiku!    39

    Bab 39Setelah pulang dari rumah sakit, Gani pun menyusul Dita yang sudah masuk ke kamar, dia ingin berbicara dari hati ke hati bersama putrinya."Dita, boleh ayah bicara?" tanya Gani. Ia melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar putrinya.Gadis kecil itu pun mengangguk, Dita yang sedang berada di meja belajar pun bangkit dari duduknya dan mendudukan dirinya di ranjang.Gani pun mengikuti langkah putrinya, melihat Dita yang menunduk. Gani pun menekuk lututnya dan berjongkok di hadapan putrinya. Ia tau putrinya sedang ketakutan, Setelah berjongkok, Gani pun menggenggam tangan Dita."Boleh ayah tanya sesuatu sama kamu?" tanya Gani dengan nada yang super lembut.Gadis kecil itu pun mendongak melihat Gani. "Ayah mau tanya apa?" ucap Dita.Gani mengehela napas sejenak, sebelum berbicara dengan putrinya."Kamu haid udah berapa kali, selama haid berapa hari?" tanya Gani. Ia bertanya dengan lembut. Kali ini dia bertanya layaknya seorang dokter pada pasien. Ia sangat sering mendapat kasus seper

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status