Bab 13 Mahira lelah.Aku hanya wanita biasa, hatiku lemah. Aku mencoba bertahan saat badai selalu datang menerjangku. Sering sekali aku mengeluh pada Allah karena merasa hidupku tak adil.9 tahun lalu, ketika usiaku menginjak 15 tahun, aku kehilangan orang tuaku. Mereka meninggal karena kecelakaan. Aku hancur saat kedua orang tuaku pergi, kenapa Allah mengambil mereka secepat ini? mengapa mereka tak mengajakku juga.Dan disinilah penderitaan dimulai. Keluargaku bukan orang berada, mereka merantau untuk berjualan di kota. Saat mereka pergi aku sama sekali tak memegang uang, tak ada yang bisa dijual. Hingga adik tiri Uma mengajakku tinggal bersama.Aku pikir, aku bisa hidup dengan layak karena bibi adalah orang berada, berbeda dengan kami. Tapi, aku salah. Bibi malah memanfaatkan ku. Bibi memecat pembantu karena alasan terlalu boros dan bibi menjadikanku sebagai pembantu dia berdalih agar aku membalas jasa karena dia telah merawat ku.Bertahun-tahun aku menjadi budak dirumah bibi, bukan
Bab 14 Kejahatan Rahma "Pak, saya lelah."DegHati Gani teriris saat melihat Mahira dengan tatapan kosong. Terlihat jelas dimata Gani bahwa Mahira hanya seorang wanita lemah yang di paksa menerima luka dan ditambah lagi terpaksa menerima kebencian dari dirinya.Tanpa pikir panjang, Gani merangkul Mahira dan membawa tubuh Mahira kedalam dekapannya.Gani tak bisa lagi mengelak, dia merasa amat nyaman mendekap Mahira, dia mengelus punggung Mahira bahkan tanpa sadar dia mengecup pucuk kepala Mahira bertubi-tubi. Mungkin setelah egonya hilang, Gani akan merutuki kelakuannya saat ini, entahlah."Tenang, Mahira. Kamu harus tenang. Sa-saya janji saya tidak akan membentak kamu lagi," ucap Gani terbata-bata. Dia terlalu malu untuk meminta maaf dan mengakui kesalannya.Mahira terdiam, dia masih tak percaya bahwa dia bisa mengamuk pada suaminya dan karena emosinya dia sempat kehilangan kesadaran hingga ia sempat merasa tatapannya kosong tak berarah.Cukup lama mereka dalam berdiri dalam keadaan
Bab 15 Penyesalan Gani Suara musik berdentum sangat keras, lampu warna-warni berkelap-kelip, muda-mudi berkumpul, mereka berjoget riya, menenggak minuman keras dan aktivitas lain yang biasa di lakukan di dalam diskotikSeorang wanita berlenggak-lenggok berjoget diantara muda-mudi yang juga sedang berjoget riya menikmati alunan musik yang sedang dimainkan oleh Dj. Ya, wanita itu adalah Rahma.Setelah puas berjoget, Rahma duduk di depan bartender, dia memesan alkohol yang berkadar sangat tinggi."Ma, elu ga salah, minum ini?" tanya Azis saat melihat Rahma akan menenggak minuman. Azis adalah sepupu dari Rahma, ia terpaksa menghampiri Rahma ke diskotik karena Rahma memaksanya."Gue, kuat. Elu tau gue, kan," ucap Rahma sambil menenggak minuman di depannya.Lalu Rahma mengeluarkan sesuatu dari sakunya dan itu adalah, pil berjenis narkotika."Parah lu, Ma. Elu ga takut modar terus konsumsi pil haram itu," ucap Azis sambil menggeleng. Ia sudah tau tabiat sepupunya dan sudah sering melaran
Bab 16 mahira pergi Gani terpukul Azis, menjelaskan semuanya dengan rinci pada Mahira. Ia menjelaskan serinci-rincinya. Tak ada yang terlewat, bahkan tentang uang yang selama ini bu Hida transferkan pada bibi Mahira untuk keperluan Mahira.Setitik kelegaan saat dia menceritakan semua pada Mahira, ia pasrah jika Mahira melaporkannya karena ia memang bersalah karena menyembunyikan kebenaran.Tanpa membalas semua ucapan Azis, Mahira berjalan gontai meninggalkan cafe, ia bahkan berjalan kaki untuk sampai kerumah. Pikirannya kosong. Semangat hidupnya hilang setelah mengetahui semua.°°°Gani menutup mulut saat melihat rekaman saat Rahma dengan sengaja menabrak orang tua Mahira. Beberapa kali, Gani menggeleng, ia masih tak percaya, ternyata istrinya telah membunuh orang tua Mahira.Dengan sejuta sesal dia bangkit dari duduknya, ia menyambar kunci mobil untuk mencari Mahira."Mahira," lirih Gani. Sekelebat dia teringat saat dia menampar Mahira hingga Mahira hampir terjatuh. Ia juga menginga
Bab 17 Menulusuri jejak Mahira "Bagaimana jika kita membawanya ke Turki, Ma?" tanya papah Gani yang baru saja masuk kedalam kamar yang di tempati Mahira.Mamah Gani menggeleng."Pergi jauh bukan solusi yang tepat, Pah," jawab Mamah Gani risau. Ia prihatin dengan kondisi menantu keduanya. Bahkan, ia mengutuk sang putra dan akan memberi pelajaran pada Gani."Lalu kita harus bagaimana, Ma. Mahira butuh suasana baru. Cucu kita bisa dalam bahaya jika Mahira terus seperti ini."Mamah Gani menepuk lembut pelan pundak suaminya. "Biar mamah yang bicara, mamah pasti bisa membujuk Mahira ... Papah bisa 'kan, tinggalin mamah sama Mahira," ucap Mamah Gani. Sepertinya dia butuh bicara dari hati ke hati pada Mahira.Papah Gani pun mengangguk dan pergi dari kamar Mahira.Mamah Gani yang sedang berdiri di dekat pintu, perlahan berjalan mendekati Mahira. Tatapan iba masih terpancar dari matanya.Kemudian dia duduk di sebelah Mahira. Mahira yang juga sedang duduk dengan kaki yang menjuntai kebawah tak
Bab 18 7 tahun berlalu "Dimana sebenarnya kalian!" Teriak Gani sambil menendang ban mobil. Ia emosi karena tak menemukan jejak Mahira di manapun.Karena ingin memastikan kembali, Gani pun membuka gerbang. Berniat untuk masuk memastikan kembali ada orang atau tidak di Villa orang tuanya.Ia pun mulai melangkah masuk, sepi, sunyi, gelap, suasana itu yang menghinggapi Villa tersebut. Tak ada tanda kehidupan di sana.Gani mencoba berkeliling ke samping. Ia mencari celah agar bisa mengintip. Namun, sayang. Gani tak bisa melihat apa pun karena jendela tertutup gordeng.Gani pun dengan gontai keluar dari Villa dan berjalan kearah mobil. Ia memutuskan untuk pulang dan mengistirahatkan tubuhnya.Tubuhnya begitu lelah, seharian ini, dia menghabiskan waktu untuk mencari Mahira seharian ini, hingga tenaganya terkuras habis.Saat dia akan menjalankan mobilnya. Ponsel di dalam sakunya berdering. Dengan malas, ia mengambil ponselnya dan melihat id si pemanggil.Matanya membulat sempurna saat mel
Bab 19 Tanpa sadar Tak terasa sudah 7 tahun aku pergi dan menghilang dari tempat yang penuh luka. 7 tahun lalu, aku memberanikan diri pergi jauh ketempat yang bahkan belum aku kunjungi sebelumnya.Saat itu, aku bersyukur bisa bertemu mertuaku, ah, mungkin tidak! tepatnya mantan mertua. Mereka lah yang membantu kepergianku. Jika tidak ada mereka, aku takan ada di tempat ini.Tempat yang belum aku singgahi sebelumnya, tempat yang masih terasa asing untukku. Tapi sekarang, tempat dan kota ini membuatku sangat bahagia.Saat datang ke kota ini, mantan mertuaku sudah menyiapkan semuanya. Mereka pun menyuruh bi Karti untuk menemaniku serta satu orang lagi yang di tugaskan menjadi supir.Saat sampai di kota ini, yang pertama aku lakukan adalah mendatangi psikiater, karena mantan mertuaku begitu kekeh terus menyuruhku berkonsultasi agar aku bebas dari traumaku.Setelah 3 bulan berkonsultasi, sedikit demi sedikit, aku sudah bisa melupakan dan mengiklashkan semua.Aku memaafkan kesalahan men
Bab 20. Maaf anda Siapa lSetelah Albi pergi di bawa oleh Raihan, Mahira kembali menerusakan aktivitasnya yang sedang membuat kueh. Ia dengan semangat menuangkan resep-resep baru.Saat dia akan meletakan wayang ke dalam oven. Tiba-tiba, loyang yang sedang ia pegang terjatuh. Semua adonan kueh yang barusan ia buat berceceran di lantai"Astaghfirullah," Mahira terpekik kaget. Tiba-tiba, ia teringat Albi, dia merasakan hal yang tak biasa. Dia pun memanggil asisten rumah tangganya untuk meminta membereskan adonan kueh yang terjatuh.Setelah itu, ia langsung pergi menuju kamar untuk mengambil ponsel berniat menelpon Meisa untuk menanyakan kabar Albi.Mahira dengan cepat mencari kontak Meisa dan langsung menekan tombol panggilan, Mahira semakin gelisah karena Meisa sama sekali tak mengangkat panggilannya. Mahira tak menyerah, ia langsung mencari kontak Raihan dan memanggilnya.Mall.Albi masih terus memeluk kaki Raihan, Ia menangis dengan masih memegang ice cream, sambil menangis sesekali