Ketika di ruangan makan kami sedikit mengobrol membicarakan seputar pekerjaan tidak sampai di situ kami juga mengobrol hal lain tidak terkecuali masalah pribadi.
“Hey kalian tahu katanya senior yang menempati posisi dokter bedah saraf itu dia cuti beberapa bulan,” ucap salah satu dokter rekan kami
“Aku tahu ku dengar anaknya akan sekolah di luar negeri benarkah?” ucap salah satu dokter lagi
“Aku juga mendengarnya sepertinya itu benar hanya saja alasan dia cuti itu aku tidak tahu pasti,” sahut Toni
“Sepertinya itu hal yang tidak terlalu aneh,” ucap ku
“Memang tidak aneh tapi berita ini sangat panas. Itu artinya kau akan kehilangan rekan senior untuk beberapa waktu,” ucap Toni
Jujur saja aku belum mengatakan kepada mereka bahwa waktu ku di sini hanya tinggal beberapa minggu saja mengingat sebelumnya pamanku menyuruh untuk pindah. Jika aku memberitahu mereka saat ini tentu saja akan membuat terkejut aku hanya perlu menunggu waktu yang tepat untuk membahasnya. Tidak terasa waktu istirahat pun berakhir kami kembali untuk bertugas aku menuju ke ruanganku dan langsung mengisi semua dokumen.
Aku juga harus mendata pasien yang akan di operasi lagi hari ini. Melihat datanya tidak banyak yang akan di operasi hari ini di tambah aku juga harus mendampingi senior dalam operasi kali ini. Sepertinya hari ini aku akan lembur.
Di waktu yang sama di tempat kerja Sera. Semua orang tengah sibuk melakukan pekerjaannya sebagai staff artis. Tidak terkecuali dengan Sera dia juga tengah sibuk menata riasan pada artis tersebut karena dia adalah seorang makeup artis tidak heran jika di yang paling sibuk menata riasan wajah.
“Sudah selesai,” ucap Sera
“Oke, terimakasih,” ucap idol itu
“Akhirnya selesai juga,” ucap salah satu staff artis
“Kak Diana juga sudah selesai?” tanya Sera
“Iya. Sudah. Tinggal melihat hasil pemotretannya sepertinya ini akan hebat,” ucap Kak Diana
“Betul juga. Aku akan segera ke sana,” ucap Sera
Memang hari ini adalah hari pemotretan untuk majalah Weekly. Hari ini semua orang sangat antusias artis yang menjadi modelnya tidak lain adalah seorang idol yang bernama Margareth dia salah satu anggota grup idola wanita Lucian. Dia memang sangat populer selain wajahnya yang cantik tubuhnya yang ideal juga membuat semua orang mengaguminya.
“Woahh.. menakjubkan,” ucap Sera
“Apa kau penggemarnya?” ucap Kak Diana
“Rupanya terlihat jelas ya,” ucap Sera dengan malu
“Begitu rupanya haha ternyata kita sama,” sahut Kak Diana dengan sedikit tawa kecil
“Sepertinya setelah ini aku harus meminta tanda tangan,” ucap Sera
“Tentu saja itu tidak boleh terlewatkan,” sahut Kak Diana
“Kalian sedang membicarakan apa? sepertinya seru,” ucap seseorang yang tiba-tiba datang ke arah kami
“Membicarakan idola kami,” sahut Kak Diana. Rupanya yang datang itu adalah Fianna salah satu stylish di perusahaan entertaiment tempat di mana aku bekerja juga dia mengenal kami dengan baik.
“Kau baru selesai?” tanya Sera
“Iya lumayan lama juga ya,” ucap Fianna
“Semangat untuk kita,” ucap Kak Diana
“Ternyata memang tidak salah memilihnya menjadi model majalah ini sangat sempurna seperti seorang dewi,” ucap Fianna
“Iya kau benar,” ucap Sera
“Oiya nanti malam kalian ada waktu?” ucap Kak Diana
“Aku free,” ucap Fianna
“Aku juga,” ucap Sera
“Oke. Kita akan BBQ dan juga sedikit beer jangan khawatir aku yang traktir,” ucap Kak Diana
“Woahh.. serius? Terimakasih,” ucap Sera
“Tumben. Sepertinya ada sesuatu nih,” sahut Fianna
“Hohoho kalian tidak boleh seperti itu. Aku hanya ingin BBQ saja,” ucap Kak Diana
5 jam berlalu tepat di rumah sakit tempat Brian bekerja. Hari ini aku harus mendampingi operasi karena sebelumya aku telah selesai melakukan tindakan. Sekarang aku harus melakukan tindakan lagi namun kali ini bersama senior tidak lama kemudian setelah pasien berhasil di pindahkan ke ruang operasi kami segera bersiap-siap. Begitu pasien tengah berada di meja operasi kami memulai terlebih dahulu dengan menyiapkan alat kemudian memasang bius agar pasien tidak sadarkan diri dan mempermudah prosedur operasi. Kali ini adalah operasi otak.
“Pisau,” ucap Senior. Kemudian rekan yang membantu memberikan alatnya di bawah cahaya lampu operasi kini kami melakukan tindakan kepada pasien seperti biasanya selalu tenang memang memakan waktu dengan ketelitian dan ketekunan tentu saja untuk akhir yang baik. Tidak lama kemudian operasi menuju ke tahap akhir beberapa jam kemudian akhirnya selesai kami langsung merapikan alat dan segera keluar dari ruangan. Untuk pasien akan di pindahkan setelahnya ke ruang rawat inap. Aku pergi utuk mencuci tanganku dan berganti seragam. Setelah itu kembali ke ruanganku.
Hari yang cukup melelahkan tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam. Namun ini belum berakhir aku harus dinas malam karena ada jadwak operasi lagi setelah ini.
“Wow kau harus lembur rupanya,” ucap Toni yang tiba-tiba datang ke ruanganku
“Berisik,” sahut ku
Dia duduk di kursi ruanganku sambil menikmati hot americano. Kami hanya sedikit berbicara dan membuat suasana menjadi hening tidak seperti biasanya yang sangat ramai.
“Sudah waktunya aku akan pergi,” ucap ku
“Yo. Semoga berhasil,” sahut Toni
“Tentu saja akan berhasil,” ucap ku sambil pergi meninggalkan ruangan
“Yayaya,” sahut Toni
Tepat di waktu yang sama di dekat tempat kerja Sera.
“Kau sudah merapikan semuanya?” ucap Fianna
“Tunggu hampir selesai,” sahut Sera
“Barang mu terlalu banyak sangat merepotkan,” ucap Fianna
“Mau bagaimana lagi memang seperti ini,” sahut Sera
Setelah selesai akhirnya kami keluar dari gedung ini tapi ketika hendak memasuki lift tiba-tiba saja aku teringat barangku ada yang masih tertinggal sontak aku kembali sambil berlari menuju ruangan tadi dan mengambil dompet kecil yang ku tinggalkan itu dengan cepat aku kembali bersama Fianna dan menaiki lift untuk turun ke lantai satu.
“Fiuhhh ternyata tidak terlambat,” ucap Sera sambil menahan lelah
“Kau ini. Harusnya jangan di simpan sembarangan dong,” ucap Fianna dengan sedikit kesal
“Hehe iya iya maaf,” sahut Sera
Ternyata di lantai satu kak Diana sudah menunggu kami rupanya dia sudah lama menunggu karena tadi aku ketinggalan barang jadi harus kembali tentu saja membuatnya semakin lama menunggu ini membuatku merasa bersalah. Aku meminta maaf kepadanya tapi kak Diana memberikan respon yang tidak di duga rupanya dia memang sangat baik. Akhirnya kami pergi bersama ke restoran BBQ. Setelah sampai kami langsung memesan.
“Aku sudah memesannya,” ucap Fianna
“Bagus,” sahut Kak Diana
Tidak lama kemudian pesanan kami datang dan langsung bakar-bakar dagingnya tidak hanya itu kami juga menikmati BBQ ini dengan beer ini sangat nikmat seketika rasa lelah menghilang.
“Woahh beer memang yang terbaik,” ucap Sera“Memang pas dengan daging,” sahut Fianna“Kalian berdua nikmati saja sepuasanya jangan sungkan,” ucap Kak Diana“Ini untuk kak Diana,” ucap Fianna sambil memberikan sepotong daging kepada kak Diana“Terimakasih,” ucap Kak Diana“Ngomong-ngomong kapan terakhir kita seperti ini?” ucap Fianna“Entahlah aku lupa karena banyak yang harus ku kerjakan mana sempat berpesta seperti ini,” ucap Kak Diana. Sambil meminum beer“Ku dengar belum lama ini ada staff yang membuat skandal dengan salah satu aktor loh,” ucap Fianna“Apa? aku tidak pernah dengar tuh,” ucap Kak Diana“Aku juga tidak pernah dengar,” sahut Sera“Wahhh ternyata kalian kehilangan info ya. Itu dia memang populer tidak bukan hanya itu dia juga menarik baru-baru ini ada staff baru di perusahaa
Hari ini tepat hari liburku karena kemarin aku harus lembur sampai pagi dan lagi banyak sekali pekerjaan aku harus melakukan operasi lebih dari satu orang ini membuatku kelelahan tanpa bantuan rekan-rekan semuanya aku tidak habis pikir bisa menyelesaikan semuanya sampai akhir. Tapi itu sudah berlalu dan kini aku akan menikamati liburanku meskipun hanya satu hari. Beberapa jam yang lalu adik perempuanku menelpon dan dia akan kerumahku dia bilang akan datang sebentar lagi. Karena itu pagi-pagi aku membersihkan rumahku dia tidak suka berantakan seperti penderita OCD saja. Tidak lama kemudian rupanya sudah sampai. Aku membukakan pintu dan menyuruhnya masuk. “Kakak sudah lama ya,” ucap adik perempuanku sambil memeluku “Ya ya kau kemari sendirian?” tanya ku kepada dia “Tidak. Tadi aku bersama paman.” “Kenapa dia tidak ikut kemari?” “Ah dia bilang sedang sibuk dan harus pergi hanya itu. Padahal tadi aku mengajaknya.” “Mau teh?”
Keesokan harinya Bella yang menginap di rumah paman kembali ke kota Domino meskipun hanya satu hari saja di sini baginya sangat menyenangkan. Aku tidak sempat berpamitan karena harus pergi ke tempat kerja hari ini aku dinas bagian pagi. Aku hanya mengiriminya pesan. Kesibukan ku kembali menyambutku setiap orang berlalu lalang kian kemari menandakan mereka juga mengalami hal yang sama. Aku berjalan di trotoar setelah menaiki bus karena aku tidak membawa mobil dan lebih ingin menikmati perjalanan seperti ini yang sudah lama tidak ku lakukan. Lampu merah menyala pertanda aku harus segera menyebarang. Tidak lama kemudian aku sampai ke tempat kerja. Seperti biasanya pemandangan yang tidak berubah sama sekali. Aku pergi ke ruangan ku untuk menyimpan barang ku dan kembali menemui pasien yang tengah bersiap untuk menjalani operasi. “Pagi-pagi sudah mulai ya,” ucap salah satu rekan ku “Memang seperti ini seharusnya,” ucap ku “Semangat-semangat,” ucap rekan ku
Ketika aku pulang dari kerja tubuhku terasa sangat lelah aku tidak bisa beranjak dari sofa seperti ada magnet yang menarik diriku. Sampai tidak terasa 30 menit berlalu dan diriku masih terbaring lelah tadinya aku akan pergi untuk mandi ku kumpulkan niat terlebih dahulu hingga akhirnya aku beranjak dari sofa dan mengambil handuk kemudian pergi ke kamar mandi.Tidak lama kemudian aku menonton film hanya sekedar hiburan semata tidak lama kemudian paman menelponku.“Brian kudengar kau sudah menyetujuinya aku akan memperiapkannya untukmu,” ucap paman dalam telpon“Ya sudah ku setujui. Oh ya paman...,” ucap ku“Iya ada masalah?”“Tidak jadi tidak ada yang ku khawatirkan.”“Oh ya kalau begitu sampai bertemu nanti.”“Baik paman.”Kemudian ku matikan telpon itu. Ternyata waktuku di kota ini hanya tinggal satu minggu lagi. Kemungkinan juga Toni sudah memberitahu semu
Begitu banyak dokumen yang harus di isi ada setumpuk dokumen yang belum ku periksa laporan untuk pasien kali ini cukup banyak. Satu persatu ku periksa dengan teliti kemudian ku seruput segelas kopi yang ada di mejaku. Udara dingin dari AC menusuki tubuhku setelah selesai melakukan operasi kini yang harus dilakukan adalah mengerjakan setiap dokumen ini. Tinggal menunggu 5 hari lagi begitu aku pindah dari sini semuanya akan kembali ke titik nol. Sambil mengerjakan pekerjaan yang setumpuk ini ku lihat beberapa pesan yang memenuhi ponselku dan semua itu dari dari paman. Jam sudah menunjukan pukul tiga sore hari sekarang setengah dokumen sudah selesai ku kerjakan untuk itu aku harus terus mengerjakannya agar semuanya selesai tepat sebelum pertukaran dinas malam. Memang membuat lelah semua ini terlalu banyak jika dibandingkan dengan sebelumnya. Pasien anak perempuan yang tertabrak baru-baru ini membuatku merasa kepikiran karena dia mengalami beberapa komplikasi oleh karena itu operasinya
Pagi harinya begiru Brian membuka matanya ternyata dia tengah berada di ruang tengah dan terbaring diatas sofa dengan keadaan berantakan. Tidak lama kemudian dia pergi ke dapur untuk mengambil segelas air minum setelah itu dia duduk di sofa dan mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Ketika dia mencoba mengingat dia melihat jam yang menunjukan pukul tujuh pagi untungnya hari ini dia dinas siang jadi tidak terlambat bangun. Malam itu dia yang masih dalam keadaan mabuk kemudian pulang menggunakan taxi karena sebelumnya dia memang berangkat naik taxi juga. Dengan terhuyung-huyung dia kemudian keluar dari dalam club dan memanggil taxi begitu dia mau naik taxi dia nyaris muntah lagi hanya saja itu tidak terjadi. Kemudian dia mengatakan kepada supir taxi untuk membawanya ke apartemen hingga akhirnya dia berhenti tepat di depan gedung apartemen dengan keadaan masih setengah sadar dia mencoba untuk pergi ke lantai atas dan kemudian memasuki rumahnya itu. Ingatan bahwa sebelumnya dia mun
Disebuah apartemen seorang wanita dengan rambut panjang berwarna cokelat dan memliliki tubuh yang proporsional dia melihat ke sebuah cermin memperhatikan bagaimana penampilannya hari ini dengan percaya diri sambil melantunkan melodi dia terus mengecek riasannya. Tidak lama kemudian datang seorang perempuan yang ternyata merupakan teman kerjanya sebagai idol mereka berdua sedang bersiap untuk pergi ke lokasi syuting karena perempuan berambut cokelat itu harus syuting drama yang dia bintangi. Begitu mereka berangkat di depan apartemennya sudah berdiri seseorang yang di duga merupakan manajer mereka. Temannya itu juga ikut dengannya karena penasaran. Dalam perjalanan menuju ke lokasi syuting mereka dikejutkan dengan berita bahwa drama yang di bintangi rekannya itu mengalami peningkatan rating. Dengan perasaan bahagia mereka bersorak. Tidak lama kemudian akhirnya tiba di lokasi syuting yang merupakan sebuah tempat seperti daratan rendah penuh dengan rumput. Cuaca begitu terik memb
Malam itu setelah bertemu dengan Meredy diriku langsung pulang ke apartemen. Hari libur yang cukup untuk sekedar melepas penat yang tertahan selama dalam sepekan ini. Ketika tiba di apartemen Brian membuka pintu kamarnya dan meletakan tas yang di bawanya setelah itu duduk di depan komputernya sambil memainkan game online. Belum lama ini dirinya mengunggah game baru. Di tempat yang berbeda Meredy belum kembali ke rumahnya dia pergi ke pusat perbelanjaan dan melihat-lihat sekitar tidak di sangka dia bertemu dengan Sera. Dengan cepat Meredy pergi ke arahnya dan menyapa Sera.“Hey Sera.”“Iya oh Meredy.“Belanja apa?”“Aku harus mencari makeup untuk dipakai merias.”“Oh kalau begitu bagaimana mencari bersama. Kebetulan aku juga akan belanja kosmetik.”“Baiklah.”Di pusat perbelanjaan mereka berdua mencari kosmetik dengan perasaan senang. Telihat banyak sekali diskon di temp
Hari ini Brian bekerja seperti biasanya di rumah sakit kota Domino dia sedang melakukan tindakan pemeriksaan fisik kepada pasien pasca operasi. Selama ini dia selalu melakukan pekerjaannya dengan baik sampai dia pulang ke rumahnya. Waktu sudah menunjukan pukul 6 sore semua orang hari ini menyudahi pekerjaannya dan mereka pulang ke rumah untuk beristirahat. Brian juga demikian dia pulang ke rumahnya yang berada di sebuah apartemen tidak jauh dari pusat kota. Dirinya begitu melihat pemandangan yang sangat indah membuatnya terkesima dalam waktu cepat. Begitu dia sampai di rumahnya dia langsung duduk di sofa sambil memakan ayam goreng yang baru saja dia pesan lewat pesan antar. Hari yang cukup lelah bagi dirinya sehingga dia menikmati dengan santai. Banyak sekali kejadian yang membuat dirinya merasa harus terkuras energinya. Kematian Hana yang merupakan temannya baru ini menyimpan duka mendalam bagi dirinya dan dia masih mengenangnya karena Hana bukan hanya sebagai teman namun dia juga
Tepat di kediaman Jason. Dirinya sedang meneguk wine sambil duduk dengan santai di kursi ruang kerjanya. Alunan musik klasik membuat suasana di ruangan tersebut terasa elegan. Dia terus menerus menggerakan gelas wine miliknya sebelum kemudian dia meneguknya. Pagi hari yang cukup indah di matanya seakan dia sehabis bermimpi indah. Jason merupakan seorang musisi sebelumnya dirinya sama seperti Yurian yang merupakan seorang pianis. Setelah 3 tahun lamanya dirinya menjadi musisi dan dia sering mengadakan konser di berbagai tempat dan tentunya penggemarnya sudah seperti penggemar selebriti mereka banyak sekali dan bahkan membuat fanbase khusus untuk dirinya yang diberi nama “Jasonius.” Mereka terdiri dari berbagai kalangan usia dan tentunya sangat menyukai dirinya. Bahkan setiap kali dia akan mengadakan konser mereka selalu datang dan mendukungnya bahkan di sebuah forum internet dirinya sempat menjadi trending karena hal itu. Jason memang berasal dari kalangan sendok emas dan
Saat ini Brian sedang berada di dalam ruangan kerjanya dia tengah memikirkan apa yang membuatnya penasaran dengan ucapan dokter Maria sebelumnya. Brian kemudian melihat ke arah jam dinding dan masih menunjukan pukul 3 sore. Tidak lama kemudian dia berencana untuk bertemu dengan dokter Maria yang sekarang berada di ruangannya. Dia kemudian bergerak menuju ke lantai 2 dimana mereka akan bertemu dan begitu sampai di sana dirinya melihat dokter Maria sudah menunggu kedatangannya dengan duduk di kursi ruang kerjanya. Meja di mana banyak sekali tumpukan kertas kemudian dokter Maria menghentikan aktivitasnya begitu Brian datang menemuinya dan mereka berdua akan memulai obrolan yang membuat dirinya penasaran.“Brian. Silahkan duduk,” ucap Maria“Langsung saja ke intinya.”“Baiklah ku harap kau bisa menerima ini dengan baik.”“Terserah saja.”“Yurian bukanlah orang yang waras. Dia semakin ke sini semakin
Waktu terus berjalan sampai tidak terasa sudah satu bulan lamanya Yurian dirawat di rumah saikit jiwa dan dia berada di sebuah ruangan yang merupakan ruang dirinya dirawat. Dengan penampilan yang terlihat lusuh dirinya mencoba untuk tetap waras namun kenyataan malah sebaliknya. Dia sekarang sudah seperti orang lain dimana dia terlihat begitu berbeda walau hanya sekilas. Hana yang menjadi susternya saat itu dan terus mendatanginya untuk melakukan perawatan serta pemberian obat. Melihat Hana yang bekerja kerasa dihadapannya membuat Yurian seketika teringat dimana dirinya dahulu merupakan orang yang seperti itu sehingga dia termenung dalam suasana terkejut sampai Hana menyadari akan hal itu dan bertanya kepada dirinya.“Yurian. Apa ada yang anda pikirkan?” tanya Hana kepada dirinya dengan tatapan lembut namun penuh arti“Tidak. Tidak ada apa-apa,” ucap Yurian sambil menggelengkan kepala“Baiklah kalau begitu. Oh iya jika ada yang ingin
Di kediaman Yurian 5 tahun yang lalu. Dia sedang berada di dalam kamarnya sambil membaca sebuah buku musik klasik yang dia dapatkan ketika dirinya masih berumur 5 tahun. Ibunya merupakan seorang musisi dia pemain piolin terkenal bernama Julia Antonius semenjak ibunya menikah dengan ayah Yurian dia berganti nama menjadi Julia Frances. Yurian merupakan anak tunggal dari pasangan yang salah satunya musisi dan yang satunya lagi merupakan dokter bedah terkenal di negeri ini namun mereka bedua pindah ke luar negeri begitu Yurian beranjak remaja. Dirinya menjadi seorang yang mandiri sejak saat itu karena harus bertahan hidup sendirian tanpa ada yang mengasuhnya kecuali orang yang menjadi manajernya di masa depan yang tidak lain adalah sekertaris ibunya. Keluarga Yurian cukup harmonis namun begitu ayahnya pulang dari luar negeri seorang diri Yurian merasa ada kekhawatiran dalam dirinya. Saat itu dia masih berumur 15 tahun dan tidak berani menanyakan hal yang terbilang cukup sensitif. Dia me
Brian dengan sibuk melakukan pekerjaannya tersebut kemudian dia melakukan prosedur operasi kepada pasien dengan bantuan rekan-rekannya. Selama dia melakukan tindakan tersebut dia dengan tenang melakukannya secara hati-hati. Setelah kemudian melanjutkan ke tahap berikutnya dirinya kemudian memotong usus buntu tersebut dan tidak lama kemudian memasukannya ke dalam pipet. Begitu dia selesai melakukan pengangkatan usus buntu itu tidak lama kemudian dia menjahit luka operasinya dengan perlahan sampai akhirnya menutup dengan sempurna. Di bawah lampu operasi dirinya dengan sangat hati-hati menjahit luka tersebut setelahnya dia kemudian membersihkan bekas darah yang berserakan disekitat meja operasi tersebut. Brian kemudian berhasil melakukan prosedur pengangkatan usus buntu.“Akhirnya selesai,” ucap Brian dengan menghela nafas dibalik masker yang dia gunakan“Tidak buruk juga.”“Akan ku bersihkan sisanya. Langsung saja bawa pasien ke ruang
Pembicaraan mereka berdua berlangsung lama. Brian seketika terdiam sambil memikirkan seseuatu yang terdengar familliar. Hana yang melihat Brian terkejut seperti itu membuat dirinya merasa heran. Brian kemudian meneguk wine di gelasnya dan dia masih terlihat begitu memikirkan sesuatu. Tanpa bertanya cukup banyak Hana kemudian melanjutkan makannya dan dalam pikirannya dia masih bertanya-tanya dengan apa yang terjadi kepada Brian seolah dirinya merasakan sesuatu yang aneh dan terkesan penasaran. Selama ini dirinya memang tertarik kepada Brian hanya saja dia tidak dapat mengungkapkannya kerena berbagai alasan. Dia dengan senang sekarang berada bersamanya namun semua itu tidak membuat dirinya merasa cukup dan ingin tahu lebih dalam.“Apa terjadi sesuatu dok?” tanya Hana kepada Brian“Ada sesuatu yang ingin ku pastikan.”“Memastikan apa?”“Apa kau bisa membantuku?” ucap Brian kepada Hana dengan tatapan meyakinkan.
Tepat di hari konser amal Yurian yang diadakan disebuah gedung opera di kota Domino. Banyak orang yang sudah berkumpul untuk meyaksikan konser tersebut. Mereka semua sangat antusias dan bahkan sudah dari pagi berada di tempat itu. Sambil menunggu acara di mulai mereka mengantri dan begitu masuk ke dalam gedung teater ternyata kursi di sana sudah di isi oleh beberapa orang. Brian yang hari ini datang ke lokasi dirinya melihat orang-orang yang berkumpul untuk menghadiri acara tersebut denga sangat senang. Brian kemudian mengantri seperti mereka dan begitu giliran dirinya dia langsung masuk ke gedung. Tepat di dalam gedung dia langsung duduk di kursi penonton bagian tengah. Ini merupakan pengalaman pertamanya di usia segini menghadiri acara musik. Orang-orang yang berada di kursi penonton mereka semua terlihat begitu gembira dan lagi ada banyak anak-anak yang datang ke tempat ini. Tidak lama kemudian seseorang datang menghampiri Brian. Orang tersebut tidak lain adalah Alex teman kerjan
Brian berjalan menuju ke ruangannya dia yang masih merasa kepikiran dengan apa yang dikatakan oleh dokter Maria hanya menghela nafas panjang. Kehidupan seseorang ternyata tidak bisa ditebak. Brian melihat pintu ruangannya dan kemudian dirinya masuk sambil membawa sebuah rekam medis. Dia kemudian duduk di kursinya dan terus melihat isi dokumen tersebut. Sekarang waktu sudah menunjukan pukul 5 sore dia masih memiliki waktu selama satu jam lagi untuk mengakhiri pekerjaannya hari ini. Dalam benaknya terlintas sesuatu yang membuat dirinya nyaman tidak lain yaitu liburan. Selama beberapa pekan dirinya bekeraja di kota ini dia belum merasakan liburan yang semestinya dia dapatkan. Hanya pekerjaan yang menumpuk dan membuat dirinya seakan diambang ketidak warasan dan ingin sekali melarikan diri bahkan bertekad untuk mengakhiri hidup. Sesuatu yang sangat merepotkan. Suara detik jam membuat dirinya merasa tenang terasa sepi dan membuat dirinya tenang. Brian kemudian melihat ponselnya dan ternya