“Woahh beer memang yang terbaik,” ucap Sera
“Memang pas dengan daging,” sahut Fianna
“Kalian berdua nikmati saja sepuasanya jangan sungkan,” ucap Kak Diana
“Ini untuk kak Diana,” ucap Fianna sambil memberikan sepotong daging kepada kak Diana
“Terimakasih,” ucap Kak Diana
“Ngomong-ngomong kapan terakhir kita seperti ini?” ucap Fianna
“Entahlah aku lupa karena banyak yang harus ku kerjakan mana sempat berpesta seperti ini,” ucap Kak Diana. Sambil meminum beer
“Ku dengar belum lama ini ada staff yang membuat skandal dengan salah satu aktor loh,” ucap Fianna
“Apa? aku tidak pernah dengar tuh,” ucap Kak Diana
“Aku juga tidak pernah dengar,” sahut Sera
“Wahhh ternyata kalian kehilangan info ya. Itu dia memang populer tidak bukan hanya itu dia juga menarik baru-baru ini ada staff baru di perusahaan kita dan kabarnya dia pindahan dari perusahaan sebelah,” ucap Fianna
“Kau tahu namanya?” tanya Kak Diana
“Kalau tidak salah dia Elena,” ucap Fianna
Jujur saja seketika itu membuatku terkejut. Tidak mungkin Elena pindah ke perusahaan kami dan lagi dia membuat skandal dengan aktor apa-apaan ini.
“Kau kenapa Sera? Kau tidak apa-apa?” ucap Fianna
“Tidak kok aku tidak apa-apa,” ucap Sera dengan wajah cerah
Tanpa berkata apa pun kak Diana hanya melihat ke arahku dengan tatapan seperti itu. Aku tidak peduli selama dia tidak banyak tanya.
TRRTTTT..... TRTTTTT
“Ponselmu berbunyi tuh. Angkat sana,” ucap Fianna kepada Sera
“Ahh iya. Aku mau ke toilet sebentar,” ucap Sera sambil pergi meninggalkan dua temannya menuju toilet
“Kak Diana. Kenapa dari tadi melihat Sera seperti itu?” tanya Fianna
‘Rupanya anak ini cukup peka ya,’ batin Kak Diana
“Tidak bukan apa-apa kenapa bertanya seperti itu seolah mencurigaiku hehe,” jawab Kak Diana sambil tersenyum
“Bukan mencurigai lebih tepatnya aneh,” sahut Fianna
Tidak lama kemudian Sera datang dan bergabung lagi bersama kedua temannya itu. Sikap kak Diana sebelumnya jujur saja membuatku sedikit risau pasalnya orang ini selalu mengetahui banyak hal dan sangat peka.
“Siapa yang menelponmu? Apa dia Brian?” ucap Fianna
“I-itu,” ucap Sera dengan gugup
“Mungkin keluarganya. Kau tidak perlu sepenasaran itu,” ucap Kak Diana
“Setelah ini ada rencana lain?” tanya Fianna
“Aku akan pergi ke toko kue sebentar kebetulan nanti malam ulang tahun adik ku,” ucap Kak Diana
“Kau bagaimana hey Ryu Sera?” tanya Fianna
“Aku ada urusan sebentar hehe,” ucap Sera
“Kau sendiri bagaimana?” tanya Kak Diana
“Hmmm.... sepertinya mau bagaimana lagi aku harus pulang. Andai saja ada yang menjemputku,” sahut Fianna
“Makanya kencan sana,” ucap Kak Diana
“Jika itu mudah sudah ku lakukan,” sahut Fianna
“Mau ku kenalkan?” ucap Kak Diana
“Ayolah kak. Jangan bercanda paling kau hanya menyuruhku untuk kencan buta. No way,” ucap Fianna
“Hahaha ketebak rupanya tidak jadi deh,” sahut Kak Diana sambil tertawa
“Sepertinya aku harus segera pergi,” ucap Sera
“Memang sebentar lagi kita akan bubar. Sepertinya Fianna sedikit mabuk tuh,” ucap Kak Diana
“Kalau begitu ayo pergi,” ucap Sera
Setelah itu kami pergi dan sebelumnya menghentikan taxi untuk membawa Fianna yang sudah mabuk.
“Ayo masuk,” ucap Kak Diana sambil mendorong Fianna masuk taxi
Setelah itu Fianna pergi dengan taxi sedangkan Kak Diana menuju ke suatu tempat dulu kami berpisah di sini.
“Kau menunggu seseorang?” tanya Kak Diana
“Tidak aku akan pergi naik taxi juga,” ucap Sera
“Oh begitu hati-hati ya,” ucap Kak Diana. Yang saat itu pergi meninggalkanku
Tidak lama kemudian taxi itu datang dan aku pergi.
“Ke apartement Hilton,” ucap ku
“Baik,” jawan Mr. Taxi itu
Tepat di rumah sakit tempat Brian bekerja. Malam ini dia tengah melakukan pekerjaannya yang bisa dibilang cukup banyak. Setelah selesai melakukan operasi kali ini aku harus mengecek setiap pasien karena ini dinas malam. Jadwalku yang tadinya harus pulang tepat jam 9 malam diundur menjadi jam 8 pagi ini sama saja dengan kerja paksa. Tapi apa boleh buat tidak masalah jika besoknya aku harus libur. Malam ini tepat pukul 12 malam operasi terakhir selesai di lakukan aku keluar meinggalkan ruang operasi menuju ruang ganti seperti biasanya.
“Dok, semuanya sudah selesai,” ucap Suster Mary
“Baiklah kerja bagus,” ucap ku
Suasana sepi rumah sakit sudah seperti pemandangan sehari-hari di tambah lagi malam ini yang dinas hanya beberapa orang saja. Ini lah yang membuat pekerjaan sedikit memakan waktu. Tidak ada habisnya pasien yang sudah kembali pulih tergantikan dengan yang baru datang terus saja terulang seperti siklus hidup. Memang ini sudah sepantasnya terjadi tidak ada yang bisa menghentikan.
‘Sepertinya Sera sudah pulang aku akan menelponnya,’ batin ku
“Loh kok ponselnya tidak aktif apa dia sudah tidur?” ucap ku
Karena Sera tidak dapat ku hubungi jadinya aku hanya memainkan game online saja sesaat sebelum akhirnya aku di panggil lagi untuk melakukan prosedur lagi. Memang tidak ada habisnya baru saja duduk sebentar seketika IGD suadah di penuhi pasien baru. Tingkat kecelakaan di malam hari memang banyak terjadi pasalnya orang tidak pernah mendengarkan peraturan dan terus saja mengemudi sambil mabuk.
“Pindahkan kesini.”
“Baik tunggu sebentar.”
“Ambilkan infus.”
Suara berisik setiap petugas menghiasi seluruh ruangan orang-orang berlarian mencoba melakukan perawatan itulah pemadangan malam ini. Tidak terkecuali diriku.
Di waktu yang sama di tempat Sera.
‘Sudah sampai,’ batin Sera
Setelah itu aku langsung menuju apartement memasuki lift menuju lantai 40 setelah sampai aku mencari nomor kamar orang itu tidak lama kemudian aku menemukannya dan ku tekan tombol bel. Seseorang membukakan pintu dan menyuruhku masuk. Tanpa perpikir lama aku mengikutinya sudah ku duga tempat ini memang bukan tempat sembarangan.
Beberapa saast sebelumnya.
“Halo?” ucap ku
“Sudah lama ya kau malam ini ada waktu?” ucap orang itu
“Ya. Langsung saja ke intinya ada apa?” sahut Sera
“Wow rupanya kau tidak sabaran. Baiklah kalau begitu datanglah ke apartemenku malam ini di tunggu,” ucap nya sambil mematikan telpon. Sial kenapa orang itu datang menghubungiku menyebalkan. Namun jika aku tidak kesana dia akan membunuhku.
Malam yang tenang di tempat kerja Meredy dan Joe.
“Ah sial kenapa seperti ini,” ucap Ketua tim
“Sudahlah pak itu faktanya,” ucap Meredy
“Pak?” sahut Ketua tim
“Maksudku Mr,” ucap Meredy
“Ini memang merepotkan semua fatka sudah mengarah padanya jadi kenap tidak langsung saja,” ucap Joe
“Masalahnya atas tidak mengijinkan,” ucap Ketua
“Hanya karena dia sendok emas?” tanya Meredy
“Tidak ada alsan lain lagi pula dia memang bersalah tidak perlu di tutupi akui saja,” ucap Joe
“Kita akan meminta surat penangkapan besok,” ucap Ketua
Hari ini tepat hari liburku karena kemarin aku harus lembur sampai pagi dan lagi banyak sekali pekerjaan aku harus melakukan operasi lebih dari satu orang ini membuatku kelelahan tanpa bantuan rekan-rekan semuanya aku tidak habis pikir bisa menyelesaikan semuanya sampai akhir. Tapi itu sudah berlalu dan kini aku akan menikamati liburanku meskipun hanya satu hari. Beberapa jam yang lalu adik perempuanku menelpon dan dia akan kerumahku dia bilang akan datang sebentar lagi. Karena itu pagi-pagi aku membersihkan rumahku dia tidak suka berantakan seperti penderita OCD saja. Tidak lama kemudian rupanya sudah sampai. Aku membukakan pintu dan menyuruhnya masuk. “Kakak sudah lama ya,” ucap adik perempuanku sambil memeluku “Ya ya kau kemari sendirian?” tanya ku kepada dia “Tidak. Tadi aku bersama paman.” “Kenapa dia tidak ikut kemari?” “Ah dia bilang sedang sibuk dan harus pergi hanya itu. Padahal tadi aku mengajaknya.” “Mau teh?”
Keesokan harinya Bella yang menginap di rumah paman kembali ke kota Domino meskipun hanya satu hari saja di sini baginya sangat menyenangkan. Aku tidak sempat berpamitan karena harus pergi ke tempat kerja hari ini aku dinas bagian pagi. Aku hanya mengiriminya pesan. Kesibukan ku kembali menyambutku setiap orang berlalu lalang kian kemari menandakan mereka juga mengalami hal yang sama. Aku berjalan di trotoar setelah menaiki bus karena aku tidak membawa mobil dan lebih ingin menikmati perjalanan seperti ini yang sudah lama tidak ku lakukan. Lampu merah menyala pertanda aku harus segera menyebarang. Tidak lama kemudian aku sampai ke tempat kerja. Seperti biasanya pemandangan yang tidak berubah sama sekali. Aku pergi ke ruangan ku untuk menyimpan barang ku dan kembali menemui pasien yang tengah bersiap untuk menjalani operasi. “Pagi-pagi sudah mulai ya,” ucap salah satu rekan ku “Memang seperti ini seharusnya,” ucap ku “Semangat-semangat,” ucap rekan ku
Ketika aku pulang dari kerja tubuhku terasa sangat lelah aku tidak bisa beranjak dari sofa seperti ada magnet yang menarik diriku. Sampai tidak terasa 30 menit berlalu dan diriku masih terbaring lelah tadinya aku akan pergi untuk mandi ku kumpulkan niat terlebih dahulu hingga akhirnya aku beranjak dari sofa dan mengambil handuk kemudian pergi ke kamar mandi.Tidak lama kemudian aku menonton film hanya sekedar hiburan semata tidak lama kemudian paman menelponku.“Brian kudengar kau sudah menyetujuinya aku akan memperiapkannya untukmu,” ucap paman dalam telpon“Ya sudah ku setujui. Oh ya paman...,” ucap ku“Iya ada masalah?”“Tidak jadi tidak ada yang ku khawatirkan.”“Oh ya kalau begitu sampai bertemu nanti.”“Baik paman.”Kemudian ku matikan telpon itu. Ternyata waktuku di kota ini hanya tinggal satu minggu lagi. Kemungkinan juga Toni sudah memberitahu semu
Begitu banyak dokumen yang harus di isi ada setumpuk dokumen yang belum ku periksa laporan untuk pasien kali ini cukup banyak. Satu persatu ku periksa dengan teliti kemudian ku seruput segelas kopi yang ada di mejaku. Udara dingin dari AC menusuki tubuhku setelah selesai melakukan operasi kini yang harus dilakukan adalah mengerjakan setiap dokumen ini. Tinggal menunggu 5 hari lagi begitu aku pindah dari sini semuanya akan kembali ke titik nol. Sambil mengerjakan pekerjaan yang setumpuk ini ku lihat beberapa pesan yang memenuhi ponselku dan semua itu dari dari paman. Jam sudah menunjukan pukul tiga sore hari sekarang setengah dokumen sudah selesai ku kerjakan untuk itu aku harus terus mengerjakannya agar semuanya selesai tepat sebelum pertukaran dinas malam. Memang membuat lelah semua ini terlalu banyak jika dibandingkan dengan sebelumnya. Pasien anak perempuan yang tertabrak baru-baru ini membuatku merasa kepikiran karena dia mengalami beberapa komplikasi oleh karena itu operasinya
Pagi harinya begiru Brian membuka matanya ternyata dia tengah berada di ruang tengah dan terbaring diatas sofa dengan keadaan berantakan. Tidak lama kemudian dia pergi ke dapur untuk mengambil segelas air minum setelah itu dia duduk di sofa dan mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Ketika dia mencoba mengingat dia melihat jam yang menunjukan pukul tujuh pagi untungnya hari ini dia dinas siang jadi tidak terlambat bangun. Malam itu dia yang masih dalam keadaan mabuk kemudian pulang menggunakan taxi karena sebelumnya dia memang berangkat naik taxi juga. Dengan terhuyung-huyung dia kemudian keluar dari dalam club dan memanggil taxi begitu dia mau naik taxi dia nyaris muntah lagi hanya saja itu tidak terjadi. Kemudian dia mengatakan kepada supir taxi untuk membawanya ke apartemen hingga akhirnya dia berhenti tepat di depan gedung apartemen dengan keadaan masih setengah sadar dia mencoba untuk pergi ke lantai atas dan kemudian memasuki rumahnya itu. Ingatan bahwa sebelumnya dia mun
Disebuah apartemen seorang wanita dengan rambut panjang berwarna cokelat dan memliliki tubuh yang proporsional dia melihat ke sebuah cermin memperhatikan bagaimana penampilannya hari ini dengan percaya diri sambil melantunkan melodi dia terus mengecek riasannya. Tidak lama kemudian datang seorang perempuan yang ternyata merupakan teman kerjanya sebagai idol mereka berdua sedang bersiap untuk pergi ke lokasi syuting karena perempuan berambut cokelat itu harus syuting drama yang dia bintangi. Begitu mereka berangkat di depan apartemennya sudah berdiri seseorang yang di duga merupakan manajer mereka. Temannya itu juga ikut dengannya karena penasaran. Dalam perjalanan menuju ke lokasi syuting mereka dikejutkan dengan berita bahwa drama yang di bintangi rekannya itu mengalami peningkatan rating. Dengan perasaan bahagia mereka bersorak. Tidak lama kemudian akhirnya tiba di lokasi syuting yang merupakan sebuah tempat seperti daratan rendah penuh dengan rumput. Cuaca begitu terik memb
Malam itu setelah bertemu dengan Meredy diriku langsung pulang ke apartemen. Hari libur yang cukup untuk sekedar melepas penat yang tertahan selama dalam sepekan ini. Ketika tiba di apartemen Brian membuka pintu kamarnya dan meletakan tas yang di bawanya setelah itu duduk di depan komputernya sambil memainkan game online. Belum lama ini dirinya mengunggah game baru. Di tempat yang berbeda Meredy belum kembali ke rumahnya dia pergi ke pusat perbelanjaan dan melihat-lihat sekitar tidak di sangka dia bertemu dengan Sera. Dengan cepat Meredy pergi ke arahnya dan menyapa Sera.“Hey Sera.”“Iya oh Meredy.“Belanja apa?”“Aku harus mencari makeup untuk dipakai merias.”“Oh kalau begitu bagaimana mencari bersama. Kebetulan aku juga akan belanja kosmetik.”“Baiklah.”Di pusat perbelanjaan mereka berdua mencari kosmetik dengan perasaan senang. Telihat banyak sekali diskon di temp
Setelah pak tua itu datang menemui Brian. Dia kemudian langsung termenung di dalam ruangannya. Dan dia dikejutkan dengan kedatangan suster Mei ke ruangannya sambil membawa beberapa dokumen. Tidak lama kemudian setelah menyerahkan dokumen tersebut suster Mei kembali keluar dari ruangan itu tanpa bertanya apa pun yang terjadi. Brian yang langsung membuka dokumen tersebut dan mengisinya dia kembali terlihat seperti sedang tidak terjadi sesuatu dan kembali bekerja. Suster Mei yang baru saja keluar dari ruangan Brian kemudian dia ditanyakan oleh suster dan pekerja lain tentang apa yang telah terjadi. Namun suster Mei hanya menggelengkan kepala dan mereka semua sontak dibuat kecewa.“Astaga harusnya kau tanyakan itu.”“Benar kami juga ingin tahu.”“Bukankah ini sesuatu yang luar biasa.”“Sayang sekali padahal jika aku adalah kau akan ku tanyakan.”“Kalau begitu kenapa tidak kalian tanyakan sendiri saj
Hari ini Brian bekerja seperti biasanya di rumah sakit kota Domino dia sedang melakukan tindakan pemeriksaan fisik kepada pasien pasca operasi. Selama ini dia selalu melakukan pekerjaannya dengan baik sampai dia pulang ke rumahnya. Waktu sudah menunjukan pukul 6 sore semua orang hari ini menyudahi pekerjaannya dan mereka pulang ke rumah untuk beristirahat. Brian juga demikian dia pulang ke rumahnya yang berada di sebuah apartemen tidak jauh dari pusat kota. Dirinya begitu melihat pemandangan yang sangat indah membuatnya terkesima dalam waktu cepat. Begitu dia sampai di rumahnya dia langsung duduk di sofa sambil memakan ayam goreng yang baru saja dia pesan lewat pesan antar. Hari yang cukup lelah bagi dirinya sehingga dia menikmati dengan santai. Banyak sekali kejadian yang membuat dirinya merasa harus terkuras energinya. Kematian Hana yang merupakan temannya baru ini menyimpan duka mendalam bagi dirinya dan dia masih mengenangnya karena Hana bukan hanya sebagai teman namun dia juga
Tepat di kediaman Jason. Dirinya sedang meneguk wine sambil duduk dengan santai di kursi ruang kerjanya. Alunan musik klasik membuat suasana di ruangan tersebut terasa elegan. Dia terus menerus menggerakan gelas wine miliknya sebelum kemudian dia meneguknya. Pagi hari yang cukup indah di matanya seakan dia sehabis bermimpi indah. Jason merupakan seorang musisi sebelumnya dirinya sama seperti Yurian yang merupakan seorang pianis. Setelah 3 tahun lamanya dirinya menjadi musisi dan dia sering mengadakan konser di berbagai tempat dan tentunya penggemarnya sudah seperti penggemar selebriti mereka banyak sekali dan bahkan membuat fanbase khusus untuk dirinya yang diberi nama “Jasonius.” Mereka terdiri dari berbagai kalangan usia dan tentunya sangat menyukai dirinya. Bahkan setiap kali dia akan mengadakan konser mereka selalu datang dan mendukungnya bahkan di sebuah forum internet dirinya sempat menjadi trending karena hal itu. Jason memang berasal dari kalangan sendok emas dan
Saat ini Brian sedang berada di dalam ruangan kerjanya dia tengah memikirkan apa yang membuatnya penasaran dengan ucapan dokter Maria sebelumnya. Brian kemudian melihat ke arah jam dinding dan masih menunjukan pukul 3 sore. Tidak lama kemudian dia berencana untuk bertemu dengan dokter Maria yang sekarang berada di ruangannya. Dia kemudian bergerak menuju ke lantai 2 dimana mereka akan bertemu dan begitu sampai di sana dirinya melihat dokter Maria sudah menunggu kedatangannya dengan duduk di kursi ruang kerjanya. Meja di mana banyak sekali tumpukan kertas kemudian dokter Maria menghentikan aktivitasnya begitu Brian datang menemuinya dan mereka berdua akan memulai obrolan yang membuat dirinya penasaran.“Brian. Silahkan duduk,” ucap Maria“Langsung saja ke intinya.”“Baiklah ku harap kau bisa menerima ini dengan baik.”“Terserah saja.”“Yurian bukanlah orang yang waras. Dia semakin ke sini semakin
Waktu terus berjalan sampai tidak terasa sudah satu bulan lamanya Yurian dirawat di rumah saikit jiwa dan dia berada di sebuah ruangan yang merupakan ruang dirinya dirawat. Dengan penampilan yang terlihat lusuh dirinya mencoba untuk tetap waras namun kenyataan malah sebaliknya. Dia sekarang sudah seperti orang lain dimana dia terlihat begitu berbeda walau hanya sekilas. Hana yang menjadi susternya saat itu dan terus mendatanginya untuk melakukan perawatan serta pemberian obat. Melihat Hana yang bekerja kerasa dihadapannya membuat Yurian seketika teringat dimana dirinya dahulu merupakan orang yang seperti itu sehingga dia termenung dalam suasana terkejut sampai Hana menyadari akan hal itu dan bertanya kepada dirinya.“Yurian. Apa ada yang anda pikirkan?” tanya Hana kepada dirinya dengan tatapan lembut namun penuh arti“Tidak. Tidak ada apa-apa,” ucap Yurian sambil menggelengkan kepala“Baiklah kalau begitu. Oh iya jika ada yang ingin
Di kediaman Yurian 5 tahun yang lalu. Dia sedang berada di dalam kamarnya sambil membaca sebuah buku musik klasik yang dia dapatkan ketika dirinya masih berumur 5 tahun. Ibunya merupakan seorang musisi dia pemain piolin terkenal bernama Julia Antonius semenjak ibunya menikah dengan ayah Yurian dia berganti nama menjadi Julia Frances. Yurian merupakan anak tunggal dari pasangan yang salah satunya musisi dan yang satunya lagi merupakan dokter bedah terkenal di negeri ini namun mereka bedua pindah ke luar negeri begitu Yurian beranjak remaja. Dirinya menjadi seorang yang mandiri sejak saat itu karena harus bertahan hidup sendirian tanpa ada yang mengasuhnya kecuali orang yang menjadi manajernya di masa depan yang tidak lain adalah sekertaris ibunya. Keluarga Yurian cukup harmonis namun begitu ayahnya pulang dari luar negeri seorang diri Yurian merasa ada kekhawatiran dalam dirinya. Saat itu dia masih berumur 15 tahun dan tidak berani menanyakan hal yang terbilang cukup sensitif. Dia me
Brian dengan sibuk melakukan pekerjaannya tersebut kemudian dia melakukan prosedur operasi kepada pasien dengan bantuan rekan-rekannya. Selama dia melakukan tindakan tersebut dia dengan tenang melakukannya secara hati-hati. Setelah kemudian melanjutkan ke tahap berikutnya dirinya kemudian memotong usus buntu tersebut dan tidak lama kemudian memasukannya ke dalam pipet. Begitu dia selesai melakukan pengangkatan usus buntu itu tidak lama kemudian dia menjahit luka operasinya dengan perlahan sampai akhirnya menutup dengan sempurna. Di bawah lampu operasi dirinya dengan sangat hati-hati menjahit luka tersebut setelahnya dia kemudian membersihkan bekas darah yang berserakan disekitat meja operasi tersebut. Brian kemudian berhasil melakukan prosedur pengangkatan usus buntu.“Akhirnya selesai,” ucap Brian dengan menghela nafas dibalik masker yang dia gunakan“Tidak buruk juga.”“Akan ku bersihkan sisanya. Langsung saja bawa pasien ke ruang
Pembicaraan mereka berdua berlangsung lama. Brian seketika terdiam sambil memikirkan seseuatu yang terdengar familliar. Hana yang melihat Brian terkejut seperti itu membuat dirinya merasa heran. Brian kemudian meneguk wine di gelasnya dan dia masih terlihat begitu memikirkan sesuatu. Tanpa bertanya cukup banyak Hana kemudian melanjutkan makannya dan dalam pikirannya dia masih bertanya-tanya dengan apa yang terjadi kepada Brian seolah dirinya merasakan sesuatu yang aneh dan terkesan penasaran. Selama ini dirinya memang tertarik kepada Brian hanya saja dia tidak dapat mengungkapkannya kerena berbagai alasan. Dia dengan senang sekarang berada bersamanya namun semua itu tidak membuat dirinya merasa cukup dan ingin tahu lebih dalam.“Apa terjadi sesuatu dok?” tanya Hana kepada Brian“Ada sesuatu yang ingin ku pastikan.”“Memastikan apa?”“Apa kau bisa membantuku?” ucap Brian kepada Hana dengan tatapan meyakinkan.
Tepat di hari konser amal Yurian yang diadakan disebuah gedung opera di kota Domino. Banyak orang yang sudah berkumpul untuk meyaksikan konser tersebut. Mereka semua sangat antusias dan bahkan sudah dari pagi berada di tempat itu. Sambil menunggu acara di mulai mereka mengantri dan begitu masuk ke dalam gedung teater ternyata kursi di sana sudah di isi oleh beberapa orang. Brian yang hari ini datang ke lokasi dirinya melihat orang-orang yang berkumpul untuk menghadiri acara tersebut denga sangat senang. Brian kemudian mengantri seperti mereka dan begitu giliran dirinya dia langsung masuk ke gedung. Tepat di dalam gedung dia langsung duduk di kursi penonton bagian tengah. Ini merupakan pengalaman pertamanya di usia segini menghadiri acara musik. Orang-orang yang berada di kursi penonton mereka semua terlihat begitu gembira dan lagi ada banyak anak-anak yang datang ke tempat ini. Tidak lama kemudian seseorang datang menghampiri Brian. Orang tersebut tidak lain adalah Alex teman kerjan
Brian berjalan menuju ke ruangannya dia yang masih merasa kepikiran dengan apa yang dikatakan oleh dokter Maria hanya menghela nafas panjang. Kehidupan seseorang ternyata tidak bisa ditebak. Brian melihat pintu ruangannya dan kemudian dirinya masuk sambil membawa sebuah rekam medis. Dia kemudian duduk di kursinya dan terus melihat isi dokumen tersebut. Sekarang waktu sudah menunjukan pukul 5 sore dia masih memiliki waktu selama satu jam lagi untuk mengakhiri pekerjaannya hari ini. Dalam benaknya terlintas sesuatu yang membuat dirinya nyaman tidak lain yaitu liburan. Selama beberapa pekan dirinya bekeraja di kota ini dia belum merasakan liburan yang semestinya dia dapatkan. Hanya pekerjaan yang menumpuk dan membuat dirinya seakan diambang ketidak warasan dan ingin sekali melarikan diri bahkan bertekad untuk mengakhiri hidup. Sesuatu yang sangat merepotkan. Suara detik jam membuat dirinya merasa tenang terasa sepi dan membuat dirinya tenang. Brian kemudian melihat ponselnya dan ternya