Beranda / Romansa / Life or Not / Bab 4 Awal Mula bagian 3

Share

Bab 4 Awal Mula bagian 3

Penulis: Moody Moody
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Maaf sepertinya aku harus segera pulang sudah malam,” sahut Sera

“Bagaimana kalau menginap saja?” ucapku kepada Sera

“Tidak, ada pekerjaan yang harus aku kerjakan,”

“Baiklah kalau begitu, akan ku antar,”

“Iya,” ucap Sera sambil mengangguk

Aku turun ke bawah untuk mengantar Sera pulang. Ku kemudikan mobil yang terparkir di basemen apartemen. Aku tidak banyak bertanya soal apa yang akan dia kerjakan sehingga menolak ajakannku hanya berpikir ini bukan lah hal yang tidak diinginkan. Sesampainya di depan apartemen Sera aku menyuruhnya untuk segera masuk karena malam semakin dingin.

“Bye,” ucap Sera

“Bye, cepat masuk,” sahutku

“Hati-hati di jalan,” ucap Sera lagi sambil melambaikan tangan

Untungnya aku tidak terlalu mabuk sehingga bisa mengantar Sera dan mengemudi. Akhirnya suasana kembali hening malam yang penuh bintang menandakan kabar baik. Aku mulai kembali ke aktivitasku bermain video game sampai larut malam.

Trrirrrrrtttttttt Trrirrrrrtttttttt Trrirrrrrtttttttt

Ponselku terus berbunyi

“Halo, ya?”

“Bagaimana kabarmu? Besok bisa ketemu paman sudah lama tidak bertemu denganmu Brian,”

Rupanya yang menelponku malam-malam begini adalah pamanku. Sepertinya dia sudah pulang ke kota ini aku senang sekali.

“Aku baik-baik saja, bagaimana dengan paman?” tanyaku kembali

“Aku juga baik-baik saja, ada hal penting yang harus dibicarakan besok datanglah ke tempatku,”

“Iya baiklah,”

“Kau tidak lembur kan,?”

“Tidak besok aku pulang seperti biasanya jadwalnya tidak berubah,”

“Baguslah kalau begitu. Yasudah sampai jumpa,”

“Ya paman,” ucapku sambil menutup telpon

Waktu sudah menunjukan larut malam sekarang saatnya bagiku untuk tidur. Besok aku harus memulai kembali keseharianku yang tidak pernah lepas dari kata sibuk. Dan lagi aku harus menemui pamanku mau bagaimana lagi aku harus menurutinya jika tidak itu akan merepotkan. Ku pejamkan mataku perlahan hingga telelap.

Disebuah rumah sakit yang bernama Holive Hospital yang sangat familliar di kota ini tempat dimana pamanku bekerja dia adalah kepala rumah sakit namanya William McDonnie. Tepat diruang meeting.

“Bagaimana? Kau sudah membicarakannya?” tanya salah seorang dokter

“Hari ini dia akan kemari jangan khawatir,” ucap William

“Baiklah semoga di menyetujuinya lagi pula anak itu sangat kompeten aku sudah sering mendengarnya,” sahut dokter itu

“Senang mendengarnya aku harap kita bisa bekerjasama ke depannya,” ucap William dengan senyum

“Tentu saja, ini akan sangat baik,” jawab dokter itu

Dengan terburu-buru aku harus segera pergi ke tempat dimana pamanku menyuruh bertemu untungnya hari ini tidak lebih sibuk dari biasanya beberapa operasi ku lakukan dengan baik tentunya dengan bantuan rekan-rekanku. Segera setelah ini aku akan menemui pamanku tidak akan memakan banyak waktu jaraknya cukup dekat dari sini menuju rumah sakit itu.

“Suster Anne tolong pindahkan pasien ini ke ruangannya kembali di ruang Iris,” ucapku

“Iya dok akan saya pindahkan,” jawab Anne dengan cepat dia memindahkannya

“Semuanya berjalan lancar? Wow,” sahut Toni

“Tentu saja untungnya,” ucapku kepada Toni

“Kau memang kompeten tidak heran jika di usia mu sekarang kau sudah berhasil,”

“Terimakasih atas pujiannya,”

“Hohoho aku tidak memujimu,”

“Hari ini kau tidak mengurusi pasienmu? Kau terlihat santai,” tanyaku

“Sudah ku lakukan. Sepeertinya kau tidak suka aku bersantai? Lagi pula aku bukan dokter bedah tidak akan banyak merepotkan kok,”

Seperti biasanya dia memang selalu berkomentar apapun memang menyenangkan punya teman seperti itu meskipun kadang membuatku naik darah.

6 jam berlalu akhirnya aku sampai tepat di depan temnpat kerja pamanku. Apa yang ingin dia bicarakan jujur saja ini cukup membuatku penasaran. Kemudian aku menuju ke ruangan pamanku dan disana ku dapati dia sedang duduk sambil mengisi beberapa dokumen.

“Permisi paman,” ucapku dengan nada rendah

“Ohh, kau sudah datang rupanya silahkan duduk,”

“Kapan anda kembali kesini bukankah anda baru saja mengambil cuti dan pergi ke luar negeri?” tanyaku tanpa basa-basi

“Itu bukan cuti hanya perjalanan sebentar,”

“Bukankah itu sama saja,” ucapku dalam hati

“Langsung saja ke intinya ya. Begini bagaimana kalau kau di pindahkan tugas ke Holive Hospital cabang Domino. Kau setuju?”

Pertanyaannya sontak membuatku terkejut.

“Apa? kenapa di pindahkan ke sana? Kenapa tiba-tiba?”

“Akan ku jelaskan semuanya. Begini barusan kepala rumah sakit Mourin tempatmu bekerja dia menyarankan agar aku memindahkanmu ke cabang Holive yang ada di kota Domino. Kau tahu kenapa? Karena kau kompeten tidak seharusnya kau berada di Mourin itu hanya akan membuat dirimu biasa saja.”

“Kepala Rumah sakit Mourin bilang seperti itu,?”

“Iya dia kemarin menemuiku,”

Mendengar pernyataan pamanku aku berpikir ini bukanlah hal buruk lagi pula aku sudah lumayan lama berada di sana. Namun yang membuatku mengganjal adalah kenapa harus aku yang dipindahkan sejauh ini aku tidak pernah membuat kesalahan apapun semuanya berjalan lancar. Apa disana kekurangan dokter bedah jelas itu tidak mungkin atau ini hanya firasatku saja ada maksud dibalik semua ini.

“Bagaimana? Apa kau keberatan?”

“Akan ku pikirkan,”

“Baiklah lagi pula aku tidak bisa memaksamu keputusan ada ditanganmu,”

“Ohh ya paman. Tidak aku tidak jadi bertanya,”

“Hmmm... jika membuatmu bingung katakan saja tidak apa-apa,”

Sepertinya aku harus menemui kepala rumah sakit Mourin terlebih banyak yang ingin ku tanyakan dibandingkan menyetuji permintaan pamanku jelas ini ada yang tidak beres. Sebelum itu banyak yang harus ku pikirkan lagi. Pamanku memang keluargaku tapi jika dia melakukan hal yang buruk aku tidak akan tinggal diam membisu seperti tidak tau dengan apa yang sebenarnya terjadi.

“Tidak ada yang ingin ku tanyakan lagi aku permisi,”

Aku beranjak dari tempat duduk itu dan bergegas pergi.

“Baiklah sampai jumpa. Jangan lupa kabari jika kau setuju,” ucap pamanku

Tanpa berkata apa-apa aku hanya mengangguk dan pergi meninggalkan ruangan itu. Ketika hendak keluar dari lift aku melihat kepala rumah sakit Mourin masuk ke dalam ruangan yang tidak jauh dari lift tempatku berada sontak aku langsung pergi menuju ke arah sana untuk menemui beliau. Ternyata aku kehilangan jejaknya ku lihat tadi menuju ke arah sana namun ternyata aku tidak menemukannya pada akhirnya aku bertanya kepada seorang perawat yang tengah mendorong kursi roda apakah dia melihat orang yang ku cari ternyata dia juga tidak melihatnya. Tidak mau mebuang waktu akhirnya aku memutuskan untuk pergi saja dari tempat itu dan betemu dengan Sera dia sudah mengabariku jika hari ini dia mengajaku ketemu di Cafe Milley tempat kami menikmati kopi sambil menghabiskan waktu bersama meski itu hanya sekedar mengobrol dan makan itu membuatku menikmati hidup ditengah kesibukan yang tiada habisnya. Ku parkirkan mobil dan segera berangkat untuk menjemput Sera terlebih dahulu.

Bab terkait

  • Life or Not   Bab 5 Hariku

    Setelah aku menjemput Sera akhirnya kami sampai di Cafe Milley dan memesan beberapa menu. Kali ini aku memesan steak dan wine begitu juga dengan Sera. Kami menikmati hidangan dengan santai sambil mengobrol hal-hal kecil. Sebenarnya setelah ini aku hendak memberitahukan bahwa aku akan segera dipindahkan tugas. Namun sepertinya waktunya tidak tepat jadi tidak ku ceritakan kepada Sera. Universary kami tinggal menunggu beberapa hari lagi aku bingung apa yang harus ku berikan kepada Sera mengingat banyak sekali barang yang dia suka sudah kuberikan kepadanya. Sepertinya aku harus meminta pendapat temanku yang tau banyak soal perempuan.“Bagaimana makanannya?” tanyaku kepada Sera“Tidak pernah mengecewakan,” jawabnya dengan sedikit tertawa kecilKu tuangkan wine ke dalam gelasnya dan kami bersulang. Meskipun ini siang hari tidak ada salahnya menikmati wine di tengah suasana kencan kami. Melihat makanan yang sudah kami habiskan kini Sera mengajak

  • Life or Not   Bab 6 Rencana

    Akhirnya aku sampai di rumah begitu sampai aku langsung memarkirkan mobil dan menuju ke lantai tiga di mana apartemenku berada. Tanpa berlama-lama aku memasuki rumah dan menyalakan lampu. Hari sudah malam pertanda aku harus segera istirahat tapi sebelum itu aku pergi mandi. Tidak lama kemudian ponselku berdering namun aku tidak sempat mengangkatnya dan ternyata itu teman lamaku Jason. Setelah aku selesai mandi aku duduk di meja kerjaku dan mencoba memeriksa data pasien yang sebelumnya belum sempat ku periksa. Tiga puluh menit berlalu kemudian aku pergi ke dapur untuk mengambil segelas air putih dan segera aku duduk santai sambil menonton televisi.Ponselku kembali berdering kini aku mengangkatnya.“Halo,” ucapku“Ohh hai Brian. Sudah lama ya bagaimana kabarmu?” ucap Jason dalam telpon“Baik-baik saja. Bagaimana denganmu?” tanyaku kepada Jason“Akhir-akhir ini kondisiku baik-baik saja.”“B

  • Life or Not   Bab 7 Hari-hari

    Ketika di ruangan makan kami sedikit mengobrol membicarakan seputar pekerjaan tidak sampai di situ kami juga mengobrol hal lain tidak terkecuali masalah pribadi.“Hey kalian tahu katanya senior yang menempati posisi dokter bedah saraf itu dia cuti beberapa bulan,” ucap salah satu dokter rekan kami“Aku tahu ku dengar anaknya akan sekolah di luar negeri benarkah?” ucap salah satu dokter lagi“Aku juga mendengarnya sepertinya itu benar hanya saja alasan dia cuti itu aku tidak tahu pasti,” sahut Toni“Sepertinya itu hal yang tidak terlalu aneh,” ucap ku“Memang tidak aneh tapi berita ini sangat panas. Itu artinya kau akan kehilangan rekan senior untuk beberapa waktu,” ucap ToniJujur saja aku belum mengatakan kepada mereka bahwa waktu ku di sini hanya tinggal beberapa minggu saja mengingat sebelumnya pamanku menyuruh untuk pindah. Jika aku memberitahu mereka saat ini tentu saja akan me

  • Life or Not   Bab 8 Misterius

    “Woahh beer memang yang terbaik,” ucap Sera“Memang pas dengan daging,” sahut Fianna“Kalian berdua nikmati saja sepuasanya jangan sungkan,” ucap Kak Diana“Ini untuk kak Diana,” ucap Fianna sambil memberikan sepotong daging kepada kak Diana“Terimakasih,” ucap Kak Diana“Ngomong-ngomong kapan terakhir kita seperti ini?” ucap Fianna“Entahlah aku lupa karena banyak yang harus ku kerjakan mana sempat berpesta seperti ini,” ucap Kak Diana. Sambil meminum beer“Ku dengar belum lama ini ada staff yang membuat skandal dengan salah satu aktor loh,” ucap Fianna“Apa? aku tidak pernah dengar tuh,” ucap Kak Diana“Aku juga tidak pernah dengar,” sahut Sera“Wahhh ternyata kalian kehilangan info ya. Itu dia memang populer tidak bukan hanya itu dia juga menarik baru-baru ini ada staff baru di perusahaa

  • Life or Not   Bab 9 Kebersamaan

    Hari ini tepat hari liburku karena kemarin aku harus lembur sampai pagi dan lagi banyak sekali pekerjaan aku harus melakukan operasi lebih dari satu orang ini membuatku kelelahan tanpa bantuan rekan-rekan semuanya aku tidak habis pikir bisa menyelesaikan semuanya sampai akhir. Tapi itu sudah berlalu dan kini aku akan menikamati liburanku meskipun hanya satu hari. Beberapa jam yang lalu adik perempuanku menelpon dan dia akan kerumahku dia bilang akan datang sebentar lagi. Karena itu pagi-pagi aku membersihkan rumahku dia tidak suka berantakan seperti penderita OCD saja. Tidak lama kemudian rupanya sudah sampai. Aku membukakan pintu dan menyuruhnya masuk. “Kakak sudah lama ya,” ucap adik perempuanku sambil memeluku “Ya ya kau kemari sendirian?” tanya ku kepada dia “Tidak. Tadi aku bersama paman.” “Kenapa dia tidak ikut kemari?” “Ah dia bilang sedang sibuk dan harus pergi hanya itu. Padahal tadi aku mengajaknya.” “Mau teh?”

  • Life or Not    Bab 10 Keputusan

    Keesokan harinya Bella yang menginap di rumah paman kembali ke kota Domino meskipun hanya satu hari saja di sini baginya sangat menyenangkan. Aku tidak sempat berpamitan karena harus pergi ke tempat kerja hari ini aku dinas bagian pagi. Aku hanya mengiriminya pesan. Kesibukan ku kembali menyambutku setiap orang berlalu lalang kian kemari menandakan mereka juga mengalami hal yang sama. Aku berjalan di trotoar setelah menaiki bus karena aku tidak membawa mobil dan lebih ingin menikmati perjalanan seperti ini yang sudah lama tidak ku lakukan. Lampu merah menyala pertanda aku harus segera menyebarang. Tidak lama kemudian aku sampai ke tempat kerja. Seperti biasanya pemandangan yang tidak berubah sama sekali. Aku pergi ke ruangan ku untuk menyimpan barang ku dan kembali menemui pasien yang tengah bersiap untuk menjalani operasi. “Pagi-pagi sudah mulai ya,” ucap salah satu rekan ku “Memang seperti ini seharusnya,” ucap ku “Semangat-semangat,” ucap rekan ku

  • Life or Not   Bab 11 Tragedi

    Ketika aku pulang dari kerja tubuhku terasa sangat lelah aku tidak bisa beranjak dari sofa seperti ada magnet yang menarik diriku. Sampai tidak terasa 30 menit berlalu dan diriku masih terbaring lelah tadinya aku akan pergi untuk mandi ku kumpulkan niat terlebih dahulu hingga akhirnya aku beranjak dari sofa dan mengambil handuk kemudian pergi ke kamar mandi.Tidak lama kemudian aku menonton film hanya sekedar hiburan semata tidak lama kemudian paman menelponku.“Brian kudengar kau sudah menyetujuinya aku akan memperiapkannya untukmu,” ucap paman dalam telpon“Ya sudah ku setujui. Oh ya paman...,” ucap ku“Iya ada masalah?”“Tidak jadi tidak ada yang ku khawatirkan.”“Oh ya kalau begitu sampai bertemu nanti.”“Baik paman.”Kemudian ku matikan telpon itu. Ternyata waktuku di kota ini hanya tinggal satu minggu lagi. Kemungkinan juga Toni sudah memberitahu semu

  • Life or Not   Bab 12 Melelahkan

    Begitu banyak dokumen yang harus di isi ada setumpuk dokumen yang belum ku periksa laporan untuk pasien kali ini cukup banyak. Satu persatu ku periksa dengan teliti kemudian ku seruput segelas kopi yang ada di mejaku. Udara dingin dari AC menusuki tubuhku setelah selesai melakukan operasi kini yang harus dilakukan adalah mengerjakan setiap dokumen ini. Tinggal menunggu 5 hari lagi begitu aku pindah dari sini semuanya akan kembali ke titik nol. Sambil mengerjakan pekerjaan yang setumpuk ini ku lihat beberapa pesan yang memenuhi ponselku dan semua itu dari dari paman. Jam sudah menunjukan pukul tiga sore hari sekarang setengah dokumen sudah selesai ku kerjakan untuk itu aku harus terus mengerjakannya agar semuanya selesai tepat sebelum pertukaran dinas malam. Memang membuat lelah semua ini terlalu banyak jika dibandingkan dengan sebelumnya. Pasien anak perempuan yang tertabrak baru-baru ini membuatku merasa kepikiran karena dia mengalami beberapa komplikasi oleh karena itu operasinya

Bab terbaru

  • Life or Not   Bab 40 End

    Hari ini Brian bekerja seperti biasanya di rumah sakit kota Domino dia sedang melakukan tindakan pemeriksaan fisik kepada pasien pasca operasi. Selama ini dia selalu melakukan pekerjaannya dengan baik sampai dia pulang ke rumahnya. Waktu sudah menunjukan pukul 6 sore semua orang hari ini menyudahi pekerjaannya dan mereka pulang ke rumah untuk beristirahat. Brian juga demikian dia pulang ke rumahnya yang berada di sebuah apartemen tidak jauh dari pusat kota. Dirinya begitu melihat pemandangan yang sangat indah membuatnya terkesima dalam waktu cepat. Begitu dia sampai di rumahnya dia langsung duduk di sofa sambil memakan ayam goreng yang baru saja dia pesan lewat pesan antar. Hari yang cukup lelah bagi dirinya sehingga dia menikmati dengan santai. Banyak sekali kejadian yang membuat dirinya merasa harus terkuras energinya. Kematian Hana yang merupakan temannya baru ini menyimpan duka mendalam bagi dirinya dan dia masih mengenangnya karena Hana bukan hanya sebagai teman namun dia juga

  • Life or Not   Bab 39 Retak

    Tepat di kediaman Jason. Dirinya sedang meneguk wine sambil duduk dengan santai di kursi ruang kerjanya. Alunan musik klasik membuat suasana di ruangan tersebut terasa elegan. Dia terus menerus menggerakan gelas wine miliknya sebelum kemudian dia meneguknya. Pagi hari yang cukup indah di matanya seakan dia sehabis bermimpi indah. Jason merupakan seorang musisi sebelumnya dirinya sama seperti Yurian yang merupakan seorang pianis. Setelah 3 tahun lamanya dirinya menjadi musisi dan dia sering mengadakan konser di berbagai tempat dan tentunya penggemarnya sudah seperti penggemar selebriti mereka banyak sekali dan bahkan membuat fanbase khusus untuk dirinya yang diberi nama “Jasonius.” Mereka terdiri dari berbagai kalangan usia dan tentunya sangat menyukai dirinya. Bahkan setiap kali dia akan mengadakan konser mereka selalu datang dan mendukungnya bahkan di sebuah forum internet dirinya sempat menjadi trending karena hal itu. Jason memang berasal dari kalangan sendok emas dan

  • Life or Not   Bab 38 Sandiwara

    Saat ini Brian sedang berada di dalam ruangan kerjanya dia tengah memikirkan apa yang membuatnya penasaran dengan ucapan dokter Maria sebelumnya. Brian kemudian melihat ke arah jam dinding dan masih menunjukan pukul 3 sore. Tidak lama kemudian dia berencana untuk bertemu dengan dokter Maria yang sekarang berada di ruangannya. Dia kemudian bergerak menuju ke lantai 2 dimana mereka akan bertemu dan begitu sampai di sana dirinya melihat dokter Maria sudah menunggu kedatangannya dengan duduk di kursi ruang kerjanya. Meja di mana banyak sekali tumpukan kertas kemudian dokter Maria menghentikan aktivitasnya begitu Brian datang menemuinya dan mereka berdua akan memulai obrolan yang membuat dirinya penasaran.“Brian. Silahkan duduk,” ucap Maria“Langsung saja ke intinya.”“Baiklah ku harap kau bisa menerima ini dengan baik.”“Terserah saja.”“Yurian bukanlah orang yang waras. Dia semakin ke sini semakin

  • Life or Not   Bab 37 Masa Lalu

    Waktu terus berjalan sampai tidak terasa sudah satu bulan lamanya Yurian dirawat di rumah saikit jiwa dan dia berada di sebuah ruangan yang merupakan ruang dirinya dirawat. Dengan penampilan yang terlihat lusuh dirinya mencoba untuk tetap waras namun kenyataan malah sebaliknya. Dia sekarang sudah seperti orang lain dimana dia terlihat begitu berbeda walau hanya sekilas. Hana yang menjadi susternya saat itu dan terus mendatanginya untuk melakukan perawatan serta pemberian obat. Melihat Hana yang bekerja kerasa dihadapannya membuat Yurian seketika teringat dimana dirinya dahulu merupakan orang yang seperti itu sehingga dia termenung dalam suasana terkejut sampai Hana menyadari akan hal itu dan bertanya kepada dirinya.“Yurian. Apa ada yang anda pikirkan?” tanya Hana kepada dirinya dengan tatapan lembut namun penuh arti“Tidak. Tidak ada apa-apa,” ucap Yurian sambil menggelengkan kepala“Baiklah kalau begitu. Oh iya jika ada yang ingin

  • Life or Not   Bab 36 Mimpi Buruk

    Di kediaman Yurian 5 tahun yang lalu. Dia sedang berada di dalam kamarnya sambil membaca sebuah buku musik klasik yang dia dapatkan ketika dirinya masih berumur 5 tahun. Ibunya merupakan seorang musisi dia pemain piolin terkenal bernama Julia Antonius semenjak ibunya menikah dengan ayah Yurian dia berganti nama menjadi Julia Frances. Yurian merupakan anak tunggal dari pasangan yang salah satunya musisi dan yang satunya lagi merupakan dokter bedah terkenal di negeri ini namun mereka bedua pindah ke luar negeri begitu Yurian beranjak remaja. Dirinya menjadi seorang yang mandiri sejak saat itu karena harus bertahan hidup sendirian tanpa ada yang mengasuhnya kecuali orang yang menjadi manajernya di masa depan yang tidak lain adalah sekertaris ibunya. Keluarga Yurian cukup harmonis namun begitu ayahnya pulang dari luar negeri seorang diri Yurian merasa ada kekhawatiran dalam dirinya. Saat itu dia masih berumur 15 tahun dan tidak berani menanyakan hal yang terbilang cukup sensitif. Dia me

  • Life or Not   Bab 35 Apa yang Harus Kulakukan?

    Brian dengan sibuk melakukan pekerjaannya tersebut kemudian dia melakukan prosedur operasi kepada pasien dengan bantuan rekan-rekannya. Selama dia melakukan tindakan tersebut dia dengan tenang melakukannya secara hati-hati. Setelah kemudian melanjutkan ke tahap berikutnya dirinya kemudian memotong usus buntu tersebut dan tidak lama kemudian memasukannya ke dalam pipet. Begitu dia selesai melakukan pengangkatan usus buntu itu tidak lama kemudian dia menjahit luka operasinya dengan perlahan sampai akhirnya menutup dengan sempurna. Di bawah lampu operasi dirinya dengan sangat hati-hati menjahit luka tersebut setelahnya dia kemudian membersihkan bekas darah yang berserakan disekitat meja operasi tersebut. Brian kemudian berhasil melakukan prosedur pengangkatan usus buntu.“Akhirnya selesai,” ucap Brian dengan menghela nafas dibalik masker yang dia gunakan“Tidak buruk juga.”“Akan ku bersihkan sisanya. Langsung saja bawa pasien ke ruang

  • Life or Not   Bab 34 Meminta Bantuan

    Pembicaraan mereka berdua berlangsung lama. Brian seketika terdiam sambil memikirkan seseuatu yang terdengar familliar. Hana yang melihat Brian terkejut seperti itu membuat dirinya merasa heran. Brian kemudian meneguk wine di gelasnya dan dia masih terlihat begitu memikirkan sesuatu. Tanpa bertanya cukup banyak Hana kemudian melanjutkan makannya dan dalam pikirannya dia masih bertanya-tanya dengan apa yang terjadi kepada Brian seolah dirinya merasakan sesuatu yang aneh dan terkesan penasaran. Selama ini dirinya memang tertarik kepada Brian hanya saja dia tidak dapat mengungkapkannya kerena berbagai alasan. Dia dengan senang sekarang berada bersamanya namun semua itu tidak membuat dirinya merasa cukup dan ingin tahu lebih dalam.“Apa terjadi sesuatu dok?” tanya Hana kepada Brian“Ada sesuatu yang ingin ku pastikan.”“Memastikan apa?”“Apa kau bisa membantuku?” ucap Brian kepada Hana dengan tatapan meyakinkan.

  • Life or Not   Bab 33 Dejavu

    Tepat di hari konser amal Yurian yang diadakan disebuah gedung opera di kota Domino. Banyak orang yang sudah berkumpul untuk meyaksikan konser tersebut. Mereka semua sangat antusias dan bahkan sudah dari pagi berada di tempat itu. Sambil menunggu acara di mulai mereka mengantri dan begitu masuk ke dalam gedung teater ternyata kursi di sana sudah di isi oleh beberapa orang. Brian yang hari ini datang ke lokasi dirinya melihat orang-orang yang berkumpul untuk menghadiri acara tersebut denga sangat senang. Brian kemudian mengantri seperti mereka dan begitu giliran dirinya dia langsung masuk ke gedung. Tepat di dalam gedung dia langsung duduk di kursi penonton bagian tengah. Ini merupakan pengalaman pertamanya di usia segini menghadiri acara musik. Orang-orang yang berada di kursi penonton mereka semua terlihat begitu gembira dan lagi ada banyak anak-anak yang datang ke tempat ini. Tidak lama kemudian seseorang datang menghampiri Brian. Orang tersebut tidak lain adalah Alex teman kerjan

  • Life or Not   Bab 32 Suara Hati

    Brian berjalan menuju ke ruangannya dia yang masih merasa kepikiran dengan apa yang dikatakan oleh dokter Maria hanya menghela nafas panjang. Kehidupan seseorang ternyata tidak bisa ditebak. Brian melihat pintu ruangannya dan kemudian dirinya masuk sambil membawa sebuah rekam medis. Dia kemudian duduk di kursinya dan terus melihat isi dokumen tersebut. Sekarang waktu sudah menunjukan pukul 5 sore dia masih memiliki waktu selama satu jam lagi untuk mengakhiri pekerjaannya hari ini. Dalam benaknya terlintas sesuatu yang membuat dirinya nyaman tidak lain yaitu liburan. Selama beberapa pekan dirinya bekeraja di kota ini dia belum merasakan liburan yang semestinya dia dapatkan. Hanya pekerjaan yang menumpuk dan membuat dirinya seakan diambang ketidak warasan dan ingin sekali melarikan diri bahkan bertekad untuk mengakhiri hidup. Sesuatu yang sangat merepotkan. Suara detik jam membuat dirinya merasa tenang terasa sepi dan membuat dirinya tenang. Brian kemudian melihat ponselnya dan ternya

DMCA.com Protection Status