Share

BAB 3

last update Huling Na-update: 2021-11-04 18:44:37

Sinar cahaya pagi menembus dari jendela kamarku, membuatku mengerjapkan mata beberapa kali berusaha menghalau silaunya. Aku meraba kasur disebelahku, Kei sudah bangun terlebih dahulu rupanya. Aku langsung duduk, mengumpulkan nyawaku sebentar lalu mencari keberadaan Kei.

Good morning” sapa ku saat melihat Kei sedang berkutat di dapur.

Dia menoleh ke arahku, lalu tersenyum. “Good morning, Sayang.”

“Kamu duduk aja dulu, aku bikini sarapan buat kita.” lanjutnya yang masih fokus dengan mangkok di tangannya.

“Aku nggak boleh bantuin kamu?”

“Nggak boleh.”

Aku memanyunkan bibirku sembari berjalan menghampirinya.

“Emang lagi bikin apa sih?” aku memeluk tubuhnya dari belakang.

“Cuman bikin pancake aja sama scrambled egg

“Kamu nggak ada jadwal ketemu client?”

“Ini hari weekend, Sayang. Aku mau habisin waktu sama pacar aku dong.”

Aku tersenyum-senyum dibuatnya. Jarang-jarang dia bermulut manis seperti ini.

“Nih, udah jadi. Sarapan dulu ya.” Aku mengangguk lalu membantunya membawa piring ke meja makan.

“Hari ini, aku mau ajak kamu dinner. Kamu bisa kan?”

“Ini masih pagi loh, Kei. Kita aja masih sarapan, dan kamu udah buat rencana buat dinner?”

“Ya gapapa dong. Siapa tau kamu nggak bisa, daripada aku kasi tau kamu dadakan.”

“Bisa kok. Aku nggak ada acara juga hari ini.”

“Nanti aku ke rumah Mama bentar, baru aku jemput kamu ya.”

Aku mengangguk, lalu melanjutkan sarapanku sambil memikirkan baju apa yang akan kukenakan nanti.

*****

“Biar aku cuci piringnya. Kamu udah bikin sarapan tadi.”

Kei mengangguk setuju lalu mengecup lembut pelipisku dan berjalan menuju ruang tengah.

Selesai mencuci piring, aku menghampiri Kei yang sedang menonton berita. Melihat aku yang mendekat ke arahnya, ia langsung membentangkan sebelah tangannya, menyuruhku untuk masuk kedalam dekapannya.

“Aku belom mandi loh ini.”

“Iya keliatan bekas iler di pipi kamu.” sontak aku membersihkan pipiku dan kulihat Kei tertawa jail. Rupanya ia mengerjaiku sekarang.

“Bercanda, Sayang. Kamu bangun tidur aja cantik kok.”

“Gombal banget sih.”

“Engga gombal, Sayang. Emang kenyataan kok. Pacarku cantik banget.”

Aku menenggelamkan mukaku ke dalam pelukannya. Menyembunyikan mukaku yang mulai memerah.

“Boleh aku ngomong serius sama kamu?” tanya Kei tiba-tiba.

“Boleh. Mau ngomong apa?”

Kei merubah posisinya menjadi duduk tegap, namun tetap menggenggam tanganku. “Kamu tau kan aku serius sama kamu?”

Aku mengangguk

Kei menghela nafas sejenak, “Sejak awal aku pacaran sama kamu, aku mau hubungan ini nantinya berakhir di jenjang pernikahan kita.”

Aku masih terus menatapnya, menunggu kata-kata apalagi yang akan ia utarakan

“Mungkin kamu sempat berpikir kalau aku terlalu over protective  sama kamu.”

“Tapi percaya sama aku, aku kayak gitu karena aku sayang kamu. Aku udah mikirin rencana-rencana kedepannya buat aku, kamu. Buat kita nantinya.” sambungnya dengan tatapan yang tak pernah lepas dariku.

“Iya aku paham. Aku juga ngerti kenapa kamu kayak gitu, karena kamu sayang aku dan kamu nggak mau aku kenapa-napa.” balasku sembari membelai lembut wajahnya.

Dia langsung menarikku kedalam pelukannya. Memelukku dengan eratnya. “Aku sayang banget sama kamu Freya. Sayang banget.”

Aku tersenyum dibalik pelukkannya. Ya, aku sangat menyayanginya. Sangat. Hingga mungkin tak mampu aku melepaskannya.

*****

“Pake baju yang mana ya? Kayanya udah pernah kepake berkali-kali semua deh, huh!” gerutuku sambil membolak-balik baju di lemari.

Merasa belum menemukan baju yang cocok, aku menjatuh diri ke atas kasur. Menerawang ke langit-langit kamarku. Membayangkan hidupku nantinya dengan Kei. Apakah akan sesuai dengan apa yang aku impikan?

Drrttt…. Drrrtttt….

Dering ponsel membuat lamunanku buyar, segera kuambil ponsel yang tak jauh dari tempatku. Nama Reyhan tertera di layar ponselku.

“Kenapa Rey?”

“Lo dimana?”

“Dirumah. Kenapa?”

“Barusan Sinta W******p gue, dia bilang kalau besok kita harus liat lokasi di Bandung.”

“Besok?” aku mengecek kalender di nakas tempat tidurku.

“Gue bisa sih, eh tapi coba gue telfon Karina dulu, mastiin jadwal gimana besok.”

“Oke deh. Besok gue jemput jam 8?” tawar Reyhan.

“Boleh.”

“Oke deh. Bye, Frey.” sambungan telfon pun  terputus.

Setelah itu aku menelfon Karina selaku asistenku untuk mengecek jadwal-jadwalku. “Halo, Karina”

“Ya, Bu. Ada apa ya?” tanya Karina di sebrang telfon.

“Saya mau tanya untuk jadwal-jadwal saya besok ada meeting atau janjian dengan client nggak ya?”

“Soalnya, saya barusan dikabari sama Pak Reyhan kalau saya ahrus cek lokasi di Bandung yang udah ditentuin sama Sinta anak divisi Lapangan.” lanjutku

“Mmm— Bentar ya, Bu. Saya cek dulu di agenda.”

Tanpa menunggu lama, Karina pun memberitau bahwa besok jadwalku kosong dan menawarkan diri untuk ikut dalam survey lokasi tersebut. Setelah dipikir-pikir agar ada yang membantuku mengecek lapangan, aku pun menyetujui tawarannya.

Saat selesai menelfon Karina, aku mengabari Reyhan lewat W******p kalau besok jadwalku kosong dan Karina akan ikut survey bersama. Setelah kurasa, taka da yang perlu aku urus lagi, aku kembali berkutat dengan memilih-milih baju di lemari.

“Ahh— Aku inget, ada dress yang pernah di beli mendiang Mama dulu.”

Ya, aku adalah anak yatim piatu. Papaku sudah meinggal terlebih dahulu sejak aku duduk di sekolah dasar. Dan, Mamaku meninggal saat sedang merintis studioku dulu karena serangan jantung.

Sudahlah, aku tidak ingin membahas itu lagi. Yang penting saat ini aku bisa membuktikan ke mereka bahwa aku bisa berdiri di kedua kakiku sendiri dan aku juga bisa membuat mereka bangga. Itu sudah cukup buatku.

“Ini dia.” ucapku saat menemuka dress yang kumaksud. Masih tersimpan rapi di sisi lemarik yang terdalam. Tak ada rusak sedikitpun.

Kupandangi dress yang Mama belikan untukku. Bermotif bunga-bunga kecil yang memberi kesan sangat anggun dengan warna putih gading. Terlihat sangat indah. Ditambah bahan kainnya yang sangat lembut. “Selera Mama memang sangat bagus.” pujiku.

Segera aku mandi karena kulihat jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Setelah mandi aku mengeringkan rambut dan mengganti pakaian rumahku dengan dress tersebut. Lalu aku mulai merias diri, memoleskan make up natural di wajahku. Aku memang tidak pernah menggunakan make up yang terlalu berat dan menor, takut kalau wajahku akan timbul beebrapa jerawat.

Ku pandangi diriku di pantulan cermin. Memutar-mutar badan, memastikan tidak ada yang kurang. Sempurna!

“Freya. Sudah siap?” Aku mendengar suara Kei diiringi dengan suara ketukan di pintu kamarku.

“Sudah Kei. Tunggu sebentar ya.”

Aku memakai parfum sedikit dan mengambil sepatu yang cocok lalu keluar menemui Kei.

“Hai.” sapaku saat melihat Kei yang sedang memainkan ponselnya

Dia menoleh ke arahku, menatapku sebentar lalu berjalan ke arahku sambil tersenyum manis. “Cantik sekali.”

“Terimakasih.” jawabku sembari tersenyum kecil.

“Yuk, aku udah reservasi restorannya. Udah siap kan?” aku mengangguk.

*****

“Kamu tumben banget ajak aku kesini? Kan jauh banget ini restorannya.” tanyaku saat kami sudah memesan makanan.

“Sekali-sekali. Biar kita quality time nya nggak di situ-situ mulu.”

“Kamu cantik banget, Sayang.” ujarnya lagi.

“Kamu udah bilang itu berkali-kali loh, Kei.”

“Gapapa, emang kenyataannya kamu cantik.”

“Kamu juga tampan.” balasku memujinya.

Tak lama, makanan kami pun datang lalu kami menikmatinya dengan berbincang-bincang sedikit.

“Oh ya Kei. Besok aku harus ke Bandung buat cek lokasi. Gapapa kan?” tanyaku disela-sela makan.

“Sama siapa aja?”

“Sama Reyhan, Sinta anak divisi lapangan sama asistenku Karina.” jelasku.

“Kalau aku nggak ijinin gimana?” tanyanya santai.

Seketika aku berhenti makan, dan menatapnya dengan tatapan bertanya-tanya. “Kenapa?”

“Ini urusan kerjaan Kei. Kalau bukan aku yang nge cek langsung, mana bisa?” lanjutku.

“Yak an, ada yang lain. Masih ada asisten kamu loh.”

“Beda Kei, kalau sama aku yang liat langsung. Ini klien ku yang paling berpengaruh. Jadi aku nggak bisa lepas tangan gitu aja. “

“Aku mohon, Kei. Kalau udah bisa pulang, aku janji langsung pulang.” bujukku dengan nada memohon.

Kei menghela nafas kasar. “Oke. Tapi kamu harus inget, kabarin aku terus. Jangan sampe lost contact, oke?”

Aku mengangguk antusias, mengiyakan apa yang ia katakan. Syukurlah dia tidak melarangku kali ini. Jika Kei tidak mengijinkan aku berangkat, tamatlah riwayatku ditangan Reyhan. Hah—

*****

“Ahh— kenyangnya. Makanan disini memang nggak pernah mengecewakan.” ucapku setelah menyelesaikan makananku.

Kei mengangguk mengiyakan.

“Freya. Ada yang mau aku ungkapin ke kamu.”

“Hm? Apa Kei?”

Aku melihat Kei menarik nafas dalam lalu berdiri dari posisi duduknya. Berjalan ke tempatku dan bersimpuh.

“Kei kamu mau ngapain?” tanyaku bingung

Kei merogoh kantong celananya, mengambil kotak biru kecil yang cantik sekali. Lali Kei membukanya dan terlihat sesuatu yang berkilauan. Aku terpana saat melihat kilauan tersebut. Benar-benar indah sekali.

Aku menatap mata Kei yang sudah menatapku dengan tatapan lembut.

“Freya Amelia, will you marry me?”

Kaugnay na kabanata

  • Let Me Go   BAB 4

    “Freya Amelia, will you marry me?”Kata-kata itu terus berputar di benakku dari semalam hingga pagi ini. Bahkan aku tidak bisa tidur karena memikirkan itu terus menerus.Jika kalian berpikir aku menerimanya, ya memang akhirnya mulutku berkata “Yes, I will”Dan saat itu juga Kei langsung memelukku erat sembari membisikkan ucapan etrimakasih terus menerus di telingaku, tak lupa juga dengan sorak-sorai dari pengunjung restoran lainnya yang ikut memeriahkan.Namun, bukan itu yang aku pikirkan saat ini. Aku menatap cincin yang melingkari jari manisku dengan indahnya. Apakah keputusanku ini benar adanya? Apa benar-benar bisa aku merajut mimpi-mimpiku bersama Kei nantinya?Lamunanku buyar saat terdengar bunyi alarm dari ponselku. Menunjukkan pukul lima pagi. Ya— yang seperti aku katakana tadi, aku benar-benar tidak bisa memejamkan mataku dari semalam Kei mengantarku pulang. Otakku terus memikirkan k

    Huling Na-update : 2021-11-05
  • Let Me Go   BAB 5

    Aku terdiam mematung di tempatku berdiri. Menatap layar ponsel Kei yang menampilkan foto saat aku dan Reyhan berpelukan di Villa. Aku tidak tau darimana Kei bisa dapat foto itu, bahkan aku bingung, siapa yang bisa-bisanya memotret kejadian itu.“Kurangnya aku apa, Freya?”Aku menggeleng sambil menangis sesenggukan. “Ini nggak seperti yang kamu pikir, Kei.”“Aku bisa jelasin ke kamu. Percaya sama aku. Please?” mohonku dengan memegang tangan Kei erat-erat.Kei hanya menunguk, mengusap air matanya yang keluar. Aku merasa bersalah dibuatnya. Melihatnya seperti ini, membuat hatiku sangat sakit.“Dengan kasih ijin kamu pergi tanpa pengawasanku mungkin adalah kesalahan terbesarku.” ujarnya lirih.“Enggak, Kei. Please dengerin penjelasanku dulu.”Kei menatap mataku lekat-lekat. “Apa kamu lebih nyaman cerita tentang masalahmu sama dia, Frey? Apa aku nggak bisa

    Huling Na-update : 2021-11-06
  • Let Me Go   BAB 6

    Aku memencet bel apartment Kei terus menerus. Menunggu sang pemilik membukakan pintunya. Belum terlihat tanda-tanda jika Kei akan membuka pintu, aku mememcet belnya kembali. Sampai akhirnya terdengar bunyi pintu terbuka.“Kenapa kamu disini?” tanya Kei dengan raut wajah terkejut karena melihatku berdidi di depan pintu apartment nya.“Ada yang mau aku omongin sama kamu. Kita nggak bisa nunda-nunda masalah kayak gini, Kei.”“Pulang lah. Aku lagi nggak mau nge-bahas itu.” lalu Kei berniat untuk menutup pintunya, namun aku buru-buru mencegahnya dan langsung masuk kedalam tanpa persetujuannya.“Freya. Aku lagi butuh waktu.”Aku menggeleng tegas. “Nggak bisa. Waktu kamu udah aku kasih semalem. Sekarang kita harus bahas ini. Kmau nggak bisa terus-terusan salah paham sama aku.”Kei mengacak rambutnya kesal. “Tolong ngertiin aku, Frey! Aku nggak bisa bahas ini sekaran

    Huling Na-update : 2021-11-07
  • Let Me Go   BAB 7

    Pagi ini, aku sudah berada di tempat yang rutin aku kunjungi. Tempat dimana aku bisa mencurahkan semua keluh kesahku tanpa malu. Setiap kemari, aku selalu se maksimal mungkin berdandan cantik, menggunakan outfit yang indah dan tak lupa aku membawa beberapa bunga kesukaannya.Aku berjongkok di depan batu bertuliskan ‘DAYANA JULIA SEBASTIAN’. Ya, nama Mamaku sangat cantik bukan? Aku mengusap batu nisan yang bertuliskan nama Mamaku.“Mama, Freya datang lagi loh.” ucapku dengan senyum tulus yang menghiasi raut wajahku.“Ini, Freya bawa bunga kesukaan Mama. Bunga Matahari.” aku meletakkan beberapa bouquet di depan batu nisannya lalu merubah posisiku menjadi duduk di samping makam Mamaku.“Mama apa kabar di sana? Pasti bahagia dong ya? Mama sama Papa selalu jagain Freya kan dari atas sana?” aku melihat batu nisan disebelah makam Mama.Ya, makam Mama dan Papa memang bersebelahan. Padahal da

    Huling Na-update : 2021-11-08
  • Let Me Go   BAB 8

    “Halo Freya, barusan sampe?” tanya Tante Mora saat melihatku berjalan ke arahnya.“Iya, Tante. Tante kabarnya baik kan?”Tante Mora tersenyum lembut lalu mengusap lenganku pelan, “Baik dong, Sayang. Sana kamu samperin Kei. Dia ada di deket barbeque”“Oke, Tante.” aku berjalan ke tempat yang dibilang Tante Mora sambil celingukkan mencari keberadaan Kei.Setelah mencari-cari, akhirnya aku melihat Kei yang sedang berdiri di dekat kolam renang. Namun, kelihatannya dia sedang berbicara dengan seseorang.“Kei.” panggilku yang membuat dia dan orang yang sedang berbicaranya ikut menengok ke arahku. Wahh ternyata seorang perempuan muda yang sedang berbicara dengannyaMelihatku yang memanggilnya, ia melemparkan senyum manis lalu menghampiriku. “Hai, Sayang.”“Kamu ngobrol sama siapa?” tanyaku sambil melirik ke perempuan tadi.“Ohh… I

    Huling Na-update : 2021-11-09
  • Let Me Go   BAB 9

    "Kei!" teriakku bersamaan dengan Tante Mora.Jujur saja aku tidak mengira jika Kei akan melayangkan tangan pada Dara, adiknya. Karena Kei adalah tipe orang yang sangat-sangat sayang dengan keluarganya. Apalagi adik satu-satunya itu. Mungkin saja, sikap Dara barusan memang sudah melewati batas wajar, dia terlalu terobsesi untuk memisahkanku dnegan kakaknya.Dara yang setelah mendapat tamparan dari Kei, menatap kakak tersayangnya dengan terkejut. Samar-sama kulihat juga air mata mulai membasahi pipinya. Aku pun berjalan pelan ke arah Dara yang masih tersungkur di hadapan Kei dengan mengenaskan.Aku bermaksud membantunya untuk duduk di sofa, namun yang kudapat hanyalah tepisan kasar darinya dan juga tatapan tajamnya. "Ini semua karena lo! Perempuan ular! Lo hasut Kakak gue apa, ha?!" teraiknya ke arahku."Dara! Cukup! Mama nggak pernah didik kamu jadi anak brutal kayak gini!" bentak Tante Mora sambil melotot ke arah Dara.Dara tersenyum remeh, "Cih! S

    Huling Na-update : 2021-11-12
  • Let Me Go   BAB 10

    "Kei? Ka—mu kapan datengnya?" Aku menghampirinya dengan hati tak karuan. "Sudah sejak tadi." jawabnya dengan tatapan yang tak putus dari Reyhan. Melihat itu, aku berusaha mengalihkan perhatian Kei. "Kamu kesini mau ngapain? Mau ke rumah Mama?" Kei menoleh ke arahku "Apa salahnya aku mau ketemu sama tunanganku? Apa aku perlu ijin buat ketemu kamu?" Skakmat! Aku rasa dia tau kalau aku sedang berusaha mengalihkan perhatiannya. Aku melirik Reyhan yang menatap Kei dengan datar. Seolah dia tidak merasa melakukan kesalahan apapun. Entah mengapa, tatapan mataku teralihkan ke belakang punggung Kei. Seperti ada seseorang yang berdiri di belakangnya. Setelah aku menggeser sedikit posisi berdiriku, aku melihat Karina yang sedang menatap ke arah Reyhan. Aku tidak bisa mendeskripsikan tatapannya. Hanya saja, dia seperti sedang menahan amarah, terlihat dari kedua tangannya yang megepal disisi tubuhnya. "Karina?" panggilku. Karina menatapku deng

    Huling Na-update : 2021-11-13
  • Let Me Go   BAB 11

    "Kakak barusan datang?" tiba-tiba terdengar suara Dara dari arah pintu. Kei hanya mengangguk sambil menggumamkan kata 'iya' "Kebetulan banget, Sarah mau ketemu Kakak. Kemarin dia mau ngobrol-ngobrol sama Kakak tapi nggak sempat." ujarnya sambil melirik ke arahku sekilas. Anak ini benar-benar! Setiap bertemu dia, aku harus ekstra sabar menghadapinya, kesabaranku juga diuji kalau berbicara dengan dia. Menyebalkan memang! Untung dia adik Kei, jika tidak— "Hai, Kei." Aku menoleh begitu saja saat Sarah menyapa Kei dengan santainya. Eh? Bukankah Sarah seumuran dengan Dara? Seharusnya dia memanggil Kei dengan embel-embel 'Kak' dong? Aku melihat ke arah Kei yang menatap Sarah tidak suka. "Hai. Tolong lain kali sopan sedikit ya. Aku lebih tua dari kamu. Nggak pantes kamu manggil namaku begitu saja." tegur Kei tegas. Kulihat Sarah tertegun di tempatnya. Setelah mengucapkan kata maaf, dia pun menunduk sedih. "Kak

    Huling Na-update : 2021-11-14

Pinakabagong kabanata

  • Let Me Go   BAB 14

    Aku berdiri mematung di tempatku. Tatapanku hanya tertuju pada gagang pintu yang sedang kupegang tanpa sempat membukanya. Jantungku berdetak tak karuan,diiringi dengan mataku yang mulai memanas. “Freya?” aku tidak bergeming, tetap dalam posisiku. Entahlah aku seperti tak punya keberanian untuk beranjak dari tempatku walau sejengkal saja. Aku mendengar langkah kaki mendekat ke arahku secara perlahan. Batinku berteriak untuk menghentikannya, namun lagi-lagi aku tak bisa berbuat apa-apa. “Freya.” badanku bergetar sedikit saat merasakan tangan besar miliknya menyentuh bahuku dengan pelan. “Hmm?” gumamku pelan tanpa berani melihatnya. Dengan sedikit paksaan, Reyhan membalikkan tubuhku, menghadap ke arahnya. Mendongakkan wajahku agar menatap matanya. “Kok nangis sih lo?” “Freya, gue cuman bercanda. Sumpah deh.” aku menatap kedua matanya. Mencari kebenaran disana. “Lo serius?” Reyhan mengangguk sembari terkekeh. “Iya, gue bercanda doang, Freya. Lo ng

  • Let Me Go   BAB 13

    BAB 13 “Maaf, mungkin aku yang nggak memahami posisi kamu.” ujarku lirih. Kei mendekat ke arahku perlahan, lalu duduk di sampingku. Meraihku kedalam dekapannya. “It’s okay. Aku juga minta maaf udah bentak-bentak kamu, bahkan kasar ke kamu.” Dan begitu saja pertengkaran kami selesai. Yah— jika kalian beranggapan aku bodoh, aku akui aku memang bodoh. Bahkan aku terlalu gila. Mengapa segampang itu aku mengalah? Aku juga tidak tau. Aku tidak bisa terus-terusan bertengkar dengannya. Jujur saja dalam hati kecilku, aku takut kehilangannya. Aku memang sakit, tapi aku akan lebih sakit lagi jika aku kehilangannya. ***** “Halo, Kei.” sapaku saat menjawab panggilan telfon darinya. “Sayang, aku hari ini harus ke luar kota. Mungkin dua sampai tiga hari. Aku harus pantau proyek disana. Kamu aku tinggal nggak apa-apa kan?” Aku berjalan ke arah meja kantorku sembari membaca beberapa dokumen-dokumen penting, “Nggak apa-apa, Kei. Aku bi

  • Let Me Go   BAB 12

    “Kenapa kamu tiba-tiba tanya kayak gini?” “Nggak apa-apa. Aku cuman pengen tau aja. Selama kita pacaran, kamu sama sekali nggak pernah bahas tentang mantan-mantan kamu, masa lalu kamu gimana, kayak apa.” Aku menatapnya, “Kamu sama sekali nggak pernah bahas hal itu. Aku pacar kamu, Kei. Aku juga berhak untuk tau itu dong.” Kei melepas tatapannya padaku, membenahi posisi duduknya yang agak menjauh dariku. Pandanganku tak lepas dari semua itu. Bahkan aku bisa melihat kedua ibu jari Kei mulai bergerak satu sama lain, kebiasaannya jika sedang gugup. Aku makin curiga dibuatnya. “Masa lalu nggak perlu kamu bahas-bahas lagi. Semua udah lewat. Fokus yang sekarang aja, fokus sama kita kedepannya.” kelaknya. “Gimana aku mau fokus sama kita kedepannya, kalau ternyata kamu sama masa lalu kamu aja masih terus beriringan? Gimana caranya, Kei?” “Ini bukan hal yang harus kita bahas sekarang loh, Frey.” “Nggak harus gimana?” sanggahku dengan nad

  • Let Me Go   BAB 11

    "Kakak barusan datang?" tiba-tiba terdengar suara Dara dari arah pintu. Kei hanya mengangguk sambil menggumamkan kata 'iya' "Kebetulan banget, Sarah mau ketemu Kakak. Kemarin dia mau ngobrol-ngobrol sama Kakak tapi nggak sempat." ujarnya sambil melirik ke arahku sekilas. Anak ini benar-benar! Setiap bertemu dia, aku harus ekstra sabar menghadapinya, kesabaranku juga diuji kalau berbicara dengan dia. Menyebalkan memang! Untung dia adik Kei, jika tidak— "Hai, Kei." Aku menoleh begitu saja saat Sarah menyapa Kei dengan santainya. Eh? Bukankah Sarah seumuran dengan Dara? Seharusnya dia memanggil Kei dengan embel-embel 'Kak' dong? Aku melihat ke arah Kei yang menatap Sarah tidak suka. "Hai. Tolong lain kali sopan sedikit ya. Aku lebih tua dari kamu. Nggak pantes kamu manggil namaku begitu saja." tegur Kei tegas. Kulihat Sarah tertegun di tempatnya. Setelah mengucapkan kata maaf, dia pun menunduk sedih. "Kak

  • Let Me Go   BAB 10

    "Kei? Ka—mu kapan datengnya?" Aku menghampirinya dengan hati tak karuan. "Sudah sejak tadi." jawabnya dengan tatapan yang tak putus dari Reyhan. Melihat itu, aku berusaha mengalihkan perhatian Kei. "Kamu kesini mau ngapain? Mau ke rumah Mama?" Kei menoleh ke arahku "Apa salahnya aku mau ketemu sama tunanganku? Apa aku perlu ijin buat ketemu kamu?" Skakmat! Aku rasa dia tau kalau aku sedang berusaha mengalihkan perhatiannya. Aku melirik Reyhan yang menatap Kei dengan datar. Seolah dia tidak merasa melakukan kesalahan apapun. Entah mengapa, tatapan mataku teralihkan ke belakang punggung Kei. Seperti ada seseorang yang berdiri di belakangnya. Setelah aku menggeser sedikit posisi berdiriku, aku melihat Karina yang sedang menatap ke arah Reyhan. Aku tidak bisa mendeskripsikan tatapannya. Hanya saja, dia seperti sedang menahan amarah, terlihat dari kedua tangannya yang megepal disisi tubuhnya. "Karina?" panggilku. Karina menatapku deng

  • Let Me Go   BAB 9

    "Kei!" teriakku bersamaan dengan Tante Mora.Jujur saja aku tidak mengira jika Kei akan melayangkan tangan pada Dara, adiknya. Karena Kei adalah tipe orang yang sangat-sangat sayang dengan keluarganya. Apalagi adik satu-satunya itu. Mungkin saja, sikap Dara barusan memang sudah melewati batas wajar, dia terlalu terobsesi untuk memisahkanku dnegan kakaknya.Dara yang setelah mendapat tamparan dari Kei, menatap kakak tersayangnya dengan terkejut. Samar-sama kulihat juga air mata mulai membasahi pipinya. Aku pun berjalan pelan ke arah Dara yang masih tersungkur di hadapan Kei dengan mengenaskan.Aku bermaksud membantunya untuk duduk di sofa, namun yang kudapat hanyalah tepisan kasar darinya dan juga tatapan tajamnya. "Ini semua karena lo! Perempuan ular! Lo hasut Kakak gue apa, ha?!" teraiknya ke arahku."Dara! Cukup! Mama nggak pernah didik kamu jadi anak brutal kayak gini!" bentak Tante Mora sambil melotot ke arah Dara.Dara tersenyum remeh, "Cih! S

  • Let Me Go   BAB 8

    “Halo Freya, barusan sampe?” tanya Tante Mora saat melihatku berjalan ke arahnya.“Iya, Tante. Tante kabarnya baik kan?”Tante Mora tersenyum lembut lalu mengusap lenganku pelan, “Baik dong, Sayang. Sana kamu samperin Kei. Dia ada di deket barbeque”“Oke, Tante.” aku berjalan ke tempat yang dibilang Tante Mora sambil celingukkan mencari keberadaan Kei.Setelah mencari-cari, akhirnya aku melihat Kei yang sedang berdiri di dekat kolam renang. Namun, kelihatannya dia sedang berbicara dengan seseorang.“Kei.” panggilku yang membuat dia dan orang yang sedang berbicaranya ikut menengok ke arahku. Wahh ternyata seorang perempuan muda yang sedang berbicara dengannyaMelihatku yang memanggilnya, ia melemparkan senyum manis lalu menghampiriku. “Hai, Sayang.”“Kamu ngobrol sama siapa?” tanyaku sambil melirik ke perempuan tadi.“Ohh… I

  • Let Me Go   BAB 7

    Pagi ini, aku sudah berada di tempat yang rutin aku kunjungi. Tempat dimana aku bisa mencurahkan semua keluh kesahku tanpa malu. Setiap kemari, aku selalu se maksimal mungkin berdandan cantik, menggunakan outfit yang indah dan tak lupa aku membawa beberapa bunga kesukaannya.Aku berjongkok di depan batu bertuliskan ‘DAYANA JULIA SEBASTIAN’. Ya, nama Mamaku sangat cantik bukan? Aku mengusap batu nisan yang bertuliskan nama Mamaku.“Mama, Freya datang lagi loh.” ucapku dengan senyum tulus yang menghiasi raut wajahku.“Ini, Freya bawa bunga kesukaan Mama. Bunga Matahari.” aku meletakkan beberapa bouquet di depan batu nisannya lalu merubah posisiku menjadi duduk di samping makam Mamaku.“Mama apa kabar di sana? Pasti bahagia dong ya? Mama sama Papa selalu jagain Freya kan dari atas sana?” aku melihat batu nisan disebelah makam Mama.Ya, makam Mama dan Papa memang bersebelahan. Padahal da

  • Let Me Go   BAB 6

    Aku memencet bel apartment Kei terus menerus. Menunggu sang pemilik membukakan pintunya. Belum terlihat tanda-tanda jika Kei akan membuka pintu, aku mememcet belnya kembali. Sampai akhirnya terdengar bunyi pintu terbuka.“Kenapa kamu disini?” tanya Kei dengan raut wajah terkejut karena melihatku berdidi di depan pintu apartment nya.“Ada yang mau aku omongin sama kamu. Kita nggak bisa nunda-nunda masalah kayak gini, Kei.”“Pulang lah. Aku lagi nggak mau nge-bahas itu.” lalu Kei berniat untuk menutup pintunya, namun aku buru-buru mencegahnya dan langsung masuk kedalam tanpa persetujuannya.“Freya. Aku lagi butuh waktu.”Aku menggeleng tegas. “Nggak bisa. Waktu kamu udah aku kasih semalem. Sekarang kita harus bahas ini. Kmau nggak bisa terus-terusan salah paham sama aku.”Kei mengacak rambutnya kesal. “Tolong ngertiin aku, Frey! Aku nggak bisa bahas ini sekaran

DMCA.com Protection Status