Beranda / Romansa / Let Me Go, Mr. CEO! / 60. Panggil Aku Geo

Share

60. Panggil Aku Geo

Penulis: Black Aurora
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-24 11:49:22
"Bagaimana kalau aku tidak mau, Kania? Bagaimana kalau aku tidak mau melepasmu?"

Kania pun menelan ludahnya yang seperti menelan air satu galon saking gugupnya. Ini... apa maksudnya, sih??

Pertanyaan Pak Geovan yang ambigu, atau dia saja yang mudah terbawa perasaan??

Tawa kaku pun keluar dari mulut Kania yang mendadak terasa kering. "Pak Geovan ini bicara apa sih, kok bahasanya nyerempet-nyerempet gitu?? Ketularan saya deh pasti!" Sergahnya sembari membuang muka.

Wajah mereka yang terlalu dekat membuat Kania merona. Sialnya, napas hangat Geovan justru kini berhembus mengenai kulit leher Kania dan membuatnya bergidik.

"Aku bukan cuma ketularan kamu, Kania. Tapi kayaknya malah sudah kecanduan kamu deh." Lagi-lagi Geovan mengeluarkan kalimat-kalimat yang membikin wajah Kania semakin memerah.

Tak biasanya lelaki itu berkata manis nan merayu, justru biasanya Kania yang begitu.

Kekehan pelan pun menguar dari bibir Geovan. "Nggak nyangka. Kamu kalau digoda balik ternyata malah m
Black Aurora

emang dasar si kania. giliran lagi sebel yg disalahin otor melulu. giliran seneng aja, lupa deh sama otor. dasar karakter nir-akhlak 🙃🙃

| 5
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Eka Agus Riana
lah yg bikin nir akhlaknya kania kan otor sendiri .........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Let Me Go, Mr. CEO!   61. PH

    "HUEEEEKKK!!" Audriana menatap Jaxton dengan cemas. Sejak tadi jemarinya terus mengurut tengkuk kekasihnya atau menepuk lembut punggung lelaki itu, berusaha memberikan sedikit rasa nyaman untuk morning sickness yang diderita Jaxton. Jaxton memuntahkan isi perutnya yang baru saja diisi menu sarapan pagi hari ini. Semua yang telah ia telan dengan susah payah atas desakan Audriana. Butuh hampir satu jam baginya untuk menelan sereal plus buah, dan hanya butuh kurang dari lima menit untuk memuntahkan semuanya di wastafel kamar mandi. Lelaki itu menyandarkan kepalanya di atas pundak Audriana dengan manja, setelah sedikit demi sedikit rasa mual itu perlahan agak memudar. "Sudah lebih enakan?" Tanya Audriana sembari mengelap bibir pucat Jaxton dengan tissue.Satu tangannya yang lain mengelus rambut coklat gelap lelaki itu. "Maaf ya, seharusnya aku yang mengalami morning sickness, bukannya kamu." Jaxton menggeleng meski matanya masih terpejam rapat. Bersandar di pundak mungil Audriana

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25
  • Let Me Go, Mr. CEO!   62. Kroni

    Sudah satu jam Kania berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Waktu telah menunjukkan pukul setengah tujuh malam, namun gadis itu tak dapat menyembunyikan keresahannya karena sejak pagi tadi belum ada kabar apa pun dari Geovan. Tepatnya sejak lelaki itu pamit untuk mencari seseorang yang bernama PH, yang katanya adalah pelaku penusukan terhadap Mr. Quinn. Kania melihat jam dinding dan berdecak. Aaahhh, kenapa ia sangat khawatir?? Bahkan sejak meeting tadi pagi yang akhirnya dihadiri oleh Mr. Quinn yang telah pulih, Kania tidak bisa memfokuskan pikirannya sama sekali. Gadis itu mengalihkan tatapannya untuk memandangi cermin di atas meja rias. Maniknya tertuju pada seuntai kalung berliontion bunga tulip yang menggantung di lehernya. Jemarinya pun sontak terulur untuk mengelus kalung emas putih dengan taburan berlian di bagian bunganya. Bibir tipis sewarna jingga itu pun melengkungkan sebuah senyuman manis, kala pikirannya mengingat apa yang terjadi tadi pagi. Seketika wajah cant

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25
  • Let Me Go, Mr. CEO!   63. Berapa Banyak Mantanmu?

    "Apa?? Bom?!" Kania membelalakkan matanya dengan sempurna mendengar penuturan Geovan. "Jadi hari ini kamu hampir tidak selamat karena terkena ledakan bom?!" "Ck. Jangan remehkan kekasihmu, Kania. Aku tidak semudah itu untuk dikalahkan," decak Geovan yang melirik sekilas ke arah Kania, lalu kembali memfokuskan pandangannya ke depan. Saat ini Geovan dan Kania berada di dalam mobil, dengan lelaki itu yang menyetir. Mereka baru saja keluar dari rumah sakit untuk mengobati luka yang terbuka di pinggang Geovan. Sebenarnya dokter menyarankan untuk rawat inap 1-2 hari agar luka yang dijahit itu benar-benar sembuh sempurna, namun tentu saja Geovan menolaknya. Mana mungkin ia bisa betah hanya diam di tempat tidur tanpa melakukan apapun seharian? Memangnya si otor gaje yang tim rebahan?! "Bukan begitu!" Sambar Kania sambil bersungut-sungut. "Aku sangat cemas, tahu! Aku hanya tidak menyangka kalau tugas seorang ajudan seorang CEO ternyata cukup berbahaya juga." Geovan kembali melirik

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-26
  • Let Me Go, Mr. CEO!   64. Kedatangan Fiona

    "Halo, putriku." Lisa membelalakkan mata ketika melihat sosok ibunya yang telah duduk di sofa dengan senyum yang terlukis di bibirnya. Lipstik merah menyala yang terpulas di bibir penuh Fiona membuat penampilan wanita berusia empat puluh empat tahun itu semakin terlihat cantik dan elegan, meskipun sinar licik dan berbahaya terpantul dari sorot mata birunya. "Apa yang Mama lakukan di rumahku?!" Sentak Lisa dengan wajah membeku karena menahan rasa kesal. "Tak seharusnya Mama keluar begitu saja dengan santai dari RSJ!" Fiona tertawa pelan. "Tentu saja aku bisa, Khalissa Rininta. Putriku yang sangat cantik, tapi sayangnya tidak berguna!" Sedetik kemudian wajah tawanya pun berubah menjadi seringai menakutkan bagai dua topeng dengan sisi yang berbeda. "Sudah kubilang jangan pernah menyentuh Jaxton! Tapi dasar bodoh, kau tetap saja berusaha membunuhnya." Fiona mendengus meremahkan, seraya menatap sebuah foto berpigura yang sejak tadi berada di tangannya. "Lihatlah, karena kebodoha

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-26
  • Let Me Go, Mr. CEO!   65. Ancaman

    "Jadi dia salah satu dari mantanmu yang selusin itu?!" Kania menggaruk tengkuknya sambil meringis. Kenapa kebetulan yang sama sekali tidak diharapkan ini bisa terjadi sih?Baru saja mereka bertengkar karena mantannya yang lebih banyak dari satu regu tim sepak bola itu, eeh... malah ketemu pula dengan salah satunya! "I-iyaa sih. K-kamu nggak marah kan? Dia itu sudah menikah kok." Kania menoleh ke arah Geovan dengan perasaan was-was dan takut-takut. "Ck... apa bedanya menikah atau tidak?! Jadi kalau belum menikah, kalian mau 'reunian' lagi? Mengulang masa-masa lalu lagi? Begitu??" "Yaa enggaklaah... maksud aku--" Kania sontak terdiam, ketika Geovan menaruh telunjuknya di bibir gadis itu. "Diam." Kania pun langsung mengatupkan rapat-rapat kedua bibirnya dan mengangguk patuh. Sorot dari manik hitam Geovan yang tajam membuat nyalinya seketika ciut. Lelaki itu mengambil keranjang belanja Kania dan menggerakkan dagunya sekilas, memberikan gestur agar Kania mengikutinya. Geovan berjal

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-26
  • Let Me Go, Mr. CEO!   66. Jebakan

    Jaxton mengemudikan mobilnya menuju sebuah rumah yang terpencil di desa Buleleng. Jarak yang cukup jauh dari hotel tempatnya menginap, membuatnya membutuhkan waktu hampir dua jam untuk sampai di sana. Lokasi yang diberikan si penelepon misterius itu ternyata adalah sebuah rumah besar dua lantai seperti villa. Jaxton menghentikan mobilnya tak jauh dari pagar tinggi yang membatasi rumah mewah tersebut. Baru saja ia hendak turun dari mobilnya, namun tiba-tiba saja pagar tinggi itu pun bergerak membuka secara otomatis. Jaxton pun melajukan mobilnya memasuki pekarangan. Ada lima orang bodyguard yang berjaga di depan rumah, mereka langsung menghampiri Jaxton untuk menggeledah tubuhnya. "Silahkan masuk, Mr. Jaxton Quinn. Kehadiran Anda sudah ditunggu di dalam," ucap salah seorang bodyguard itu, setelah merasa yakin bahwa Jaxton tidak membawa senjata. Jaxton mengawasi keadaan sekitarnya dalam satu sapuan pandangan, sebelum akhirnya ia pun berjalan memasuki pintu rumah ganda yang juga d

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • Let Me Go, Mr. CEO!   67. Di Pemakaman

    Angin semilir yang meniupkan dedaunan yang berjatuhan dari atas pohon, membawa serta titik embun yang turun dari langit. Udara dingin yang kemudian disusul oleh hujan telah menjadi kebiasaan di Jakarta beberapa hari ini. Hari ini Audriana terlihat cantik sekali, meskipun gaun hitam yang sedang ia kenakan sangat kental dengan nuansa berkabung yang muram. Gadis itu berjalan dengan perlahan menyusuri jalan setapak dari batu, yang dibentuk seperti sebuah batang pohon yang ditebang. Langkah kakinya yang mengayun anggun,seolah tak terpengaruh oleh sekumpulan batu nisan yang berjejer rapi di samping kanan dan kirinya. Payung hitam yang terkembang di atas kepalanya melindungi wanita itu dari tetes-tetes halus air hujan, yang sedikit demi sedikit mulai membasahi bumi. Tujuan Audriana adalah sebuah nisan yang berada di ujung kompleks pemakaman. Ia telah menyiapkan buket bunga mawar putih yang segar, keharumannya yang alami menguar membelai indra penciuman, berbaur dengan aroma tanah sert

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • Let Me Go, Mr. CEO!   68. Penebus Hutang

    **Satu Minggu Kemudian** Semuanya telah kembali menjadi normal, sepulangnya mereka semua dari Bali yang menyimpan begitu banyak kenangan. Tak terasa waktu pernikahan Jaxton dan Audriana pun semakin dekat, hingga kedua calon pengantin itu disibukkan oleh berbagai macam persiapan menjelang hari H. Kania sebagai sekretaris Jaxton sekaligus sahabat Audriana pun tak kalah sibuknya. Seperti saat ini contohnya, gadis mungil itu sibuk mencari sample bunga dan beberapa tetek-bengek lainnya untuk diperlihatkan kepada calon pengantin. Jaxton tidak memperbolehkan Audriana kemana-mana karena khawatir dengan kandungannya, maka Kania-lah yang mondar-mandir membawakan semua sample mulai dari makanan, bunga, baju pengantin, dan lain-lain. Ia melakukannya dengan senang hati, apalagi ini untuk sahabatnya. Tapi kesibukannya membuat Kania menjadi jarang bertemu dengan Geovan, karena hari libur pun ia justru semakin sibuk mempersiapkan detail untuk pernikahan bosnya itu. Bahkan semenjak resmi menja

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-28

Bab terbaru

  • Let Me Go, Mr. CEO!   Extra Part 1

    "Maaf, jadi kamu yang menyetir." Geovan berucap seraya menyandarkan tubuhnya dengan lemas di kursi penumpang. Kedua matanya terpejam rapat, napasnya masih pendek-pendek dan keringat dingin membanjiri di sekujur tubuhnya, membuat kemeja hitam yang ia kenakan terasa lengket di kulitnya. Kania yang sedang fokus menyetir pun menoleh ke arah suaminya seraya tersenyum maklum. "Nggak apa-apa. Kamu kan lagi sakit," sahutnya. "Udah, tidur aja dulu. Kepala kamu masih pusing kan? Nanti kalau sudah sampai rumah, aku bangunin deh." Geovan hanya mengangguk pelan, dengan mata yang masih menutup. Bukan hanya kepalanya saja yang pusing, tapi perutnya pun terasa mual seperti diaduk-aduk. Eugh. 'Tadi aku makan apa sih??' keluhnya dalam hati. Rasanya tak ada yang aneh, karena Geovan baru mengisi perutnya dengan sarapan tadi pagi, sebelum ia buru-buru berangkat lebih dulu ke kampus Kania untuk memberikan kejutan pada istrinya. Dan siang ini ia juga belum makan apa pun, karena Audriana yang ma

  • Let Me Go, Mr. CEO!   90. The Ending

    "Baby! Kamu pendarahan!" Suara Jaxton yang terdengar penuh getaran kecemasan pun adalah yang terdengar selanjutnya, tak pelak membuat semua orang menatap ke arah suami istri itu dengan penuh rasa ingin tahu. Tak menunggu lama, lelaki bule bernetra zamrud itu pun segera membopong istrinya. "Tunggu! Aku ikuut!!" Kania berteriak dan menarik tangan suaminya untuk mengekori Jaxton yang terus berlari membawa Audriana di dalam dekapannya. "Minggir!" Desis Jaxton geram ketika beberapa orang mengabadikan momen itu ke dalam ponsel mereka sehingga menghalangi jalan keluar. "Jaxton, tunggu. Pakai helikopterku saja," ucap Geovan tiba-tiba sambil menunjuk ke arah rooftop gedung. Kania pun mendelik ke arah suaminya. Dia saja tadi berangkat ke venue acara dengan bermacet-macetan di jalanan kota Jakarta, sementara suaminya dengan santainya naik helikopter?! Menyebalkan. Jaxton mengangguk, seraya mengutuk dirinya sendiri kenapa tidak berpikiran untuk menggunakan helikopter juga. Akan jauh le

  • Let Me Go, Mr. CEO!   Note (gratis)

    Halo, teman-teman. Author di sini cuma mau menginfokan, bahwa buku ini sebenarnya sudah tamat ya. Namun, aku mau menambahkan beberapa Extra Part di buku ini juga, dan untuk mulai terbit kapan masih belum tahu ya, hehe. Karena aku masih fokus menulis buku baru, The Sexy Stranger (udah baca belum? Btw, untuk kisah Geandra dan Jordan, bukunya sudah ada dan sudah tamat, namun ada di aplikasi lain yang tidak bisa aku bawa ke sini, karena di sana kontrak eksklusif, maaf yaa 🙏🤗 kalau masih mau tanya2, boleh langsung aja DM aku di blackauroranovels ya. Oh iya, judul buku Gea-Jordan adalah : Enemy In Love. Baiklah, terima kasih sudah membaca buku Let Me Go, Mr. CEO, makasih untuk ulasan dan gems-nya juga. Love kalian semua. -Black Aurora-

  • Let Me Go, Mr. CEO!   89. Yang Tak Terduga

    ***LIMA BULAN KEMUDIAN*** Saat ini Kania sedang berada di podium di atas panggung, berdiri dengan penuh percaya diri di depan ribuan peserta wisuda. Sebagai mahasiswi dengan nilai IPK tertinggi, dirinya diminta untuk mewakili Fakultas Psikologi untuk memberikan pidato perpisahan. Manik beningnya menatap ke seluruh penjuru dan memberikan kalimat-kalimat motivasi, sebelum akhirnya ia pun menyudahi pidatonya yang diiringi oleh tepukan riuh dari para peserta wisuda serta keluarga yang mendampingi. "Kamu keren banget!" Seru Audriana dengan wajah yang berseri-seri sembari memeluk Kania hangat. Wanita yang kini kehamilannya telah memasuki tri semester akhir itu pun kemudian kembali duduk bersama Kania di kursi, bersama Jaxton yang berada di sampingnya. Kedatangan suami istri selebriti ini sempat membuat heboh pada awalnya. Bahkan pihak unversitas yang tidak tahu bahwa salah satu mahasiswinya telah mengundang seorang CEO agensi artis beserta istrinya, yang tak kalah tenar dari artisnya

  • Let Me Go, Mr. CEO!   88. Menikah

    Kania terkagum-kagum mengamati bagaimana Geovan dengan aura CEO-nya yang bersinar itu memberikan setiap perintah kepada anak buahnya. Dan gadis itu pun takjub saat mengetahui bahwa persiapan pernikahan 'dadakan' mereka telah siap hanya dalam empat jam! Geovan benar-benar mengerahkan segala sumber dayanya sebagai CEO untuk mewujudkan apa yang ia inginkan dalam waktu yang terbilang sangat singkat, sebuah perayaan yang digelar di rumah milik keluarga Aditya. "Maaf karena cuma bisa memberi pernikahan yang sederhana, Sayang. Aku hanya ingin kita sah sebagai suami istri. Untuk perayaan yang lebih maksimalnya akan diselenggarakan bulan depan. Is that okay?" Suara maskulin Geovan dan belaian lembutnya di puncak kepala Kania membuat gadis itu pun sontak meleleh. Gimana nggak makin jatuh cinta coba? Dan yang dibilang 'sederhana' bagi si sultan blasteran Korea itu saja sudah menghabiskan dana hampir 5 milyar! Meskipun diadakan di rumah, namun tetap saja semuanya begitu mewah. Taman lu

  • Let Me Go, Mr. CEO!   87. Lelah Selalu Mengalah

    "Sakit ya?" tanya suara maskulin yang mengalun lembut itu. Kania menggigit bibirnya kuat-kuat untuk menahan nyeri luar biasa di bagian bawah tubuhnya. Cairan bening yang tumpah di wajahnya sebagai bukti, betapa dirinya berusaha menahan semua kesakitan itu, dan yang juga membuat Geovan tidak tega. "Mau kuhentikan?" Bisik lelaki itu sambil mengecup kedua kelopak mata Kania yang basah. "Tidak, lanjutkan saja. Semua rasa sakit ini adalah hakmu," sahut Kania lembut. Meski sakitnya seperti ada yang memotong tubuhnya menjadi dua dengan pisau, tapi Kania lega karena kini dirinya yang utuh, telah dipersembahkan untuk satu-satunya lelaki yang ia inginkan dan berhak mendapatkannya. Geovan mengecup lembut bibir sewarna jingga itu dengan penuh perasaan cinta, yang serasa tumpah ruah hanya untuk Kania.Meskipun Kania menangis kesakitan, but it feels magical. Penyatuan cinta mereka terasa indah bagi Geovan yang sudah sejak lama mendambanya. Kania yang manis, Kania yang lucu, Kania yang selalu

  • Let Me Go, Mr. CEO!   86. Let's Do It

    Jaxton hanya bisa membuang napas kesal, ketika melihat dua orang yang telah mengganggu hari santai bersama istrinya. Netra zamrud itu menyorot dingin kepada Geovan dan Kania yang malah asik mengunyah camilan ringan, yang sengaja dihidangkan Audriana untuk para tamunya. "Gimana? Enak nggak?" Tanya Audriana yang kali ini memanggang souffle hangat dan lembut yang sangat nikmat untuk dinikmati sebagai hidangan pencuci mulut, karena baik Kania maupun Geovan menolak untuk hidangan berat dengan dalih sudah sarapan. "Inyi enyak bunget," sahut Kania dengan mulut penuh, sambil mengacungkan dua ibu jarinya ke arah Audriana yang tersenyum puas. Kania benar-benar kagum akan kemampuan memasak temannya itu yang semakin hari semakin mengalahkan seorang chef. Sejak dulu memang Kania tahu kalau Audriana menyukai masak-memasak. Apalagi menurut cerita calon ibu itu, sekarang ia berteman baik dengan chef Berlian, salah satu chef kenamaan yang namanya sangat terkenal di Indonesia. Geovan tidak berko

  • Let Me Go, Mr. CEO!   85. Dilema Geovan

    Sejak tadi Kania mencari-cari keberadaan Geovan. Lelaki itu tiba-tiba tak terlihat lagi sejak menemui dokter bersama Ae Ra dan juga ikut ditemani Kania. Kondisi Sagara sudah jauh lebih baik sekarang, berkat penangangan cepat tim dokter terbaik dan karena Geovan yang juga buru-buru membawanya ke rumah sakit. Bahkan sekarang Papanya Geovan itu sudah sadar dan bisa merespon orang-orang di sekitarnya dengan baik. Perkembangan Sagara yang cukup signifikan hanya dalam beberapa jam setelah serangan itu sesungguhnya adalah kabar yang sangat baik. Namun Kania bisa melihat kegelisahan yang tergambar jelas di sorot monolid Geovan, yang sengaja ia tutupi dengan senyum di depan Ae Ra. Kania tersenyum gembira, ketika melihat sosok tampan yang sedang duduk sendirian di bangku kayu yang terletak di halaman rumah sakit. Halaman itu cukup luas dan indah dihiasi beraneka ragam bunga berwarna-warni serta walking track dan beberapa alat olah raga ringan. Dengan sengaja, gadis itu berjalan per

  • Let Me Go, Mr. CEO!   84. Kabar Buruk

    "Kania pernah menjadi pacarku sewaktu di SMA, Ma." Dan Kania pun hanya bisa meringis. Bukan karena perkataan Arka barusan, tapi karena tatapan kagum lelaki itu yang tak lepas dari dirinya. Sontak Kania pun melirik ke arah Ae Ra yang berada tak jauh darinya. Gawat. Kania sampai gemetar, melihat kilatan berbahaya di manik monolid calon mertuanya itu, yang tertuju kepada Arka! "Senangnya bisa bertemu lagi denganmu setelah sekian tahun," ucap Arka lagi, yang membuat Kania kembali menatapnya. "Kamu tambah cantik, Kania," cetusnya seraya tersenyum memandangi wajah manis di depannya. "Makasih, Arka. Kamu terlalu memuji," sahut Kania pelan dengan hati berdebar, karena takut melihat Ae Ra yang semakin kesal dengan interaksi mereka. Haduh, bisa-bisa dirinya yang cantik manis seperti gula lemon kecap frutang sirup ABC ini dipecat jadi mantu! "Sayang sekali kamu nggak ikut reuni SMA tahun kemarin. Oh iya, kamu sudah tahu belum kalau minggu ini sekolah kita mau mengadakan reuni lagi? Giman

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status