Beranda / Romansa / Let Me Go, Mr. CEO! / 35. Berpura-pura

Share

35. Berpura-pura

Penulis: Black Aurora
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-14 10:03:15

**FLASHBACK BEBERAPA SAAT SEBELUMNYA **

"Jadi kamu tidak mau menurut dan masuk ke dalam kamar? Kenapa? Apa kamu berharap bisa bertemu dan bersapa mesra dengan 'Mas Bagas', hm?" Olok Jaxton, dengan sengaja menyebut Bagas dengan panggilan yang biasa digunakan Audriana untuk lelaki itu.

Sepeninggal Geovan yang baru saja permisi dengan dalih hendak memanggil Bagas, Jaxton pun langsung mengkronfrontasi Audriana yang memberikan penolakan, saat ia menyuruh gadis itu masuk ke dalam kamar yang berada di ruang CEO.

Kamar yang biasa ia gunakan untuk beristirahat.

"Aku tidak mau masuk kamar bukan karena itu! Tapi karena sikapmu yang sudah benar-benar keterlaluan!" Tandas Audriana tak kalah kesalnya.

"Kamu terlalu berlebihan dengan tidak memperbolehkan semua orang menatapku, juga aku yang menyapa Geovan sambil tersenyum saja seakan jadi masalah yang besar."

"Itu memang masalah besar bagiku! Aku tidak suka, Audriana. Kuulangi, aku tidak suka wajah dan senyummu dinikmati oleh lelaki lain sela
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Let Me Go, Mr. CEO!   36. Duka

    "Audriana!" Gadis yang sedang mengunyah kue caramel itu pun sontak menoleh ke arah sumber suara yang memanggil namanya.Netra beningnya seketika melebar dengan sempurna, saat melihat sosok yang paling ingin ia hindari di muka bumi saat ini. Bahkan kalau bisa, untuk selamanya. Audriana pun hanya memasang senyum tipis, melihat lelaki yang dulu pernah mengisi hatinya itu kini terlihat duduk di sampingnya dengan wajah gembira. "Ternyata kamu ada di sini. Dari tadi aku mencarimu kemana-mana. Lalu tiba-tiba saja aku teringat pada taman di dekat kantor yang suka kamu kunjungi saat menungguku pulang," tukas Bagas ceria. Audriana diam saja tak menyahut. Sejujurnya semula dia hanya ingin sendiri menikmati kue karamel kesukaannya, sambil menghirup udara segar di taman. Mumpung Jaxton juga sedang menghadiri meeting penting dan tumben-tumbenan Geovan mengijinkannya keluar dari ruangan CEO, meskipun tetap saja diawasi oleh empat orang pengawal. Mungkin ajudan Jaxton itu merasa kasihan dengann

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14
  • Let Me Go, Mr. CEO!   37. Terlupa

    Audriana telah berada di dalam helikopter menuju ke sebuah restoran di hotel di daerah Jakarta Barat. Jarak tempuh yang tidak terlalu jauh, membuat perjalanan hanya memakan waktu sekitar sepuluh menit saja. Mereka turun ke landasan heli di atas gedung sebuah hotel bintang lima, dimana Jaxton berencana membawa Audriana untui private lunch di sana. Audriana terlihat bingung ketika alih-alih memasuki sebuah restoran, Jaxton malah membawanya ke sebuah ruangan yang menyerupai dapur bersih yang luas. Jendela-jendela kaca besar terdapat di dinding-dindingnya, membuat Audriana bisa melihat pemandangan kota Jakarta dari ketinggian pencakar langit. "Selamat siang, Mr. Jaxton Quinn dan Miss Audriana. Perkenalkan nama saya Chef Berlian. Saya yang hari ini akan memasak untuk kalian." Audriana memekik gembira ketika melihat seorang wanita cantik berseragam chef yang menyambut mereka. Chef Berlian adalah idola Audriana. Selain cantik dan jago masak, wanita yang memiliki program acara memasak

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • Let Me Go, Mr. CEO!   38. Penculikan

    "Baby! Ada apa?!" Audriana masih menjerit-jerit histeris dengan mata yang masih tertutup ketika Jaxton merengkuh dan memeluknya erat. "Baby, buka matamu. Itu cuma mimpi. Sshh... tenanglah." Usapan lembut di punggung serta suara berat Jaxton itu ternyata mampu memberikan ketenangan kepada Audriana. Dengan napas yang masih memburu, gadis itu pun perlahan membuka kedua matanya. "Ja-Jaxton??" Audriana menatap Jaxton dengan bibiirnya yang gemetar. Kedua tangannya terulur ke atas dan menangkup wajah lelaki itu. "Ka-kamu masih hidup? Jadi itu... itu... cuma mimpi buruk??" Jaxton mengecup bibir pucat gemetar itu dengan sepenuh hati. "Aku akan selalu di sini bersamamu, Baby... apa pun yang membuatmu takut tadi, itu hanya mimpi." "Huuhuhuu.... aku bermimpi kamu meninggal! Kamu meninggal tertembak karena melindungiku... dan Bagas... Bagas menculikku!" Audriana menangis sejadi-jadinya di dalam dekapan Jaxton. Tangis ketakutan yang bercampur dengan rasa lega karena semua hanya mimpi, meski

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • Let Me Go, Mr. CEO!   39. Penyusup

    **FLASHBACK BEBERAPA SAAT SEBELUMNYA** Audriana yang sejak tadi terbaring di ranjang sama sekali tidak bisa memejamkan mata. Tubuhnya lelah, tapi pikirannya terus berkelana kepada mimpi semalam, serta raut wajah tegang Jaxton ketika mendapatkan telepon dari Geovan tadi. Gadis itu pun mengacak-acak rambutnya dengan kesal. Aaarrggh!!! Percuma saja ia berusaha untuk rileks sejak tadi, jika otaknya terus terjaga dan seolah menolak untuk istirahat! Sambil menghembuskan napas keras, Audriana pun memutuskan untuk turun dari ranjang dan melangkah keluar dari kamar. Ia bertemu dengan beberapa maid di koridor yang menyapanya dengan ramah dan bertanya apakah dirinya membutuhkan sesuatu. Audriana hanya menjawab dengan gelengan kepala dan ucapan terima kasih. Sejujurnya ia hanya ingin menyendiri ke tempat yang tenang. Tapi kemana ia harus melangkah? "Nona Audriana!" Seorang maid berwajah chubby dengan pipinya yang merah, menyapa Audriana yang sedang menuruni tangga besar selebar dua mobi

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16
  • Let Me Go, Mr. CEO!   40. Penyelamatan

    Ponsel yang berada di dalam kantung seragam maid milik Windi pun bergetar, memandakan adanya sebuah panggilan masuk. Dengan sigap, wanita itu pun mengangkatnya. "Halo?" "Halo, Windiarti." Suara kekehan keji sekonyong-konyong terdengar dari seberang sambungan telepon. "Aku sudah melakukan sesuai perintahmu, Brengsekk!! Sekarang lepaskan adikku!" Tanpa basa-basi, Windi pun langsung menyambar gusar. Tawa kejam itu kembali berkumandang. "Aku akan melepaskan adikmu, segera setelah bosku keluar dengan selamat dengan membawa Nona cantik itu, Sayang! Sabarlah, dan bantu bosku agar bisa keluar dari gerbang!" Windi menoleh ke arah pagar besi setinggi lima meter, yang ia tahu dialiri oleh listrik bertegangan tinggi serta penjagaan yang sangat ketat. "Aku sudah mengatur semuanya. Bosmu dan Nona Audriana akan keluar dari sini dengan selamat. Ingat, aku minta kau agar segera bebaskan adikku dan jangan pernah kau berani menyentuhnya, Wiryawan!" Terdengar keributan di bagian gerbang sebelum p

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16
  • Let Me Go, Mr. CEO!   41. Memilikimu

    Pertama yang Audriana lihat adalah cahaya terang yang terasa menusuk matanya, hingga membuatnya kembali terpejam. "Audriana... ini aku. Ayo bukalah matamu, Baby." Suara berat yang disertai usapan lembut di kepalanya serta kecupan di keningnya itu, tak pelak membuat manik bening Audriana kembali terbuka. "Jaxton?" guman lirih gadis itu dengan tatapan sayu menatap seraut wajah tampan yang menatapnya dengan sorot cemas. "Ya, ini aku." Jaxton menggenggam jemari lentik yang dingin itu dengan perasaan lega yang luar biasa. "Syukurlah kamu sudah sadar, Baby." Audriana mengerjap pelan. "Haus," ucapnya dengan suara lemah. Jaxton cepat-cepat mengambilkan minum untuk kekasihnya. Dengan bantuan sedotan, Audriana memiringkan kepalanya untuk menyedot air di dalam gelas hingga tandas tak bersisa.Lalu Jaxton mengelap sisa air di bibir Audriana dengan ibu jarinya, dan menaruh gelas yang sudah kosong itu di atas nakas. Lelaki itu kembali duduk di kursi di samping brankar, lalu meraih jemari Aud

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-17
  • Let Me Go, Mr. CEO!   42. Yakinkan

    Sesaat setelah Windi keluar dari ruangan, Geovan pun menatap Jaxton penuh tanda tanya. Tak biasanya Tuannya itu memberikan maaf kepada seseorang yang sudah jelas mengakui pengkhianatan nya. "Jangan menatapku terlalu lama, Geo. Kau membuatku merinding." Jaxton membuka jas navy-nya dan menyampirkan benda itu di atas sandaran kursi, lalu membuka dasi serta dua kancing kemeja bagian atas. "Aku akan menemui Audriana, kau tahu artinya kan?" Kali ini Jaxton yang menatap tajam ajudannya. Geovan mengangguk. "Artinya Anda tidak ingin diganggu sampai waktu yang tidak dapat ditentukan," sahutnya tegas. Ia sangat hapal dengan kebiasaan baru Tuannya ini, yang sama sekali tidak mau diganggu jika sedang bersama Nona Audriana. Terakhir kalinya Geovan menghubunginya tentang masalah pekerjaan, Tuannya itu langsung mengamuk besar karena sedang menghabiskan waktu bersama kekasihnya. "Bagus. Tolong handle dulu semua masalah pekerjaan. Dan hold semua keputusan penting hingga besok pagi." Setelah mem

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-17
  • Let Me Go, Mr. CEO!   43. Only You

    "Yakinkan aku dengan cumbuan paling panas dan menggoda darimu. Lalu setelahnya biar aku yang akan memutuskan untuk memaafkanmu atau tidak."Setelah berucap demikian, Jaxton pun sengaja mendekatkan bibirnya dengan bibir Audriana, meskipun pada akhirnya dirinyalah yang harus menahan sekuat tenaga agar tidak lebih dulu menerkam gadis itu. "Aku akan kasih semua yang kamu mau..." tanpa disangka Audriana malah berkata kalimat dengan nada yang seduktif, seraya menyentuhkan jemarinya untuk mengelus pipi dan bibir Jaxton. "Apa pun..." bisik gadis itu lagi di telinga Jaxton, dengan senyumnya yang terukir menawan dan serta-merta membuat otak Jaxton kacau balau. Tatapan dari netra hijau zamrudnya terus terarah penuh damba pada bibir Audriana yang merah merekah mengundang hasrat. Napasnya mulai memburu karena kalimat merayu dan bisikan itu membuat pasokan oksigen menuju ke jantungnya seakan terhambat oleh sesuatu terasa meletup-letup di dalam dirinya. Sesuatu... yang dinamakan gairah. Ah, se

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18

Bab terbaru

  • Let Me Go, Mr. CEO!   54. Mantan Tunangan

    "Belinda??" Dari puluhan bahkan mungkin ratusan hotel yang tersebar di Pulau Dewata ini, kenapa harus di hotel ini Geovan bertemu kembali dengan wanita yang pernah menjadi tunangannya?? Wanita cantik berambut seleher itu tersenyum sumringah. Maniknya terus menatap wajah Geovan seakan lelaki itu adalah satu-satunya orang yang tersisa di dunia ini. "Rasanya seperti mimpi bisa bertemu kamu di sini, Geo! Kamu sedang dinas ya??" Geovan mengangguk. Meskipun Belinda adalah salah satu orang yang paling enggan untuk ia temui, namun tak pelak ia akui jika ada secercah kerinduan yang pelan-pelan menyusup ke dalam relung hatinya. Karena bagaimana pun, wanita itu adalah seseorang yang dahulu pernah mengisi hatinya.Wanita yang bahkan hendak ia nikahi, namun terbentur ketiadaan restu dari orang tua Belinda yang tidak menyukai Geovan. "Kamu sendiri? Bukankah terakhir kali aku dengar kamu menetap di Chicago?" tanya balik Geovan. Belinda menggeleng pelan. "Aku ke sana cuma untuk liburan dan hea

  • Let Me Go, Mr. CEO!   53. Syahdu

    "Jaxton, aku bisa naik tangga sendiri. Tolong jangan berlebihan!" Audriana hanya bisa menghela napas lelah melihat calon ayah dari anaknya, yang memaksa menggendongnya menaiki tangga menuju pesawat. "Dokter sudah bilang kalau semester awal kehamilan ini kamu tidak boleh terlalu lelah, Baby. Dan menurutku, menaiki tangga seperti ini sangat berpotensi membuatmu kelelahan," tukas Jaxton santai. "Itu cuma TANGGA. Dan tidak terlalu tinggi pula! Justru yang berpotensi membuatku kelelahan itu ya serangan dari kamu setiap malam," balas Audriana lagi. Jaxton mengerang kesal. "Please jangan ingatkan aku lagi tentang hal itu, Audriana." Lelaki itu terlihat merana karena Dokter Kandungan telah mengingatkannya untuk menunda berhubungan intim dulu selama trisemester pertama, karena kondisi kehamilan di tiga bulan awal yang masih rentan. "Karena Dokter melarang kita bercinta, maka mulai detik ini aku akan melakukan apa pun untuk mengobati rasa rinduku. Seperti mencium bibirmu kapan dan dimana

  • Let Me Go, Mr. CEO!   52. Nyaris

    Tiba-tiba suara denting ponsel mengagetkan mereka berdua, dan tak pelak juga membuat akal pikiran Geovan kembali kepada kenyataan. Sambil mengumpat keras, serta merta ia menarik cepat jemarinya dari tubuh Kania, dan beringsut berdiri dari atas ranjang untuk meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas. "Pak... Geovan?" Kania menatap sayu penuh tanda tanya pada Geovan yang tiba-tiba berlalu begitu saja tanpa kata. Tanpa ia tahu jika sesungguhnya Geovan berusaha keras mengabaikan suara serak Kania yang menggoda. Geovan mencoba fokus meluruskan pikirannya. Setelah menarik napas yang teramat panjang, lelaki itu pun membuka sebuah pesan dari Mr. Quinn yang masuk ke dalam ponselnya. [Audriana hamil, Geo!!! Is that amazing?? Aku akan menjadi seorang Daddy!!] Kalimat Jaxton membuat lelaki berparas blasteran Indonesia-Korea itu pun sontak tercenung. Aura kebahagiaan yang terpancar jelas dari dalam pesan bosnya itu tak pelak menohok dirinya, yang hampir saja membuat kesalahan di

  • Let Me Go, Mr. CEO!   51. Masih Perawan

    Kania membalikkan tubuh Geovan yang menegang kaku hingga mereka pun kini saling berhadapan, lalu tersenyum dengan sangat manis saat mereka saling beradu beradu tatap. "Mmm... Pak Geovan?" Panggil Kania manja. Geovan menelan ludah, setengah mati menahan dirinya untuk tidak menyerang Kania yang sekarang menjadi sangat seksi. "Y-yaaa??" Jawab Geovan yang kini telah mengalihkan pandangannya dari siluet sensual yang membuatnya gerah. "Saya mau mengakui sesuatu," tutur Kania dengan wajah polos namun terlihat menggemaskan. "Sebenarnya, saya sudah menyukai Pak Geovan waktu pertama kali kita bertemu. Itu loh, waktu kita berada di ruangan Mr. Quinn. Menurut saya, Pak Geovan itu bukan cuma amat sangat tampan, tapi juga cool dan sangat fokus saat sedang bekerja." Kania berhenti sebentar untuk terkikik genit. Efek obat perangsang yang ia telan secara tidak sengaja di dalam cheese cake itu bukan saja membuat gairahnya naik, tapi juga kepercayaan dirinya yang meningkat tajam. Kania mod

  • Let Me Go, Mr. CEO!   50. Kebahagiaan/Rayuan

    Pernahkah kau merasakan kebahagiaan yang begitu besarnya, hingga rasanya kedua kakimu seakan melayang tak berpijak di atas tanah? Mungkin itulah yang dirasakan oleh Jaxton saat ini. Ucapan lembut Audriana yang mengatakan kalau saat ini gadisnya itu sedang mengandung anak mereka, Jaxton pun merasa bahwa Tuhan beserta Malaikat-Nya pasti sedang tersenyum untuknya hari ini. Seorang anak!! Seorang makhluk kecil yang akan berlarian ke sana ke mari dengan riang dan memaggilnya 'Daddy'. Yang akan bergelayut manja pada lengannya dan akan mendapatkan ciuman sayang darinya setiap waktu. Yang akan meneruskan kehidupan ini dengan menyandang nama 'Quinn' di belakang namanya. Jaxton mengangkat tubuh Audriana hingga wajah mereka kini sejajar, sebelum memberikan kecupan bertubi-tubi di bibir ranum calon istrinya. Setelah puas memagut, Jaxton pun menurunkan kembali kekasihnya. Tawa bahagia menguar dari bibir lelaki itu, dengan netra zamrud berkilau menatap Audriana penuh memuja. "Aku s

  • Let Me Go, Mr. CEO!   49. Rindu

    Audriana membuka kamar kosnya menggunakan kunci cadangan yang ia minta dari Ibu pemilik kos. Ia pun tercengang ketika mendapati kondisi kamarnya yang tidak seperti telah ditinggalkan selama berbulan-bulan lamanya. Bahkan tadinya ia sempat merasa skeptis ketika menyusuri jalanan menuju rumah kos, mengira bahwa ia mungkin sudah didepak dari rumah itu karena tidak membayar selama berbulan-bulan. Namun semua praduga itu pun seketika hilang, ketika Audriana masih disambut baik oleh ibu kosnya yang mengatakan kalau uang sewa kamarnya telah dilunasi hingga setahun ke depan. Tentu saja awalnya Audriana bingung, karena ia merasa tidak pernah membayar uang sewanya sepeser pun sejak bersama Jaxton.Namun ketika sang pemilik itu menjelaskan bahwa ada seorang lelaki tampan dengan ciri-ciri mirip idol Korea yang datang menemuinya untuk membayarkan sewa kamar Audriana secara cash, gadis itu pun seketika mengerti. Pasti Geovan yang melakukannya, atas perintah dari Jaxton. Audriana lalu menatap

  • Let Me Go, Mr. CEO!   48. Terluka/Tergoda

    "Baby, kamu mau kemana?" "Jangan mengikutiku!" Teriak Audriana, yang sudah keluar dari dalam mobil dan diikuti oleh Jaxton. "Aku butuh waktu untuk mencerna semuanya, Jaxton. Please. Biarkan aku sendiri!" "Baby, jangan berkata seperti itu. Aku tidak mungkin membiarkanmu sendirian," mohon Jaxton dengan wajah yang sendu. Keterusterangannya tentang siapa dan bagaimana dirinya di masa lalu, telah membuat Audriana shock. Gadis itu sempat terdiam selama beberapa menit dengan wajah kosong, yang membuat Jaxton cemas. "Aku hanya butuh sendirian, Jaxton. Aku perlu... memikirkan semua ini." Audriana menatap lelaki tampan bertuxedo di hadapannya dengan tatapan nanar. "Aku perlu berpikir ulang tentang... kita," lirihnya. "Tidak! Tidak, Baby! JANGAN PERNAH berpikir ulang tentang kita!" Sentak Jaxton dengan napas memburu. Ketakutan akan kehilangan Audriana membuat tubuhnya tiba-tiba gemetar tak terkendali. "FINE!! Kamu bilang butuh waktu sendiri, bukan?? Akan kuberikan apa pun yang

  • Let Me Go, Mr. CEO!   47. Malaikat / Iblis

    "Maaf Pak Geovan, saya tidak perlu diantar ke rumah sakit. Jika tidak merepotkan, saya ingin pulang saja." Lelaki yang sedang fokus menyetir itu melirik ke samping dimana seorang gadis yang sedari tadi duduk diam terus memegangi perutnya. "Tidak. Kita tetap ke rumah sakit," putusnya tanpa bisa ditawar lagi. Kania meringis. "Masalahnya semalam saya juga baru dari rumah sakit, Pak. Dan obat-obatannya masih ada di rumah," tukas Kania. "Apa benar begitu? Itu bukan alasan saja karena kamu yang tidak mau berobat, kan?" "Saya berkata jujur, Pak. Kalau tidak percaya, Pak Geovan bisa mengecek label rumah sakit yang menempel di obat-obatan saya di rumah." Geovan menghela napas pelan. "Baiklah. Masukkan GPS alamatmu," titah Geivan kepada Kania, yang langsung memasukkan alamat rumah kontrakannya ke dalam sistem navigasi mobil. Tak ada yang bicara lagi sesudahnya. Keheningan itu membuat Kania yang menahan nyeri di perutnya pun seketika mengantuk. Namun sebagai orang yang diberi tumpan

  • Let Me Go, Mr. CEO!   46. Night Gala 3

    Acara sudah dimulai dengan penampilan salah satu penyanyi muda wanita yang diorbitkan oleh Quinn Entertainment, yang kebetulan juga faforit Audriana. Ketika penyanyi itu turun dari panggung sambil terus bernyanyi dan berjalan ke arah Jaxton dan Audriana, gadis itu pun sampai berdiri dan ikut bernyanyi bersama. Siapa yang sangka jika ternyata Audriana memiliki suara yang bagus? Jaxton serta semua orang yang ada di sana pun terkejut sekaligus kagum mendengarnya. "Kamu nggak pernah bilang kalau bisa menyanyi dengan baik," bisik Jaxton di telinga Audriana, ketika gadis itu telah kembali duduk di kursinya. "Suara kamu bagus sekali, Baby." Pujinya tulus sembari mengecup pipi Audriana gemas. "Jika saja kamu bukan calon istriku, sudah pasti akan kuorbitkan." Audriana lagi-lagi hanya bisa tersipu malu ketika Jaxton bersikap mesra di depan semua orang. "Jangan suka menciumku di depan umum, malu!" Bisiknya sambil cemberut. Acara selanjutnya adalah pidato pembuka yang akan dilakukan oleh CE

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status