Audriana menata meja makan dengan menaruh piring berisi beberapa potong sandwich daging asap dan telur goreng.Ia juga menuangkan dua gelas jus jeruk dari kemasan karton yang diambilnya dari kulkas, juga beberapa potong buah anggur dan kiwi.Setelah semua dirasa sempurna, gadis itu pun hendak menghempaskan dirinya di kursi makan di samping Jaxton, namun ia malah memekik kaget. Belum sempat bokongnya menyentuh kursi, dua lengan besar itu mendadak menangkap pinggang Audriana dan mengangkat tubuhnya dengan begitu mudah, seakan dirinya tak lebih berat dari selembar kertas."Duduklah di sini." Suara maskulin itu mengalun di leher Audriana yang dikecup Jaxton, setelah lelaki itu mendudukkan Audriana di pangkuannya."Dan suapi aku."Audriana pun mendelik sebal mendengar perintah itu.Jaxton memang bersikap jauh lebih lembut dari sebelum-sebelumnya, namun sebenarnya sikap seperti itu malah menimbulkan debaran aneh pada jantung Audriana. Ia juga jengah karena selalu dipandangi lekat sebegitu
**FLASHBACK BEBERAPA SAAT SEBELUMNYA** [Jaxton Quinn dan wanitanya sedang berlibur di pulau pribadinya. Apa sekarang aku sudah boleh membunuhnya?] Bagas tertegun setelah membaca pesan dari seseorang bernama Wiryawan itu. Keringat dingin mulai membasahi sekujur tubuhnya, saat menyadari kalau lagi-lagi ia telah mengambil jalan yang salah. Seharusnya ia tidak berhubungan dengan Lisa! Jelas sekali kalau wanita seksi itu menyembunyikan sesuatu yang sangat berbahaya! Sial! Bagas memang membenci Jaxton Quinn karena telah mengingkari janji serta merebut Audriana darinya. Ia ingin sekali membalas dendam kepada lelaki itu, namun jenis balas dendam yang ada di dalam pikiran Bagas sama sekali tidak ada kaitannya dengan menghilangkan nyawa seseorang, siapa pun dia. Lelaki bersurai ikal itu pun mengacak kasar rambutnya dan menghembuskan napas berat. Siapa sebenarnya Lisa dan kenapa sepertinya wanita itu memiliki dendam kesumat kepada Jaxton?? Apa yang harus ia lakukan sekarang?!
Audriana terbangun dengan mata yang masih sayu karena mengantuk, karena semalaman Jaxton terus menggempurnya hingga dini hari menjelang, dan membuat gadis itu pun menjadi lemas tak bertenaga. Dasar Jaxton si monster seks gila! Namun bibir merah merekah alami itu tak dapat menyembunyikan senyum ketika mengingat bagaimana Jaxton memandikannya setelah mereka bercinta, lalu kemudian mereka tidur bersama sambil berpelukan sepanjang malam. Ah, kenapa lelaki itu bisa berubah sedrastis ini sih?? Gadis itu menguap lebar, lalu membuka selimutnya dan turun dari tempat tidur. Ia mengikat asal rambutnya yang panjang ke atas kepala, menyisakan helai-helai anak rambut halus yang terjatuh dengan lembut di pipinya. Audriana hanya mengenakan gaun tidur putih yang menampilkan bahunya yang mulus dan pahanya yang jenjang. Sejenak ia mengernyit ketika tidak mendengar suara gemericik air dari kamar mandi. Sepertinya Jaxton sudah lebih dulu bangun dan telah keluar dari kamar. Audriana kemudian mem
"Aku ingin sekali mencobanya, Audriana. Sekarang." *** Audriana tak mampu menolak mata hijau cemerlang itu, atau wajah yang menyorot teduh itu, karena semua menyiratkan pendambaan yang begitu besarnya hingga membuat Audriana diam terpaku. Ia tak menolak ketika Jaxton menurunkan hot pants putih tipis yang menutupi bagian bawah tubuhnya, juga tak menolak ketika Jaxton membaringkan tubuh polosnya di atas meja makan serta memberikan kecupan di setiap senti kulit halus kuning langsat miliknya. "Bolehkah aku melakukannya?" Bahkan permintaan itu pun diucapkan dengan sangat lembut. Audriana maupun wanita mana pun di dunia ini, tentu saja tidak akan dapat mengabaikan seraut wajah yang sangat tampan, tubuh yang luar biasa, aroma lautan yang menguar dari kulit yang putih bersih, serta suara maskulinnya yang menghipnotis itu. Semua yang ada di dalam diri Jaxton saat ini begitu menggelitik naluri femininnya yang membutuhkan sosok maskulin yang menguarkan aura kental kejantanan. Audriana pu
"Aaah... ya, yaa... ssshhh.... it's really good, Baby..." Jaxton merasa berada di surga ketika benda extra large miliknya berada di dalam mulut Audriana yang mungil. Gadis itu melakukan blow job dengan sangat pintar, meskipun pada awalnya ia terlihat bingung dan kikuk. Namun saat Jaxton perlahan mengajari bagaimana cara memanjakan benda perkasa miliknya, Audriana dengan cepat dapat menguasainya dengan cukup mahir. Bibir merah merekah itu begitu ketat membungkus miliknya yang besar, memberikan kenikmatan demi kenikmatan yang membuatnya semakin melayang. Jaxton menggeretakkan giginya, Gairah yang berkobar hebat di dalam dadanya seperti membutuhkan siraman air untuk dipadamkan jika ia tidak ingin ikut terbakar. "Damned! Cukup, Audriana Camelia! Aku sudah tidak tahan lagi!" geramnya bagai binatang buas yang sedang birahi. Tangan kekar itu menyentak lengan Audriana hingga gadis itu pun berdiri berhadapan dengan Jaxton. Bibirnya yang merekah terlihat basah dipenuhi cairan pel
Audriana yang tertidur karena kelelahan menjadi pemandangan yang begitu indah bagi Jaxton. Baru kali ini ia memandangi wanita yang sedang tertidur, dengan senyum yang terlukis di bibirnya seperti orang sinting. Apa bagusnya orang yang sedang tidur? Tidak ada, kecuali orang itu adalah Audriana Camelia. Gadis yang secantik boneka ketika ia terbangun, dan seindah bidadari ketika terlelap. Tiba-tiba Audriana bergerak mengubah posisi tidurnya. Bibir merah alami itu merekah, menggumankan sesuatu yang tidak jelas dan tertawa kecil sesudahnya. "Apa yang kamu impikan, Baby?" Jaxton menggesekkan hidungnya di pipi halus kuning langsat itu. "Apa kamu memimpikan aku? Hm, kuharap kamu memimpikan kita," bisik Jaxton. Tunggu dulu. KITA?? Tiba-tiba ada sesuatu yang serasa menggelitik perut lelaki itu, ketika tanpa sengaja telah mengucapkan satu kata yang bermakna komitmen, hal yang paling ia hindari seumur hidupnya. Jaxton menyugar rambut kecoklatannya seraya tertawa kasar. Ya, d
Bagas mengusap pelan pipi dan dagunya yang lebam dan sedikit bengkak. Pukulan dari suami Lisa yang bernama Henry itu cukup telak mengenai wajahnya, sebelum ia sempat mengelak. Huh. Untung saja ia juga sempat membalas dengan memukul bagian ulu hati lelaki itu dan juga menendang tungkainya. Masih terngiang bentakan lelaki itu yang menuduhnya selingkuhan istrinya, namun Bagas dengan tegas menolak predikat itu. Ia mengatakan kalau Lisa tidak pernah mengaku jika telah menikah, dan Lisa pula yang lebih dulu menggodanya. Setelah itu Henry pun pergi begitu saja, diikuti oleh Lisa yang menangis terisak-isak di belakangnya. Hah. Dasar air mata buaya. Bagas tidak yakin kalau wanita itu akan berubah bahkan setelah kejadian seperti ini. Sekali rubah tetaplah rubah! "Maaf Pak Bagas, Anda dipanggil oleh Pak Geovan di ruang CEO," ucap seorang wanita muda yang juga merupakan sekretaris Bagas. Pintu ruang kerja Bagas yang sedang dalam posisi terbuka, membuatnya bisa langsung masuk tanpa
Pengalaman pertama Audriana menaiki helikopter sungguh membuatnya terkesima dan takjub. Dari atas sini, ia bisa melihat pulau-pulau kecil yang disebut atol di negara Maldives, negara yang memang terdiri dari beberapa kumpulan atol (pulau koral yang mengelilingi sebuah laguna). Pemandangan bentangan laut biru yang dinaungi cakrawala tanpa batas serta awan putih pun tak kalah cantiknya, terlihat begitu indah dipandang mata. "Apa itu yang dinamakan kota Male?" Tanya Audriana penuh semangat kepada Jaxton, dengan telunjuknya yang mengarah pada sebuah pulau yang dipenuhi oleh gedung-gedung bertingkat. "Benar," sahut Jaxton singkat. "Aku sengaja mengajakmu menaiki helikopter untuk mempersingkat waktu. Karena perjalanan dengan jetski akan memakan waktu jauh lebih lama dari Voalla Bay Atoll." Audriana berdecih. "Bilang saja kalau mau pamer!" Ledeknya sambil memutar kedua bola mata. Jaxton terkekeh pelan mendengarnya. "Ya, itu juga salah satu alasannya," cetusnya santai tanpa beban, namu
Tiba-tiba suara denting ponsel mengagetkan mereka berdua, dan tak pelak juga membuat akal pikiran Geovan kembali kepada kenyataan. Sambil mengumpat keras, serta merta ia menarik cepat jemarinya dari tubuh Kania, dan beringsut berdiri dari atas ranjang untuk meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas. "Pak... Geovan?" Kania menatap sayu penuh tanda tanya pada Geovan yang tiba-tiba berlalu begitu saja tanpa kata. Tanpa ia tahu jika sesungguhnya Geovan berusaha keras mengabaikan suara serak Kania yang menggoda. Geovan mencoba fokus meluruskan pikirannya. Setelah menarik napas yang teramat panjang, lelaki itu pun membuka sebuah pesan dari Mr. Quinn yang masuk ke dalam ponselnya. [Audriana hamil, Geo!!! Is that amazing?? Aku akan menjadi seorang Daddy!!] Kalimat Jaxton membuat lelaki berparas blasteran Indonesia-Korea itu pun sontak tercenung. Aura kebahagiaan yang terpancar jelas dari dalam pesan bosnya itu tak pelak menohok dirinya, yang hampir saja membuat kesalahan di
Kania membalikkan tubuh Geovan yang menegang kaku hingga mereka pun kini saling berhadapan, lalu tersenyum dengan sangat manis saat mereka saling beradu beradu tatap. "Mmm... Pak Geovan?" Panggil Kania manja. Geovan menelan ludah, setengah mati menahan dirinya untuk tidak menyerang Kania yang sekarang menjadi sangat seksi. "Y-yaaa??" Jawab Geovan yang kini telah mengalihkan pandangannya dari siluet sensual yang membuatnya gerah. "Saya mau mengakui sesuatu," tutur Kania dengan wajah polos namun terlihat menggemaskan. "Sebenarnya, saya sudah menyukai Pak Geovan waktu pertama kali kita bertemu. Itu loh, waktu kita berada di ruangan Mr. Quinn. Menurut saya, Pak Geovan itu bukan cuma amat sangat tampan, tapi juga cool dan sangat fokus saat sedang bekerja." Kania berhenti sebentar untuk terkikik genit. Efek obat perangsang yang ia telan secara tidak sengaja di dalam cheese cake itu bukan saja membuat gairahnya naik, tapi juga kepercayaan dirinya yang meningkat tajam. Kania mod
Pernahkah kau merasakan kebahagiaan yang begitu besarnya, hingga rasanya kedua kakimu seakan melayang tak berpijak di atas tanah? Mungkin itulah yang dirasakan oleh Jaxton saat ini. Ucapan lembut Audriana yang mengatakan kalau saat ini gadisnya itu sedang mengandung anak mereka, Jaxton pun merasa bahwa Tuhan beserta Malaikat-Nya pasti sedang tersenyum untuknya hari ini. Seorang anak!! Seorang makhluk kecil yang akan berlarian ke sana ke mari dengan riang dan memaggilnya 'Daddy'. Yang akan bergelayut manja pada lengannya dan akan mendapatkan ciuman sayang darinya setiap waktu. Yang akan meneruskan kehidupan ini dengan menyandang nama 'Quinn' di belakang namanya. Jaxton mengangkat tubuh Audriana hingga wajah mereka kini sejajar, sebelum memberikan kecupan bertubi-tubi di bibir ranum calon istrinya. Setelah puas memagut, Jaxton pun menurunkan kembali kekasihnya. Tawa bahagia menguar dari bibir lelaki itu, dengan netra zamrud berkilau menatap Audriana penuh memuja. "Aku s
Audriana membuka kamar kosnya menggunakan kunci cadangan yang ia minta dari Ibu pemilik kos. Ia pun tercengang ketika mendapati kondisi kamarnya yang tidak seperti telah ditinggalkan selama berbulan-bulan lamanya. Bahkan tadinya ia sempat merasa skeptis ketika menyusuri jalanan menuju rumah kos, mengira bahwa ia mungkin sudah didepak dari rumah itu karena tidak membayar selama berbulan-bulan. Namun semua praduga itu pun seketika hilang, ketika Audriana masih disambut baik oleh ibu kosnya yang mengatakan kalau uang sewa kamarnya telah dilunasi hingga setahun ke depan. Tentu saja awalnya Audriana bingung, karena ia merasa tidak pernah membayar uang sewanya sepeser pun sejak bersama Jaxton.Namun ketika sang pemilik itu menjelaskan bahwa ada seorang lelaki tampan dengan ciri-ciri mirip idol Korea yang datang menemuinya untuk membayarkan sewa kamar Audriana secara cash, gadis itu pun seketika mengerti. Pasti Geovan yang melakukannya, atas perintah dari Jaxton. Audriana lalu menatap
"Baby, kamu mau kemana?" "Jangan mengikutiku!" Teriak Audriana, yang sudah keluar dari dalam mobil dan diikuti oleh Jaxton. "Aku butuh waktu untuk mencerna semuanya, Jaxton. Please. Biarkan aku sendiri!" "Baby, jangan berkata seperti itu. Aku tidak mungkin membiarkanmu sendirian," mohon Jaxton dengan wajah yang sendu. Keterusterangannya tentang siapa dan bagaimana dirinya di masa lalu, telah membuat Audriana shock. Gadis itu sempat terdiam selama beberapa menit dengan wajah kosong, yang membuat Jaxton cemas. "Aku hanya butuh sendirian, Jaxton. Aku perlu... memikirkan semua ini." Audriana menatap lelaki tampan bertuxedo di hadapannya dengan tatapan nanar. "Aku perlu berpikir ulang tentang... kita," lirihnya. "Tidak! Tidak, Baby! JANGAN PERNAH berpikir ulang tentang kita!" Sentak Jaxton dengan napas memburu. Ketakutan akan kehilangan Audriana membuat tubuhnya tiba-tiba gemetar tak terkendali. "FINE!! Kamu bilang butuh waktu sendiri, bukan?? Akan kuberikan apa pun yang
"Maaf Pak Geovan, saya tidak perlu diantar ke rumah sakit. Jika tidak merepotkan, saya ingin pulang saja." Lelaki yang sedang fokus menyetir itu melirik ke samping dimana seorang gadis yang sedari tadi duduk diam terus memegangi perutnya. "Tidak. Kita tetap ke rumah sakit," putusnya tanpa bisa ditawar lagi. Kania meringis. "Masalahnya semalam saya juga baru dari rumah sakit, Pak. Dan obat-obatannya masih ada di rumah," tukas Kania. "Apa benar begitu? Itu bukan alasan saja karena kamu yang tidak mau berobat, kan?" "Saya berkata jujur, Pak. Kalau tidak percaya, Pak Geovan bisa mengecek label rumah sakit yang menempel di obat-obatan saya di rumah." Geovan menghela napas pelan. "Baiklah. Masukkan GPS alamatmu," titah Geivan kepada Kania, yang langsung memasukkan alamat rumah kontrakannya ke dalam sistem navigasi mobil. Tak ada yang bicara lagi sesudahnya. Keheningan itu membuat Kania yang menahan nyeri di perutnya pun seketika mengantuk. Namun sebagai orang yang diberi tumpan
Acara sudah dimulai dengan penampilan salah satu penyanyi muda wanita yang diorbitkan oleh Quinn Entertainment, yang kebetulan juga faforit Audriana. Ketika penyanyi itu turun dari panggung sambil terus bernyanyi dan berjalan ke arah Jaxton dan Audriana, gadis itu pun sampai berdiri dan ikut bernyanyi bersama. Siapa yang sangka jika ternyata Audriana memiliki suara yang bagus? Jaxton serta semua orang yang ada di sana pun terkejut sekaligus kagum mendengarnya. "Kamu nggak pernah bilang kalau bisa menyanyi dengan baik," bisik Jaxton di telinga Audriana, ketika gadis itu telah kembali duduk di kursinya. "Suara kamu bagus sekali, Baby." Pujinya tulus sembari mengecup pipi Audriana gemas. "Jika saja kamu bukan calon istriku, sudah pasti akan kuorbitkan." Audriana lagi-lagi hanya bisa tersipu malu ketika Jaxton bersikap mesra di depan semua orang. "Jangan suka menciumku di depan umum, malu!" Bisiknya sambil cemberut. Acara selanjutnya adalah pidato pembuka yang akan dilakukan oleh CE
"Jangan terlalu banyak tersenyum!" Audriana mengernyit saat mendengar bisikan di telinganya. Sontak ia pun menatap wajah lelaki tampan bertuxedo hitam yang sejak tadi tak pernah sedetik pun melepaskan cengkeraman di pinggangnya. "Memangnya kenapa?" Tanya Audriana tidak mengerti. "Aku hanya senyum kepada wartawan, kok. Kan biar hasil foto kita jadi bagus," cengirnya. "Senyum kamu terlalu cantik, dan aku tidak rela jika banyak lelaki yang bisa menikmatinya!" Balas Jaxton gusar. "Mereka akan mulai membayangkanmu dalam imajinasi liar mereka, Baby. Aku tahu itu, karena aku juga laki-laki," tegasnya. "Lalu aku harus bagaimana? Cemberut?" Cetus Audriana yang mulai ikut-ikutan kesal. "Cukup berwajah datar saja sama sepertiku," sarannya sambil menatap bibir Audriana yang menggoda. Ah, seandainya mereka sedang tidak menjadi pusat perhatian, pasti saat ini Jaxton sudah menerjang bibir itu dan melahapnya dengan penuh nikmat. Audriana berdecih. "Jangan berlebihan, Jaxton. Itu cuma senyum! K
"Audrianaa!""Kania?!!"Dua wanita itu saling menjerit histeris dan berpelukan erat sambil berjingkrak-jingkrak gembira seperti dua orang anak kecil.Jaxton yang tadinya sedang berdiskusi dengan Geovan pun tak pelak mengalihkan wajah demi menatap calon istrinya yang bersikap aneh kepada seorang wanita asing."Siapa dia?" Tanya Jaxton pada Geovan."Namanya Kania Alexandra, dia adalah Sekretaris Anda mulai saat ini, Mr. Quinn. Dan sepertinya, Nona Audriana juga mengenalnya," sahut Geovan yang juga ikut bingung melihat dua orang wanita heboh itu."Audriana," panggil Jaxton. "Kemarilah sebentar, Baby."Ketika melihat Audriana yang berlari kecil ke arah Jaxton Quinn, Kania pun sontak terperanjat. Gawat. Ternyata teman baiknya itu adalah kekasih bosnya! Dan apa pula yang barusan ia lakukan tadi?? Loncat-loncat dan teriak-teriak seperti anak kecil!!Aduh, padahal hari ini adalah hari pertamanya bekerja sebagai Sekretaris CEO!Kania hanya menunduk sambil terus merutuki kebodohannya, hingga