Iyaa deh... Sultan mau makan siang aja pake heli. emangnya otor yg bisa makan pecel lele aja sudah bahagia 🫠🫶
Pengalaman pertama Audriana menaiki helikopter sungguh membuatnya terkesima dan takjub. Dari atas sini, ia bisa melihat pulau-pulau kecil yang disebut atol di negara Maldives, negara yang memang terdiri dari beberapa kumpulan atol (pulau koral yang mengelilingi sebuah laguna). Pemandangan bentangan laut biru yang dinaungi cakrawala tanpa batas serta awan putih pun tak kalah cantiknya, terlihat begitu indah dipandang mata. "Apa itu yang dinamakan kota Male?" Tanya Audriana penuh semangat kepada Jaxton, dengan telunjuknya yang mengarah pada sebuah pulau yang dipenuhi oleh gedung-gedung bertingkat. "Benar," sahut Jaxton singkat. "Aku sengaja mengajakmu menaiki helikopter untuk mempersingkat waktu. Karena perjalanan dengan jetski akan memakan waktu jauh lebih lama dari Voalla Bay Atoll." Audriana berdecih. "Bilang saja kalau mau pamer!" Ledeknya sambil memutar kedua bola mata. Jaxton terkekeh pelan mendengarnya. "Ya, itu juga salah satu alasannya," cetusnya santai tanpa beban, namu
Bagas tersenyum senang ketika mendengar suara pintu apartemen yang terbuka dari luar, disusul oleh suara ketukan heels yang feminin dan terdengar seksi. "LISAA SAYAAANG??" Panggilnya dari arah ruang menonton televisi. Sesosok tubuh seksi pun muncul di hadapan Bagas dengan wajah yang terlihat mendung. Lisa telah datang setelah Bagas mengancam akan mengirimkan video panas mereka berdua kepada Henry, suaminya. "Kau keterlaluan sekali, Bagas!" Seru Lisa dengan wajah yang terlihat ingin menangis. Ia benar-benar tidak menyangka kalau lelaki yang terlihat polos dan baik ini ternyata sangat licik.Semula Lisa hanya ingin bermain-main dengan lelaki tampan yang membuatnya tertarik ini sebagai selingan, saat ia merasa kesepian karena Henry harus bekerja di Kanada. Wanita itu benar-benar tidak menyangka kalau ternyata kini dirinyalah yang menjadi budak nafsu lelaki itu! Seringai mesum terlukis di bibir Bagas kala memandangi sekujur tubuh seksi yang membuat birahinya seketika meluap-luap.
Audriana masih mematung. Pertanyaan yang barusan diucapkan oleh Jaxton itu membuatnya menjadi mempertanyakan kinerja pendengarannya. Apa ia tidak salah dengar?? "Audriana? Apakah kamu mau jadi kekasihku?" Ulang Jaxton lagi dengan nada yang sepertinya mulai tidak sabar, karena keterdiaman gadis itu yang baginya terlalu memakan waktu. "Eh? Umm... itu... " Audriana mendadak menjadi gagap. Rasanya aneh sekali menjawab pertanyaan seperti itu dari seorang Jaxton Quinn. Apakah dia bersungguh-sungguh? Bukannya apa-apa, hanya saja rasanya Audriana masih sulit untuk percaya dengan ketulusan Jaxton yang memintanya menjadi kekasih. Dia itu seorang CEO Quinn Entertainment, yang benar saja! Meskipun awal pertemuan mereka lebih pantas disebut aksi penculikan, pelecehan, dan pemaksaan kehendak, namun Audriana harus mengakui juga jika akhir-akhir ini ia merasakan sebuah perasaan asing yang tidak pernah ia kira akan ia rasakan kepada Jaxton. Perasaan yang disebut... nyaman. "Baiklah. K
"Uupssh.... ahahaah!! Audriana tertawa-tawa geli ketika Jaxton merobek gaunnya dan melemparnya ke sembarang arah.Efek mabuk yang sangat parah membuat gadis itu merasa segala hal di sekitarnya begitu lucu dan terlihat menggelikan, padahal dirinya kini sudah polos tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhnya yang menawan. "Hei. Kamu curang, Jaxton!" protes Audriana tiba-tiba tidak terima. Ia mendorong tubuh Jaxton dan duduk di ranjang sambil berkacak pinggang. Tatapan lapar Jaxton pun seketika jatuh pada dua benda bulat sintal dengan puncak pink-nya yang menantang, menggodanya untuk segera mendaratkan bibirnya di sana. "Ini tidak adil! Kamu sudah menelanjangiku, sedangkan dirimu sendiri masih berpakaian lengkap!" Jari telunjuknya menuding setelan kemeja santai lengan pendek serta celana chinos yang membalut dengan pas di tubuh kekar dan maskulin Jaxton. Jaxton mendengus geli serta mengulum senyumnya. Audriana sangat frontal sekali ketika sedang mabuk. Ah, terlihat semakin menggemask
Uh." Jaxton tersenyum tipis mendengar desahan kecil yang mulai menguar dari bibir merah Audriana, dan lelaki itu pun semakin bersemangat melahap bagian tubuh yang bentuknya mirip dengan bunga mawar itu. "Aah. Sssh... Mmhh..." Desahan-desahan manis terus keluar dari bibir Audriana seiring dengan perbuatan Jaxton yang semakin liar di taman surgawinya. "Aaaaahhh!!!" Gadis itu menjerit kencang saat Jaxton memain-mainkan klitorisnya lalu mengulum sambil menghisapnya kuat-kuat. "Enak, Baby?" Goda Jaxton ketika Audriana telah luruh dari orgasmenya. "Lakukan lagi," pinta gadis itu tanpa malu-malu. "Itu sangat nikmat dan--aak!!" Kepala Audriana terdongak dengan kedua mata terpejam rapat saat Jaxton kembali menyerang bagian sensitifnya dengan jauh lebih beringas dari sebelumnya. Lidahnya bergerak lincah, meliuk dan menggelitik semua syaraf Audriana dan mengirimkan sinyal yang menggetarkan seluruh tubuhnya. "Aaah, Jaxton!" Gadis itu menjerit ketika mengalami squirt untuk yang kedua kal
Hari ini adalah hari kepulangan Jaxton dan Audriana kembali ke Indonesia setelah tiga hari berlibur di Pulau Voalla Bay Atol, Maldives. Berbeda dengan kedatangannya dulu ke pulau pribadi milik Jaxton Quinn, yang berada dalam kondisi terpaksa dan sedang dalam keadaan tak sadarkan diri karena Jaxton yang membiusnya, kepulangannya ke Indonesia kali ini Audriana tentu saja dalam keadaan yang sadar tanpa bius, apalagi pemaksaan. Gadis itu terlihat antusias ketika sebuah helikopter kembali menjemput mereka menuju ke Bandara Internasional Velana, Male. Audriana pun melongo ketika akhirnya turun dari helikopter, dan Jaxton membawanya masuk ke dalam sebuah pesawat berukuran sedang yang tak begitu jauh dari landasan helipad. "Kamu memiliki pesawat pribadi?!" Seru Audriana kaget, ketika Jaxton membantunya menaiki tangga menuju pesawat itu. "Ck. Jangan berlebihan, Audriana. Ini cuma pesawat," ledek Jaxton yang terkekeh pelan, melihat bagaimana mata bening gadis itu membelalak sempurna de
"Aaa... lepaass!" Audriana menjerit dan meronta-ronta, ketika Jaxton menangkap tubuhnya serta memeluknya dari belakang dengan erat. "Baby, kumohon jangan marah-marah lagi! Aku bersumpah tidak pernah bermaksud menjadikanmu sebagai sebuah prestasi seperti yang kamu maksud. Tapi bagiku kamu memang sebuah prestasi yang ingin kumiliki selamanya!" Deru napas Audriana masih memburu dengan ribut karena emosi yang memuncak, namun ucapan Jaxton barusan serta pelukan back hug-nya itu sedikit membuatnya lebih tenang, walaupun batinnya masih tetap meradang. Jaxton menghirup kulit leher kuning langsat itu dan mendesah pelan. "Tak bisakah kamu membedakannya, Audriana? Aku sangat berubah setelah mengenalmu. Memang benar kalau aku begitu brengsek di masa lalu, tapi semua masa lalu itu tidak bisa kuubah," bisik Jaxton dengan bibir yang menempel di daun telinga Audriana. Napas lelaki itu menerpa anak-anak rambutnya yang berantakan setelah mengamuk tadi, namun bagi Jaxton itu terlihat seksi sekali.
Hilang sudah niatan Jaxton untuk bekerja di atas pesawat dalam perjalanan pulang dari Maldives menuju Jakarta.Meskipun sejak tadi ia sudah menahan diri untuk tidak membawa Audriana ke kamar pribadinya, namun semuanya itu tak berguna ketika ucapan Lexi si pramugari sialan yang membuat wanitanya murka, dan mereka pun akhirnya terjebak di kamar ini.Jaxton sudah melucuti seluruh baju Audriana beserta pakaian dalamnya, dan kini bibirnya sedang asik menghisap puncak dada yang kenyal merah muda itu.Ada beberapa jejak cinta kemerahan di sekitar dada bulat itu, dan jumlahnya pun akan terus bertambah mengingat lelaki yang membuatnya begitu beringas.Jaxton bukan saja memberikan tanda itu di area dada, tapi juga di leher, perut, dan paha Audriana, seakan senagaja ingin memberitahukan kepada seluruh dunia bahwa wanita ini telah menemukan pemiliknya."Baby, tubuhmu lembut sekali..." suara serak Jaxton mengalun dengan seksi seiring dengan gerakan tangannya yang terus bergerilya dan hinggap di se
Tiba-tiba suara denting ponsel mengagetkan mereka berdua, dan tak pelak juga membuat akal pikiran Geovan kembali kepada kenyataan. Sambil mengumpat keras, serta merta ia menarik cepat jemarinya dari tubuh Kania, dan beringsut berdiri dari atas ranjang untuk meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas. "Pak... Geovan?" Kania menatap sayu penuh tanda tanya pada Geovan yang tiba-tiba berlalu begitu saja tanpa kata. Tanpa ia tahu jika sesungguhnya Geovan berusaha keras mengabaikan suara serak Kania yang menggoda. Geovan mencoba fokus meluruskan pikirannya. Setelah menarik napas yang teramat panjang, lelaki itu pun membuka sebuah pesan dari Mr. Quinn yang masuk ke dalam ponselnya. [Audriana hamil, Geo!!! Is that amazing?? Aku akan menjadi seorang Daddy!!] Kalimat Jaxton membuat lelaki berparas blasteran Indonesia-Korea itu pun sontak tercenung. Aura kebahagiaan yang terpancar jelas dari dalam pesan bosnya itu tak pelak menohok dirinya, yang hampir saja membuat kesalahan di
Kania membalikkan tubuh Geovan yang menegang kaku hingga mereka pun kini saling berhadapan, lalu tersenyum dengan sangat manis saat mereka saling beradu beradu tatap. "Mmm... Pak Geovan?" Panggil Kania manja. Geovan menelan ludah, setengah mati menahan dirinya untuk tidak menyerang Kania yang sekarang menjadi sangat seksi. "Y-yaaa??" Jawab Geovan yang kini telah mengalihkan pandangannya dari siluet sensual yang membuatnya gerah. "Saya mau mengakui sesuatu," tutur Kania dengan wajah polos namun terlihat menggemaskan. "Sebenarnya, saya sudah menyukai Pak Geovan waktu pertama kali kita bertemu. Itu loh, waktu kita berada di ruangan Mr. Quinn. Menurut saya, Pak Geovan itu bukan cuma amat sangat tampan, tapi juga cool dan sangat fokus saat sedang bekerja." Kania berhenti sebentar untuk terkikik genit. Efek obat perangsang yang ia telan secara tidak sengaja di dalam cheese cake itu bukan saja membuat gairahnya naik, tapi juga kepercayaan dirinya yang meningkat tajam. Kania mod
Pernahkah kau merasakan kebahagiaan yang begitu besarnya, hingga rasanya kedua kakimu seakan melayang tak berpijak di atas tanah? Mungkin itulah yang dirasakan oleh Jaxton saat ini. Ucapan lembut Audriana yang mengatakan kalau saat ini gadisnya itu sedang mengandung anak mereka, Jaxton pun merasa bahwa Tuhan beserta Malaikat-Nya pasti sedang tersenyum untuknya hari ini. Seorang anak!! Seorang makhluk kecil yang akan berlarian ke sana ke mari dengan riang dan memaggilnya 'Daddy'. Yang akan bergelayut manja pada lengannya dan akan mendapatkan ciuman sayang darinya setiap waktu. Yang akan meneruskan kehidupan ini dengan menyandang nama 'Quinn' di belakang namanya. Jaxton mengangkat tubuh Audriana hingga wajah mereka kini sejajar, sebelum memberikan kecupan bertubi-tubi di bibir ranum calon istrinya. Setelah puas memagut, Jaxton pun menurunkan kembali kekasihnya. Tawa bahagia menguar dari bibir lelaki itu, dengan netra zamrud berkilau menatap Audriana penuh memuja. "Aku s
Audriana membuka kamar kosnya menggunakan kunci cadangan yang ia minta dari Ibu pemilik kos. Ia pun tercengang ketika mendapati kondisi kamarnya yang tidak seperti telah ditinggalkan selama berbulan-bulan lamanya. Bahkan tadinya ia sempat merasa skeptis ketika menyusuri jalanan menuju rumah kos, mengira bahwa ia mungkin sudah didepak dari rumah itu karena tidak membayar selama berbulan-bulan. Namun semua praduga itu pun seketika hilang, ketika Audriana masih disambut baik oleh ibu kosnya yang mengatakan kalau uang sewa kamarnya telah dilunasi hingga setahun ke depan. Tentu saja awalnya Audriana bingung, karena ia merasa tidak pernah membayar uang sewanya sepeser pun sejak bersama Jaxton.Namun ketika sang pemilik itu menjelaskan bahwa ada seorang lelaki tampan dengan ciri-ciri mirip idol Korea yang datang menemuinya untuk membayarkan sewa kamar Audriana secara cash, gadis itu pun seketika mengerti. Pasti Geovan yang melakukannya, atas perintah dari Jaxton. Audriana lalu menatap
"Baby, kamu mau kemana?" "Jangan mengikutiku!" Teriak Audriana, yang sudah keluar dari dalam mobil dan diikuti oleh Jaxton. "Aku butuh waktu untuk mencerna semuanya, Jaxton. Please. Biarkan aku sendiri!" "Baby, jangan berkata seperti itu. Aku tidak mungkin membiarkanmu sendirian," mohon Jaxton dengan wajah yang sendu. Keterusterangannya tentang siapa dan bagaimana dirinya di masa lalu, telah membuat Audriana shock. Gadis itu sempat terdiam selama beberapa menit dengan wajah kosong, yang membuat Jaxton cemas. "Aku hanya butuh sendirian, Jaxton. Aku perlu... memikirkan semua ini." Audriana menatap lelaki tampan bertuxedo di hadapannya dengan tatapan nanar. "Aku perlu berpikir ulang tentang... kita," lirihnya. "Tidak! Tidak, Baby! JANGAN PERNAH berpikir ulang tentang kita!" Sentak Jaxton dengan napas memburu. Ketakutan akan kehilangan Audriana membuat tubuhnya tiba-tiba gemetar tak terkendali. "FINE!! Kamu bilang butuh waktu sendiri, bukan?? Akan kuberikan apa pun yang
"Maaf Pak Geovan, saya tidak perlu diantar ke rumah sakit. Jika tidak merepotkan, saya ingin pulang saja." Lelaki yang sedang fokus menyetir itu melirik ke samping dimana seorang gadis yang sedari tadi duduk diam terus memegangi perutnya. "Tidak. Kita tetap ke rumah sakit," putusnya tanpa bisa ditawar lagi. Kania meringis. "Masalahnya semalam saya juga baru dari rumah sakit, Pak. Dan obat-obatannya masih ada di rumah," tukas Kania. "Apa benar begitu? Itu bukan alasan saja karena kamu yang tidak mau berobat, kan?" "Saya berkata jujur, Pak. Kalau tidak percaya, Pak Geovan bisa mengecek label rumah sakit yang menempel di obat-obatan saya di rumah." Geovan menghela napas pelan. "Baiklah. Masukkan GPS alamatmu," titah Geivan kepada Kania, yang langsung memasukkan alamat rumah kontrakannya ke dalam sistem navigasi mobil. Tak ada yang bicara lagi sesudahnya. Keheningan itu membuat Kania yang menahan nyeri di perutnya pun seketika mengantuk. Namun sebagai orang yang diberi tumpan
Acara sudah dimulai dengan penampilan salah satu penyanyi muda wanita yang diorbitkan oleh Quinn Entertainment, yang kebetulan juga faforit Audriana. Ketika penyanyi itu turun dari panggung sambil terus bernyanyi dan berjalan ke arah Jaxton dan Audriana, gadis itu pun sampai berdiri dan ikut bernyanyi bersama. Siapa yang sangka jika ternyata Audriana memiliki suara yang bagus? Jaxton serta semua orang yang ada di sana pun terkejut sekaligus kagum mendengarnya. "Kamu nggak pernah bilang kalau bisa menyanyi dengan baik," bisik Jaxton di telinga Audriana, ketika gadis itu telah kembali duduk di kursinya. "Suara kamu bagus sekali, Baby." Pujinya tulus sembari mengecup pipi Audriana gemas. "Jika saja kamu bukan calon istriku, sudah pasti akan kuorbitkan." Audriana lagi-lagi hanya bisa tersipu malu ketika Jaxton bersikap mesra di depan semua orang. "Jangan suka menciumku di depan umum, malu!" Bisiknya sambil cemberut. Acara selanjutnya adalah pidato pembuka yang akan dilakukan oleh CE
"Jangan terlalu banyak tersenyum!" Audriana mengernyit saat mendengar bisikan di telinganya. Sontak ia pun menatap wajah lelaki tampan bertuxedo hitam yang sejak tadi tak pernah sedetik pun melepaskan cengkeraman di pinggangnya. "Memangnya kenapa?" Tanya Audriana tidak mengerti. "Aku hanya senyum kepada wartawan, kok. Kan biar hasil foto kita jadi bagus," cengirnya. "Senyum kamu terlalu cantik, dan aku tidak rela jika banyak lelaki yang bisa menikmatinya!" Balas Jaxton gusar. "Mereka akan mulai membayangkanmu dalam imajinasi liar mereka, Baby. Aku tahu itu, karena aku juga laki-laki," tegasnya. "Lalu aku harus bagaimana? Cemberut?" Cetus Audriana yang mulai ikut-ikutan kesal. "Cukup berwajah datar saja sama sepertiku," sarannya sambil menatap bibir Audriana yang menggoda. Ah, seandainya mereka sedang tidak menjadi pusat perhatian, pasti saat ini Jaxton sudah menerjang bibir itu dan melahapnya dengan penuh nikmat. Audriana berdecih. "Jangan berlebihan, Jaxton. Itu cuma senyum! K
"Audrianaa!""Kania?!!"Dua wanita itu saling menjerit histeris dan berpelukan erat sambil berjingkrak-jingkrak gembira seperti dua orang anak kecil.Jaxton yang tadinya sedang berdiskusi dengan Geovan pun tak pelak mengalihkan wajah demi menatap calon istrinya yang bersikap aneh kepada seorang wanita asing."Siapa dia?" Tanya Jaxton pada Geovan."Namanya Kania Alexandra, dia adalah Sekretaris Anda mulai saat ini, Mr. Quinn. Dan sepertinya, Nona Audriana juga mengenalnya," sahut Geovan yang juga ikut bingung melihat dua orang wanita heboh itu."Audriana," panggil Jaxton. "Kemarilah sebentar, Baby."Ketika melihat Audriana yang berlari kecil ke arah Jaxton Quinn, Kania pun sontak terperanjat. Gawat. Ternyata teman baiknya itu adalah kekasih bosnya! Dan apa pula yang barusan ia lakukan tadi?? Loncat-loncat dan teriak-teriak seperti anak kecil!!Aduh, padahal hari ini adalah hari pertamanya bekerja sebagai Sekretaris CEO!Kania hanya menunduk sambil terus merutuki kebodohannya, hingga