POV ANDRE
Malam itu aku pulang dengan hati yang masih dongkol pada Ray, entah apa yang membuat Maria begitu mencintai Ray. Padahal sebelumnya dia baik-baik saja denganku, mencintaiku dan selalu ada untukku. Selama menjalin hubungan denganku, Maria selalu terlihat ceria dan hari-hari yang kami lalui bersama begitu menyenangkan.
"Sialan kamu Ray!" gerutuku sepanjang jalan, beberapa kali aku menumpahkan kekesalanku dengan menghentakkan kakiku distep motor.
Kutancap gas motorku dengan kesal, meliuk-liuk di antara lalu lintas yang mulai padat. Beberapa bunyi klakson sempat merecoki perjalananku dari kendaraan yang aku lewati, mereka semua memberiku peringatan bahkan ada beberapa yang memakiku. Aku tak peduli!
Drr... Drrt.. Drrt.
Suara panggilan di ponselku berbunyi beberapa kali, sebenarnya aku sangat kesal. tapi suara telpon terus-terus berbunyi. aku terpaksa meminggirkan motorku dan berhenti
Mohon dukungannya dengan cara berikan komentar berupa kritik dan saran, VOTE, atau kamu bisa menambahkan Novel ini ke dalam pustakamu. Terima kasih readear!
POV ALEX Aku tak menyangka sama sekali, kelompok The LMNTAL yang aku bentuk ternyata mampu menarik para pengguna elemen untuk bergabung dan berjuang bersama. Kami para pengguna elemen sudah tak mau lagi jadi sasaran perburuan dan jadi korban kekejian orang-orang yang menamakan dirinya SDI. Dengan adanya The LMNTAL kami bersatu untuk saling melindungi dan melawan pada kesewenang-wenangan mereka. Kami tak ingin cari keributan, kami sama seperti manusia yang lain yang ingin hidup. Tapi kami butuh ketenangan dan tak mau terus diburu oleh para agen dari SDI. Pergerakan kami terus diawasi bahkan setelah pembalasanku pada salah satu agen SDI, mereka malah semakin menjadi memburu kami. Bentrokan pun tak bisa dihindari walau kami sudah berusaha untuk sembunyi dan berbaur dengan orang biasa. Terdengar suara ribut-ribut dilantai bawah, aku langsung keluar dari ruangan yang bisa dibilang kamarku. Terlihat Tim berlari ke arahku dengan wajah yang tegan
POV ALEX Aku terus bergerak dan bisa sampai dihalaman gedung apartemen, kini di depanku bukan lagi tim anti huru hara tapi dengan jelas aku melihat para anggota SDI dengan jolt mereka yang siap digunakan. Beberapa dari anggota SDI melepaskan tembakan ke arahku, tapi dengan kekuatan angin yang aku kuasai, peluru-peluru itu aku alihkan ke arah lain dan sebagian malah nyasar pada anggota polisi. Dengan kekuatan angin yang melindungiku sejak tadi aku berhasil masuk ke dalam apatemen. Kekuatan angin semakin besar berada di tubuhku, aku bahkan mendengar bisikan-bisikan angin diseluruh tanganku. Kini aku bisa melihat elemen anginku membentuk sebuah pedang yang sangat besar. Pusaran-pusaran angin membungkus kedua tanganku hingga menyerupai bor yang siap menerjang apapun yang menghalangi jalanku. Berkali-kali kegibaskan tanganku untuk menghantam orang-orang SDI yang bersenjata dan memuntahkan pelurunya ke arahku. Mereka terhempas jauh bersama s
POV DETEKTIF JOHAN Sore ini aku menyuapi Maria, beberapa hari ini dia selalu mengigau tentang Ray. Aku tak tahu harus menghibur dia bagaimana lagi. Bahkan istriku hanya bisa meneteskan air mata tiap kali melihat Maria mengigau. Sore ini ada yang berbeda dari Maria, setelah kemarin Andre datang dan menemaninya. Kini Maria-ku mau makan bahkan dia sudah mau bercerita padaku dan istriku, dia bercerita kalau Ray membisiki dia. Bahkan Maria bilang kalau dia dengan jelas mendengar suara Ray dan memintanya untuk makan biar cepat sehat. Aku khawatir, Maria bisa saja berhalusinasi. Mana ada orang yang berada sangat jauh bisa membisikinya. Terlintas dalam pikiranku, "jangan-jangan anakku terkena scizophrenia," aku langaung menggidik dan melenyapkan pikiran itu. Maria menyadari kalau reaksi aku, istriku dan Justin adiknya, tak senatural biasanya. "Aku tak apa-apa ayah, Bunda. aku tak gila. Aku masih waras." Katanya dengan bijak, tapi
POV ANDRE Aku sangat terkejut dengan apa yang aku lihat di bawah sana, seperti sedang menyaksikan film fantasy yang menyajikan banyak kekuatan sihir. Mendengar semua yang dibicarakan oleh detektif Johan dan inspektur James aku mencoba untuk memahami, walau sebenarnya aku masih bingung. Tiba-tiba perhatianku tertuju pada seorang gadis berambut ungu yang muncul di bawah sana, aku yakin dia orang yang aku kenal. Warna rambut yang mencolok, memakai rok mini, baju bodyfit yang sangat seksi, tentu saja dia adalah Puri. Aku tak peduli lagi apa yang diteriakkan oleh detektif Johan dan inspektur James, dia ada di bawah sana dan aku harus memastikannya sendiri. Tapi aku heran kenapa dia ada di sana, apa dia juga elemental? Entah apa yang ada dipikiranku saat itu, aku hanya tahu untuk berlari dan turun dari gedung itu, saat sudah berada di luar gedung aku hanya tahu aku harus menemui Puri. Aku berlari melewati sebuah gang yang lenggang ta
POV BALANCER Di masa lalu, Dunia masih diliputi kegelapan. Manusia berjuang untuk menghalangi kedatangan iblis sang penguasa kegelapan yang bernama Azazel. Kesatria-kesatria pilihan diberkati oleh orang-orang suci untuk berada di garis depan pertahanan. Para kesatria yang diberkati, masing-masing dari mereka memiliki kemampuan untuk mengendalikan elemen dan sebutan bagi mereka adalah elemental. Dengan menerima kekuatan itu, mereka harus siap dan berani mengorbankan nyawa demi keselamatan umat. Para elemental berjuang melawan moster-moster yang merupakan prajurit dari Azazel yang terus bertambah kuat saat kedatangan tuannya semakin dekat. Orang-orang suci pun bekerja keras untuk memberkati lagi 5 orang kesatria istimewa yang mampu mengendalikan lebih dari satu elemen, kesatria istimewa ini disebut creator. Kesatria-kesatria Creator inilah yang kemudian mampu mengunci kekuatan Azazel selama ribuan tahun hingga mengorb
POV DETEKTIF JOHAN Suara serine ambulance meraung-raung memecah malam yang sudah menuju pagi, mayat-mayat yang bergelimpangan tadi malam kini sudah di masukan ke dalam kantong-kantong kuning yang dijejerkan di halaman apartemen. Baru di pagi ini kami diijinkan masuk dan melihat dari dekat lokasi yang dipakai pertempuran semalam. Bau anyir darah sudah tercium begitu aku, inspektur Johan dan juga Andre menginjakkan kaki di halaman gedung apartemen. Sungguh sebuah pemandangan yang ironis, sinar matahari pagi begitu indah menebar cahaya dari upuk timur. Namun di hadapan kami justru berjejer kantung-kantung mayat berisi orang-orang yang mungkin saja hanya beberapa saja dari mereka mengetahui alasan sesungguhnya kenapa mereka sekarang terbujur kaku di balik kantong mayat itu, baik dengan tubuh yang utuh atau bahkan tubuh yang sudah terpotong. Beberapakali aku melirik Andre, untunglah saat ini dia tak mengotori TKP lagi dengan muntaha
POV ANDRE Rasa kantuk yang sangat berat membuatku tak bisa mengikuti kedua orang yang duduk di jok depan, aku pun meminta detektif Johan untuk mengantarku pulang ke rumah. Setelah menyaksikan pertempuran semalam otakku terasa blank begitu saja, Aku juga merasa shock mengetahui kalau gadis yang bernama Puri adalah seorang pengguna elemen. Tindakanku semalam yang tiba-tiba turun dan masuk ke area pertempuran benar-benar suatu yang perbuatan yang sinting. Seperti ucapan detektif Johan padaku. Aku sama sekali tak memikirkan keselamatan diri sendiri saat melihat gadis itu. Sejak sampai di rumah, pikiranku terus saja berputar-putar tak jelas. Aku masih terus mencoba menerima dengan akal sehatku tentang pertempuran yang semalam aku saksikan dengan mataku sendiri. Bahkan aku menyaksikan orang yang aku kenal menggunakan kemampuannya untuk bertarung menghadapi lawannya. Entah berapa lama aku hanya diam sambil be
POV ANDRE Aku sedikit kikuk mendapat tatapan tajam dari inspektur James, mungkin itu salah satu kekuatan seorang inspektur polisi. Aku duduk seperti seorang pasakitan di depan inspektur James, sedangkan detektif Johan membawa banyak berkas dari mejanya dan meletakkannya di hadapan aku dan inspektur James. "Dre, tentu kamu masih shock atas apa yang kita saksikan semalam, saya juga sudah tahu alasan sinting kamu untuk turun ke area pertempuran. Nah sekarang saya akan jelaskan dulu untuk tugas awalmu yang harus kamu ingat baik-baik," kata detektif Johan sambil mengambil satu berkas yang tercecer di meja. "Kamu masih ingat apa yang pernah saya ceritakan tentang Dark Lantern?" Tanya detektif Johan. "Tentu Om, saya masih mengingatnya," jawabku dengan cepat. "Bagus kalau begitu, saya akan ceritakan peristiwa pembunuhan atau lebih tepatnya pembantaian yang terjadi beberapa tahun lalu. D