POV BALANCER
Di masa lalu, Dunia masih diliputi kegelapan. Manusia berjuang untuk menghalangi kedatangan iblis sang penguasa kegelapan yang bernama Azazel. Kesatria-kesatria pilihan diberkati oleh orang-orang suci untuk berada di garis depan pertahanan. Para kesatria yang diberkati, masing-masing dari mereka memiliki kemampuan untuk mengendalikan elemen dan sebutan bagi mereka adalah elemental. Dengan menerima kekuatan itu, mereka harus siap dan berani mengorbankan nyawa demi keselamatan umat.
Para elemental berjuang melawan moster-moster yang merupakan prajurit dari Azazel yang terus bertambah kuat saat kedatangan tuannya semakin dekat. Orang-orang suci pun bekerja keras untuk memberkati lagi 5 orang kesatria istimewa yang mampu mengendalikan lebih dari satu elemen, kesatria istimewa ini disebut creator.
Kesatria-kesatria Creator inilah yang kemudian mampu mengunci kekuatan Azazel selama ribuan tahun hingga mengorb
Mohon dukungannya dengan cara berikan komentar berupa kritik dan saran, VOTE, atau kamu bisa menambahkan Novel ini ke dalam pustakamu. Terima kasih readear!
POV DETEKTIF JOHAN Suara serine ambulance meraung-raung memecah malam yang sudah menuju pagi, mayat-mayat yang bergelimpangan tadi malam kini sudah di masukan ke dalam kantong-kantong kuning yang dijejerkan di halaman apartemen. Baru di pagi ini kami diijinkan masuk dan melihat dari dekat lokasi yang dipakai pertempuran semalam. Bau anyir darah sudah tercium begitu aku, inspektur Johan dan juga Andre menginjakkan kaki di halaman gedung apartemen. Sungguh sebuah pemandangan yang ironis, sinar matahari pagi begitu indah menebar cahaya dari upuk timur. Namun di hadapan kami justru berjejer kantung-kantung mayat berisi orang-orang yang mungkin saja hanya beberapa saja dari mereka mengetahui alasan sesungguhnya kenapa mereka sekarang terbujur kaku di balik kantong mayat itu, baik dengan tubuh yang utuh atau bahkan tubuh yang sudah terpotong. Beberapakali aku melirik Andre, untunglah saat ini dia tak mengotori TKP lagi dengan muntaha
POV ANDRE Rasa kantuk yang sangat berat membuatku tak bisa mengikuti kedua orang yang duduk di jok depan, aku pun meminta detektif Johan untuk mengantarku pulang ke rumah. Setelah menyaksikan pertempuran semalam otakku terasa blank begitu saja, Aku juga merasa shock mengetahui kalau gadis yang bernama Puri adalah seorang pengguna elemen. Tindakanku semalam yang tiba-tiba turun dan masuk ke area pertempuran benar-benar suatu yang perbuatan yang sinting. Seperti ucapan detektif Johan padaku. Aku sama sekali tak memikirkan keselamatan diri sendiri saat melihat gadis itu. Sejak sampai di rumah, pikiranku terus saja berputar-putar tak jelas. Aku masih terus mencoba menerima dengan akal sehatku tentang pertempuran yang semalam aku saksikan dengan mataku sendiri. Bahkan aku menyaksikan orang yang aku kenal menggunakan kemampuannya untuk bertarung menghadapi lawannya. Entah berapa lama aku hanya diam sambil be
POV ANDRE Aku sedikit kikuk mendapat tatapan tajam dari inspektur James, mungkin itu salah satu kekuatan seorang inspektur polisi. Aku duduk seperti seorang pasakitan di depan inspektur James, sedangkan detektif Johan membawa banyak berkas dari mejanya dan meletakkannya di hadapan aku dan inspektur James. "Dre, tentu kamu masih shock atas apa yang kita saksikan semalam, saya juga sudah tahu alasan sinting kamu untuk turun ke area pertempuran. Nah sekarang saya akan jelaskan dulu untuk tugas awalmu yang harus kamu ingat baik-baik," kata detektif Johan sambil mengambil satu berkas yang tercecer di meja. "Kamu masih ingat apa yang pernah saya ceritakan tentang Dark Lantern?" Tanya detektif Johan. "Tentu Om, saya masih mengingatnya," jawabku dengan cepat. "Bagus kalau begitu, saya akan ceritakan peristiwa pembunuhan atau lebih tepatnya pembantaian yang terjadi beberapa tahun lalu. D
POV ANDRE Matahari sudah condong ke barat, aku langsung melajukan dengan motor kesayanganku menuju rumah Puri. Rasa kantuk yang sangat menyiksaku, tapi aku tak boleh menundanya. Jika apa yang dikatakan detektif Johan benar, maka pembantaian selanjutnya ada di titik yang sudah dijelaskan tadi. Dengan membawa peta yang sudah sempat dicorat-coret oleh detektif Johan, aku pastikan bisa menyampaikan semua pesan dengan jelas pada mereka. Suasana lalu lintas sangat padat sore ini, aku mencoba mencari jalan pintas agar tidak terjebak kemacetan. Namun akhirnya sampai juga di depan rumah Puri. Sebelum masuk rumah Puri, aku menelepon ibu-ku, mengabarkan akan telat pulang seperti kemarin. Sejak aku membantu mengurus setiap kasus yang ditangani detektif Johan, ibuku sering merasa khawatir bila ku telat memberinya kabar. Jadi aku selalu mengingatkan diriku untuk tak membuatnya khawatir padaku. Ibu selalu mendukung apa pun ya
POV ANDRE Puri masih memeluk dengan erat, sedangkan aku merasa bingung sendiri apa yang harus aku lakukan. Sebagai laki-laki normal tentu saja aku ingin memeluknya kembali, tapi aku bukan laki-laki bajingan yang memanfaatkan situasi. Jadi aku hanya diam terpaku dan berusaha menahan hasratku yang terasa semakin naik ke ubun-ubunku. "Dre, aku ingin kamu memelukku juga," kata Puri dengan suara yang pelan setengah berbisik di telingaku. Perlahan-lahan aku mengangkat tanganku dan memeluk tubuh seksi milik Puri, jantungku berdetak kencang seperti berpacu dalam sebuah perlombaan lari. "Kamu tahu Dre, andai saja aku bisa memiliki seseorang yang mencintaiku dengan tulus, aku tak akan ragu memberikan semua yang aku punya dan memujanya sepanjang umurku," kata Puri, lalu dia melepaskan pelukannya padaku. Puri menuntunku untuk kembali duduk di sofa, dia terus menatap wajahku. Hingga membuatku merasa risih se
POV ANDRE Aku bingung dengan tatapan mata Alex, hingga aku mundur selangkah dari hadapannya dan pegangan tangan Alex di bahuku pun terlepas. Sambil mengerutkan dahi aku balik menatap wajah Alex. "Ada apa Lex?" tanyaku dengan risih. "Kamu harus bantu kami, Dre," kata Alex, tapi aku melihat keraguan di matanya. "Lex, Yogi pengguna elemen petir dan listrik, dIa pasti akan baik-baik saja," kata Puri menyambung pembicaraan kami. "Baik-baik saja menurutmu Pure? Belum tentu. Setiap elemen punya kelemahan masing-masing, masa kamu ngak mengerti ya...," kata Alex. "Yogi sangat baik, dia juga orang yang ta'at beribadah. Aku yakin di jam-jam segini dia pasti sedang berada di moshala dekat rumahnya," kata Tim yang baru saja sampai beberapa saat yang lalu bersama sepuluh orang temannya. "Perkampungan tempat tinggal Yogi sudah di kepung Lex, kita harus segera menyelamatkan dia,
POV ANDRE Aku terjebak dalam keadaan yang sangat sulit, tetap diam di sini? Mungkin aku akan terlibat bentrokan dengan aparat. Jika aku bisa lolos keluar dari sini..., aku tak mungkin tega pada para penduduk kampung. Ahhhggg...., aku kesal sendiri jadinya. Aku ambil ponselku untuk kembali menghubungi Puri. "Halo Puri, aku tak berhasil membujuk Yogi dan mereka sudah siap menyerang!" Kataku dengan panik. "Kamu di mana sekarang?" Tanya Puri "Aku masih di dalam perkampungan, terjebak di sini," jawabku. "Ahh sial!" Gerutu Puri. "Aku tak bisa keluar sekarang, mungkin sebentar lagi kalau para polisi itu akan maju, dan para penduduk kampung juga sudah siap menyerang. Kita harus mencegah terjadinya pertumpahan darah," kataku. "OK, kami akan menuju ke sana," kata Puri, lalu memutus sambungan telponnya. BRAK! BRAK! BRAK! BRAK! BRAK! BRAK! Terdengar suara perisai peli
Wanita berambut panjang itu berdiri tegak di tengah pertempuran, matanya yang tajam menatap ke arah agen SDI yang dia panggil Robert. Alex yang berhasil membebaskan diri dari rasa takutnya, dia langsung berdiri dan mendekat ke arah di mana wanita berambut panjang itu berdiri. Begitu pun dengan para pengguna elemen lainnya yang sudah berhasil mengatasi rasa takutnya. Mereka seakan sengaja dikumpulkan di belakang wanita berambut panjang itu.Sedangkan Robert, yang terpental beberapa meter dari tempatnya berdiri tadi, langsung bangun dan berbalik menghadap pada si wanita berambut panjang."Balancer?!" seru nya dengan ekspresi terkejut."Lama tidak bertemu, Kamu masih terlihat muda dan seksi seperti dulu," lanjut Robert sambil menyeringai."Huh..., kamu Robert masih saja haus darah seperti dulu," kata wanita yang di panggil Balancer oleh Robert."Aku balancer, sudah bersumpah akan menghabisi seluruh keluarga Van Bosch hingga tak akan pernah ada lagi, j