“Eh, den Reno dan non Ayu. Ah, kami hanya sedang berkeliling saja bersama non Maya den. Lalu, non Maya katanya lelah karena kami sudah cukup jauh berjalan tadi, jadi kami beristirahat disini sembari memakan buah-buahan yang kami beli dari bawah.” Kata pakde Yono yang mencoba menutup-nutupi kejadian yang sebenarnya.
“Ah, si Maya memang begitu pakde, manja, hahaha. Yasudah, pakde dan Maya mau bareng dengan kami ga? Kami ingin pulang kerumah Eyang ni” Kata Reno dari dalam mobil.
Lalu, pakde Yono menoleh kearah Maya, Maya mengiyakannya dan kemudian mereka berjalan masuk ke mobil Reno. Setelah itu, mereka semua pulang ke rumah Eyang kakung dan Eyang putri.
Sesampainya di depan gerbang, pakde Yono keluar dari mobil dan membukakan gerbang dan mempersilahkan mobilnya Reno masuk.
Lalu, Maya keluar dari mobil, kemudian menoleh kearah pakde Yono sembari tersenyum dan berkata sembari sedikit berteriak,
“Pakde, terima kasih atas jalan-jalannya ya. Lain kali kita mengobrol lagi”
“Sama-sama non”
Kemudian, Maya masuk ke dalam rumah.
“Maya, dari mana saja kamu?” Tanya Eyang putri.
“Emm… Aku habis jalan-jalan tadi bersama dengan pakde Yono Eyang.”
“Ah, yasudah, sini makan dulu, bi Sari sudah masak enak ini” Kata Eyang putri.
Lalu, Reno, Ayu dan Maya berjalan menuju meja makan dan mereka semua makan siang bersama.
Maya duduk di dekat Eyang putri sembari makan, tiba-tiba,
“Panen buahnya tadi bagaimana? Seru ya?” Bisik Eyang putri kepada Maya.
“Uhuk-uhuk!”
Maya langsung tersedak ketika mendengar perkataan Eyang putri barusan.
“Non, anda kenapa? Ini minum dulu non” Kata bi Sari sembari menuangkan segelas air putih ke dalam gelas Maya.
“Glek glek… Ahhh… Terima kasih bi” Kata Maya sembari meminum air putih itu.
“Sama-sama non”
Eyang kakung hanya tersenyum kecil melihat Maya tanpa berkata sepatah katapun dan hanya menikmati makanannya saja.
Lalu, Maya menoleh kearah Eyang putri tanpa mengatakan sepatah katapun. Eyang putri tersenyum sembari menikmati makanannya tanpa menoleh kearah Maya sedikitpun.
Kemudian, Maya menoleh kembali kearah makanannya dan kembali menikmati makanannya.
Beberapa saat kemudian, Maya telah menyelesaikan makan siangnya. Dia pun pamit untuk masuk ke kamar dan beristirahat.
‘Pakde Yono kok bisa tau semua cerita tentang rumah itu? Apa Eyang yang sudah menceritakannya? Atau, pakde Yono dan bi Sari adalah orang asli sini yang tinggal dibawah? Atau, pakde Yono adalah mantan pembantu yang mengadukan keluarga itu ke warga yang tinggal dibawah? Emm… Entah lah’ Kata Maya dalam hati sembari membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur sembari bermain ponsel.
Tak lama kemudian, Maya mulai mengantuk. Dia meletakkan ponselnya di sebuah meja yang ada di kamarnya, dan setelah itu tertidur.
“Bruk bruk bruk”
“Aku dimana ya? Kok gelap?”
Maya tiba-tiba berada di sebuah lorong yang sangat gelap gulita dan tak ada sedikitpun cahaya yang menerangi jalannya.
“Bruk bruk bruk”
“Hah!? Suara apa itu?”
Maya mendengar suara langkah kaki orang yang tengah berjalan beramai-ramai. Tapi, ketika dia menoleh kearah manapun, ia tak melihat apapun disana, dan yang dia lihat hanyalah lorong yang gelap.
“Siapa…”
Tiba-tiba, sepasang tangan membungkam mulut Maya dan menariknya masuk ke sebuah goa kecil nan gelap.
“Ssstttt… Jangan berisik…” Seseorang yang membungkam mulutnya Maya berkata dengan sedikit berbisik dan melepaskan bungkamannya.
Maya menoleh ke belakang untuk melihat, siapakah orang yang sedang menutup mulutnya tadi. Dan,
“Eh, kamu kan yang tadi ada…”
“Ssstttt… ku bilang diam ya diam… Coba tutup mata kamu, lalu buka matamu lagi, dan setelah itu, coba kamu fokus melihat kedepan sana”
Mendengar perkataan orang tadi, Maya langsung memejamkan matanya, kemudian membukanya kembali dan langsung memfokuskan pandangannya ke depan lorong yang gelap itu. Tiba-tiba, lorong yang sangat gelap tadi, seketika terang dan seluruh isi dari lorong yang gelap itu, berubah menjadi sebuah jalan masuk menuju seperti tempat persembunyian. Dan, banyak sekali makhluk-makhluk aneh yang ada disana dan sepertinya, mereka sedang berkumpul di sebuah tempat seperti sebuah rumah dibawa tanah. Ternyata, langkah kaki yang banyak tadi adalah segerombolan sosok yang tengah mengelilingi sebuah kayu yang sangat besar sembari memegang obor. Lalu, dari kejauhan, Maya melihat seorang anak kecil yang tengah di ikat di tengah-tengah kayu yang raksasa itu.
“Eh, itu kan Aulia? Kok dia ada disana?” Kata Maya sembari terus memperhatikan Aulia yang tengah menangis dan diikat di kayu raksasa itu.
“Iya, itu sepupumu May. Dia di tahan oleh makhluk-makhluk jahat itu. Dan, sekarang, kamu sedang berada di dimensi lain yang ada di dalam lemari itu.” Kata sosok yang membungkam Maya tadi.
Ternyata, itu adalah sosok yang ada di kamar mandi, yang duduk di jendela sembari memandangi Maya yang tengah mandi.
“Eh, itu tolongi dulu, hei! Kamu kok diam saja!?” Kata Maya kepada sosok yang membungkam mulutnya tadi.
Tapi, sosok itu hanya menggelengkan kepalanya sembari tersenyum kepada Maya.
“Tidak Maya, hanya kamulah yang bisa menyelamatkannya. Aku hanyalah sosok penjagamu yang diberikan oleh Eyangmu. Aku hanya bisa mengantarkanmu sampai sini saja. Setelahnya, kamulah yang harus melakukannya sendiri. Dan, makhluk-makhluk itu tidak akan berani membunuh anak itu sampai gerhana bulan tiba. Itu masih sangatlah lama, kamu bisa mencari informasi untuk menyelamatkan anak itu.”
Tiba-tiba, segerombolan makhluk yang tadinya mengelilingi kayu raksasa sembari memegang obor, seketika melempar obor-obor itu ke kayu raksasa itu. Lalu, api menyambar ke kayu raksasa itu dan membakar Aulia.
“Auliaaaaaaaa!!!”
“Brak!!!”
“Hei Maya, ada apa? Kamu kenapa?”
Tiba-tiba, Eyang kakung mendobrak pintu kamar Maya dan langsung masuk bersama dengan Eyang putri dan bi Sari.
Spontan, Maya langsung memeluk Eyang putri sembari menangis,
“Eyang… Aulia Eyang…”
Mendengar itu, Eyang putri hanya bisa memeluk Maya dengan erat sembari berkata,
“Ssssttt… Sudah-sudah, jangan khawatir Maya… Aulia tidak apa-apa kok, kamu tenang saja ya”
“Bagaimana aku bisa tenang Eyang! Tadi aku bermimpi kalau Aulia di bakar hidup-hidup oleh makhluk-makhluk itu!” Kata Maya kepada Eyang putri sembari terus menangis tersengguk-sengguk.
“Sudah-sudah, tidak usah dipikirkan. Mari kita makan dulu ya, bi Sari sudah menyiapkan makan di bawah. Sudah, basuh wajah kamu dulu sana, lalu langsung ke meja makan ya.”
Lalu, Maya menghentikan tangisannya setelah sudah sedikit tenang, setelah itu, dia pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya terlebih dahulu. Setelah itu, Maya menuju meja makan dan makan malam bersama.
“Eyang, benarkah apa yang aku lih…” Baru saja Maya ingin bertanya kepada Eyang putri tentang mimpinya tadi, Eyang kakung langsung memotong perkataannya,
“Sssttt… Sudah, habiskan saja makan malam mu, nanti Eyang akan cerita”
Lalu, Maya menganggukkan kepalanya dan kembali menikmati makan malamnya bersama dengan Eyang kakung dan yang lain.
“Eyang, aku masuk duluan ya” Kata Maya kepada Eyang putri dan Eyang kakung.“Yasudah, jangan lupa baca doa kalau mau tidur nanti ya May” Kata Eyang putri.“Iya Eyang, selamat malam.”Kemudian, Maya naik ke lantai 2 menuju kamarnya setelah makan malam selesai. Lalu,“Eyang, si Maya akhir-akhir ini kok jadi sedikit aneh? Apakah ada sesuatu yang sudah terjadi pada Maya yang aku tidak tahu?” Tanya Reno sembari sedikit berbisik kepada Eyang putri.“Tidak apa-apa Reno… Maya itu memang begitu, suka berhayal yang tidak-tidak sejak dulu. Kamu tidak usah mengkhawatirkannya, fokus saja dengan pekerjaanmu.” Kata Eyang kakung.Reno hanya menganggukkan kepalanya sembari merapihkan piring bekas makannya dan setelah itu, Reno mengajak Ayu kembali ke kamar setelah berpamitan dengan Eyang kakung dan Eyang putri.Maya membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur di dalam kamarnya sembari b
“Loh, kamu mau kemana May?” Tanya Eyang putri.“Aku mau mandi Eyang…”“Kalo mau mandi ya kenapa harus pamit sih… Kirain kamu mau keluar juga.” Kata Eyang putri.“Yasudah, aku mandi dulu ya Eyang”“Yasudah sana.”Kemudian, Maya berjalan ke kamar mandi dan tak lupa, memakai sebuah kain untuk menutupi tubuhnya sebelum ia mulai mandi. Setelah itu, barulah Maya mulai mandi.“Nah, gitu dong, kan kamu lebih kelihatan sopan kalau kamu memakai kain begitu…”“Eh! Siapa itu!?” Tanya Maya sembari melihat ke segala tempat.Tiba-tiba, sosok yang tempo hari tengah duduk di jendela perlahan menampakkan wujudnya.“Eh, kamu…?” Kata Maya sembari menunjuk kearah sosok yang tengah duduk di jendela yang terbuka di dalam kamar mandi.“Iya, ini aku, hehe. Kan sudah ku bilang, aku tinggal disini. Jadi, kamu har
“Emm… Begitu ya pakde… Nah, yang jadi masalahnya, Eyang pasti tidak akan mengizinkan aku untuk keluar rumah pada malam hari pakde. Bagaimana dong?”“Emm… Iya juga ya non. Sulit juga untuk meminta izin kepada Eyang kakung untuk membawa anda jalan-jalan keluar rumah pada saat malam hari.”“Jadi bagaimana pakde?”“Emm… Nanti pakde pikirkan, yuk kita lihat-lihat kebawah non”Kemudian, mereka pergi berjalan menuruni jalan meninggalkan makhluk Bunian itu.“Eh, pakde-pakde, bentar dulu deh. Itu ada sebuah rumah makan yang menjual bakso pakde. Tapi kok…” Bisik Maya sembari menunjuk kearah sebuah warung bakso di pinggir jalan.“Iya non, itu namanya jin penglaris non. Setau pakde ya non, ada dua bentuk jin penglaris yang sering di pakai oleh orang-orang yang menginginkan warung atau rumah makannya ramai akan pengunjung. Yang pertama, anda bisa lihat se
“Loh, emang bisa pakde?”“Ya enggak lah, hahaha. Anda ini ada-ada saja, masak iya menggunakan batu asah? Buta dong, hahaha”“Yee, kirain beneran, huh!”“Hahaha… Tidak-tidak, pakde hanya bercanda kok, hehe. Nah, anda bisa sering-sering berinteraksi dengan makhluk-makhluk tak kasat mata yang ada di sekitaran kita ini. Semakin sering anda melihat mereka, semkain tajam penglihatan anda non. Dan, ada beberapa cara untuk memastikan manusia yang ada di hadapan kita ini, beneran manusia atau bukan. Nah, cara pertama yang paling akurat adalah dengan melihat kakinya non. Kakinya itu menyentuh ke tanah atau tidak. Nah, kalau makhluk gaib ini menjelma menjadi sesosok manusia, pasti kakinya tidak menyentuh tanah atau bisa dibilang mengambang.”“Nah, kalau mereka dalam posisi duduk di sebuah kursi, kan biasanya kalau kita duduk tuh pakde, kaki kita kan sering tidak menyentuh tanah. Bagaiamana tuh pakde?&rdquo
“Oh, begitu ya Eyang… Nah, terus kata pakde Yono, aku harus melatih penglihatanku ini Eyang, yang jadi masalahnya, bagaimana cara melatih penglihatan ini Eyang?” Kata Maya.“Emm… Bagaimana ya? Eyang juga kurang tau sih, hehe. Soalnya, mata Eyang sudah rabun, hahaha.” Kata Eyang putri.“Hadehh… Yasudah deh, aku masuk dulu ya Eyang, aku mau istirahat dulu.” Kata Maya sembari berjalan masuk kedalam rumah.Setelah berbicara dengan Eyang putri dan Eyang kakung, Maya langsung berjalan masuk menuju kamarnya. Kemudian, Maya membaringkan tubuhnya sembari bermain ponsel. Lalu, beberapa saat kemudian, Maya merasa mengantuk dan kemudian tertidur.‘May… May… Maya!’Samar-samar, terdengar suara seseorang yang sedang memanggil-manggil namanya. Lalu,“Otoy!? Dan… Huaaaaaaa!!!”Maya teriak ketika baru saja membuka matanya dan sudah ramai sosok-s
“Eh!? Siapa kamu!? Kamu mau berbuat jahat ya! Pergi kamu!” Bentak Maya kepada sosok pria yang cukup tampan yang tiba-tiba muncul di hadapannya, tapi dia hanya memakai celana dan tidak memakai baju.Mendengar itu, sosok pria itu menoleh ke segala arah seperti mencari sesuatu. Lalu, pria itu bertanya,“Kamu bicara dengan siapa May?”“Eh!? Kok kamu tahu namaku?” Tanya Maya.Lalu, pria itu menoleh lagi ke segala arah. Tapi tetap saja, tidak ada siapa-siapa di sana kecuali Maya, pria itu dan 10 sosok yang tergeletak tadi.“Siapa? Aku?” Tanya pria itu sembari menunjuk dirinya sendiri.“Yaiya lah! Jadi kalau bukan kamu, siapa coba? Disini hanya ada kita berdua saja… Emm… Otoy… Kamu menculik Otoy ya!!!” Bentak Maya kepada pria itu.‘Menculik? Oh iya, dia kan belum pernah melihat wujud manusiaku ya? Emm… Aku kerjain ah, hehe’“Hai n
“Hadeh-hadeh… Yasudah, aku ikut. Tapi, aku keluar menggunakan wujud ini ataupun menggunakan wujud manusia. Aku punya sebuah cincin batu merah delima yang bisa ku gunakan untuk tempatku bersemayan sekaligus memulihkan tenagaku. Aku juga dapat memantau pergerakanmu dari dalam batu cincin ini. Tapi sebagai gantinya, coba kamu salurkan tenagamu sedikit ke dalam batu merah delima ini, supaya aku bisa masuk ke dalamnya. Nih, coba pakai…” Kata Otoy sembari memberi sebuah cintin batu merah delima kepada Maya.Kemudian, Maya mengambil cincin itu dan kemudian memasangkannya di jari manisnya.Sontak, ketika cincin itu di pasangkan di jari manisnya, seketika tubuhnya Maya gemetar hebat dalam waktu kurang dari semenit. Kemudian, tiba-tiba cincin batu merah delima itu bersinar, dak kemudian, Otoy masuk ke dalam batu cincin itu. Setelah itu, cahaya dari batu merah delima itu redup dan kembali seperti semula.“May… Maya… Kamu bisa m
“Eyang, aku keluar dulu ya…”“Iya May, jangan lama-lama pulangnya ya.”“Iya Eyang, aku berangkat dulu… Kak Reno, kak Ayu, aku berangkat.”Setelah itu, Ayu keluar dan menuju ke pos penjaga milik pakde Yono.“Pakde… Pakde…”“Eh… Siapa itu, malam-malam begini kok panggil-panggil? Ganggu orang lagi nonton TV saja.” Kata pakde Yono.Kemudian, pakde Yono mematikan TV nya, dan kemudian berjalan menuju pintu dan membukanya.“Eh, non Maya? Anda mau kemana, kok sudah rapih-rapih sekali?” Tanya pakde Yono.“Hehe… Mau jalan-jalan dong pakde. Eyang sudah mengizinkanku untuk keluar jalan-jalan, tapi harus di temenin oleh pakde. Pakde sibuk nggak?” Kata Maya.“Emm… Pakde sedang santai sih… Tapi non Maya beneran mau keluar? Tidak takut apa, malam-malam begini keluar? Emang mau kemana?”
“Yah sudah, kita serang dia sama-sama saja!” teriak Pakde Yono. “Oke!”Akhirnya, perdebatan pun selesai dan mereka memutuskan untuk menyerang Rio bersama-sama. Namun, saat mereka berdua melihat ke arah tempat Rio berdiri tadi, tiba-tiba Rio sudah tidak ada disana. Pakde Yono dan Pakde Gunawan sempat melihat ke sekeliling, tapi tetap tidak terlihat karena gelap. Lalu, mereka berdua menghidupkan lampu senter yang mereka genggam di masing-masing tangan kanan mereka, lalu menyorotkan lampu senter itu ke segala arah dan terhenti tepat di posisi awal Rio berdiri tadi. “Eh, Yono, dia tidur tuh!” bisik Pakde Gunawan sambil menyorotkan lampu senternya kearah Rio yang terlihat tengah tertidur pulas di atas tanah, tepat di hadapannya. “Kita serang aja, bagaimana?” tanya Pakde Yono dengan raut wajah yang penuh semangat.Awalnya, Pakde Gunawan hanya diam dan berpikir, kalau dia menyerang Rio dalam keadaan tertidur seperti itu, itu adalah tindakan seorang pengecut. Namun, kalau dia me
Crooot! “Uhuk-uhuk~” Gedebuk!Pria itu mencabut bayangan hitam yang membentuk sebilah keris dari perut sesosok wanita itu dan seketika, sesosok wanita itu terjatuh dan tergeletak ke tanah. Dia terbaring lemah dengan sebuah lubang melingkar di perutnya, serta mengeluarkan darah berwarna hitam dari lubang bekas tusukan itu. Wusshhhh …Pria itu menghilangkan bayangan hitam berbentuk keris panjang yang tengah di pegangnya tadi dan kemudian, dia pun berjalan kearah Sukma, Pakde Gunawan dan Pakde Yono. “Eh-eh, dia berjalan kesini, tuh!” bisik Pakde Yono sambil perlahan berjalan mundur dengan raut wajah yang mulai terlihat panik. “Sssttt! Tenang, Yono, tidak perlu panik,” kata Pakde Gunawan yang masih terlihat tenang.Sukma langsung mematikan lampu senternya, setelah melihat kalau si pria itu sedang berjalan kearahnya dan hanya bisa meramas baju yang dikenakan oleh Pakde Gunawan dan bersembunyi di balik tubuhnya. Dia sangat takut dan tak tahu harus berbuat apa pada saat
“Tadi, Pakde dan Non Maya menyusuri hutan ini ketika kami pergi dan pulang ke rumah Eyangnya Non Maya. Kita sengaja ke sini, siapa tahu bisa menemukan petunjuk keberadaan dari Non Maya,” sahut Pakde Yono. “Hmm, seperti itu … lalu, bagaimana kalau ternyata, Maya tidak ada di hutan ini, Pakde?” tanya Sukma. “Yah, kita pulang saja kalau begitu. Kalau sudah tidak ada, untuk apa dicari lagi, ‘kan?” tanya balik Pakde Yono. “Yeee, tidak begitu, dong, Pakde … masa’ Pakde ingin pasrah semudah itu … jangan …,” “Loh, kalau sudah tidak ada, harus diusahakan agar kembali ada? Coba, kalau kamu memiliki kekasih, tapi kalian berdua telah mengakhiri hubungan kalian, dan kamu tidak memiliki rasa cinta lagi padanya. Namun, kekasihmu itu, memaksamu untuk kembali mencintainya. Bagaimana?” tanya Pakde Yono, memotong perkataan Sukma
“Maya sudah tidak ada di dunia ini lagi,” “Apa!!!”Sontak, siapapun yang mendengar itu, pasti sangat terkejut. Bagi orang-orang yang memiliki pemikiran layaknya manusia biasa, pasti menganggap kalau perkataan dari Eyang kakung itu, mengatakan kalau Maya telah tiada. “Ma-Maya … Maya telah …,” “Ah, tidak. Bukan seperti itu maksud dari Tuan Ajie, Mbak … tidak ada di dunia ini lagi itu maksudnya, Maya sudah dibawa ke dunia lain, oleh sesosok makhluk tak kasat mata. Begitu lah sekiranya," jelas Pakde Gunawan, memotong perkataan Ibunya Sukma.Seketika, semua orang yang mendengar itu, langsung menghela nafas lega. Namun, tak sampai disitu, “Dibawa oleh makhluk tak kasat … loh, Maya diculik!?” tanya Eyang putri dengan raut wajah panik yang tergambar jelas di wajahnya. “Secara teknis, memang sepert
“Hihihi … aku tidak tahu kalian ini siapa, dan mengapa kalian mengejar anak itu. Aku beritahukan kepada kalian semua, ya … ini wilayahku, dan anak itu adalah tamuku. Jadi, jangan coba-coba untuk mengganggunya, atau kalian akan berurusan denganku. Mengerti?” tanya Ibunya Rani, yang tiba-tiba muncul dari arah belakang Pria itu. “Hahaha … bukan ingin bermaksud merendahkan kamu, ya, tapi … makhluk-makhluk rendahan seperti kalian ini, tidak lebih dari seekor anjing yang berani menggonggong ketika berada di wilayahnya, dan menjadi seekor kucing ketika berada diluar wilayahnya,” kata Pria itu dengan lantang, berusaha membuat sosok Ibunya Rani marah padanya.Tidak tahu apa yang membuat Pria itu sangat yakin sampai dia berani berbicara seperti kepada sosok Ibunya Rani, padahal tempat itu adalah wilayahnya. Namun, bukannya marah, Ibunya Rani malah tertawa cekikikkan sambil bertepuk tangan dan menggelengkan kepalanya.
Belum sempat Maya menyelesaikan pertanyaannya, Ibu nya Rani langsung menyuruh Maya untuk diam dan tak bersuara sedikitpun sambil menunjuk kearah bawah. Dengan terpaksa, Maya memberanikan diri untuk melihat kearah bawah. Ternyata, orang-orang yang tengah mengejar Maya, telah sampai di dekat pohon, tempat Maya, Ibu nya Rani, dan Rani bersembunyi. ‘Eh, it ….’Ibu nya Rani meminta Maya untuk tak bersuara sedikitpun. Lalu, dia berbicara dalam hati, untuk menghindari keributan. Namun, belum sempat Maya berbicara dalam hati, Ibu nya Rani langsung membungkam mulutnya, untuk mengejutkannya dan membuatnya diam sepenuhnya. “Hmm?”Terlambat sudah, membuat Maya untuk tidak bersuara. Terlihat dari raut wajah Pria yang memimpin pengikutnya, tiba-tiba tersentak dan merasakan setitik suara yang masuk ke telinganya. Sebagian pengikutnya sudah berlari cukup jauh dari lokasi pohon besar itu, dan seketika, Pria itu bert
“Dindingnya sudah menghilang! Ayo kita kejar gadis kecil itu, sebelum kita kehilangan dia!”Mendengar itu, mereka semua pun kembali berlari mengejar Maya. Namun, baru beberapa langkah mereka berlari, Brak!!! Gedebug!!!Mereka kembali menabrak dinding yang sama, dan kembali terjatuh ke tanah. Terasa jelas kalau mereka benar-benar telah menabrak dinding itu. Namun, saat mereka berdiri dan kembali melakukan hal yang sama, mereka tetap saja tidak menemukannya. Merasa ada yang tidak beres, Pria yang dianggap sebagai pemimpin, yang sejak dari tadi berlari tepat di belakang mereka semua, langsung berjalan maju ke depan. “Hmm, aku rasa seperti ada yang tidak beres, nih … mungkin, kedua sosok yang tengah bersama dengan gadis itu tadi, yang membuat dinding astral ini. Mereka benar-benar ingin cari ribut denganku!” Semua orang yang mendengar itu, seketika terkejut dan kebi
“Rani Sayang, hehe … co-coba to-tlong katakan pada ibu kamu, dong … jelaskan padanya, bagaimana bisa kakak sampai kesini.”Raut wajah dari sosok ibunya Rani, terlihat sangat marah pada Maya. Perlahan, wajah ibunya Rani mendekat kearah Maya, lalu mulutnya terbuka lebar dan tiba-tiba, beberapa ekor laba-laba berbulu berukuran lumayan besar secara bergantian keluar dari mulutnya, “Huwaaaaaa!!!” Maya berteriak sekeras-kerasnya, menyembunyikan wajahnya dibalik punggung Rani sambil meremas bahunya. Mendengar itu, Rani menoleh perlahan kearah Maya, lalu menoleh kearah Ibunya, “Ibu! Jangan menakuti kakak, ah!” kesal Rani pada ibunya. “Tidak, ibu hanya bertanya padanya saja …,” kata ibunya Rani, berbicara yang lambat, dengan mata yang melotot kearah Maya.Mendengar suara dari ibunya Rani yang sepertinya sudah tak lagi marah, Maya perlahan
Slash!Pria itu menebas semak-semak, tempat Maya bersembunyi. Sontak, raut wajahnya terlihat pucat pasih, mendengar suara tebasan itu. Dia melihat kearah kiri dan kanan, menyadari kalau semak-semak yang digunakannya untuk bersembunyi itu, sudah hancur karena terkena tebasan dari pria itu. Namun anehnya, tak terjadi apapun pada Maya, bahkan sehelai rambut pun. “Sepertinya, dia tidak ada di sekitar sini, Tuan …,” kata salah seorang pria dari arah seberang. “Tidak! Pasti dia masih ada di sekitar sini! Tidak mungkin seorang anak kecil seperti dia, bisa lari dan menghilang secepat itu,” sahut pria itu. “Ta-tapi, Tuan …,” “Diam, kamu!” Whooooosh! “Aaarrrgggg!!!” Gedebug!Pria itu menunjuk kearah seorang pria yang berdiri di seberangnya, dan seketika keluar