“Hadehhh… Ada-ada saja tingkah laku makhluk disini”
Kemudian, Maya segera menyelesaikan mandinya, setelah itu, memakai bajunya dan keluar dari kamar mandi.
“Emm… Bi… dimana mesin cuci? Saya ingin meletakkan pakaian kotor ini dan ingin mencucinya.” Tanya Maya kepada bi Sari yang tengah mengelap-elap meja makan.
“Ah, sini non, biar bibi saja yang mencucinya. Sekalian, bibi juga sedang mencuci disana.”
“Oh, ini bi, terima kasih ya bi”
“Iya sama-sama non”
Setelah itu, Maya pergi keluar untuk menghirup udara pagi.
‘Emm… Eyang kakung dan Eyang putri dimana ya? Tadi katanya ada diluar? Yasudah lah, lebih baik aku jalan-jalan keluar, hihi’ Kata Maya dalam hati.
Lalu, Maya berjalan menuju gerbang dan berniat ingin jalan-jalan pagi,
“Non, anda mau pergi kemana?” Tanya Pakde Yono yang tengah membersihkan kebun.
“Saya ingin keluar pakde. Jalan-jalan pagi saja, bosen dirumah, hehe”
“Oh, mari saya temani non”
Maya menganggukkan kepalanya, dan kemudian pakde Yono membuka gerbang dan pergi keluar bersama dengan pakde Yono.
Dari depan gerbang, Maya disambut oleh sebuah gunung yang sangat besar, namun tampaknya, gunung sedang di tutupi kabut. Jarak gunung dari rumah Eyangnya Maya sangatlah jauh, namun bisa terlihat jelas kalau tidak sedang berkabut.
Kemudian, Maya berjalan menyusuri jalan bersama dengan pakde Yono. Tapi, sudah cukup jauh mereka berjalan, tak ada seorang pun yang mereka temui sejak mereka keluar dari rumah Eyangnya Maya. Padahal, di sepanjang jalan, banyak rumah-rumah warga.
“Pakde, mengapa disini sepi sekali? Dari tadi kita berjalan, tak ada satupun orang yang berpas-pasan dengan kita.” Tanya Maya kepada Pakde Yono.
“Emm… mungkin mereka sedang berkebun di bawah non. Anda mau melihat kesana?”
“Ah, boleh pakde”
Kemudian, mereka pergi menuju perkebunan warga yang dikatakan oleh pakde tadi. Dan, benar saja, setibanya mereka disana, ada banyak warga yang tengah berkebun disana.
“Non, anda mau mencoba memetik buah?” Tanya pakde Yono kepada Maya.
“Emangnya boleh pakde?”
“Boleh dong, ayo kita kesana”
Lalu, mereka masuk ke perkebunan warga. Pakde Yono menyapa warga-warga disana menggunakan bahasa daerah yang artinya,
“Selamat pagi pak, sedang panen ya?” Tanya Pakde Yono kepada seorang pria paruh baya yang tengah memetik buah disana.
“Eh, pakde Yono, iya nih pak. Dan, ini cucu nya Tuan Ajie ya pakde?”
“Iya pak. Katanya, dia ingin ikut memanen buah juga”
“Ah, boleh-boleh, silahkan non”
Maya hanya tersenyum saja kepada mereka sembari menganggukkan kepalanya walaupun dia tidak mengerti apa yang pakde Yono dan seorang pria paruh baya bicarakan tadi. Dan, sepertinya, seorang pria paruh baya itu mempersilahkan Maya untuk ikut memanen buah-buahan disana.
Lalu, pria itu memberikan sebuah keranjang yang terbuat dari anyaman bamboo kepada Maya sembari berkata dalam bahasa daerah yang artinya,
“Ini keranjangnya non. Kumpulkan buah-buahan itu di dalam keranjang ya non”
Melihat Maya yang sepertinya tidak mengerti apa yang pria itu katakan, pakde Yono mencoba mengartikan perkataan pria itu,
“Kata bapak ini, ini keranjang yang digunakan untuk mengumpulkan buah-buahan ini non. Jadi, anda memetik buah-buahan itu, dan mengumpulkannya di dalam keranjang ini.”
“Oh begitu rupanya, saya juga bingung pakde, mengapa bapak ini memberi saya keranjang tadi, hahaha” Kata Maya sembari tertawa dan menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.
Setelah itu, Maya dan pakde Yono membantu pria itu memanen buah-buahan sembari mengobrol santai dengan bantuan pakde Yono sebagai penerjemahnya.
Beberapa saat kemudian, Maya, pakde Yono dan warga yang lainnya menyelesaikan panen buah itu. Lalu, Maya dan pakde pamit kepada mereka untuk pulang karena sepertinya sudah mulai siang. Kemudian,
“Pakde… ini buah-buahan untuk non Maya sebagai ucapan terima kasih” Kata pria paruh baya itu dalam bahasa jawa kepada pakde Yono sembari memberikan sekantung plastik buah-buahan.
“Wah, terima kasih banyak ya pak” Kata pakde Yono sembari menerima kantung plastik yang berisi buah-buahan itu.
Maya hanya melemparkan senyum manis kepada pria paruh baya itu karena tidak mengerti apa yang dikatakannya.
Setelah itu, Maya dan pakde Yono pergi meninggalkan perkebunan.
Sekitar 100 meter mereka berjalan meninggalkan perkebunan itu, Maya menoleh ke belakang untuk melihat warga yang tadi tengah mengemas buah-buahan. Dan ya, mereka semua menghilang.
“Pakde, mereka semua ramah-ramah ya. Mereka juga repot-repot memberikan kita buah-buahan. Memangnya bisa dimakan pakde, hehe” Kata Maya kepada pakde Yono.
“Hehe, ternyata anda sudah tau ya non. Maaf ya non, saya tidak memberitahukan kepada anda dari awal. Saya tidak ingin membuat anda merasa tidak nyaman disini. Jadi, Jauh sebelum Eyang anda membeli rumah disini, ada sebuah keluarga yang tinggal disini beberapa tahun yang lalu. Rumor mengatakan, kalau kepala keluarga itu adalah seseorang yang gila akan ilmu hitam. Jadi, keluarga itu menuntut ilmu hitam, memuja para setan untuk tujuan mendapat kekayaan. Tapi, semua itu tidak bisa didapatkan secara gratis. Para setan itu meminta tumbal setiap jum’at malam. Lalu, seorang kepala keluarga itu menyetujui persyaratan itu. Seketika, para setan-setan itu menjelma menjadi sebuah lemari antik dan secara tiba-tiba, sudah banyak uang berserakan di lantai kamar yang sekarang ini terkunci. Seketika, keluarga itu menjadi orang yang sangat kaya dan di puja-puja di wilayah ini. Nah, keluarga ini mempunyai sifat gila harta non. Jadi, mereka memanfaatkan uang-uang yang ada, lalu memberikannya kepada rakyat-rakyat miskin untuk membantu mereka.
Nah, entah kenapa, setiap jum’at malam tiba, orang-orang yang menerima uang dari keluarga itu, tiba-tiba meninggal non. Meninggalnya juga pada saat tengah malam saat pergantian hari antara kamis dan jum’at. Tepat di pukul 00.00 dini hari, mereka semua kehilangan nyawanya secara serentak. Lalu, berita ini geger sampai ke kaki gunung. Satu perkampungan yang ada di wilayah ini meninggal dunia secara tiba-tiba. Lalu, terdengarlah berita bahwa keluarga itu adalah biang masalah dari masalah itu dari seorang pembantu yang bekerja bersama dengan keluarga itu. Sontak, warga-warga yang ada di bawah, berbondong-bondong naik kesini dan mengusir keluarga itu secara paksa. Kemudian, mereka berniat ingin membakar lemari itu. Namun, ketika lemari itu dibakar, secara tiba-tiba, lemari itu menghilang tanpa jejak, tak tau pergi kemana. Lalu, entah kenapa, Eyang anda membeli rumah ini dari kepala desa yang tinggal dibawah. Dan, secara tiba-tiba, lemari itu muncul lagi non. Kemudian, lemari itu di rawat oleh Eyang anda setiap harinya tanpa mengharapkan apapun dari lemari itu. Walaupun sebenarnya, Eyang kakung sudah mengetahui kalau lemari itu adalah jelmaan dari para setan yang di sembah oleh mantan pemilik rumah itu. Sampai suatu ketika…”
“Tin tin”
“Hei May, pakde, sedang apa kalian duduk disana?”
Reno dan Ayu menyapa Maya dan pakde dari dalam mobil.
“Eh, den Reno dan non Ayu. Ah, kami hanya sedang berkeliling saja bersama non Maya den. Lalu, non Maya katanya lelah karena kami sudah cukup jauh berjalan tadi, jadi kami beristirahat disini sembari memakan buah-buahan yang kami beli dari bawah.” Kata pakde Yono yang mencoba menutup-nutupi kejadian yang sebenarnya.“Ah, si Maya memang begitu pakde, manja, hahaha. Yasudah, pakde dan Maya mau bareng dengan kami ga? Kami ingin pulang kerumah Eyang ni” Kata Reno dari dalam mobil.Lalu, pakde Yono menoleh kearah Maya, Maya mengiyakannya dan kemudian mereka berjalan masuk ke mobil Reno. Setelah itu, mereka semua pulang ke rumah Eyang kakung dan Eyang putri.Sesampainya di depan gerbang, pakde Yono keluar dari mobil dan membukakan gerbang dan mempersilahkan mobilnya Reno masuk.Lalu, Maya keluar dari mobil, kemudian menoleh kearah pakde Yono sembari tersenyum dan berkata sembari sedikit berteriak,“Pakde, terima kasih atas ja
“Eyang, aku masuk duluan ya” Kata Maya kepada Eyang putri dan Eyang kakung.“Yasudah, jangan lupa baca doa kalau mau tidur nanti ya May” Kata Eyang putri.“Iya Eyang, selamat malam.”Kemudian, Maya naik ke lantai 2 menuju kamarnya setelah makan malam selesai. Lalu,“Eyang, si Maya akhir-akhir ini kok jadi sedikit aneh? Apakah ada sesuatu yang sudah terjadi pada Maya yang aku tidak tahu?” Tanya Reno sembari sedikit berbisik kepada Eyang putri.“Tidak apa-apa Reno… Maya itu memang begitu, suka berhayal yang tidak-tidak sejak dulu. Kamu tidak usah mengkhawatirkannya, fokus saja dengan pekerjaanmu.” Kata Eyang kakung.Reno hanya menganggukkan kepalanya sembari merapihkan piring bekas makannya dan setelah itu, Reno mengajak Ayu kembali ke kamar setelah berpamitan dengan Eyang kakung dan Eyang putri.Maya membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur di dalam kamarnya sembari b
“Loh, kamu mau kemana May?” Tanya Eyang putri.“Aku mau mandi Eyang…”“Kalo mau mandi ya kenapa harus pamit sih… Kirain kamu mau keluar juga.” Kata Eyang putri.“Yasudah, aku mandi dulu ya Eyang”“Yasudah sana.”Kemudian, Maya berjalan ke kamar mandi dan tak lupa, memakai sebuah kain untuk menutupi tubuhnya sebelum ia mulai mandi. Setelah itu, barulah Maya mulai mandi.“Nah, gitu dong, kan kamu lebih kelihatan sopan kalau kamu memakai kain begitu…”“Eh! Siapa itu!?” Tanya Maya sembari melihat ke segala tempat.Tiba-tiba, sosok yang tempo hari tengah duduk di jendela perlahan menampakkan wujudnya.“Eh, kamu…?” Kata Maya sembari menunjuk kearah sosok yang tengah duduk di jendela yang terbuka di dalam kamar mandi.“Iya, ini aku, hehe. Kan sudah ku bilang, aku tinggal disini. Jadi, kamu har
“Emm… Begitu ya pakde… Nah, yang jadi masalahnya, Eyang pasti tidak akan mengizinkan aku untuk keluar rumah pada malam hari pakde. Bagaimana dong?”“Emm… Iya juga ya non. Sulit juga untuk meminta izin kepada Eyang kakung untuk membawa anda jalan-jalan keluar rumah pada saat malam hari.”“Jadi bagaimana pakde?”“Emm… Nanti pakde pikirkan, yuk kita lihat-lihat kebawah non”Kemudian, mereka pergi berjalan menuruni jalan meninggalkan makhluk Bunian itu.“Eh, pakde-pakde, bentar dulu deh. Itu ada sebuah rumah makan yang menjual bakso pakde. Tapi kok…” Bisik Maya sembari menunjuk kearah sebuah warung bakso di pinggir jalan.“Iya non, itu namanya jin penglaris non. Setau pakde ya non, ada dua bentuk jin penglaris yang sering di pakai oleh orang-orang yang menginginkan warung atau rumah makannya ramai akan pengunjung. Yang pertama, anda bisa lihat se
“Loh, emang bisa pakde?”“Ya enggak lah, hahaha. Anda ini ada-ada saja, masak iya menggunakan batu asah? Buta dong, hahaha”“Yee, kirain beneran, huh!”“Hahaha… Tidak-tidak, pakde hanya bercanda kok, hehe. Nah, anda bisa sering-sering berinteraksi dengan makhluk-makhluk tak kasat mata yang ada di sekitaran kita ini. Semakin sering anda melihat mereka, semkain tajam penglihatan anda non. Dan, ada beberapa cara untuk memastikan manusia yang ada di hadapan kita ini, beneran manusia atau bukan. Nah, cara pertama yang paling akurat adalah dengan melihat kakinya non. Kakinya itu menyentuh ke tanah atau tidak. Nah, kalau makhluk gaib ini menjelma menjadi sesosok manusia, pasti kakinya tidak menyentuh tanah atau bisa dibilang mengambang.”“Nah, kalau mereka dalam posisi duduk di sebuah kursi, kan biasanya kalau kita duduk tuh pakde, kaki kita kan sering tidak menyentuh tanah. Bagaiamana tuh pakde?&rdquo
“Oh, begitu ya Eyang… Nah, terus kata pakde Yono, aku harus melatih penglihatanku ini Eyang, yang jadi masalahnya, bagaimana cara melatih penglihatan ini Eyang?” Kata Maya.“Emm… Bagaimana ya? Eyang juga kurang tau sih, hehe. Soalnya, mata Eyang sudah rabun, hahaha.” Kata Eyang putri.“Hadehh… Yasudah deh, aku masuk dulu ya Eyang, aku mau istirahat dulu.” Kata Maya sembari berjalan masuk kedalam rumah.Setelah berbicara dengan Eyang putri dan Eyang kakung, Maya langsung berjalan masuk menuju kamarnya. Kemudian, Maya membaringkan tubuhnya sembari bermain ponsel. Lalu, beberapa saat kemudian, Maya merasa mengantuk dan kemudian tertidur.‘May… May… Maya!’Samar-samar, terdengar suara seseorang yang sedang memanggil-manggil namanya. Lalu,“Otoy!? Dan… Huaaaaaaa!!!”Maya teriak ketika baru saja membuka matanya dan sudah ramai sosok-s
“Eh!? Siapa kamu!? Kamu mau berbuat jahat ya! Pergi kamu!” Bentak Maya kepada sosok pria yang cukup tampan yang tiba-tiba muncul di hadapannya, tapi dia hanya memakai celana dan tidak memakai baju.Mendengar itu, sosok pria itu menoleh ke segala arah seperti mencari sesuatu. Lalu, pria itu bertanya,“Kamu bicara dengan siapa May?”“Eh!? Kok kamu tahu namaku?” Tanya Maya.Lalu, pria itu menoleh lagi ke segala arah. Tapi tetap saja, tidak ada siapa-siapa di sana kecuali Maya, pria itu dan 10 sosok yang tergeletak tadi.“Siapa? Aku?” Tanya pria itu sembari menunjuk dirinya sendiri.“Yaiya lah! Jadi kalau bukan kamu, siapa coba? Disini hanya ada kita berdua saja… Emm… Otoy… Kamu menculik Otoy ya!!!” Bentak Maya kepada pria itu.‘Menculik? Oh iya, dia kan belum pernah melihat wujud manusiaku ya? Emm… Aku kerjain ah, hehe’“Hai n
“Hadeh-hadeh… Yasudah, aku ikut. Tapi, aku keluar menggunakan wujud ini ataupun menggunakan wujud manusia. Aku punya sebuah cincin batu merah delima yang bisa ku gunakan untuk tempatku bersemayan sekaligus memulihkan tenagaku. Aku juga dapat memantau pergerakanmu dari dalam batu cincin ini. Tapi sebagai gantinya, coba kamu salurkan tenagamu sedikit ke dalam batu merah delima ini, supaya aku bisa masuk ke dalamnya. Nih, coba pakai…” Kata Otoy sembari memberi sebuah cintin batu merah delima kepada Maya.Kemudian, Maya mengambil cincin itu dan kemudian memasangkannya di jari manisnya.Sontak, ketika cincin itu di pasangkan di jari manisnya, seketika tubuhnya Maya gemetar hebat dalam waktu kurang dari semenit. Kemudian, tiba-tiba cincin batu merah delima itu bersinar, dak kemudian, Otoy masuk ke dalam batu cincin itu. Setelah itu, cahaya dari batu merah delima itu redup dan kembali seperti semula.“May… Maya… Kamu bisa m
“Yah sudah, kita serang dia sama-sama saja!” teriak Pakde Yono. “Oke!”Akhirnya, perdebatan pun selesai dan mereka memutuskan untuk menyerang Rio bersama-sama. Namun, saat mereka berdua melihat ke arah tempat Rio berdiri tadi, tiba-tiba Rio sudah tidak ada disana. Pakde Yono dan Pakde Gunawan sempat melihat ke sekeliling, tapi tetap tidak terlihat karena gelap. Lalu, mereka berdua menghidupkan lampu senter yang mereka genggam di masing-masing tangan kanan mereka, lalu menyorotkan lampu senter itu ke segala arah dan terhenti tepat di posisi awal Rio berdiri tadi. “Eh, Yono, dia tidur tuh!” bisik Pakde Gunawan sambil menyorotkan lampu senternya kearah Rio yang terlihat tengah tertidur pulas di atas tanah, tepat di hadapannya. “Kita serang aja, bagaimana?” tanya Pakde Yono dengan raut wajah yang penuh semangat.Awalnya, Pakde Gunawan hanya diam dan berpikir, kalau dia menyerang Rio dalam keadaan tertidur seperti itu, itu adalah tindakan seorang pengecut. Namun, kalau dia me
Crooot! “Uhuk-uhuk~” Gedebuk!Pria itu mencabut bayangan hitam yang membentuk sebilah keris dari perut sesosok wanita itu dan seketika, sesosok wanita itu terjatuh dan tergeletak ke tanah. Dia terbaring lemah dengan sebuah lubang melingkar di perutnya, serta mengeluarkan darah berwarna hitam dari lubang bekas tusukan itu. Wusshhhh …Pria itu menghilangkan bayangan hitam berbentuk keris panjang yang tengah di pegangnya tadi dan kemudian, dia pun berjalan kearah Sukma, Pakde Gunawan dan Pakde Yono. “Eh-eh, dia berjalan kesini, tuh!” bisik Pakde Yono sambil perlahan berjalan mundur dengan raut wajah yang mulai terlihat panik. “Sssttt! Tenang, Yono, tidak perlu panik,” kata Pakde Gunawan yang masih terlihat tenang.Sukma langsung mematikan lampu senternya, setelah melihat kalau si pria itu sedang berjalan kearahnya dan hanya bisa meramas baju yang dikenakan oleh Pakde Gunawan dan bersembunyi di balik tubuhnya. Dia sangat takut dan tak tahu harus berbuat apa pada saat
“Tadi, Pakde dan Non Maya menyusuri hutan ini ketika kami pergi dan pulang ke rumah Eyangnya Non Maya. Kita sengaja ke sini, siapa tahu bisa menemukan petunjuk keberadaan dari Non Maya,” sahut Pakde Yono. “Hmm, seperti itu … lalu, bagaimana kalau ternyata, Maya tidak ada di hutan ini, Pakde?” tanya Sukma. “Yah, kita pulang saja kalau begitu. Kalau sudah tidak ada, untuk apa dicari lagi, ‘kan?” tanya balik Pakde Yono. “Yeee, tidak begitu, dong, Pakde … masa’ Pakde ingin pasrah semudah itu … jangan …,” “Loh, kalau sudah tidak ada, harus diusahakan agar kembali ada? Coba, kalau kamu memiliki kekasih, tapi kalian berdua telah mengakhiri hubungan kalian, dan kamu tidak memiliki rasa cinta lagi padanya. Namun, kekasihmu itu, memaksamu untuk kembali mencintainya. Bagaimana?” tanya Pakde Yono, memotong perkataan Sukma
“Maya sudah tidak ada di dunia ini lagi,” “Apa!!!”Sontak, siapapun yang mendengar itu, pasti sangat terkejut. Bagi orang-orang yang memiliki pemikiran layaknya manusia biasa, pasti menganggap kalau perkataan dari Eyang kakung itu, mengatakan kalau Maya telah tiada. “Ma-Maya … Maya telah …,” “Ah, tidak. Bukan seperti itu maksud dari Tuan Ajie, Mbak … tidak ada di dunia ini lagi itu maksudnya, Maya sudah dibawa ke dunia lain, oleh sesosok makhluk tak kasat mata. Begitu lah sekiranya," jelas Pakde Gunawan, memotong perkataan Ibunya Sukma.Seketika, semua orang yang mendengar itu, langsung menghela nafas lega. Namun, tak sampai disitu, “Dibawa oleh makhluk tak kasat … loh, Maya diculik!?” tanya Eyang putri dengan raut wajah panik yang tergambar jelas di wajahnya. “Secara teknis, memang sepert
“Hihihi … aku tidak tahu kalian ini siapa, dan mengapa kalian mengejar anak itu. Aku beritahukan kepada kalian semua, ya … ini wilayahku, dan anak itu adalah tamuku. Jadi, jangan coba-coba untuk mengganggunya, atau kalian akan berurusan denganku. Mengerti?” tanya Ibunya Rani, yang tiba-tiba muncul dari arah belakang Pria itu. “Hahaha … bukan ingin bermaksud merendahkan kamu, ya, tapi … makhluk-makhluk rendahan seperti kalian ini, tidak lebih dari seekor anjing yang berani menggonggong ketika berada di wilayahnya, dan menjadi seekor kucing ketika berada diluar wilayahnya,” kata Pria itu dengan lantang, berusaha membuat sosok Ibunya Rani marah padanya.Tidak tahu apa yang membuat Pria itu sangat yakin sampai dia berani berbicara seperti kepada sosok Ibunya Rani, padahal tempat itu adalah wilayahnya. Namun, bukannya marah, Ibunya Rani malah tertawa cekikikkan sambil bertepuk tangan dan menggelengkan kepalanya.
Belum sempat Maya menyelesaikan pertanyaannya, Ibu nya Rani langsung menyuruh Maya untuk diam dan tak bersuara sedikitpun sambil menunjuk kearah bawah. Dengan terpaksa, Maya memberanikan diri untuk melihat kearah bawah. Ternyata, orang-orang yang tengah mengejar Maya, telah sampai di dekat pohon, tempat Maya, Ibu nya Rani, dan Rani bersembunyi. ‘Eh, it ….’Ibu nya Rani meminta Maya untuk tak bersuara sedikitpun. Lalu, dia berbicara dalam hati, untuk menghindari keributan. Namun, belum sempat Maya berbicara dalam hati, Ibu nya Rani langsung membungkam mulutnya, untuk mengejutkannya dan membuatnya diam sepenuhnya. “Hmm?”Terlambat sudah, membuat Maya untuk tidak bersuara. Terlihat dari raut wajah Pria yang memimpin pengikutnya, tiba-tiba tersentak dan merasakan setitik suara yang masuk ke telinganya. Sebagian pengikutnya sudah berlari cukup jauh dari lokasi pohon besar itu, dan seketika, Pria itu bert
“Dindingnya sudah menghilang! Ayo kita kejar gadis kecil itu, sebelum kita kehilangan dia!”Mendengar itu, mereka semua pun kembali berlari mengejar Maya. Namun, baru beberapa langkah mereka berlari, Brak!!! Gedebug!!!Mereka kembali menabrak dinding yang sama, dan kembali terjatuh ke tanah. Terasa jelas kalau mereka benar-benar telah menabrak dinding itu. Namun, saat mereka berdiri dan kembali melakukan hal yang sama, mereka tetap saja tidak menemukannya. Merasa ada yang tidak beres, Pria yang dianggap sebagai pemimpin, yang sejak dari tadi berlari tepat di belakang mereka semua, langsung berjalan maju ke depan. “Hmm, aku rasa seperti ada yang tidak beres, nih … mungkin, kedua sosok yang tengah bersama dengan gadis itu tadi, yang membuat dinding astral ini. Mereka benar-benar ingin cari ribut denganku!” Semua orang yang mendengar itu, seketika terkejut dan kebi
“Rani Sayang, hehe … co-coba to-tlong katakan pada ibu kamu, dong … jelaskan padanya, bagaimana bisa kakak sampai kesini.”Raut wajah dari sosok ibunya Rani, terlihat sangat marah pada Maya. Perlahan, wajah ibunya Rani mendekat kearah Maya, lalu mulutnya terbuka lebar dan tiba-tiba, beberapa ekor laba-laba berbulu berukuran lumayan besar secara bergantian keluar dari mulutnya, “Huwaaaaaa!!!” Maya berteriak sekeras-kerasnya, menyembunyikan wajahnya dibalik punggung Rani sambil meremas bahunya. Mendengar itu, Rani menoleh perlahan kearah Maya, lalu menoleh kearah Ibunya, “Ibu! Jangan menakuti kakak, ah!” kesal Rani pada ibunya. “Tidak, ibu hanya bertanya padanya saja …,” kata ibunya Rani, berbicara yang lambat, dengan mata yang melotot kearah Maya.Mendengar suara dari ibunya Rani yang sepertinya sudah tak lagi marah, Maya perlahan
Slash!Pria itu menebas semak-semak, tempat Maya bersembunyi. Sontak, raut wajahnya terlihat pucat pasih, mendengar suara tebasan itu. Dia melihat kearah kiri dan kanan, menyadari kalau semak-semak yang digunakannya untuk bersembunyi itu, sudah hancur karena terkena tebasan dari pria itu. Namun anehnya, tak terjadi apapun pada Maya, bahkan sehelai rambut pun. “Sepertinya, dia tidak ada di sekitar sini, Tuan …,” kata salah seorang pria dari arah seberang. “Tidak! Pasti dia masih ada di sekitar sini! Tidak mungkin seorang anak kecil seperti dia, bisa lari dan menghilang secepat itu,” sahut pria itu. “Ta-tapi, Tuan …,” “Diam, kamu!” Whooooosh! “Aaarrrgggg!!!” Gedebug!Pria itu menunjuk kearah seorang pria yang berdiri di seberangnya, dan seketika keluar