Share

BAB 3

Author: A_W
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Satu? Dua? Ah tidak. Ada sekelompok sosok yang memiliki bentuk yang beragam. Ada yang berbentuk seperti seorang pria tinggi yang hanya memiliki satu tangan saja, ada yang menyerupai sesosok wanita dengan pakaian yang tersobek-sobek dan bersimba darah, ada yang merangkak dan berbagai bentuk aneh lainnya. Tapi, tampaknya, sosok-sosok itu hanya berdiri di depan Maya sembari memandangi Maya dengan tatapan kosong.

Lalu, Maya memberanikan dirinya untuk membuka matanya kembali dan melihat kearah sosok-sosok yang ada di hadapannya.

“Assalamualaikum… Sedang apa kalian disini? Dan, ada keperluan apa kalian memanggil namaku tadi?” Maya mengucapkan salam dan bertanya kepada sosok-sosok itu.

Tapi sosok-sosok itu hanya melotot kearah Maya, dan sepertinya setelah Maya melontarkan pertanyaan kepada mereka, sekarang mereka tersenyum menyeringai kepada Maya. Dengan mata yang melotot sembari tersenyum menyeringai membuat wajah mereka semakin menyeramkan. Jantung Maya menjadi semakin berdegup kencang ketika melihat raut wajah mereka yang seperti itu. Tiba-tiba,

“Hahahaha… Hahahaha… Hahahaha…”

Mereka semua mentertawai Maya. Lalu, salah satu dari mereka, yang wujudnya yang menyerupai seorang laki-laki yang hanya memiliki satu lengan saja berkata kepada Maya sembari menunjuk kearah Maya,

“Kamu! Jangan sekali-sekali mencampuri urusan kami! Atau, kakakmu yang menjadi korban selanjutnya, hahaha”

“Mencampuri? Maksudnya? Apakah aku pernah mencampuri urusan kalian?” Tanya Maya kepada sesosok laki-laki itu.

“Kamar itu! Setiap jum’at malam, kami akan meminta tumbal dari wilayah ini! Tak pandang usia, tak pandang jenis kelamin! Siapapun itu, Jika ada orang yang sekali saja menyebut nama kami pada saat jum’at malam, percayalah, orang itu akan lenyap seketika, hahaha”

“Mengapa!? Mengapa kalian melakukan itu?”

“Kakek kamu adalah orang yang sangat baik. Awalnya, kami di beli oleh-Nya dari sebuah toko yang menjual kami. Kami di rawat dan di mandikan oleh-Nya menggunakan air kembang setiap jum’at malam. Namun, beberapa hari lalu tepatnya pada jum’at malam, sepupu laki-laki kamu bersama dengan istri dan anak perempuannya datang berkunjung ke rumah ini. Pada saat itu, kakek kamu sedang memandikan kami menggunakan air kembang di dalam kamar itu. Namun, sepertinya sepupu laki-laki kamu tidak suka dengan keberadaan kami di rumah ini. Lalu, terjadilah sebuah pertengkaran antara sepupu laki-laki dan kakek kamu. Kami tidak senang kalau majikan kami di ganggu seperti itu, lalu kami memancing anak perempuannya untuk naik dan masuk ke kamar itu. tidak ada seorang pun yang mengetahui kalau anak perempuan itu masuk kedalam kamar itu karena terlalu sibuk bertengkar. Kami terus mencoba memancing anak itu untuk membuka kami, namun tiba-tiba, seorang pembantu yang bekerja di rumah ini menahan anak perempuan itu untuk tidak membuka kami. Kami tidak ingin membuang kesempatan, anak itu langsung kami tarik masuk ke dalam tubuh kami dengan tubuhnya sekalian dan anak perempuan itu hilang tanpa sisa sedikitpun, hahaha. Kami merasa puas karena bisa membantu majikan kami. Namun, yang terjadi malah sebaliknya! Majikan kami malah menjadi marah kepada kami dan mengurung kami di dalam kamar itu. setelah itu, kami murka! Karena tidak ada lagi makanan yang bisa kami makan, akhirnya kami keluar dari lemari itu dan pergi untuk mencari dan memakan tumbal orang-orang yang berurusan dengan kami. Dengan menyebut nama kami, di sengaja maupun tidak di sengaja, itu sudah kami anggap musuh!”

“Terus, mau kalian apa? Bagaimana cara membuat kalian merasa tenang seperti dulu?”

“Kami? Mudah saja, buka kamar itu pada saat jum’at malam tiba, mandikan kami menggunakan air kembang tujuh rupa. Dengan begitu, kami bisa tenang.”

“Benarkah itu?

“Benar Maya, hanya kamu yang bisa menolong kami Maya… Hanya kamu…”

Lalu, sosok-sosok itu menghilang seketika.

‘Mandikan mereka? Maksudnya?’

Kemudian, Maya mengurungkan pikiran-pikiran tentang sosok-sosok itu, dan memilih untuk tidur.

Pagi pun tiba, Maya terbangun dari tidurnya.

“Tok tok tok… Non Maya… Mari sarapan dulu”

Terdengar suara ketukan pintu yang sepertinya bi Sari tengah mengetuk pintu.

“Iya bi, sebentar.”

Lalu, Maya berjalan membuka pintu, kemudian berjalan turun bersama dengan bi Sari.

“Pagi Eyang, pagi kak Reno, pagi kak Ayu”

“Pagi Maya, sini makan dulu, jangan tidur mulu” Kata Reno.

Dengan wajah yang masih lesuh, Maya duduk di samping Ayu dan mengambil sarapannya.

“Eyang, setelah sarapan, aku ingin berangkat untuk melihat projectku di desa sebelah bersama Ayu.” Kata Reno kepada Eyang kakung dan Eyang putri.

“Loh, Maya tidak ikut toh?”

“Sepertinya tidak Eyang, sudah kesiangan soalnya. Tidak mungkin kita menunggu Maya untuk bersiap-siap lagi. Bisa-bisa, aku di marahi oleh atasan nanti”

“Yasudah, hati-hati di jalan ya”

“Iya Eyang”

Reno bergegas menyelesaikan sarapannya, dan setelah itu berpamitan kepada Eyang kakung dan Eyang putri, kemudian berangkat pergi bersama Ayu menggunakan mobil.

Setelah Reno dan Ayu pergi, suasana menjadi hening. Maya juga baru saja bangun, nyawanya masih belum terkumpul sepenuhnya. Jadi, dia memilih untuk diam dan bergegas menyelesaikan sarapannya.

“Eyang, aku mandi dulu ya, biar agak segar sedikit, hehe” Kata Maya kepada Eyang kakung dan Eyang putri dengan nada bicara yang masih lemas.

“Ya sudah, setelah mandi, Eyang dan Eyang putri ada di halaman depan kalau nanti kamu mencari Eyang”

“Iya Eyang”

Kemudian, setelah sarapan, Maya langsung kembali ke kamarnya terlebih dahulu untuk mengambil pakaian gantinya dan pergi menuju kamar mandi.

“Jeburrr”

“Wihhh, gila! Airnya dingin banget!” Kata Maya sembari mengguyur segayung air.

Ketika Maya tengah asik mandi, dari sudut pandang matanya, samar-samar, terlihat sebuah bayangan yang mengarah ke sebuah jendela yang terbuka di dalam kamar mandi. Lalu, Maya mencoba melihat kearah jendela itu, dan,

“Huaaaaaa!!!”

Maya berteriak dan langsung mengambil handuk untuk menutupi tubuhnya.

Sesosok makhluk tak kasat mata tengah duduk di jendela itu sembari tersenyum menyeringai memandangi Maya yang tengah mandi dengan tubuhnya yang tak berbusana itu.

“Wah-wah, tubuhmu bagus juga ya, hihi” Kata sesosok makhluk itu.

“Siapa kamu! Sedang apa kamu berada disini!?” Kata Maya sembari terus menutupi tubuhnya menggunakan handuk.

“Hehe, aku tinggal disini loh nona cantik. Dan, kamu belum tau aturannya ya? Nih, biar saya jelaskan, biasakan kalau mau mandi itu, pakailah pakaian atau handuk untuk menutupi tubuh kamu. Untung saya yang melihatmu, kalau makhluk-makhluk jahat yang lain bagaimana? Wah, bisa di terkam habis kamu, hahaha.”

Lalu, Maya mengambil segayung air dan membacakan doa-doa di dalam hatinya, kemudian menyiramkan air itu ke sosok makhluk itu.

“Eh, bentar-bentar. Jangan main usir-usir begitu dong! Kami sebagai setan juga punya tata krama loh! Huh dasar manusia! Bukannya minta maaf, malah main usir-usir saja. Yasudah, pakai handukmu itu dan selesaikan mandimu. Dasar manusia!”

Lalu, sesosok makhluk itu menghilang.

Related chapters

  • Lemari Mencari Tumbal   BAB 4

    “Hadehhh… Ada-ada saja tingkah laku makhluk disini”Kemudian, Maya segera menyelesaikan mandinya, setelah itu, memakai bajunya dan keluar dari kamar mandi.“Emm… Bi… dimana mesin cuci? Saya ingin meletakkan pakaian kotor ini dan ingin mencucinya.” Tanya Maya kepada bi Sari yang tengah mengelap-elap meja makan.“Ah, sini non, biar bibi saja yang mencucinya. Sekalian, bibi juga sedang mencuci disana.”“Oh, ini bi, terima kasih ya bi”“Iya sama-sama non”Setelah itu, Maya pergi keluar untuk menghirup udara pagi.‘Emm… Eyang kakung dan Eyang putri dimana ya? Tadi katanya ada diluar? Yasudah lah, lebih baik aku jalan-jalan keluar, hihi’ Kata Maya dalam hati.Lalu, Maya berjalan menuju gerbang dan berniat ingin jalan-jalan pagi,“Non, anda mau pergi kemana?” Tanya Pakde Yono yang tengah membersihkan kebun.&ld

  • Lemari Mencari Tumbal   BAB 5

    “Eh, den Reno dan non Ayu. Ah, kami hanya sedang berkeliling saja bersama non Maya den. Lalu, non Maya katanya lelah karena kami sudah cukup jauh berjalan tadi, jadi kami beristirahat disini sembari memakan buah-buahan yang kami beli dari bawah.” Kata pakde Yono yang mencoba menutup-nutupi kejadian yang sebenarnya.“Ah, si Maya memang begitu pakde, manja, hahaha. Yasudah, pakde dan Maya mau bareng dengan kami ga? Kami ingin pulang kerumah Eyang ni” Kata Reno dari dalam mobil.Lalu, pakde Yono menoleh kearah Maya, Maya mengiyakannya dan kemudian mereka berjalan masuk ke mobil Reno. Setelah itu, mereka semua pulang ke rumah Eyang kakung dan Eyang putri.Sesampainya di depan gerbang, pakde Yono keluar dari mobil dan membukakan gerbang dan mempersilahkan mobilnya Reno masuk.Lalu, Maya keluar dari mobil, kemudian menoleh kearah pakde Yono sembari tersenyum dan berkata sembari sedikit berteriak,“Pakde, terima kasih atas ja

  • Lemari Mencari Tumbal   BAB 6

    “Eyang, aku masuk duluan ya” Kata Maya kepada Eyang putri dan Eyang kakung.“Yasudah, jangan lupa baca doa kalau mau tidur nanti ya May” Kata Eyang putri.“Iya Eyang, selamat malam.”Kemudian, Maya naik ke lantai 2 menuju kamarnya setelah makan malam selesai. Lalu,“Eyang, si Maya akhir-akhir ini kok jadi sedikit aneh? Apakah ada sesuatu yang sudah terjadi pada Maya yang aku tidak tahu?” Tanya Reno sembari sedikit berbisik kepada Eyang putri.“Tidak apa-apa Reno… Maya itu memang begitu, suka berhayal yang tidak-tidak sejak dulu. Kamu tidak usah mengkhawatirkannya, fokus saja dengan pekerjaanmu.” Kata Eyang kakung.Reno hanya menganggukkan kepalanya sembari merapihkan piring bekas makannya dan setelah itu, Reno mengajak Ayu kembali ke kamar setelah berpamitan dengan Eyang kakung dan Eyang putri.Maya membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur di dalam kamarnya sembari b

  • Lemari Mencari Tumbal   BAB 7

    “Loh, kamu mau kemana May?” Tanya Eyang putri.“Aku mau mandi Eyang…”“Kalo mau mandi ya kenapa harus pamit sih… Kirain kamu mau keluar juga.” Kata Eyang putri.“Yasudah, aku mandi dulu ya Eyang”“Yasudah sana.”Kemudian, Maya berjalan ke kamar mandi dan tak lupa, memakai sebuah kain untuk menutupi tubuhnya sebelum ia mulai mandi. Setelah itu, barulah Maya mulai mandi.“Nah, gitu dong, kan kamu lebih kelihatan sopan kalau kamu memakai kain begitu…”“Eh! Siapa itu!?” Tanya Maya sembari melihat ke segala tempat.Tiba-tiba, sosok yang tempo hari tengah duduk di jendela perlahan menampakkan wujudnya.“Eh, kamu…?” Kata Maya sembari menunjuk kearah sosok yang tengah duduk di jendela yang terbuka di dalam kamar mandi.“Iya, ini aku, hehe. Kan sudah ku bilang, aku tinggal disini. Jadi, kamu har

  • Lemari Mencari Tumbal   BAB 8

    “Emm… Begitu ya pakde… Nah, yang jadi masalahnya, Eyang pasti tidak akan mengizinkan aku untuk keluar rumah pada malam hari pakde. Bagaimana dong?”“Emm… Iya juga ya non. Sulit juga untuk meminta izin kepada Eyang kakung untuk membawa anda jalan-jalan keluar rumah pada saat malam hari.”“Jadi bagaimana pakde?”“Emm… Nanti pakde pikirkan, yuk kita lihat-lihat kebawah non”Kemudian, mereka pergi berjalan menuruni jalan meninggalkan makhluk Bunian itu.“Eh, pakde-pakde, bentar dulu deh. Itu ada sebuah rumah makan yang menjual bakso pakde. Tapi kok…” Bisik Maya sembari menunjuk kearah sebuah warung bakso di pinggir jalan.“Iya non, itu namanya jin penglaris non. Setau pakde ya non, ada dua bentuk jin penglaris yang sering di pakai oleh orang-orang yang menginginkan warung atau rumah makannya ramai akan pengunjung. Yang pertama, anda bisa lihat se

  • Lemari Mencari Tumbal   BAB 9

    “Loh, emang bisa pakde?”“Ya enggak lah, hahaha. Anda ini ada-ada saja, masak iya menggunakan batu asah? Buta dong, hahaha”“Yee, kirain beneran, huh!”“Hahaha… Tidak-tidak, pakde hanya bercanda kok, hehe. Nah, anda bisa sering-sering berinteraksi dengan makhluk-makhluk tak kasat mata yang ada di sekitaran kita ini. Semakin sering anda melihat mereka, semkain tajam penglihatan anda non. Dan, ada beberapa cara untuk memastikan manusia yang ada di hadapan kita ini, beneran manusia atau bukan. Nah, cara pertama yang paling akurat adalah dengan melihat kakinya non. Kakinya itu menyentuh ke tanah atau tidak. Nah, kalau makhluk gaib ini menjelma menjadi sesosok manusia, pasti kakinya tidak menyentuh tanah atau bisa dibilang mengambang.”“Nah, kalau mereka dalam posisi duduk di sebuah kursi, kan biasanya kalau kita duduk tuh pakde, kaki kita kan sering tidak menyentuh tanah. Bagaiamana tuh pakde?&rdquo

  • Lemari Mencari Tumbal   BAB 10

    “Oh, begitu ya Eyang… Nah, terus kata pakde Yono, aku harus melatih penglihatanku ini Eyang, yang jadi masalahnya, bagaimana cara melatih penglihatan ini Eyang?” Kata Maya.“Emm… Bagaimana ya? Eyang juga kurang tau sih, hehe. Soalnya, mata Eyang sudah rabun, hahaha.” Kata Eyang putri.“Hadehh… Yasudah deh, aku masuk dulu ya Eyang, aku mau istirahat dulu.” Kata Maya sembari berjalan masuk kedalam rumah.Setelah berbicara dengan Eyang putri dan Eyang kakung, Maya langsung berjalan masuk menuju kamarnya. Kemudian, Maya membaringkan tubuhnya sembari bermain ponsel. Lalu, beberapa saat kemudian, Maya merasa mengantuk dan kemudian tertidur.‘May… May… Maya!’Samar-samar, terdengar suara seseorang yang sedang memanggil-manggil namanya. Lalu,“Otoy!? Dan… Huaaaaaaa!!!”Maya teriak ketika baru saja membuka matanya dan sudah ramai sosok-s

  • Lemari Mencari Tumbal   BAB 11

    “Eh!? Siapa kamu!? Kamu mau berbuat jahat ya! Pergi kamu!” Bentak Maya kepada sosok pria yang cukup tampan yang tiba-tiba muncul di hadapannya, tapi dia hanya memakai celana dan tidak memakai baju.Mendengar itu, sosok pria itu menoleh ke segala arah seperti mencari sesuatu. Lalu, pria itu bertanya,“Kamu bicara dengan siapa May?”“Eh!? Kok kamu tahu namaku?” Tanya Maya.Lalu, pria itu menoleh lagi ke segala arah. Tapi tetap saja, tidak ada siapa-siapa di sana kecuali Maya, pria itu dan 10 sosok yang tergeletak tadi.“Siapa? Aku?” Tanya pria itu sembari menunjuk dirinya sendiri.“Yaiya lah! Jadi kalau bukan kamu, siapa coba? Disini hanya ada kita berdua saja… Emm… Otoy… Kamu menculik Otoy ya!!!” Bentak Maya kepada pria itu.‘Menculik? Oh iya, dia kan belum pernah melihat wujud manusiaku ya? Emm… Aku kerjain ah, hehe’“Hai n

Latest chapter

  • Lemari Mencari Tumbal   BAB 48

    “Yah sudah, kita serang dia sama-sama saja!” teriak Pakde Yono. “Oke!”Akhirnya, perdebatan pun selesai dan mereka memutuskan untuk menyerang Rio bersama-sama. Namun, saat mereka berdua melihat ke arah tempat Rio berdiri tadi, tiba-tiba Rio sudah tidak ada disana. Pakde Yono dan Pakde Gunawan sempat melihat ke sekeliling, tapi tetap tidak terlihat karena gelap. Lalu, mereka berdua menghidupkan lampu senter yang mereka genggam di masing-masing tangan kanan mereka, lalu menyorotkan lampu senter itu ke segala arah dan terhenti tepat di posisi awal Rio berdiri tadi. “Eh, Yono, dia tidur tuh!” bisik Pakde Gunawan sambil menyorotkan lampu senternya kearah Rio yang terlihat tengah tertidur pulas di atas tanah, tepat di hadapannya. “Kita serang aja, bagaimana?” tanya Pakde Yono dengan raut wajah yang penuh semangat.Awalnya, Pakde Gunawan hanya diam dan berpikir, kalau dia menyerang Rio dalam keadaan tertidur seperti itu, itu adalah tindakan seorang pengecut. Namun, kalau dia me

  • Lemari Mencari Tumbal   BAB 47

    Crooot! “Uhuk-uhuk~” Gedebuk!Pria itu mencabut bayangan hitam yang membentuk sebilah keris dari perut sesosok wanita itu dan seketika, sesosok wanita itu terjatuh dan tergeletak ke tanah. Dia terbaring lemah dengan sebuah lubang melingkar di perutnya, serta mengeluarkan darah berwarna hitam dari lubang bekas tusukan itu. Wusshhhh …Pria itu menghilangkan bayangan hitam berbentuk keris panjang yang tengah di pegangnya tadi dan kemudian, dia pun berjalan kearah Sukma, Pakde Gunawan dan Pakde Yono. “Eh-eh, dia berjalan kesini, tuh!” bisik Pakde Yono sambil perlahan berjalan mundur dengan raut wajah yang mulai terlihat panik. “Sssttt! Tenang, Yono, tidak perlu panik,” kata Pakde Gunawan yang masih terlihat tenang.Sukma langsung mematikan lampu senternya, setelah melihat kalau si pria itu sedang berjalan kearahnya dan hanya bisa meramas baju yang dikenakan oleh Pakde Gunawan dan bersembunyi di balik tubuhnya. Dia sangat takut dan tak tahu harus berbuat apa pada saat

  • Lemari Mencari Tumbal   BAB 46

    “Tadi, Pakde dan Non Maya menyusuri hutan ini ketika kami pergi dan pulang ke rumah Eyangnya Non Maya. Kita sengaja ke sini, siapa tahu bisa menemukan petunjuk keberadaan dari Non Maya,” sahut Pakde Yono. “Hmm, seperti itu … lalu, bagaimana kalau ternyata, Maya tidak ada di hutan ini, Pakde?” tanya Sukma. “Yah, kita pulang saja kalau begitu. Kalau sudah tidak ada, untuk apa dicari lagi, ‘kan?” tanya balik Pakde Yono. “Yeee, tidak begitu, dong, Pakde … masa’ Pakde ingin pasrah semudah itu … jangan …,” “Loh, kalau sudah tidak ada, harus diusahakan agar kembali ada? Coba, kalau kamu memiliki kekasih, tapi kalian berdua telah mengakhiri hubungan kalian, dan kamu tidak memiliki rasa cinta lagi padanya. Namun, kekasihmu itu, memaksamu untuk kembali mencintainya. Bagaimana?” tanya Pakde Yono, memotong perkataan Sukma

  • Lemari Mencari Tumbal   BAB 45

    “Maya sudah tidak ada di dunia ini lagi,” “Apa!!!”Sontak, siapapun yang mendengar itu, pasti sangat terkejut. Bagi orang-orang yang memiliki pemikiran layaknya manusia biasa, pasti menganggap kalau perkataan dari Eyang kakung itu, mengatakan kalau Maya telah tiada. “Ma-Maya … Maya telah …,” “Ah, tidak. Bukan seperti itu maksud dari Tuan Ajie, Mbak … tidak ada di dunia ini lagi itu maksudnya, Maya sudah dibawa ke dunia lain, oleh sesosok makhluk tak kasat mata. Begitu lah sekiranya," jelas Pakde Gunawan, memotong perkataan Ibunya Sukma.Seketika, semua orang yang mendengar itu, langsung menghela nafas lega. Namun, tak sampai disitu, “Dibawa oleh makhluk tak kasat … loh, Maya diculik!?” tanya Eyang putri dengan raut wajah panik yang tergambar jelas di wajahnya. “Secara teknis, memang sepert

  • Lemari Mencari Tumbal   BAB 44

    “Hihihi … aku tidak tahu kalian ini siapa, dan mengapa kalian mengejar anak itu. Aku beritahukan kepada kalian semua, ya … ini wilayahku, dan anak itu adalah tamuku. Jadi, jangan coba-coba untuk mengganggunya, atau kalian akan berurusan denganku. Mengerti?” tanya Ibunya Rani, yang tiba-tiba muncul dari arah belakang Pria itu. “Hahaha … bukan ingin bermaksud merendahkan kamu, ya, tapi … makhluk-makhluk rendahan seperti kalian ini, tidak lebih dari seekor anjing yang berani menggonggong ketika berada di wilayahnya, dan menjadi seekor kucing ketika berada diluar wilayahnya,” kata Pria itu dengan lantang, berusaha membuat sosok Ibunya Rani marah padanya.Tidak tahu apa yang membuat Pria itu sangat yakin sampai dia berani berbicara seperti kepada sosok Ibunya Rani, padahal tempat itu adalah wilayahnya. Namun, bukannya marah, Ibunya Rani malah tertawa cekikikkan sambil bertepuk tangan dan menggelengkan kepalanya.

  • Lemari Mencari Tumbal   BAB 43

    Belum sempat Maya menyelesaikan pertanyaannya, Ibu nya Rani langsung menyuruh Maya untuk diam dan tak bersuara sedikitpun sambil menunjuk kearah bawah. Dengan terpaksa, Maya memberanikan diri untuk melihat kearah bawah. Ternyata, orang-orang yang tengah mengejar Maya, telah sampai di dekat pohon, tempat Maya, Ibu nya Rani, dan Rani bersembunyi. ‘Eh, it ….’Ibu nya Rani meminta Maya untuk tak bersuara sedikitpun. Lalu, dia berbicara dalam hati, untuk menghindari keributan. Namun, belum sempat Maya berbicara dalam hati, Ibu nya Rani langsung membungkam mulutnya, untuk mengejutkannya dan membuatnya diam sepenuhnya. “Hmm?”Terlambat sudah, membuat Maya untuk tidak bersuara. Terlihat dari raut wajah Pria yang memimpin pengikutnya, tiba-tiba tersentak dan merasakan setitik suara yang masuk ke telinganya. Sebagian pengikutnya sudah berlari cukup jauh dari lokasi pohon besar itu, dan seketika, Pria itu bert

  • Lemari Mencari Tumbal   BAB 42

    “Dindingnya sudah menghilang! Ayo kita kejar gadis kecil itu, sebelum kita kehilangan dia!”Mendengar itu, mereka semua pun kembali berlari mengejar Maya. Namun, baru beberapa langkah mereka berlari, Brak!!! Gedebug!!!Mereka kembali menabrak dinding yang sama, dan kembali terjatuh ke tanah. Terasa jelas kalau mereka benar-benar telah menabrak dinding itu. Namun, saat mereka berdiri dan kembali melakukan hal yang sama, mereka tetap saja tidak menemukannya. Merasa ada yang tidak beres, Pria yang dianggap sebagai pemimpin, yang sejak dari tadi berlari tepat di belakang mereka semua, langsung berjalan maju ke depan. “Hmm, aku rasa seperti ada yang tidak beres, nih … mungkin, kedua sosok yang tengah bersama dengan gadis itu tadi, yang membuat dinding astral ini. Mereka benar-benar ingin cari ribut denganku!” Semua orang yang mendengar itu, seketika terkejut dan kebi

  • Lemari Mencari Tumbal   BAB 41

    “Rani Sayang, hehe … co-coba to-tlong katakan pada ibu kamu, dong … jelaskan padanya, bagaimana bisa kakak sampai kesini.”Raut wajah dari sosok ibunya Rani, terlihat sangat marah pada Maya. Perlahan, wajah ibunya Rani mendekat kearah Maya, lalu mulutnya terbuka lebar dan tiba-tiba, beberapa ekor laba-laba berbulu berukuran lumayan besar secara bergantian keluar dari mulutnya, “Huwaaaaaa!!!” Maya berteriak sekeras-kerasnya, menyembunyikan wajahnya dibalik punggung Rani sambil meremas bahunya. Mendengar itu, Rani menoleh perlahan kearah Maya, lalu menoleh kearah Ibunya, “Ibu! Jangan menakuti kakak, ah!” kesal Rani pada ibunya. “Tidak, ibu hanya bertanya padanya saja …,” kata ibunya Rani, berbicara yang lambat, dengan mata yang melotot kearah Maya.Mendengar suara dari ibunya Rani yang sepertinya sudah tak lagi marah, Maya perlahan

  • Lemari Mencari Tumbal   BAB 40

    Slash!Pria itu menebas semak-semak, tempat Maya bersembunyi. Sontak, raut wajahnya terlihat pucat pasih, mendengar suara tebasan itu. Dia melihat kearah kiri dan kanan, menyadari kalau semak-semak yang digunakannya untuk bersembunyi itu, sudah hancur karena terkena tebasan dari pria itu. Namun anehnya, tak terjadi apapun pada Maya, bahkan sehelai rambut pun. “Sepertinya, dia tidak ada di sekitar sini, Tuan …,” kata salah seorang pria dari arah seberang. “Tidak! Pasti dia masih ada di sekitar sini! Tidak mungkin seorang anak kecil seperti dia, bisa lari dan menghilang secepat itu,” sahut pria itu. “Ta-tapi, Tuan …,” “Diam, kamu!” Whooooosh! “Aaarrrgggg!!!” Gedebug!Pria itu menunjuk kearah seorang pria yang berdiri di seberangnya, dan seketika keluar

DMCA.com Protection Status