“Kakak Gerald, kamu pasti menggunakan jurus mengeluarkan jiwa dari tubuh itu, kan? Kapan aku bisa mempelajarinya?” Di dalam mobil, Ray bertanya pada Gerald dengan rasa ingin tahu. Dia sangat ingin mempelajari jurus itu. “Jangan terburu-buru. Kamu akan mempelajarinya suatu hari nanti, tapi kamu harus fokus pada dasar-dasarnya dulu!” jawab Gerald sambil menoleh dan menatap Ray. Ada beberapa keterampilan yang tidak mudah dikuasai. Seperti orang tidak bisa belajar berlari sebelum dia bisa berjalan. Tak lama kemudian, mereka tiba di markas besar Geng Hoklux. Tempat itu dikelilingi oleh para penjaga di dalam dan di luar. Suasana benar-benar ramai. Sudah ada beberapa mobil Dewan Agung di depan gedung dan para inspektur sedang sibuk menjaga ketertiban di tempat kejadian. Gerald berjalan menghampiri bersama Ray. “Ray, jangan katakan apa-apa begitu kita masuk. Aku akan menangani semuanya!" ujar Gerald mengingatkan Ray saat mereka masuk.Ray mengangguk mengerti. "Aku mengerti, Kak Gerald!"
“Aura jahat? Kenapa aku tidak merasakannya?” Harold bertanya dengan bingung.Gerald melirik Harold."Kamu adalah manusia biasa, jadi kamu tidak bisa merasakannya," jawab Gerald singkat.Mendengar itu, Harold merasa sedikit tersinggung. Dia kira Gerald akan mau menjelaskan. Ray yang berdiri di samping ingin tertawa mendengarnya.Tetapi hanya Gerald yang bisa melihat semuanya.Ray mengira Gerald hanya berpura-pura saat mengatakan itu. Tetapi sebenarnya ia jujur. Gerald memang merasakan aura kebencian yang kuat di sana.Gerald tidak merasakan aura ini tadi malam, tetapi hari ini, aura itu tiba-tiba muncul.Ini benar-benar mengejutkan Gerald karena dia yakin aura itu tidak berasal dari jiwa Roger dan pria bercodet itu karena jiwa mereka telah dilenyapkan oleh Gerald menggunakan Phangrottom Rune.Sepertinya ada yang salah dengan tempat ini. Seseorang pasti telah meninggal di sini dan mayatnya pasti masih ada di suatu tempat."Tuan Lee, aku sarankan Anda mencarinya di seluruh bangun
“Oh, tidak! Auranya makin kuat!” Gerald terkejut.“Cepat, Tuan Lee, bawa anak buahmu keluar dari sini. Keluar sekarang! Aura di tubuhmu adalah target para hantu pendendam!” kata Gerald pada Harold."Mundur!" Harold langsung berteriak tanpa berpikir dua kali.Mendengar itu, semua inspektur mundur dari aula bersama Harold dan segera menepi.Begitu berada di luar, Harold dan anak buahnya melihat kabut hitam berhembus menuju aula Geng Hoklux dari langit.Semua orang di tempat kejadian ketakutan. Mereka belum pernah melihat hal seperti itu sebelumnya.Pada saat itu, hanya Gerald dan Ray yang berada di dalam aula. Gerald melirik ke arah Ray yang ada di belakangnya."Apa yang kamu lakukan di sini? Keluar sekarang!" teriak Gerald."Kakak Gerald, aku ingin tetap di sini untuk membantumu!" jawab Ray.“Apa yang bisa kamu bantu? Kamu belum belajar apa pun. Aku bisa menangani ini sendirian! Cepat keluar sebelum terlambat!”Gerald mendorong Ray keluar dari aula.Gerald tidak sedang bercan
“Ray, awas!” Gerald berteriak pada Ray untuk memperingatkannya.Mendengar peringatan Gerald, Ray langsung membuka matanya. Detik berikutnya, pinggang Ray sudah diikat oleh pita merah.Wusshh!Ray terseret ke depan.Melihat itu, Gerald segera memotong pita merah dengan pedangnya.Krakk!Untungnya Gerald bertindak cepat. Dia memotong pita merah dan menyelamatkan Ray.“Rantai Jiwa!”Setelah menyelamatkan Ray, Gerald melemparkan Rantai Jiwanya ke arah hantu itu.Tetapi ternyata hantu perempuan itu cukup gesit. Dia melambaikan pita merahnya lagi untuk menghalau serangan Rantai Jiwa.Tidak mau sampai lengah, Gerald kemudian melompat ke depan dan menerjang ke arah hantu. Gerakan Gerald yang sangat cepat membuat hantu perempuan itu tidak sempat mengelak.Gerald menikam hantu perempuan itu dengan Pedang Astrabyss miliknya."Matilah kau!" teriak Gerald dengan suara penuh amarah.Berikutnya, Pedang Astrabyss memancarkan api biru tua dan menelan hantu wanita itu. Lalu dengan menggunakan
“Oh, tentu saja. Hati-hati di jalan, Tuan Crawford!” Harold mengucapkan selamat tinggal kepada Gerald dengan hormat. Setelah itu, Gerald dan Ray meninggalkan markas Geng Hoklux dengan mobil. "Kak Gerald, sepertinya fakta di balik ini semua tidak akan pernah terkuak," ujar Ray setelah berada di dalam mobil. “Haha, aku tidak menyangka akan ada hantu di aula. Jadi aku menggunakannya sebagai alibi. Ya, bagaimanapun juga, mereka berdua memang pantas mati,” kata Gerald dengan senyum tipis. Sebenarnya, bahkan tanpa adanya hantu itu pun, tak seorang pun akan tahu bahwa Gerald yang telah membunuh Roger dan pria bercodet. Tetapi karena ada kebetulan yang menguntungkan, jadi Gerald menggunakan hantu itu sebagai kambing hitam. “Ray, lain kali kalau aku menyuruh kamu pergi, jangan membantah. Untung saja hantu itu tidak terlalu kuat. Kalau tidak, aku tidak akan bisa menyelamatkanmu!” ujar Gerald mengingatkan Ray. "Oke, aku mengerti, Kak Gerald." Ray mengangguk patuh. Apa yang terjadi hari i
“Ya, sudah. Kalau begitu aku mau pergi menemui Yann. Hubungi aku jika ada apa-apa!” Gerald mengingatkan Juno sekali lagi dan meninggalkan kantor. Setelah meninggalkan kantor, dia pergi ke tempat Yann. Di perjalanan, dia tidak lupa menelepon Yann. Panggilan itu segera dijawab. “Halo, Yan. Kenapa kamu mencariku?” tanya Gerald pada Yann yang ada di ujung telepon dengan rasa ingin tahu. "Gerald, aku punya kabar baik untukmu!" jawab Yann dengan penuh semangat. "Kabar baik? Kabar baik apa?” tanya Gerald ragu. "Ha! Ha! Ha! Nanti kuberi tahu!" Yann membuat Gerald makin penasaran. Bocah itu bersikap misterius lagi. Gerald tidak mengatakan apa-apa karena dia tahu Yann."Oke. Apa kamu ada di rumah sekarang? Aku sedang dalam perjalanan ke sana. Aku akan sampai sekitar sepuluh menit lagi,” ujar Gerald memberi tahu."Oh, cepat sekali? Ya, aku di rumah," jawab Yann yang sedikit terkejut."Oke. Sampai jumpa. Dah."Gerald menutup telepon. Orang kaya seperti Yann selalu seperti itu. Dari nada sua
Ketika Gerald mendengarnya, dia ragu sejenak dan bertanya-tanya tempat apa yang dimaksud Yann. "Di mana itu?" tanya Gerald. "Hehe. Apa kamu pernah mendengar tentang Gunung Dakriont?” Yann mencoba membuat Gerald makin penasaran. Gerald ragu sejenak dan mengangguk. "Aku tahu. Itu tempat wisata, kan? Kenapa kamu menanyakan itu?” jawab Gerald sambil memandang Yann dengan tatapan curiga. Kenapa Yann tertarik pada tempat wisata?“Nah, ada sesuatu yang tidak kamu tahu, Gerald. Orang-orang mungkin tahunya tempat itu adalah objek wisata, tapi sebenarnya ada sebuah gua yang tersembunyi di dalam gunung dan ada banyak harta karun di sana.” Yann memberi tahu Gerald dengan ekspresi sangat bersemangat di wajahnya."Oh, ya? Tapi, Yann, dari siapa kamu tahu soal ini?” tanya Gerald yang sedikit terkejut. Pasti ada seseorang yang memberitahu Yann tentang rahasia itu. Dan pasti ada kejutan di balik ini.“Um…” Yann ragu-ragu untuk menjawab. “Gerald, jawab dulu kamu mau bergabung denganku atau tidak.
Yann berjalan mendekati Gerald dan mencoba membujuknya sekali lagi. Gerald melirik Yann dan menatap Tye Lamano. "Tuan Lamano, bagaimana Anda tahu tentang gua di Gunung Dakriont? Dan bagaimana Anda tahu bahwa ada harta karun di dalamnya?” tanya Gerald.“Tentang itu, aku tidak bisa menjawab. Aku hanya bisa memberi tahumu bahwa semua yang aku tahu muncul di peta yang diwariskan oleh nenek moyangku. Aku membutuhkan kalian berdua untuk melakukan perjalanan ke gunung itu. Aku tahu Tuan Crawford mampu melakukan hal-hal fisik dan metafisik. Itu sebabnya aku meminta Tuan Williams untuk mencarimu. Aku harap kalian mau membantu kami!” kata Lamano dengan nada serius. Tentu saja Gerald tahu yang dipikirkan Lamano dalam benaknya. Dia menginginkan harta karun itu. "Tuan Crawford, aku tahu kau sedang mencari sesuatu dan menurut catatan nenek moyangku, barang yang kau cari kemungkinan besar ada di Gunung Dakriont. Jadi silakan pertimbangkan ini baik-baik.” Melihat Gerald tidak menunjukkan respons,