Tak lama setelah itu, seorang pria dengan wajah terdapat bekas luka berjalan menghampiri wanita itu dan berkata mengejek, "Mau pergi ke mana, Bos?" “Tuan, kami hanya pedagang kecil! Kami benar-benar tidak punya uang!” jawab pemilik warung dengan nada pasrah. "Sialan!" bentak pria itu lalu menampar pipi pemilik kios.Plakkkk! Karena kerasnya tamparan, wanita itu akhirnya terhuyung dua langkah ke belakang sebelum kemudian bersandar pada gerobaknya untuk menopang diri. "Ibu!" teriak putri wanita itu dan segera berlari untuk membantunya berdiri. Setelah itu, dia memelototi pria itu dan berteriak, “Kau benar-benar berengsek! Beraninya kau memukul seorang wanita!” "Hmm? Ini putrimu? Cantik juga dia!" ujar pria itu dengan senyum jahat di wajahnya saat dia berjalan mendekati putri pemilik kios dan menarik gadis itu ke sisinya!“L-lepaskan aku, Berengsek! Mau apa kau?" teriak gadis malang itu saat berusaha melepaskan diri dari cengkeramannya. Sayangnya, ia terlalu lemah untuk me
“Kau bosan hidup atau bagaimana, Nak? Apa kau serius mau ikut campur dalam urusanku? Apa kau tahu siapa aku?” geram pria berluka itu sambil terus menatap tajam ke arah Ray. “Aku tidak tahu dan aku tidak peduli! Biarkan mereka pergi atau aku akan memanggil Dewan Agung!" balas Ray lalu mengeluarkan ponselnya bermaksud mengancam gangster itu. Setelah mendengar itu, kelompok gangster langsung tertawa mengejek. Setelah selesai tertawa, pria berluka kemudian mencemooh, “Apa kamu kira mereka akan datang jika mereka tahu kami terlibat? Silakan saja panggil mereka lalu lihat apa yang akan terjadi!”Mendengar itu, Ray sedikit terkejut. Ia tidak mengira bahwa para gangster ini tidak takut dengan kekuatan Dewan Agung! Pria berluka menggelengkan kepalanya kemudian memberi isyarat agar anak buahnya menyerang Ray. Itu membuat Ray secara otomatis mundur selangkah. Namun, sebelum dia sempat mengambil langkah lagi, tiba-tiba dia merasakan tepukan kuat di bahunya. Ray berbalik dan melihat bahwa itu
“Oh, iya. Sebenarnya kami belum kenyang. Kenapa Anda tidak melanjutkan berdagang saja?” kata Gerald. "Oh! Kalau begitu tunggu sebentar. Aku akan membuatkan makanan yang lebih banyak untuk kalian!” jawab pemilik warung dengan senyum lebar di wajahnya. Karena mereka baru saja menyelamatkannya, wajar saja jika dia merasa perlu membalas kebaikan Gerald dan teman-temannya. Ia pun bergegas menata lapaknya lagi dan mulai bekerja. Tidak lama kemudian, sepiring besar makanan disajikan di meja Gerald. "Aku benar-benar berterima kasih atas bantuan kalian hari ini. Makanan ini gratis untuk kalian!" kata pemilik warung. Sebelum Gerald dan para gadis menjawab, Ray menyahut, “Anda terlalu berlebihan Nyonya, itu cuma hal kecil bagi kami!” Mendengar itu, ketiganya hanya bisa menatap Ray dengan alis terangkat. Dasar tidak tahu malu! “Yah, kecil atau tidak, itu sangat membantu kami! Sekarang kalian makan saja dan jangan sungkan kalau ingin tambah,” jawab pemilik kios lalu kembali bekerja deng
Malam ini, beberapa orang ditakdirkan untuk menghilang secara misterius dari muka bumi ini.Tak lama kemudian, Gerald mendapati dirinya melayang di atas markas Geng Hoklux. Seperti yang ia tahu sebelumnya, Geng Hoklux adalah sekelompok preman dan kepala kelompok itu adalah seorang pria kejam yang dikenal dengan nama Roger. Dari desas-desus yang didengar Gerald, pria itu sering dipanggil ke Dewan Agung untuk sekadar mengobrol santai. Setelah melewati langit-langit markas, Gerald langsung disambut oleh pemandangan pria dengan bekas luka berlutut di depan orang yang sedang duduk —Gerald menebak dia adalah Roger—sambil berkata, “Aku minta maaf, Tuan! Kami benar-benar tidak berguna sampai bisa dikalahkan oleh orang itu!”“Pengecut kalian semua! Dasar sampah! Bagaimana mungkin kalian semua tidak bisa melawan seorang bocah ingusan? Kau benar-benar mempermalukan Geng Hoklux kali ini!” balas Roger sambil memelototi pria bercodet itu. Mendengar itu, pria bercodet dan anak buahnya hanya b
Bagi Gerald, mereka pantas mati. Daripada membiarkan mereka terus menyebabkan masalah, lebih baik Gerald segera menyingkirkan mereka. Dengan begitu, dia akan bisa menghindari masalah yang lebih besar. Setelah menatap mereka selama beberapa detik, Gerald mengeluarkan Phangrottom Rune. Dengan gelombang kuat dari Phangrottom Rune, Gerald memusnahkan jiwa keduanya. Orang-orang seperti mereka tidak layak untuk bereinkarnasi. Mereka harus lenyap selamanya. Setelah menyelesaikan urusannya, Gerald segera beranjak pergi.Gerald tahu bahwa keesokan paginya, kematian kepala Geng Hoklux akan diberitakan di mana-mana dan berita itu pasti akan mengejutkan seluruh kota. Tetapi sebagian besar orang pasti akan merasa senang mengetahui bahwa kepala geng itu dihukum karena perbuatan jahatnya. Setelah kembali, Gerald segera masuk ke raganya dan tertidur.Keesokan paginya, sebuah panggilan telepon membangunkan Gerald. Dia mengambil teleponnya, ternyata itu panggilan dari Harold. Gerald sudah bisa mene
“Kakak Gerald, kamu pasti menggunakan jurus mengeluarkan jiwa dari tubuh itu, kan? Kapan aku bisa mempelajarinya?” Di dalam mobil, Ray bertanya pada Gerald dengan rasa ingin tahu. Dia sangat ingin mempelajari jurus itu. “Jangan terburu-buru. Kamu akan mempelajarinya suatu hari nanti, tapi kamu harus fokus pada dasar-dasarnya dulu!” jawab Gerald sambil menoleh dan menatap Ray. Ada beberapa keterampilan yang tidak mudah dikuasai. Seperti orang tidak bisa belajar berlari sebelum dia bisa berjalan. Tak lama kemudian, mereka tiba di markas besar Geng Hoklux. Tempat itu dikelilingi oleh para penjaga di dalam dan di luar. Suasana benar-benar ramai. Sudah ada beberapa mobil Dewan Agung di depan gedung dan para inspektur sedang sibuk menjaga ketertiban di tempat kejadian. Gerald berjalan menghampiri bersama Ray. “Ray, jangan katakan apa-apa begitu kita masuk. Aku akan menangani semuanya!" ujar Gerald mengingatkan Ray saat mereka masuk.Ray mengangguk mengerti. "Aku mengerti, Kak Gerald!"
“Aura jahat? Kenapa aku tidak merasakannya?” Harold bertanya dengan bingung.Gerald melirik Harold."Kamu adalah manusia biasa, jadi kamu tidak bisa merasakannya," jawab Gerald singkat.Mendengar itu, Harold merasa sedikit tersinggung. Dia kira Gerald akan mau menjelaskan. Ray yang berdiri di samping ingin tertawa mendengarnya.Tetapi hanya Gerald yang bisa melihat semuanya.Ray mengira Gerald hanya berpura-pura saat mengatakan itu. Tetapi sebenarnya ia jujur. Gerald memang merasakan aura kebencian yang kuat di sana.Gerald tidak merasakan aura ini tadi malam, tetapi hari ini, aura itu tiba-tiba muncul.Ini benar-benar mengejutkan Gerald karena dia yakin aura itu tidak berasal dari jiwa Roger dan pria bercodet itu karena jiwa mereka telah dilenyapkan oleh Gerald menggunakan Phangrottom Rune.Sepertinya ada yang salah dengan tempat ini. Seseorang pasti telah meninggal di sini dan mayatnya pasti masih ada di suatu tempat."Tuan Lee, aku sarankan Anda mencarinya di seluruh bangun
“Oh, tidak! Auranya makin kuat!” Gerald terkejut.“Cepat, Tuan Lee, bawa anak buahmu keluar dari sini. Keluar sekarang! Aura di tubuhmu adalah target para hantu pendendam!” kata Gerald pada Harold."Mundur!" Harold langsung berteriak tanpa berpikir dua kali.Mendengar itu, semua inspektur mundur dari aula bersama Harold dan segera menepi.Begitu berada di luar, Harold dan anak buahnya melihat kabut hitam berhembus menuju aula Geng Hoklux dari langit.Semua orang di tempat kejadian ketakutan. Mereka belum pernah melihat hal seperti itu sebelumnya.Pada saat itu, hanya Gerald dan Ray yang berada di dalam aula. Gerald melirik ke arah Ray yang ada di belakangnya."Apa yang kamu lakukan di sini? Keluar sekarang!" teriak Gerald."Kakak Gerald, aku ingin tetap di sini untuk membantumu!" jawab Ray.“Apa yang bisa kamu bantu? Kamu belum belajar apa pun. Aku bisa menangani ini sendirian! Cepat keluar sebelum terlambat!”Gerald mendorong Ray keluar dari aula.Gerald tidak sedang bercan