“Apa-apaan ini?”“Hah?” Sharon dan Lilian tercengang melihat Gerald melenggang pergi dengan membawa dua kotak perhiasan itu.Jadi, Gerald yang membeli dua gelang giok mahal itu?“Tunggu! Gerald, kamu... kamu yang membeli dua gelang itu?” tanya Lilian dengan ekspresi terkejut.Gerald tidak menghiraukannya dan terus berjalan pergi. Rasa marahnya belum hilang dan dia merasa tidak perlu menjelasakan apapun pada mereka. “Hummpph! Dia pasti membeli gelang itu menggunakan uang orang lain! Sudah lupakan saja dia. Sharon, Lilian, kenapa kita tidak pergi ke restoran saja. Aku sudah lapar!” timpal Hayward mengalihkan obrolan. Dia tidak mau melihat Gerald menang lagi kali ini. “Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah memang dia yang membeli gelang giok itu? Dari mana Gerald mendapatkan uang sebanyak itu?” Pertanyaan itu masih mengganggu pikiran mereka, terutama Sharon dan Lilian.Tiba-tiba, sebuah ide cemerlang terpikir oleh Lilian.“Hei, bagaimana kalau kita ajak Gerald makan bersama? Setel
“Hahaha! Lupakan saja. Bukan masalah besar,” jawab Gerald menolak halus. “Nggak, Gerald. Aku memaksa! Kamu nggak sedang meremehkan kami, kan? Kamu pasti nggak akan sampai hati membuat temanmu kecewa, kan? Atau kamu memandang rendah kami karena kamu diterima di Universitas Mayberry sementara kami berkuliah di kampus biasa? Ooh.. begitu rupanya. Aku paham sekarang!” ujar Lilian menyindir. “Tentu saja aku nggak bermaksud begitu. Oke, baiklah aku akan ikut.” Ujar Gerald menyerah. Dia menghela napas berat. Fiuhh.. Lagipula ini cuma makan-makan biasa. Dia akan menyelesaikannya dengan cepat dan segera pulang. Begitu pikir Gerald. Toh, dia tidak akan rugi apapun. Lagipula, ini mungkin akan menjadi kesempatan bagi Gerald untuk membuat mereka tidak banyak berkomentar lagi tentangnya di waktu ke depan. Dia turuti saja kemauan dua gadis itu dan melihat apa yang akan terjadi nanti. Gerald mengangguk mantap sebelum kemudian berbalik pergi.***Ternyata Lilian tidak memilih restoran di area
Saat itu, beberapa petugas polisi memasuki ruangan bersama satu orang yang menunjuk ke arah mereka."Itu mereka!" kata sebuah suara dengan nada marah. Rupanya teriakan itu datang dari seorang pria yang memakai perban di kepalanya. Setelah dia berjalan mendekat, baru terlihat jelas siapa yang sedang menunjuk ke arah Hayward.'Bukankah itu Murphy?' gumam Gerald dalam hati.Situasinya mulai jelas sekarang. Setelah Hayward memukul Murphy, pasti Murphy melapor kepada polisi. Dan sepertinya polisi segera melacak keberadaan mereka dengan bantuan rekaman kamera pengawas di Mayberry Commercial Street. Tidak cukup sampai di situ, pesanan atas nama Hayward di rumah makan itu juga membuat mereka mudah ditemukan."Kalian semua, ikut kami ke kantor untuk diperiksa," kata salah seorang polisi.Mendengar itu, Hayward dan Sharon langsung panik.Hayward yang merasa hebat beberapa waktu lalu, kini hanya bisa tertunduk lesu. Perbuatannya memukul Murphy rupanya berbuntut serius. Meski begitu, dia masih men
Semua ini membuktikan bahwa Xyleena bukan orang sembarangan yang bisa mereka usik.Memikirkan hal itu, wajah Hayward memucat. Dia berjalan mondar mandir dengan panik.Sementara Sharon merasa sedikit kecewa karena ternyata saudara Murphy termasuk orang yang berpengaruh di Mayberry. Bahkan wanita itu juga memiliki kemampuan yang baik dalam pergaulan sosial. Itu berarti Murphy juga sama berpengaruhnya.Memikirkan hal itu membuat Sharon sedikit menyesal. Apakah dia sudah keterlaluan pada Murphy? Bagaimana jika di waktu ke depan Murphy ternyata lebih hebat daripada Hayward? Kalau diingat-ingat lagi, Hayward memang mahir pamer, sementara Murphy lebih jelas kemampuannya. Makin Sharon memikirkan hal itu, makin dia bingung.Akh! Kenapa jadi begini?Sejujurnya, Sharon pernah jatuh hati hanya pada tiga orang, yaitu Gerald, Murphy dan Hayward. Sekarang dia harus terjebak dalam konflik romansa yang ia ciptakan sendiri. "Oke, oke berhenti membahas itu. Aku sudah bilang Papaku tentang situasi
Setelah kedua pihak itu selesai menelepon. Mereka sama-sama diam menunggu.Para petugas polisi yang ada di sana tidak tahu bagaimana kasus ini akan berakhir. Yang jelas, nantinya akan ditentukan apakah kasus ini akan diumumkan ke publik atau tetap dirahasiakan. "Pihak mana yang akan menang?" ujar Sharon pada dirinya sendiri. Dalam hati dia merasa cemas dan ragu. Kadang dia menduga Hayward yang akan menang, kemudian harapannya beralih pada Murphy. Pikiran Sharon menjadi tidak karuan.Saat Sharon sedang memikirkan hal itu, tiba-tiba terdengar sebuah langkah kaki dari belakang ruang investigasi. Derap langkah kaki itu terdengar keras dan terburu."Ah, pasti Tuan Lloyd dan anak buahnya sudah tiba di sini!" pekik Hayward antusias. "Jangan mimpi. Tuan Lloyd dan yang lain tidak akan pernah datang hanya untuk mengurus hal sepele begini," jawab ayah Hayward sambil menghela napas pelan.Detik kemudian, terdengar derit pintu dibuka. Sekelompok polisi memasuki ruangan."Sersan Zale! Letnan Leeds
Selain merasa malu, ketiga gadis itu juga mulai cemas. Jangan-jangan Gerald adalah seorang bos besar!Setelah keluar dari kantor polisi, Gerald terkejut mendapati Wesley dari Biro Perdagangan sudah menunggunya di dalam mobil di luar kantor.Gerald pun segera masuk ke dalam mobil itu.Wesley menyambutnya dengan senyum. "Tuan Crawford, Anda cuma saksi jadi Anda tidak perlu berlama-lama ditahan di sana. Hahaha!""Ya, itu cuma insiden kecil." jawab Gerald pendek."Ah, begitu rupanya. Oh, iya, Tuan Crawford, ada satu hal yang sedang mengganggu pikiran saya. Entah apakah saya harus menceritakan ini pada Anda," lanjut Wesley sambil menyetir.Gerald memiliki kesan yang baik pada Wesley karena dia banyak membantu perkembangan bisnis di Mayberry. Karena itu Gerald mencondongkan badannya sedikit untuk menyimak yang akan dikatakan Wesley selanjutnya."Jadi begini. Beberapa waktu yang lalu, manajemen bisnis kita menerima beberapa indikator tugas untuk memperkuat konstruksi ekonomi pedesaan dan per
“Wow! Gelangnya bagus sekali!"Mereka terkagum melihat benda yang ada di dalam kotak. Yang lebih mengejutkan adalah ketikan mereka melihat nota pembelian. Dua gelang itu harganya lebih dari 40.000 dolar!"Hei, aku juga mau lihat!" ujar Jacelyn yang tiba-tiba ikut nimbrung. Harper dan Jacelyn mengambil dua gelang itu sebelum kemudian menunjukkannya ke kamera.Bahkan kotaknya saja sudah terlihat mahal. Mereka semua sampai pada satu kesimpulan, Gerald memang benar-benar kaya! Fakta itu tak terbantahkan lagi.Salah seorang dari mereka yang sedang menguping di luar kamar mandi tiba-tiba berbisik, "Hei, Gerald kembali! Letakkan lagi gelangnya!"Harper segera mengakhiri panggilan video sementara yang lain memasukkan gelang kembali ke dalam kotak.Saat Gerald keluar dari kamar mandi dan masuk ke kamarnya, dia mendapati teman-temannya berdiri dengan raut muka curiga.Hal itu tentu saja mebuat Gerald merasa aneh. "Apa? Kalian melihat uang di wajahku?""Gerald, katakan yang sebenarnya. Apa kamu
Di masa lalu, ayah Gerald hidup dalam kemiskinan dan dia tidak lolos ujian masuk perguruan tinggi. Karena itulah kakek Gerald akhirnya memaksa ayahnya untuk menjadi tentara. Di sana dia berjumpa dengan seorang kawan seperjuangan. Setelah berada di dunia militer selama dua tahun, ayah Gerald kembali ke kampung halaman untuk menjadi petani. Dia membutuhkan uang karena bangkrut. Singkat cerita, ayahnya berhasil membuka sebuah toko roti dan berhenti menjadi petani. Namun kemudian musibah terjadi. Ayah Gerald kemalingan yang akhirnya membuatnya harus menutup toko rotinya. Saat itu dia bahkan punya banyak utang. Itulah titik terendah dalam hidup ayah Gerald. Merasa tidak ada harapan lagi, akhirnya ayah Gerald memutuskan menghubungi teman lamanya. Teman lamanya itu berasal dari keluarga yang cukup kaya. Kedua orangtuanya adalah PNS jadi hidup mereka cukup terjamin.Namun sayangnya, setiap kali ayah Gerald mengunjungi alamat yang diberikan oleh temannya itu, dia tidak pernah ada. Hal itu