“Suara-suara di medsos kini ramai menyudutkan anda Bang Mohzan. Mereka meragukan keajaiban yang telah anda alami. Banyak netizen yang menyangka bahwa itu hanya rekayasa yang sudah terkoordinir dengan baik dan rapi.” Seorang pembawa acara nampak sedang mewawancarai Mohzan dalam sebuah acara talk show ditelevisi.
“Ya..! Saya tahu..!!” Jawab Mohzan ringkas.Naira yang sedang menonton berita itu tersenyum puas. Sambil mengunyah sebutir anggur ia duduk santai menikmati berita itu. Ia merasa puas dengan hasil kerja para buzzer yang sengaja ia bayar untuk menyerang Mohzan di medsos.“Tentu anda juga tahu bahwa kecaman terhadap anda kini juga melebar sampai keluar negeri. Mereka menuntut anda untuk membuktikan keajaiban itu. Bahkan Mr. Vincen seorang warga negara Amerika yang berprofesi sebagai pelatih bela diri ternama disana, telah menyuarakan keinginannya untuk berduel persahabatan dengan anda.” Pembawa acara itu terus mengorek keterangaNaira sangat kesal karena ia gagal bertemu dengan Alpan tadi malam.Ia berjalan mondar mandir dikamarnya dan terus memaki-maki.Vion yang masih tertidur lelap merasa terganggu dengan makian Naira. Ia bangkit dengan wajah kesal.“Ada apa sih kamu bising aja dari tadi...?? “ Vion bertanya setengah menghardik kepada Naira.“Aku semalam gagal menemui Alpan sayang... Aku kesal.. aku sudah tidak sabar ingin menjual aset-aset ini biar kita secepatnya tinggal di luar negeri.” Jawab Naira sedikit merajuk.“Ya sudah.. kalau semalam gagal kamu lakukan sekarang...! Awas kalau kamu gagal lagi. Aku akan pergi meninggalkanmu..!!” Vion mengancam lalu berdiri dan memakai kemejanya yang tadi tergantung di dinding. Dan ia bersiap untuk pergi.“Mau kemana sayaaang...!! Jangan pergi... Aku tidak bisa hidup tanpa kamu..!” Naira memeluk tubuh Vion untuk menahan lelaki muda itu pergi.“Sana...!!! Jangan halangi aku...!
Pagi itu hari minggu langit cerah. Dua orang gadis nampak sedang berbincang santai diatas bangku besi panjang yang terletak disebuah taman kota.Mereka adalah dua siswi sebuah SMU yang baru saja melakukan kegiatan lari pagi. Kedua sahabat itu selalu melakukan kegiatan lari pagi berdua dihari libur. Lalu seperti biasanya pula mereka duduk ditaman sambil menyeruput soft drink.“Aku ingin sekali ikut acara naik gunung itu Sal... Tapi aku takuuuut...!!” Salah seorang gadis terdengar berbicara rada-rada manja. Nampaknya mereka tengah membahas tentang sebuah kegiatan mendaki gunung.“Eeeh ngapain takut Diana.... Kan ada romeo yang jagain kamu... Cieeee... Cieee... Baru jadian udah mau jalan-jalan kepuncak gunung..!” temannya nampak menggoda. Gadis yang dipanggil Diana itu sontak memerah wajahnya.“Iiih... Kamu bikin aku malu Salsaa..!” Diana sedikit berteriak lalu mencubit lengan sahabatnya yang bernama Salsa itu.Salsa tertawa
Tulang Alpan serasa remuk. Arus sungai yang deras menghempaskan tubuhnya kemana saja bahkan ke batu.Tubuhnya dingin dan pasi karena beberapa jam sudah ia terendam air yang dingin dan berbau.Dengan sisa tenaganya Alpan berjalan menuju pinggir sungai. Gelap malam dan kesunyian kota membuat dirinya terasa asing.Perutnya terasa sangat lapar karena sudah satu hari ia tidak sadarkan diri terdampar dipinggir sungai. Dan kini hari sudah kembali berganti malam.Alpan segera memeriksa kantong celananya untuk mengambil dompet yang tadinya masih tersisa beberapa ratus ribu rupiah.Sial... Dompet itu sudah tercecer dan pasti sudah hanyut dibawa arus air yang deras.“Oooh Tuhaaan..!!! Apa yang harus aku lakukan sekarang..?” Alpan berteriak dimalam buta. Tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan Alpan. Kini ia harus berjuang sendiri untuk mempertahankan hidupnya.Seumur hidupnya baru kali ini ia mengalami tidak punya uang sepeserpun. Selama ini hidup
Hari itu kesibukan nampak sedikit meningkat di asrama. Arya dan beberapa anak lainya sibuk menata sebuah ruangan yang akan digunakan untuk perayaan natal dua orang penghuni asrama. Ya... Heru dan Danius adalah dua orang adik angkat Mohzan yang beragama kristen.Walaupun mereka masih kecil namun Mohzan tetap menghargai keyakinan mereka berdua. Mohzan tidak pernah mempengaruhi apalagi memaksakan agar kedua anak itu mengikuti keyakinannya. Mohzan menerapkan jiwa saling menghargai dan saling menyayangi sesama manusia. Karena itulah Heru dan Danius tidak merasa asing tinggal bersama saudara-saudara senasib dengannya yang mayoritas beragama islam. Bagi mereka, masalah keyakinan adalah urusan hamba dengan sang pencipta. Sebagai manusia kita wajib menyayangi semua ciptaan tuhan dimuka bumi ini. Hamblum minnanas hablum minnallah.Arya dan beberapa orang anak terlihat tengah menghias sebuah pohon natal. Heru dan Danius menatap dengan mata berbinar. Sekali-kali mereka nampak mengajuk
“Woooi banguuun...! Udah siang gini masih aja molor. Nggak bisa jalan niih...!” Seorang pemung menendang tubuh Alpan yang melintang dipintu hingga menghalangi lelaki itu untuk keluar.Alpan merasa tulang rusuknya mau patah ditendang laki-laki yang tidak ia kenal itu. Tapi untuk menggeser tubuhnya ia tidak sanggup. Hanya desah nafasnya yang terdengar berat menandakan ia masih hidup.Astuti sedang bersiap-siap untuk pergi mengemis. Dari luar ia mendengar suara sedikit ribut-ribut. Ia bergegas keluar ingin tahu apa yang terjadi. Sesampai disana ia melihat sebatang tubuh tergolek. Tubuh itu membelakangi Astuti. Dari pakaiannya yang menyebarkan bau tidak sedap Astuti membaca tulisan “cleaning service”.“Masih hidup nggak tuuh..??” Seorang pemulung lagi bertanya.Mereka kemudian membalikkan tubuh Alpan.Begitu Astuti memperhatikan dengan seksama, ia lalu menjerit histeris.“Alpaaaaan....!!”“Oooh, dia
Ruang sidang riuh seketika saat Tuan Satya digiring dua orang perugas kepolisian.Ratusan orang berdemo didepan kantor pengadilan itu. Mereka meneriakkan tuntutan mereka agar Tuan Satya dihukum mati.Mohzan duduk dibarisan paling depan. Ia nampak gelisah mendengar suara massa yang terus menyuarakan tuntutannya. Ia tahu bahwa itu adalah bentuk simpati masyarakat kepadanya dan juga kepada para korban lainnya.Padahal disisi lain Mohzan sebenarnya telah memaafkan kesalahan pamannya itu. Tapi ia tentu tidak boleh pula mengenyampingkan suara masyarakat yang menuntut keadilan.Wajah Tuan Satya nampak kuyu. Tubuhnya jauh lebih kurus dari yang biasanya. Ia kini sudah duduk dikursi terdakwa dengan memakai pakaian seragam tahanan.Sidang sudah berjalan lebih dari satu jam. Arus pendemo terus meningkat dan membludak.“Saudara terdakwa..! Apakah saudara mengakui semua tuntutan yang dibacakan oleh saudara jaksa..?” Terdengar hakim ketua memberikan pertanyaan setelah
“Saya mempunyai berita penting buat anda Nyonya..!!” Seorang lelaki terdengar berbicara diujung telepon.Naira mengangkat alisnya. Ia tidak mengenal suara itu.“Katakan apa beritamu..?!” Jawab Naira cepat.“Saya mengetahui keberadaan putramu Alpan. Jika anda masih membutuhkan informasi ini maka saya mau bekerja sama dengan anda Nyonya.” Sambung lelaki itu jelas dalam kode bahasa penjahat.Wajah Naira yang tadi tegang langsung berubah senang. Ia memang selalu mencari keberadaan Alpan. Karena Alpanlah satu-satunya harapan baginya untuk dapat mengambil alih semua harta kekayaan keluarga Tuan Sudarta.“Katakan padaku dimana dia..!!” Ujar Naira sudah tidak sabar.“Eit.. tunggu dulu Nyonya Naira yang cantik...! Kita harus buat kesepakatan harga terlebih dahulu.”“Huuuh...!” Naira mengomel sendiri. Tapi ia tidak mau melepaskan kesempatan ini.“Baik... Baik..! Berapa harga y
Seorang lelaki dengan langkah agak terburu-buru berjalan diteras asrama seperti tengah mencari seseorang.Kepada seorang anak iya bertanya.“Nak, Bang Mohzan nya ada disini..??”“Ada Pak..! Bang Mohzan masih dikelas.” sahut anak itu sambil menunjuk sebuah ruangan.Lelaki berpakaian rapi itu mengucapkan terima kasih dan menuju ruangan yang ditunjuk oleh anak tadi. Disana ia agak terpaku untuk menimbang, apakah ia harus menunggu atau mengetuk pintu dan permisi menemui Mohzan sebentar.Setelah berfikir sejenak, lelaki itu nampaknya memutuskan untuk menunggu saja. Ia duduk disebuah bangku panjang yang tersedia didepan ruangan itu.Didalam ruangan terdengar aktivitas belajar dan mengajar. Sekali-kali terdengar peserta bimbingan belajar bertanya kepada Mohzan. Dan Mohzanpun menjawab dan menjelaskan soal yang ditanyakan anak tersebut.Tak lama proses belajar mengajar usai. Para peserta bimbingan belajar menghambur keluar.