Keesokkan harinya Emilio sangat sibuk sekali, persiapan pernikahan dan bulan madu semua itu membutuhkan waktu namun, Emilio meminta untuk menyelesaikannya dalam dua minggu. Sebastian secara intensif mengatur jadwalnya berusaha keras agar jadwal Emilio tidak bentrok dengan yang lainnya.
Setelah rapat rutin, Emilio berjalan keluar dari ruang rapat. Tangan kirinya memegang sebuah dokumen. Sambil berjalan, ia berpesan pada Sebastian.
Livy yang masih sekretaris Emilio datang dari depan dengan hormat dan sopan berkata. “Presdir, orang dari perusahaan penyelenggara pernikahan sudah datang. Saya sudah mengaturnya di ruang tamu untuk menunggu Anda.”
“Uhm,” Emilio mengangguk pelan. Berjalan memasuki ruang tamu diikuti oleh Sebastian
Di samping mobil., bersandar seorang pria bertubuh tinggi dan tegap, ia mengenakan setelan jas berwarna hitam pekat, dengan gayanya yang sedikit santai, satu tangannya disematkan dalam saku celananya sementara tangan lainnya memegang rokok, asap rokok berkerlap-kerlip di antara langit malam serta sorot lampu yang temaram. Elijah baru saja keluar dari gedung apartemen Dira. Saat dia melihat sosok Emilio matanya langsung bersinar seakan mendapatkan sebongkah berlian. “Tuan, kenapa Anda di sini?” Emilio tidak menjawab, tetapi dia mendekap tubuh Elijah, la menundukkan kepalanya untuk mencium bibir ranum Elijah. keduanya berdiri di bawah cahaya rembulan dan berperlukan. Saat Emilio hendak menciumnya tiba-tiba saja Elijah menghindar suara begitu berat dan tubuhnya sedikit gemetar. Emilio sadar
Pada saat ini tubuh Elijah hanya dibungkus oleh sehelai handuk bsar berwarna putih, sama sekali tidak mengenakan apa pun bahkan Emilio lah yang memasangkannya untuknya. Wajah Elijah merah padam dia begitu malu bagaimana tidak? Dia telanjang plos di hadapan Emilio dan Emilio juga yang memandikan dan menyabuni tubuh polosnya sembari sesekali memainkan payudaranya yang padat dan kenyal. Emilio mendekati Elijah ia menempelkan tubuhnya pada Elijah, dada bidang Emilio bersentuhan dengan payudara yang terbungkus handuk. Sementara perut yang sudah terlihat menonjol itu sedikit memberikan jarak antara Emilio dan Elijah. Emilio merubah posisinya ia menekan tubuh tubuh Elijah pada dinding kaca blok di sampingnya. Kecupan kecil jatuh pada bahunya yang terbuka. Sentuhan bibirnya terasa hangat kala menyentuh kulitnya, perlahan handuk Elijah pun jatuh
Emilio membasuh kedua tangannya sebelum datang menghampiri Elijah yang berada tepat di sofa ruang tamu sedang menikmati kuenya. Joseph datang menghampiri ia menerima tas kerja serta mantel milik Emilio. sementara Jose anak dari Joseph adalah supir pribadi Emilio sejak 10 tahun lalu. Jose membawa setumpuk katalog dan menyimpannya di ruang tamu. “Apa yang kau makan hingga begini?” Emilio mengusap bibir Elijah yang penuh krim dengan tangannya. Tindakan kecil itu membuat Elijah tersipu. Melihat tingkah gemasnya Emilio segera mengecup lembut bibir Elijah dengan mesra hingga membuat para pelayan yang berada di dapur dan meja makan sangat iri. “Manis sekali, bibirmu,” Elijah mengulas senyum. Emilio duduk di samping Elijah, sedeti
“Tidurlah, aku masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan,” Emilio setengah berlutut disentuhnya perut yang sedikit menonjol itu penuh kasih. Emilio benar-benar menyayangi anak yang ada di dalam perut Elijah terlepas dari apa pun. Elijah berjalan keluar dari ruang kerja Emilio dengan memegangi perutnya tersemat senyum lembut di sudut bibirnya. Elijah membaring tubuhnya di tempat tidur, aroma tubuh Emilio masih tercium di atas sprei wanginya begitu menenangkan. Elijah dapat tertidur dengan nyenyak ia bahkan tidak menyelimuti dirinya. Pekerjaan yang banyak membuat Emilio kembali ke kamar pukul 02:15 Elijah sudah tertidur nyenyak. Emilio menyelimutinya dia masuk ke dalam selimut mencoba mendekapnya dengan erat ditatapnya wajah Elijah yang terlihat polos bahkan Emilio tidak pernah melihatnya meng
Elijah bangkit ia mencoba menahan emosi yang mulai meledak naik. Dia berjalan sembari memegangi perutnya, sorot matanya dipenuhi oleh api amarah yang kian membara. Dan dalam sekejap Elijah menampar wanita yang mendoronngnya hingga jatuh. Tampak sudut bibir wanita itu mengeluarkan darah, bukti bahwa Elijah menamparnya begitu kuat. “Kau?” teriak wanita itu. Elijah sudah tidak memedulikan pandangan orang lain lagi padanya, yang dipikirkan oleh elijah sekarang adalah keselamatan anak yang sedang dikandung olehnya. Terlebih Emilio sangat menyayanginya anak itu ketimbang Elijah sendiri. Elijah memasang badan untuk menghadapi wanita yang bertingkah arogan di depannya ini. “Aku akan melaporkanmu, lihat! Lihat! Ini adalah bukti tindak kekerasanmu!” wan
“Lyra, sepertinya kita sudahi saja sampai di sini, lagi pula kami berdua sudah kehilangan minat sekarang,” Emilio membawa Elijah keluar dari butik. Lyra mencoba segala usaha untuk menenangkan Emilio tetapi semua itu tidak berhasil Emilio tetap membawa Elijah pergi. “Emilio, kau sudah kenal denganku cukup lama. Apa kau tidak menghargaiku sebagai temanmu?” “Lyra, ini tidak sama. Istriku terluka di sini. Bagaimana bisa aku membiarkannya tetap di sini?” Lyra terdiam dia tahu persis bagaimana masalah ini menjadi besar karena ulah Shanon sendiri. Lyra tidak bisa lagi menahan Emilio. dia pun hanya menatap kepergian Emilio. “Paman, seharusnya kau mengajari anakmu! Aku terkena masalah karen
Langit cerah dihiasi bintang-bintang bertebaran menemani sang bulan yang menebar cahaya berkilauan. Emilio kembali ke rumah dengan menggendong Elijah ala bridal. Elijah tampak damai dalam tidurnya seharian ini emosinya di obrak-abrik oleh keadaan. Emilio membaringkan Elijah di tempat tidur. Dengan cekatan dia membawa baskom, handuk dan pakaian tidur. Ia melepas pakaian Elijah, dan membasuh tubuhnya perlahan. Lalu memakaikan gaun tidurnya. Sebelum pergi Emilio tidak lupa mengecup keningnya dengan lembut dan penuh cinta. “Hari ini sangat berat untukmu, maka dari itu tidurlah yang nyenyak.” Selesai mandi dan berpakaian Emilio keluar kamar karena melihat Elijah masih tertidur. Ia pergi ke ruang kerjanya di sana Emilio menyelesaikan pekerjaan yang dikirimkan oleh Sebastian padanya. Jari-jarinya yang lentik itu
Keheningan terjadi di antara Emilio dan juga Earnest. Emilio berada tepat di depan jendela kaca besar. Pandangannya tertuju ke arah luar di mana langit tampak sedikit mendung. Emilio berdiri sembari menyematkan satu tangannya pada saku celana. “Jadi apa yang membawa ayah datang ke sini?” Emilio bertanya dengan nada suara yang dingin. “Aku dengar kau sudah memutuskan untuk menikahi wanita itu?” “Ya, aku akan menikahinya.” “Emilio, tak bisakah kau mengurungkan niatmu? Itu tidak benar, kau tahu itu.” Emilio berbalik ia menatap Earnest tajam, semirk Emilio mengatakan bahwa dia tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh ayahnya. Emilio kembali memand