Perusahaan Xavier Group.Dalam ruangan konferensi multimedia, tirai menghalangi cahaya, seluruh ruang konferensi sangat gelap, hanya ada cahaya dari layar proyeksi yang terus berkedip dan berubah.Sosok Emilio yang tinggi tersembunyi di kegelapan, sesekali cahaya menerpa pada wajahnya yang tampan, tenang dan dalam, sehingga sulit menebak emosinya. Sebatian senantiasa duduk di sampingnya, selalu menatapnya dengan penuh pikiran.Ikon dan angka di layar terus berubah, analis dari departemen pemasaran sedang melakukan analisis kelayakan rinci tentang kasus.Sebatian tidak konsen, dia bahkan tidak mendengar analis yang sedang menanyakan pendapat padanya. Setelah Emilio mengetuk meja di depannya, Sebatian baru kembali sadar.“Apa? Apa yang kamu katakan tadi?” Sebatian bertanya.Analis di depan langsung menjadi bingung, dia telah mengatakannya selama hampir satu jam dan tidak tahu kalimat mana yang ditanyakan manager pemasaran.Emilio mengerutkan kening, menatap Sebatian, kemudian berkata, “
Di mansion.Emilio berjalan masuk ke dalam mansion yang sudah sepi, hanya ada Joseph yang senantiasa menyambutnya dengan ramah dan senyuman hangat. Suasana mansion juga cukup sepi mengingat pukul berapa malam ini.“Tuan muda, selamat datang.” Joseph setengah membungkuk tanda hormatnya pada Emilio.“Ah, apa Stela sudah tidur?” Emilio bertanya seraya mengganti sepatunya menggunakan sandal rumah. Sejenak dia terdiam menatap sepasang sandal wanita yang tidak pernah berubah di tempatnya, masih sama seperti saat istri tercintanya pergi.“Nona muda, sudah tidur sejak tadi. Apa tuan muda sudah makan?” Joseph bertanya dengan penuh perhatian.“Uhm, aku sudah makan.” Emilio berjalan menaiki tangga lalu berbalik kembali. “Tolong buatkan aku teh, dan tolong bawa ke ruang kerjaku.” Pintanya dengan lembut.“Baik tuan,” Joseph pun berlalu ke dapur. Sementara Emilio terlihat masuk ke dalam kamarnya.Di dalam kamar ternyata ada sesosok anak perempuan, rambut coklatnya mencuat dari dalam selimut. Wajahn
Setelah semalaman bekerja, akhirnya Emilio kembali ke kamarnya tepat menjelang subuh. Emilio naik ke ranjangnya dan tidur di samping Stela yang tertidur. Sejenak dia terlelap, tidak berapa lama dia merasakan sesuatu yang aneh, ia merasakan panas di sekitarnya.Emilio membuka matanya, ia merasakan ada beban yang bertumpu pada dadanya, dan hawa panas yang membuatnya tidak nyaman. ia mendapati Stela memeluknya, wajahnya memerah, alis kecilnya sesekali mengerut, dia benar-benar tidak nyaman.Emilio bangkit, ia meletakkan punggung tangannya pada dahi Stela. Dan benar saja suhu tubuhnya benar-benar tinggi. Dengan sigap Emilio mencari termometer di kotak obat. Perlahan dia mengangkat Stela agar sedikit tersandar pada kepala ranjang. Selesai membersihkan termometer dia pun memasukkannya pada lubang telinga Stela dengan hati-hati dan penuh perhitungan.Setelah menunggu akhirnya termometer pun berbunyi menunjukkan angka di 39, 9 derajat. Bisa dipastikan jika Stela tengah demam tinggi. Emilio se
Di Negara A.Di dalam mobil maserati Marine tengah menelepon seseorang, dengan nada dingin bertanya, “Bagaimana hasilnya?”Orang yang di telepon menjawab, “Maaf, Nona, kami masih belum dapat informasi yang berarti.”Wajah Marine terlihat dingin, dengan nada berat berkata, “Bagaimana dengan putranya? Apakah bisa mendapat informasi kelahirannya? Siapa ayah kandungnya? Cari tahu dengan jelas!” Marine setengah berteriak pada orang yang berada di seberang telepon.“jika bisa menemukan ayah kandungnya, menghabiskan uang berapa pun aku tidak peduli, kau harus menemukan ayah kandungnya!” Marine kembali membentak karena tidak puas dengan jawaban orang itu.“Baik, kami akan berusaha semaksimal mungkin.” orang yang ada di telepon menjawab.Marine mematikan teleponnya, ia tersenyum dingin, berkata sendiri. “Hanya perlu menemukan ayah kandung Ezy, tidak peduli hubungan antara Dareen dan Ezy benar atau tidak, hubungan mereka pasti akan hancur!” Marine tersenyum ngeri.Dan sekarang, Alicia sudah di
Di dalam kamar apartemen seorang wanita tengah berdiri di depan jendela kaca besar yang menampilkan pemandangan seluruh kota. Dia berdiri bersandar pada dinding. Tatapannya kosong seakan hatinya tidak berada di sini. Wajah pucatnya sedikit bersinar terkena sinar matahari yang kian beranjak naik.Sementara Dareen baru saja naik lift menuju unit apartemennya seraya menenteng dua kotak kue kesukaan Elijah. saat sudah sampai di depan unit. Dareen segera menekan beberapa sandi unitnya, setelah terbuka dia masuk ke dalam. Suasananya begitu sepi, seakan tidak ada penghuninya sama sekali. Ia berjalan masuk dan mendapati perawat tengah duduk menunggu di luar kamar.“Tuan, Anda sudah pulang.” Sapa perawat.“Bagaimana keadaannya?” Dareen bertanya seraya meletakkan kotak kue di atas meja makan.“Keadaan nyonya cukup stabil tuan, hanya saja pagi ini hanya makan sedikit dan tidak bicara sama sekali.” Perawat itu sedikit menunduk.Dareen menghela napasnya, lalu berjalan mendekat ke kamar. Sejenak di
“Tenanglah,” Dareen menangkap tangan Elijah. Dia mengusap lembut bekas memar yang kian memudar itu. Ia menatapnya lekat dan dalam. “Semuanya akan baik-baik saja. Selagi kau tidak ada, aku akan merawatnya. Jadi jangan khawatir. Aku juga sudah mengirim seseorang untuk menjaga ibumu.” Dareen terus mengusap puncak kepala Elijah seperti anak kecil.Perkataan dan perlakuannya membuat Elijah takut. Takut semakin bergantung pada laki-laki yang baru dikenalnya ini. Semua tindakan Dareen membuat Elijah semakin nyaman. Jika saja hubungan ini bukan hanya sekedar pernikahan kontrak, alangkah bahagianya dia.Seorang pria yang begitu baik, bisa melindungi dan menjaganya. Rasanya dia mulai berharap lebih pada Dareen. Dia seakan menginginkan jika pernikahan ini seharusnya nyata tidak ada kebohongan.Elijah merasa semakin sering dia bersama Dareen, perasaannya kian berkembang. Dia mencoba mengabaikannya tapi lagi dan lagi persaan itu malah semakin kuat. Elijah menggelengkan kepalanya mencoba membuang s
Sejak hari di mana Elijah berbagi kisah dengannya. saat itu pula Dareen meyakinkan dirinya untuk memiliki dan menjaga Elijah beserta putranya. Dia tidak ingin kehilangan mereka, mendengar kisahnya membuat Dareen tahu bagaimana kuatnya Elijah. Dia merasa jika Elijah harus berada di sampingnya, dia memutuskan untuk benar-benar menikahinya bukan hanya sekedar kontrak belaka. Lika-liku telah dilewati. Ezy sudah keluar dari rumah sakit. Tes yang dilakukan juga tidak menunjukkan suatu penyakit di dalam tubuh kecil Ezy. Dan Elijah dia sudah kembali ke vila mengasuh Ezy dan merawat ibunya. Alicia terus memohon pada Dareen untuk melepaskan keluarganya, dia bahkan menunggunya berhari-hari untuk meminta mengampunannya. Walau Dareen bersiteguh dengan keputusannya tapi Elijah tidak bisa sejahat itu. Dia ikut memohon pada Dareen untuk melepaskan Alicia. Dareen pun menyetujuinya asalkan Alicia pergi, dan tidak menunjukkan batang hidungnya lagi di depan Dareen maupun Elijah. mau t
Setelah Dareen keluar dari rumah keluarga Lee, dia langsung berkendara menuju hotel di mana Elijah menginap. Daniel yang berada di luar ketika melihat mobil Dareen masuk, dan berhenti tepat di depannya segera menyapa, "Direktur." Dareen mengangguk dan bertanya, "Apakah semua orang berada di dalam?" Daniel menjawab, "Ya, mereka baru saja selesai makan." Dareen mengangguk dan berdiri di depan pintu, sejenak ragu-ragu apakah akan masuk atau tidak. Daniel melihatnya berdiri lama sekali, tanpa bergerak, tidak bisa menahan diri bertanya, "Apakah kamu tidak akan masuk dan melihat-lihat?" Begitu Dareen ingin menjawab, pintu terbuka. Celine ibu angkat Elijah yang membukakan pintu. Dia jelas mendengar langkah kaki seseorang, jadi dia keluar. Untuk melihatnya, Dareen sedikit terkejut, dan langsung menyapa, "Ibu." Celine menatapnya dalam-dalam lalu berkata, "Kita harus bicara." Dareen sudah lama ingin melakukan ini, mengangguk sekarang, menutup pintu den