Setelah semalaman bekerja, akhirnya Emilio kembali ke kamarnya tepat menjelang subuh. Emilio naik ke ranjangnya dan tidur di samping Stela yang tertidur. Sejenak dia terlelap, tidak berapa lama dia merasakan sesuatu yang aneh, ia merasakan panas di sekitarnya.Emilio membuka matanya, ia merasakan ada beban yang bertumpu pada dadanya, dan hawa panas yang membuatnya tidak nyaman. ia mendapati Stela memeluknya, wajahnya memerah, alis kecilnya sesekali mengerut, dia benar-benar tidak nyaman.Emilio bangkit, ia meletakkan punggung tangannya pada dahi Stela. Dan benar saja suhu tubuhnya benar-benar tinggi. Dengan sigap Emilio mencari termometer di kotak obat. Perlahan dia mengangkat Stela agar sedikit tersandar pada kepala ranjang. Selesai membersihkan termometer dia pun memasukkannya pada lubang telinga Stela dengan hati-hati dan penuh perhitungan.Setelah menunggu akhirnya termometer pun berbunyi menunjukkan angka di 39, 9 derajat. Bisa dipastikan jika Stela tengah demam tinggi. Emilio se
Di Negara A.Di dalam mobil maserati Marine tengah menelepon seseorang, dengan nada dingin bertanya, “Bagaimana hasilnya?”Orang yang di telepon menjawab, “Maaf, Nona, kami masih belum dapat informasi yang berarti.”Wajah Marine terlihat dingin, dengan nada berat berkata, “Bagaimana dengan putranya? Apakah bisa mendapat informasi kelahirannya? Siapa ayah kandungnya? Cari tahu dengan jelas!” Marine setengah berteriak pada orang yang berada di seberang telepon.“jika bisa menemukan ayah kandungnya, menghabiskan uang berapa pun aku tidak peduli, kau harus menemukan ayah kandungnya!” Marine kembali membentak karena tidak puas dengan jawaban orang itu.“Baik, kami akan berusaha semaksimal mungkin.” orang yang ada di telepon menjawab.Marine mematikan teleponnya, ia tersenyum dingin, berkata sendiri. “Hanya perlu menemukan ayah kandung Ezy, tidak peduli hubungan antara Dareen dan Ezy benar atau tidak, hubungan mereka pasti akan hancur!” Marine tersenyum ngeri.Dan sekarang, Alicia sudah di
Di dalam kamar apartemen seorang wanita tengah berdiri di depan jendela kaca besar yang menampilkan pemandangan seluruh kota. Dia berdiri bersandar pada dinding. Tatapannya kosong seakan hatinya tidak berada di sini. Wajah pucatnya sedikit bersinar terkena sinar matahari yang kian beranjak naik.Sementara Dareen baru saja naik lift menuju unit apartemennya seraya menenteng dua kotak kue kesukaan Elijah. saat sudah sampai di depan unit. Dareen segera menekan beberapa sandi unitnya, setelah terbuka dia masuk ke dalam. Suasananya begitu sepi, seakan tidak ada penghuninya sama sekali. Ia berjalan masuk dan mendapati perawat tengah duduk menunggu di luar kamar.“Tuan, Anda sudah pulang.” Sapa perawat.“Bagaimana keadaannya?” Dareen bertanya seraya meletakkan kotak kue di atas meja makan.“Keadaan nyonya cukup stabil tuan, hanya saja pagi ini hanya makan sedikit dan tidak bicara sama sekali.” Perawat itu sedikit menunduk.Dareen menghela napasnya, lalu berjalan mendekat ke kamar. Sejenak di
“Tenanglah,” Dareen menangkap tangan Elijah. Dia mengusap lembut bekas memar yang kian memudar itu. Ia menatapnya lekat dan dalam. “Semuanya akan baik-baik saja. Selagi kau tidak ada, aku akan merawatnya. Jadi jangan khawatir. Aku juga sudah mengirim seseorang untuk menjaga ibumu.” Dareen terus mengusap puncak kepala Elijah seperti anak kecil.Perkataan dan perlakuannya membuat Elijah takut. Takut semakin bergantung pada laki-laki yang baru dikenalnya ini. Semua tindakan Dareen membuat Elijah semakin nyaman. Jika saja hubungan ini bukan hanya sekedar pernikahan kontrak, alangkah bahagianya dia.Seorang pria yang begitu baik, bisa melindungi dan menjaganya. Rasanya dia mulai berharap lebih pada Dareen. Dia seakan menginginkan jika pernikahan ini seharusnya nyata tidak ada kebohongan.Elijah merasa semakin sering dia bersama Dareen, perasaannya kian berkembang. Dia mencoba mengabaikannya tapi lagi dan lagi persaan itu malah semakin kuat. Elijah menggelengkan kepalanya mencoba membuang s
Sejak hari di mana Elijah berbagi kisah dengannya. saat itu pula Dareen meyakinkan dirinya untuk memiliki dan menjaga Elijah beserta putranya. Dia tidak ingin kehilangan mereka, mendengar kisahnya membuat Dareen tahu bagaimana kuatnya Elijah. Dia merasa jika Elijah harus berada di sampingnya, dia memutuskan untuk benar-benar menikahinya bukan hanya sekedar kontrak belaka. Lika-liku telah dilewati. Ezy sudah keluar dari rumah sakit. Tes yang dilakukan juga tidak menunjukkan suatu penyakit di dalam tubuh kecil Ezy. Dan Elijah dia sudah kembali ke vila mengasuh Ezy dan merawat ibunya. Alicia terus memohon pada Dareen untuk melepaskan keluarganya, dia bahkan menunggunya berhari-hari untuk meminta mengampunannya. Walau Dareen bersiteguh dengan keputusannya tapi Elijah tidak bisa sejahat itu. Dia ikut memohon pada Dareen untuk melepaskan Alicia. Dareen pun menyetujuinya asalkan Alicia pergi, dan tidak menunjukkan batang hidungnya lagi di depan Dareen maupun Elijah. mau t
Setelah Dareen keluar dari rumah keluarga Lee, dia langsung berkendara menuju hotel di mana Elijah menginap. Daniel yang berada di luar ketika melihat mobil Dareen masuk, dan berhenti tepat di depannya segera menyapa, "Direktur." Dareen mengangguk dan bertanya, "Apakah semua orang berada di dalam?" Daniel menjawab, "Ya, mereka baru saja selesai makan." Dareen mengangguk dan berdiri di depan pintu, sejenak ragu-ragu apakah akan masuk atau tidak. Daniel melihatnya berdiri lama sekali, tanpa bergerak, tidak bisa menahan diri bertanya, "Apakah kamu tidak akan masuk dan melihat-lihat?" Begitu Dareen ingin menjawab, pintu terbuka. Celine ibu angkat Elijah yang membukakan pintu. Dia jelas mendengar langkah kaki seseorang, jadi dia keluar. Untuk melihatnya, Dareen sedikit terkejut, dan langsung menyapa, "Ibu." Celine menatapnya dalam-dalam lalu berkata, "Kita harus bicara." Dareen sudah lama ingin melakukan ini, mengangguk sekarang, menutup pintu den
Walau tubuhnya sedikit gemetar, tapi perlakuan Dareen sangatlah lembut. Elijah mengangguk, mengisyaratkan jika dirinya menyetujuinya. Dareen tersenyum puas, dia mulai menggeluti Elijah. desahan lembut terdengar memenuhi seisi ruangan. Keesokan paginya. Elijah terbangun, ia merasakan seluruh tubuhnya sakit. Elijah memutar tubuhnya dan melihat di Dareen yang berbaring di sebelahnya. Apa yang terjadi? Elijah berpikir. Ah benar. Dirinya ingin pergi, lalu dihalangi, setelah itu... Dada bidang serta perut berotot terlihat jelas, suara yang serak, karena bergairah, wajahnya pun memerah, saat itu Dareen sangat tampan dan menawan.. Elijah tak berani memikirkannya. Saat ini Elijah merasa wajahnya pasti merah sekali. Dareen sangat menikmati melihat perubahan wajah Elijah, ujung hidungnya yang mancung meneteskan keringat. "Kenapa? Apa kamu masih belum puas melihatnya?" Dareen tersenyum licik. Sepasang matanya yang sedari awal sudah bersinar semakin terliha
Untuk sesaat Elijah dibuat bingung harus berkata apa dengan kondisi yang ada di depannya. Beberapa waktu lalu, Elijah juga berharap Dareen bisa membawa cincin dan melamarnya. Dan sekarang saat momen itu tiba, Elijah malah belum sadar. Melihat Elijah tak bergerak, Geofrey tak kuasa bicara, "Nyonya, seharusnya Anda mengerti. Biasanya pria ini tak mau berurusan dengan hal seperti ini, menghindari wanita, janji yang diucapkannya juga tak sembarangan. Pria baik seperti ini, jika kamu sungguh melewatkannya, tidak akan ada kesempatan kedua." Kesadaran Elijah kembali dan tidak membalas perkataan Geofrey. Elijah lama sekali menatap Dareen. Kalau setuju, nantinya mungkin akan banyak bahaya. Jika tidak setuju, apakah dirinya sungguh melewati begitu saja perasaannya? "Ya." Akhirnya telah diputuskan. Hati Elijah seperti melepaskan sebuah batu besar. Ia merasa jika sudah saatnya dia melepaskan masa lalunya, dan memulai hidup baru. Melihat Elijah mengangguk, Dareen tak ku