Share

Bab 215

Penulis: Lathifah Nur
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-28 06:07:09

Sabtu pagi matahari bersinar lembut. Langit tampak indah tanpa serpihan kumulus yang menodai biru cerah nan merata, hingga ke titik terendah cakrawala.

Semilir angin berembus syahdu. Menggerakkan dedaunan dan ujung-ujung ranting pepohonan dalam tempo lambat. Sungguh sebuah pagi yang damai.

Amisha mematut diri di depan cermin. Merapikan ujung jilbabnya yang terlihat sedikit berantakan.

CEKLEK!

Zain membuka pintu. Mendorongnya perlahan, sekadar memberi celah agar ia bisa melongokkan kepala.

“Sudah siap belum, Sweetie?” tanya Zain, berseru dari celah pintu.

“Iya. Sebentar!” Amisha menyahut tanpa menoleh.

Sekali lagi ia melirik pantulan dirinya di dalam cermin. Tersenyum tipis, lalu balik badan menjauh dari cermin.

Amisha menyambar tas yang tergeletak di atas meja sambil lalu. Dan ia tersenyum lebar, membalas senyuman kekaguman yang terukir di bibir suaminya.

“Kau selalu membuatku terpesona!” bisik Zain, me
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 216

    Langit yang semula cerah dan hangat mendadak berubah mendung. Awan kelabu berarak perlahan menutupi sinar mentari. Satu per satu pelayat berlalu. Meninggalkan Harist dan kedua anak perempuannya di pemakaman itu. Tertunduk lesu dalam sendu dengan hati yang mengharu biru, seakan tak percaya bahwa Claudya telah pergi jauh. Gerimis mulai meluruh, seakan ikut bersedih atas kembalinya seorang hamba ke pangkuan Rabb-nya. Amisha tafakur menatap gundukan tanah merah yang mulai basah tanpa berkedip. Tangan kanannya masih bertumpu pada batu nisan mamanya yang masih baru. Sedu sedannya tak lagi terdengar. Hanya bulir air mata merembes perlahan, tersamarkan oleh rinai yang telah menjelma menjadi rintik hujan. “Kau wanita pembawa sial!” Julukan wanita pembawa sial terus bergema di telinga Amisha. Gaungnya menghantam keras jantung hati Amisha, meninggalkan rongga luka yang teramat dalam. Tanpa sadar Amisha melupakan hakikat

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-29
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 217

    Seminggu telah berlalu semenjak meninggalnya Claudya. Amisha tak lagi terpuruk dalam duka dan rasa bersalah. Perlahan ia mulai bangkit. Nasihat bijak Zain yang terus mengalir bak mata air di pegunungan menyejukkan hati Amisha. Menjernihkan pandangan mata hatinya yang tertutup kabut prasangka, sehingga ia mampu mengumpulkan kembali serpihan kepercayaan dirinya yang tercerai-berai karena stempel wanita pembawa sial yang direkatkan mantan calon mertuanya.Amisha kini menyadari bahwa semua hal buruk yang menimpa adalah cara Tuhan untuk menggiring dirinya menuju takdir yang lebih baik. Tuhan ingin membuktikan bahwa sesuatu yang dia anggap baik, belum tentu baik untuk dirinya. Dan sesuatu yang dia anggap buruk, belum tentu buruk untuk dirinya. Karena sering kali Tuhan mengemas tawa di balik air mata. Hanya Tuhan yang mengetahui segalanya. Sementara dia tidak mengetahui apa-apa selain sekadar mengikuti prasangka semata.Jarum jam baru menunjukkan pukul sepuluh malam ketik

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-30
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 218

    “Aaargh!” pekik Zain kesal, menyebabkan pemandangan yang melelahkan mata.Lembaran kertas berserakan tak keruan di atas meja kerja Zain. Sebagian bahkan tercecer dan bertebaran di atas lantai. Sepertinya ruangan itu baru saja diterpa badai. Ya, badai kekalutan yang membuat rambut Zain keriting dan berdiri tegak. Tangannya bergerak bebas penuh jengkel, menyapu dokumen yang tengah dibacanya sehingga dokumen itu berhamburan ke segala arah.Zain mengempaskan punggung pada sandaran kursi putarnya. Rambutnya yang biasa rapi kini tampak semrawut bagai tak pernah disentuh sisir sama sekali. Wajah tampannya terlihat kusut. Butiran keringat dari keningnya berjatuhan menimpa kemeja putih yang dikenakannya.Tersentak duduk,  Zain meraih salah satu kertas yang bertebaran di atas meja.BRAK!Kepalan tinju mendarat kencang di atas meja setelah ia membaca kertas yang tadi diambilnya. Seiring dengan kepalan tinju itu, ia bangkit. Matanya menatap garang pa

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-01
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 219

    Zain turun dari mobil sambil menyeka keringat yang mengalir di pelipisnya. Ia baru saja kembali dari mengantar Amisha konsultasi ke dokter kandungan. Kondisi kejiwaan Amisha yang terguncang karena musibah beruntun yang menimpa mereka sedikit berpengaruh pada kandungannya. Kandungan Amisha melemah. Untungnya, janin dalam rahim Amisha tidak sampai mengalami keguguran. Dokter menyarankan agar Amisha lebih banyak beristirahat dan berpikir positif tentang segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya. Kabar dari dokter itu tentu saja membuat hati Zain tak tenang. Ia tak ingin kehilangan buah cintanya dengan Amisha. Oleh karena itu, ia memutuskan agar Amisha bekerja dari rumah saja. Tidak hanya itu, ia juga meminta Amisha untuk menyerahkan tanggung jawab perusahaan yang berhubungan dengan perjalanan bisnis luar kota kepada Gianna. Bukan maksud hati Zain untuk bersikap otoriter kepada Amisha, ia hanya ingin menjaga keselamatan istri dan anaknya yang berada di bawah pengawasan k

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-01
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 1

    Duduk bersandar lesu pada kursi penumpang di belakang sang sopir, Amisha menatap hampa ke luar jendela. Siluet lampu-lampu jalan tampak seperti jaring laba-laba dalam pandangan matanya, begitu suram dan menakutkan.‘Aku sangat berharap saat ini ada portal waktu yang mampu menarikku ke dunia lain,’ gumam hati Amisha disertai desahan napas berat.Gadis cantik yang sedang fokus menyetir mendengar desahan gundah Amisha. Ia mengintip dari kaca spion. Sorot matanya tak terbaca.“Apa Nona ingin aku membatalkan pertemuannya?” tanya si sopir berwajah oval itu. Ia kembali melirik dari kaca spion.“Tidak usah, Gianna. Aku tidak ingin menimbulkan masalah. Lagi pula, aku yakin dia akan mundur dengan sendirinya,” tolak Amisha, menyeringai licik. Si sopir cantik yang dipanggil Gianna itu ikut tersenyum.“Kita sudah sampai, Nona.” Gianna mengingatkan Amisha.Amisha membuka matanya yang sempat terpejam. Sejenak ia memeriksa penampilannya dan berkaca. Setelah yakin, ia tersenyum puas, lalu turun dari m

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-15
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 2

    “Akhirnya satu nyamuk lagi berhasil ditepuk mati!” Amisha mendesah lega. Ia berdiri di depan cermin toilet, merapikan pakaiannya. “Kacamata ini, sungguh sangat berjasa!”Amisha tersenyum menatap kacamata yang baru saja dilepasnya. Kacamata itu telah dilengkapi lukisan optik khusus yang memperlihatkan mata kanan Amisha seakan-akan juling. Sebuah cacat yang tentu saja tak ingin dimiliki oleh siapa pun, terutama kaum hawa.“Oke. Saatnya merayakan kemenangan!” Amisha melangkah riang keluar dari toilet setelah memasang kembali kacamata samarannya. Di tangan kirinya tergenggam sebuah kantong plastik, berisi pakaian yang tadi dipakainya untuk menyamar.Dari tempat persembunyiannya, lelaki yang mengikuti Amisha melirik sekilas jam tangannya. Pandangannya tak lepas dari pintu toilet.“Kenapa gadis aneh itu lama sekali? Apa terjadi sesuatu?”Sesaat kemudian, pertanyaannya terjawab dengan kemunculan Amisha. Ia nyaris tak mengenali gadis yang diikutinya jika saja ia tidak melihat kacamata yang di

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-15
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 3

    “Menjadi cantik dan kaya tidak selamanya membawa kebahagiaan,” keluh Amisha dalam hening.Gadis itu meminta Gianna untuk pulang lebih dulu. Ia berjalan seorang diri, menyusuri jalanan dengan perasaan tak menentu. Ia berada di ambang putus asa, menyikapi keinginan mamanya. Wanita yang sangat dicintainya itu terus saja memaksanya untuk menikah.Amisha bukannya tidak ingin menikah. Siapa sih yang mau jadi perawan tua? Ia hanya tidak ingin bersikap gegabah. Ia menolak keras menikahi lelaki yang hanya menuruti nafsu dan mengincar harta orang tuanya, tetapi tidak mencintainya.Di usia yang hampir mendekati tiga puluh tahun, Amisha mendambakan seorang pria yang mencintai dirinya, bukan embel-embel di belakangnya. Tanpa sadar, Amisha meneteskan air mata.Zain melajukan mobilnya dengan kecepatan rendah, membelah jalanan tanpa tujuan yang jelas. Mendadak ia menginjak rem dan menoleh kaget, saat netra kelamnya menangkap siluet Amisha berjalan seorang diri di tengah keramaian.Wajah sendu Amisha

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-15
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 4

    “Aarrgh!” Kenzo meninju angin dengan kesal lantaran gagal menyusul Amisha.“Sayang, biarkan saja dia pergi. Bukankah itu lebih baik?” Wanita itu berusaha menghibur Kenzo.“Semua ini gara-gara kamu! Aku jadi kehilangan tambang emas dan masa depanku!” Kenzo menatap tajam kepada kekasihnya.“Kita masih bisa mencari perempuan bodoh lainnya,” bujuk wanita itu, tersenyum manis seraya menggelayut manja di lengan Kenzo.“Ah! Benar juga! Kamu memang kekasih pintarku!” Kenzo mencolek dagu wanita itu. Emosinya mereda.Mereka kembali masuk ke toko pakaian, melanjutkan kegiatan mereka yang sempat tertunda.Bersembunyi di balik sebuah mobil, Amisha melihat semua adegan mesra sepasang kekasih itu dengan air mata mengalir deras. Hatinya benar-benar hancur bagai butiran debu.“Aku memang bodoh dan telah dibutakan oleh cinta!” gumam Amisha, pelan. Tanpa terasa air matanya kembali luruh, mengenang kisah kelam itu.Amisha melangkah gontai di sepanjang jalan. Tak ia pedulikan tubuhnya yang basah kuyup. Ai

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-15

Bab terbaru

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 219

    Zain turun dari mobil sambil menyeka keringat yang mengalir di pelipisnya. Ia baru saja kembali dari mengantar Amisha konsultasi ke dokter kandungan. Kondisi kejiwaan Amisha yang terguncang karena musibah beruntun yang menimpa mereka sedikit berpengaruh pada kandungannya. Kandungan Amisha melemah. Untungnya, janin dalam rahim Amisha tidak sampai mengalami keguguran. Dokter menyarankan agar Amisha lebih banyak beristirahat dan berpikir positif tentang segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya. Kabar dari dokter itu tentu saja membuat hati Zain tak tenang. Ia tak ingin kehilangan buah cintanya dengan Amisha. Oleh karena itu, ia memutuskan agar Amisha bekerja dari rumah saja. Tidak hanya itu, ia juga meminta Amisha untuk menyerahkan tanggung jawab perusahaan yang berhubungan dengan perjalanan bisnis luar kota kepada Gianna. Bukan maksud hati Zain untuk bersikap otoriter kepada Amisha, ia hanya ingin menjaga keselamatan istri dan anaknya yang berada di bawah pengawasan k

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 218

    “Aaargh!” pekik Zain kesal, menyebabkan pemandangan yang melelahkan mata.Lembaran kertas berserakan tak keruan di atas meja kerja Zain. Sebagian bahkan tercecer dan bertebaran di atas lantai. Sepertinya ruangan itu baru saja diterpa badai. Ya, badai kekalutan yang membuat rambut Zain keriting dan berdiri tegak. Tangannya bergerak bebas penuh jengkel, menyapu dokumen yang tengah dibacanya sehingga dokumen itu berhamburan ke segala arah.Zain mengempaskan punggung pada sandaran kursi putarnya. Rambutnya yang biasa rapi kini tampak semrawut bagai tak pernah disentuh sisir sama sekali. Wajah tampannya terlihat kusut. Butiran keringat dari keningnya berjatuhan menimpa kemeja putih yang dikenakannya.Tersentak duduk,  Zain meraih salah satu kertas yang bertebaran di atas meja.BRAK!Kepalan tinju mendarat kencang di atas meja setelah ia membaca kertas yang tadi diambilnya. Seiring dengan kepalan tinju itu, ia bangkit. Matanya menatap garang pa

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 217

    Seminggu telah berlalu semenjak meninggalnya Claudya. Amisha tak lagi terpuruk dalam duka dan rasa bersalah. Perlahan ia mulai bangkit. Nasihat bijak Zain yang terus mengalir bak mata air di pegunungan menyejukkan hati Amisha. Menjernihkan pandangan mata hatinya yang tertutup kabut prasangka, sehingga ia mampu mengumpulkan kembali serpihan kepercayaan dirinya yang tercerai-berai karena stempel wanita pembawa sial yang direkatkan mantan calon mertuanya.Amisha kini menyadari bahwa semua hal buruk yang menimpa adalah cara Tuhan untuk menggiring dirinya menuju takdir yang lebih baik. Tuhan ingin membuktikan bahwa sesuatu yang dia anggap baik, belum tentu baik untuk dirinya. Dan sesuatu yang dia anggap buruk, belum tentu buruk untuk dirinya. Karena sering kali Tuhan mengemas tawa di balik air mata. Hanya Tuhan yang mengetahui segalanya. Sementara dia tidak mengetahui apa-apa selain sekadar mengikuti prasangka semata.Jarum jam baru menunjukkan pukul sepuluh malam ketik

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 216

    Langit yang semula cerah dan hangat mendadak berubah mendung. Awan kelabu berarak perlahan menutupi sinar mentari. Satu per satu pelayat berlalu. Meninggalkan Harist dan kedua anak perempuannya di pemakaman itu. Tertunduk lesu dalam sendu dengan hati yang mengharu biru, seakan tak percaya bahwa Claudya telah pergi jauh. Gerimis mulai meluruh, seakan ikut bersedih atas kembalinya seorang hamba ke pangkuan Rabb-nya. Amisha tafakur menatap gundukan tanah merah yang mulai basah tanpa berkedip. Tangan kanannya masih bertumpu pada batu nisan mamanya yang masih baru. Sedu sedannya tak lagi terdengar. Hanya bulir air mata merembes perlahan, tersamarkan oleh rinai yang telah menjelma menjadi rintik hujan. “Kau wanita pembawa sial!” Julukan wanita pembawa sial terus bergema di telinga Amisha. Gaungnya menghantam keras jantung hati Amisha, meninggalkan rongga luka yang teramat dalam. Tanpa sadar Amisha melupakan hakikat

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 215

    Sabtu pagi matahari bersinar lembut. Langit tampak indah tanpa serpihan kumulus yang menodai biru cerah nan merata, hingga ke titik terendah cakrawala.Semilir angin berembus syahdu. Menggerakkan dedaunan dan ujung-ujung ranting pepohonan dalam tempo lambat. Sungguh sebuah pagi yang damai.Amisha mematut diri di depan cermin. Merapikan ujung jilbabnya yang terlihat sedikit berantakan.CEKLEK!Zain membuka pintu. Mendorongnya perlahan, sekadar memberi celah agar ia bisa melongokkan kepala.“Sudah siap belum, Sweetie?” tanya Zain, berseru dari celah pintu.“Iya. Sebentar!” Amisha menyahut tanpa menoleh.Sekali lagi ia melirik pantulan dirinya di dalam cermin. Tersenyum tipis, lalu balik badan menjauh dari cermin.Amisha menyambar tas yang tergeletak di atas meja sambil lalu. Dan ia tersenyum lebar, membalas senyuman kekaguman yang terukir di bibir suaminya.“Kau selalu membuatku terpesona!” bisik Zain, me

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 214

    GUBRAK!Gianna yang tengah tenggelam dalam kesibukannya di depan laptop tersentak kaget. Tanpa ada hujan ataupun badai, Yoshi memukul mejanya dengan cukup keras. Wajah Yoshi merah padam, membuat alis Gianna bertaut.“Apa-apaan kamu, Yosh? Datang-datang marah. Ini ruang kerjaku, jaga sikapmu!” semprot Gianna dengan amarah yang memuncak, tetapi berusaha keras untuk dikendalikannya.“Kamu kenapa sih senang sekali membuatku menderita?” omel Yoshi, menyerang balik semprotan Gianna.“Apa maksudmu?” tanya Gianna bingung, bangkit dari duduknya.Ia tak paham kenapa Yoshi pagi-pagi datang mengamuk, lalu menuduhnya dengan tuduhan aneh.‘Nih anak otaknya korslet kali ya?’ gumam hati Gianna.“Kamu itu ya … aku jemput lagi kamu tidak ada. Ditelepon tidak diangkat-angkat. Aku datangi juga tidak dibukakan pintu. Kamu dendam ya sama aku?” cerocos Yoshi panjang lebar.Matanya menatap tajam pada Gianna. Namun, tatapan menusuk itu

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 213

    Berbaring dengan berbantalkan sebelah lengan, Sonny senyum-senyum sendiri mengenang kecelakaan kecil yang menimpa dirinya dan Gianna senja itu. Kala itu gemuruh hujan membatasi gerak penghuni bumi. Ia berusaha memberikan setitik kehangatan pada tubuh Gianna yang tengah menggigil dengan menyelimuti gadis itu menggunakan jaket. Sialnya, Gianna terbangun sebelum aksinya selesai. Dan tanpa diduga bibir beku gadis itu mendarat di bibirnya gara-gara Gianna memalingkan wajah, kaget saat merasakan embusan napasnya.Teringat kejadian memalukan itu, Sonny menyentuh lembut bibirnya dengan ujung jari. Pipinya merona merah bak tomat masak dan terasa panas.“Rasanya manis sekali!” desis Sonny, teringat sensasi aneh yang dirasakannya saat bibir dingin Gianna tak menyapu lembut permukaan bibirnya.Meski durasi sentuhan itu hanya dalam hitungan detik, Sonny tak dapat memungkiri bahwa saraf tepinya mengalirkan sengatan listrik halus yang membuat jantungnya bekerja lebih ker

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 212

    Di dalam kamar apartemen yang cukup luas dan mewah, sebuah tempat tidur ukuran king size membentang di sisi Selatan. Sebuah lampu meja berkedap-kedip di atas nakas, di sisi kanan tempat tidur. Menghadirkan kesan suram seolah-olah sesosok makhluk astral sedang bermain-main dengan lampu itu. Yoshi berbaring dengan tatapan kosong pada langit-langit kamar.“Aarrrgh!” Yoshi berteriak kesal, diiringi dengan lampu yang berhenti berkedip dan kembali menyala terang. Ia pun telah duduk di tepi ranjang. Meremas rambutnya dengan frustrasi.Sedari tadi sebelah tangannya terulur, sibuk mempermainkan lampu meja. Jarum jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tetapi matanya belum jua mau terpejam. Pikirannya dipenuhi bayangan Gianna. Detik-detik saat mereka meninggalkan panti kembali menari di pelupuk matanya.“Lepaskan tanganku, Yosh!” maki Gianna, menarik paksa lengannya dari cekalan Yoshi begitu tiba di halaman. ‘Kamu gila!’Gianna mengelus lengannya yang te

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 211

    “Ayo pulang!” ajak perempuan paruh baya, menyeret paksa lengan anak lelakinya. “Tidak, Ma. Aku tidak akan pulang sebelum agendaku selesai. Kalau Mama mau pulang, silakan Mama pulang lebih dulu,” tolak anaknya mentah-mentah sembari berusaha melepaskan cekalan tangan sang mama. “Ada apa, Nyonya? Kenapa Nyonya terburu-buru?” tanya Rasmi dengan keringat yang makin mengalir deras. “Aku tidak sudi berada dalam satu ruangan dengan perempuan pembawa sial itu!” Perempuan itu mengacungkan jari telunjuk pada Amisha. Roman wajahnya menyiratkan kebencian. “Mama! Apaan sih?” protes anaknya, tidak senang dengan perkataan mamanya sekaligus merasa malu dipelototi oleh puluhan pasang mata yang hadir di sana. “Astagfirullah, Tante … kenapa Tante menganggap Amisha sebagai perempuan pembawa sial?” tanya Gianna, langsung berdiri menghampiri perempuan itu. Ia juga tidak suka mendengar kata-kata yang ditujukan perempuan itu kepada Amisha. Sementara dari tempat duduknya, Amisha yang semula berniat

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status