Home / Romansa / Lelaki Pemalu dan Calon Dokter / Gadis Bermata Bening (2)

Share

Gadis Bermata Bening (2)

Author: Asa Jannati
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Follow akun sebelum lanjut membaca.

Bab 2

#Lelaki_Pemalu_Dan_Calon_Dokter

Gadis Bermata Bening

“Bang, Nida ikut ….” Gadis kecil kelas tiga SMP itu berlari mengejar sang Abang begitu menyadari sang Abang keluar dari rumahnya. Nida memang adik yang paling dekat dengan Alqi sedari kecil. Terlebih, Alqi memang selalu memanjakan adiknya itu.

“Emang mau ngapain, sih, anak kecil ikut-ikut aja,” ucap Alqi memasang tampang jutek begitu Nida sudah berhasil menjajarinya.

“Ya Nida mau bantuin Abang, lah. Abang mau ke rumah Bu Sarmi, ‘kan? Rentenir itu? biar nanti kalau Abang kewalahan bicara, Nida yang bantuin,” jawabnya sembari menepuk dada dengan gaya jenaka.

“Emang bisa?”

“Ya, bisalah. Apa, sih, yang Nida nggak bisa.” Ia terkekeh.

“Lagian Abang emang punya uang berapa mau nemuin Bu Sarmi? Dia mah nggak akan mungkin ngelepas rumah kita kalau kita nggak kasih sejumlah uang buat nebusnya.”

“Uang? Ya nggak punyalah.” jawab lelaki putih berjenggot tipis itu. Sontak ia dan adiknya tertawa bersamaan. Tapi entah kenapa Alqi merasa ia harus berbicara dan menemui Bu Sarmi, bagaimanapun hasilnya.

“ Yang penting kita niatin aja baik-baik, ngomong baik-baik, Dek. Bismillah. Siapa tahu ‘kan Allah bantu,” lanjutnya tenang.

Dalam hati Nida menyetujui apa yang abangnya katakan. Yang penting niatnya mencari jalan keluar, sisanya biar Allah yang bantu. Nida manggut-manggut memberi respon kepada abangnya. Sampai detik ini, ia masih tetap mengagumi lelaki disebelahnya ini. Mengagumi cara berpikirnya, kecerdasannya, ketampanannya yang membuat banyak teman-teman dekatnya mengirimkan salam melalui dirinya untuk sang Abang. Dan yang terakhir, mengagumi keshalihannya.

Ya, Nisa selalu mengagumi kedisiplinan dan kekonsistenan abangnya ini dalam menjalankan shalat-shalat lima waktu juga shalat sunnahnya. Sering di saat malam-malam ia terbangun dari tidurnya dulu ketika abangnya belum pergi jauh untuk kuliah, ia melihat abangnya sedang menjalankan shalat malam. Berlama-lama bersama doa dan dzikir-dzikir yang panjang.

Sampai di belokan langkah Alqi tertahan oleh tarikan tangan Nida.

“Bang … kok bisa pas banget, sih. Tuh di depan ada Kak Fatya ….” bisiknya.

Fatya, gadis yang sering dijodoh-jodohkan Nida dengan abangnya itu sedikit menundukkan pandang ketika semakin dekat dengan mereka.

Alqi tetap berjalan dengan tenang meski adiknya itu sibuk menggodanya.

“Eh, ada Kak Fatya, Assalamualaikum, mau kemana, Kak?” Nida menyapa ramah.

Gadis bermata bening itu mengangkat kepala.

“Oh … Nida. W*’alaikumussalam. Ini … mau ke warung depan. Nida mau kemana?” tanyanya balik.

“Ini, mau jalan sama Abang. Kebetulan baru balik.” Ia melirik sang Abang yang berdiri mematung menanti adiknya sapa-menyapanya selesai.

“Oh, kalau begitu lanjut aja, Nida. Ayuk,” balas gadis manis itu sembari berlalu dengan wajah bersemu merah. Matanya sempat bersitatap dengan Alqi tanpa sengaja. Kemudian ia menundukkan pandangan dan melangkah kembali.

Nida menggoyang-goyangkan lengan sang Abang.

“Bang, cantik, ‘kan? Udah cantik, anaknya Ustadz, orang kaya, lagi, Bang,” promosi Nida menggoda sang Abang.

“Hmm, kamu, ya, mulai ….” Alqi menjewer kuping adiknya itu.

“Tapi beneran deh, Bang. Kayaknya dia cocok sama Abang. Orangnya sopan, anggun, pinter, Hafalan Al-qurannya juga udah banyak. Dibanding ciwi-ciwi temen Nida lainnya, yang keganjenan pada kirim salam ke Abang semua sama Nida.”

“Adek … kamu, nih, kok ngebahasnya yang ginian. Hayo, nggak boleh. Abang sekarang mau fokus dulu beresin hutang-hutang Ayah, Ibu. Abang mau kerja sampe hutang kita lunas, biar kita tenang.”

Nida terkekeh.

“Duh, orang alim satu ini. Iya, iya .. itu tadi ‘kan cuma intermezzo. Nida cuma mau kasih tahu, kalau Abang tuh banyak yang ngefans, hihihi.” Nida bergelendot manja pada lengan abangnya itu sembari terus melangkah.

“Awas … awas … kalau jalan yang bener, diliat jalannya, nanti kepeleset,” ujar sang Abang tanpa merespon apa yang adiknya bicarakan.

Sesampainya di rumah Bu Sarmi, Alqi harus menunggu setengah jam menanti wanita tambun itu pulang, barangkali sehabis menagih hutang-hutang kepada peminjamnya. Dan sayangnya ternyata salah, wanita itu sehabis melakukan aksi rebut paksa menjarah isi rumah peminjamnya yang telat bayar. Ia pulang membawa satu buah truk yang di dalam baknya berisi peralatan elektronik semacam kulkas, AC, mesin cuci, juga sofa dan springbed.

“Tolong, Bu, kembalikan rumah kami, tempat kami sekeluarga berteduh. Bukankah pinjaman Ibu saya juga tak sebanyak nilai rumah kami?” Alqi berusaha membuka hati sang rentenir di hadapannya setelah wanita itu duduk dengan angkuh di hadapannya.

Sebenarnya, ingin Alqi menasehati dengan segala dalil kepada wanita tambun yang sudah terlalu lama bergelimang dosa riba ini. Hanya saja, saat ini, rasanya ia tak pantas melakukan itu karena ternyata ibunya sendiripun telah meminjam uang kepada rentenir ini. Hanya saja, rasanya jahat jika wanita ini harus merebut paksa rumah dan mengusir orang tuanya dari rumahnya sendiri karena menunggak membayar pinjaman yang ia yakini tak sebesar harga rumah orang tuanya.

“Eh, kamu! Saya pikir kemari datang untuk melunasi hutang orang tua kamu! Taunya cuma buat minta rumah kamu kembali. Nggak bisa! Ibu kamu meminjam uang sama saya itu menyerahkan surat tanah dan rumah kamu. Jadi sudah sepantasnya setelah satu tahun nggak mampu membayar, saya ambil rumah kamu sekaligus sama isi-isinya juga! Paham!”

“Tapi, Bu, tolong punya rasa kasihan sedikit. Rasanya nggak seimbang hutang ibu saya harus dibayar dengan nilai rumah kami yang cukup lumayan.”

“Hei! denger sekali lagi, ya. Ibu kamu itu, pinjem uang sama saya dengan jaminan surat tanah dan rumah kamu. Saya itu rentenir! Apapun jaminannya, nggak bisa bayar, ya sikat. Paham? Sudah bunga-berbunga, berbunga lagi, loch. Berapa banyak itu coba? Masih untung saya mau meminjami ibu kamu! Kamu bilang apa? Rumah kamu nggak sepadan sama nilai pinjaman. Denger, ya! Bahkan rumah kamu itu sekarang aja sudah nggak cukup buat membayar bunga pinjamannya!” bentaknya pada pemuda bertubuh tinggi kecil itu.

“Memangnya berapa pinjaman Ibu saya, dan berapa total yang harus dibayar berikut bunganya, Bu, kalau boleh saya tahu?” tanyanya sopan.

“Oh, kamu mau tahu berapa? Memangnya kalau tahu berapa jumlahnya kamu sanggup bayar? Iya? Yatno …! Sini kamu! Coba sebutkan berapa total pinjaman Bu Rosmina yang harus dibayar? Ini anaknya kayaknya mau segera ngelunasin,” ucapnya sengit. Alis palsu berwarna hitam bak celurit itu naik satu ke atas sembari menatap Alqi mengejek.

Empat ratus juta, Bu,“ jawab lelaki yang bernama Yatno itu. Tampak tiga orang lelaki bertubuh gempal nan berototmelongok memperhatikan tamu bosnya itu.

Alqi dan Nida sedikit shock mendengarnya.

“Sebanyak itu, Bu? Setahu saya pinjaman Ibu saya hanya tujuh puluh juta. Kenapa jadi sebanyak itu?”

“Heh bocah! kamu pikir saya sedang beramal gitu? Kasih pinjaman ke Ibu kamu bebas bunga? Kamu tahu, yang pinjam sama saya itu buanyak. Nggak habis-habis. Semuanya sama, saya kasih bunga segitu. Dan mereka nggak ada yang nolak, loch. Ya wajar pinjaman Ibu kamu segitu, sudah setahun malah lebih loh Ibu kamu nunggak, Kan itu bunganya bunga berbunga. Hitung sendiri coba!” bentaknya.

Alqi mengusap dadanya sembari beristighfar. Sementara sang adik hanya terbengong sembari sesekali menggoyang-goyangkan lengan Alqi. Janjinya untuk membantu abangnya berbicara lenyap sudah didera rasa takut.

Alqi tak pernah mengira pinjaman tujuh puluh juta bunganya jadi sebesar itu. Sehingga dengan mudahnya rentenir ini usir paksa keluarganya dari rumahnya sendiri.

Alqi meninju tangannya ke atas meja, rahangnya mengeras. Tanpa perlu babibu lagi. Ia bangkit dan pergi meninggalkan ruangan. Diikuti adiknya yang juga berlari keluar rumah megah itu.

_____

"Sesungguhnya satu dirham yang didapatkan seorang Iaki-laki dari hasil riba Iebih besar dosanya di sisi Allah daripada berzina 36 kali." (HR Ibnu Abi Dunya).

-----

-To be Continued-

Sebelum lanjut ke bab selanjutnya, jangan lupa klik love dan tinggalkan komen di bawah. Terima kasih sudah membantu penulis berkembang. 🌹😘

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Merida
alqi yg sabar
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Lelaki Pemalu dan Calon Dokter   Jangan Menangis Annisa (3)

    follow akun sebelum lanjut membaca. #Lelaki_Pemalu_Dan_Calon_DokterJangan Menangis Annisa (3)“Alqi minta tolong, Bu. Dalam keadaan sebagaimanapun kepepetnya, jangan pernah lagi minjam uang sama rentenir. Ibu sudah tahu hukumnya. Alqi minta maaf, kalau Alqi sudah jadi anak yang nggak penurut sama Ibu. Mulai saat ini, Alqi putuskan untuk berhenti kuliah. Alqi mau merantau cari kerja saja.”Wajah sang Ibu langsung merebak merah.“Nak, mau kemana kamu? Kuliah kamu sedikit lagi selesai, Nak.” Rosmina berpindah duduk di sebelah putranya dan mulai terisak memeluk bahu itu. Ini yang ia takutkan. Sejak semalam ia sudah tak tenang mendengar keinginan anak lelaki dengan IQ 133-nya itu yang sudah ingin berhenti dari kuliahnya. Rosmina semakin merasa berdosa karena sudah satu bulan ini memang kiriman biaya hidup untuk Alqi tak dikirim, juga termasuk biaya semester yang belum dibayar, walau sebenarnya Rosmina sudah berjanji akan segera mentransfer. Mungkin itu yang menyebabkan Alqi memutuskan p

    Last Updated : 2024-10-29
  • Lelaki Pemalu dan Calon Dokter   Merantau Untuk Ibu (4)

    Mohon klik subscribe n follow dulu sebelum membacaBab 5#Lelaki_Pemalu_Dan_Calon_Dokter-Merantau Untuk Ibu-“Amin …. Makasih, Kak, nasehatnya bikin Nida sedikit tenang.”Terbayang dalam benak, abangnya tadi banyak memberi nasehat, untuk lebih memperbanyak hafalan Al-Quran. “Nida harus bisa, ya. Meski tanpa guru pembimbing. Dicicil sedikit-sedikit. Pasti bisa. Tapi kalau di TPA ada yang bimbing, ya manfaatkan itu untuk mempertajam hafalan. Nanti Abang akan kirimi Nida hape biar Abang bisa mantau Nida dari jauh, ya.” Ia hanya mengangguk, tak bersemangat sembari memegangi tangan abangnya. Dalam benaknya abangnya itu akan pergi lama, bertahun tak akan pulang. Bagaimana jika ia nanti rindu ingin bertemu. Bagaimana jika nanti ia tak mengerti soal matematika, atau fisika. Biasanya ia sudah mempersiapkan banyak bahan pertanyaan ketika pada akhirnya abangnya itu pulang ke rumah. Tapi sekarang? Entah akan berapa lama lagi ia akan menunggu abangnya. Bertanya dengan Annisa, yang ada ia akan

    Last Updated : 2024-10-29
  • Lelaki Pemalu dan Calon Dokter   Telepon Ibu Memberi Sebuah Tanya (5)

    -Telepon Ibu Memberi Sebuah Tanya-Alqi tergemap, mendengar tangisan Rosmina. Ia beristighfar beberapa kali. Lalu mulai menenangkan ibunya.“Bu, tenang. Sabar.” Ia tak mencoba bertanya ada apa sebenarnya. Dibiarkannya suara wanita penyabar yang kasih sayangnya begitu luas kepada anak-anaknya itu tetap menangis.“Alqi ... Nak, anak Ibu tersayang …” Serak suara itu di antara isak.“Iya, Bu.”“Pulanglah, Nak. Ibu kangen. Ayah sakiiit ….”“Ayah sakit, Bu?”“Iya, sakit. Pulanglah, Nak. Kamu pokoknya harus pulang. Jangan di Jakarta lagi.”“Jangan di Jakarta lagi, Bu?”“Iya, Nak, huhuhu …. Pulanglah, Nak, Ibu mengkhawatirkanmu. Khawatir kamu kenapa-kenapa? Ibu takuut. Pulang sajalah, Nak. Kamu tinggal di kampung. susah senang kita di kampung saja. Ibu janji, akan segera lunasi semua hutang Ibu. Ibu pasti bisa lunasi hutang itu. Bismillah, Nak .... Cari rejeki di sini saja. Bareng-bareng sama Ayah Ibu.” Wanita yang sangat Alqi kasihi itu kembali menangis. Dalam benak Alqi menjadi penuh tany

    Last Updated : 2024-10-29
  • Lelaki Pemalu dan Calon Dokter   Rumah Masa Kecil Mungkinkah Kembali (6)

    Bab 6-Rumah Masa Kecil Mungkinkah Kembali-“Ya Allah, Qi, baru aja Kang Deni senang punya temen lurus kayak kamu bisa ngajarin shalat, tempat nanya soal agama, eh malah sekarang mau pindah kerja ….” Deni muram. Diusap wajah itu dengan ujung bahunya.“Kita masih sering ketemu, Kang.” Alqi menepuk pundak Kakang ketemu gede yang cukup menghibur hari-harinya belakangan ini.“Bang Alqi. Santa sediiihh banget. Kenapa, si harus pindah? Nanti kita jadi jarang ketemu, deh. Jangan sombong ya kalau udah ada di tempat kerja yang baru ….” Dua sudut bibir perempuan dengan wajah mirip Prilly Latuconsina itu tertarik ke bawah.“Jangan sedih, Bu Bos. Ini malah jalan terbaik. Kan kalau nanti kalian jadi nikah, nggak boleh kerja satu kantor. Ini bentuk pengorbanan Alqi, mengalah, resign dari sini,” candanya yang ditimpali Alqi dengan mata membulat.“Insyaa Allah kita masih bisa silaturahmi, Bu Bos,” jawab Alqi.“Ya, janji, ya Bang, tetep komunikasi. Tetep mau jawab kalau saya WA. Sukses ditempat yang b

    Last Updated : 2024-10-29
  • Lelaki Pemalu dan Calon Dokter   Maukah Kamu Datang Menemui Papa? (7)

    -Maukah Kamu Datang Menemui Papa?- (7)Kemudian ia fokus lagi membereskan service-an laptop di depannya. Di sampingnya berjajar sembilan buah laptop yang menanti untuk dibenahi juga. Seperti biasa, lantunan murotal bervolume kecil terdengar mengalun dari gawainya.“Bang Alqi ….” Seorang wanita sudah berdiri di depan pintu kosnya. Tubuhnya basah wajahnya berurai air mata.---“Bu San-ta,” jawab Alqi terbata. Tanpa diminta, Santa langsung masuk ke ruang tamu kosannnya. Alqi segera bangkit berdiri, tergagap.“Bang, Papa Santa kecelakaan,” isaknya.“Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un.”“Tolong antar Santa ke Primaya Hospital Tangerang, naik motor, biar cepat sampai, Bang.” Alqi terpegun sesaat. Kemudian menatap wanita yang sedang menangis ini. “Tolong, Bang. Santa nggak tahu lagi mau minta tolong siapa. Santa nggak tahu apakah Papa selamat atau nggak. Tolong kalau perlu nanti Santa bayar.” Terbata di antara tangisan Santa memohon.Alqi menjadi iba, dan alangkah kurang ajarnya bila tak

    Last Updated : 2024-10-29
  • Lelaki Pemalu dan Calon Dokter   Kedermawanan Gadis Berhati Salju- (8)

    -Kedermawanan Gadis Berhati Salju- (8)Sebuah WA masuk dari Santa.[Alhamdulillah. Semoga terus Allah sehatkan, ya.] balas Alqi.[Papa mau kenal kamu lebih jauh, Bang. Mama juga. Maukah kamu nanti datang sekali lagi menjenguk Papa?]----Seketika Alqi tertegun. Sebuah tawaran baik. Bersilaturahmi. Alqi mencoba tak ingin punya penilaian berlebihan. Tapi di sisi lain ada tanya dalam benaknya. Apakah keluarga Santa mengira ia memiliki hubungan khusus dengan Santa? Jika, ya, Alqi merasa tak perlu datang, karena akan semakin sulit menghindar dan akan menyakiti Santa nantinya. Ia tak hendak ingin menjalin hubungan dekat dengan perempuan manapun saat ini.Ia lelaki yang punya prinsip tak pacaran, tak dekat dengan wanita manapun. Ia begitu menghormati wanita, memacarinya artinya adalah menjatuhkan martabatnya sebagai seorang wanita.Ia ingat pesan Ustadz Ibrahim yang sering berceramah di masjid Salman, kampusnya, laki-laki baik-baik tak akan memacari perempuan manapun. Berdekatan dengan lawan

    Last Updated : 2024-10-29
  • Lelaki Pemalu dan Calon Dokter   Fatya, Mahasiswi Kedokteran UI (9)

    -Fatya, Mahasiswi Kedokteran UI-'Aku harus fokus mencari jalan keluar untuk membayar biaya Ayah,' bisiknya.Ia melangkah pergi ke toilet rumah sakit, membersihkan diri, berganti pakaian, lalu beranjak ke mushala rumah sakit. Berwudlu dan melaksanakan shalat sunnah berakaat-rakaat. Alqi mencari tenang dari kegundahan yang merajai hatinya.***ajSeusai shalat dan bermunajat pada Allah memohon diberi kemudahan hidup dan perlindungan, Alqi merenung. Ia masih terus berpikir bagaimana mengganti uang Fatya. Karena tak ada perjanjian hutang piutang antara keluarganya dengan Fatya. Artinya uang talangan dari Fatya harus segera dibayar. Annisa, adiknya juga tadi sempat memintanya untuk berbicara pada Fatya soal pembayaran rumah sakit yang ditalanginya.Alqi mendesah resah, menghembuskan napas berkali-kali. Dalam rekeningnya hanya ada delapan juta. Mungkin juga akan habis untuk biaya perawatan ayahnya dan obat-obatan. Gontai ia berjalan menuruni tangga masjid. Duduk di bangku-bangku taman ruma

    Last Updated : 2024-10-29
  • Lelaki Pemalu dan Calon Dokter   Ditemui Santa dan Menjemput Fatya (11)

    Lelaki dengan Seribu TahajudBab 11-Ditemui Santa dan Menjemput Fatya-Alqi jadi penasaran, beberapa kali Nida menyebut wanita yang sellau memasang fotonya di facebook. siapa sebenarnya?“Bang Alqi!” Seseorang menyebut namanya di depan pintu. Terlihat Sri dibelakangnya.--Alqi terpegun, di depannya sudah ada Santa. Santa terpaku menatap Alqi, ada kilatan bening di matanya. “Santa …?” Al terbangun, kaget. Ia segera keluar kamar. Meminta asistennya melanjutkan sisa pekerjaanya pada laptop yang sedikit lagi selesai.Alqi melangkah mengajak Santa menuju teras rumah. Ia mempersilahkan Santa duduk. “Kemana saja kamu selama ini, Bang?” tanya Santa to the point setelah ia duduk. Alqi tak langsung menjawab. Tatapannya tertuju pada bunga-bunga taman di hadapannya.“Maaf, ya, Santa. Saya sudah lama nggak menghubungi kamu.”“Bukan cuma nggak menghubungi, Bang. Tapi juga nggak pernah menjawab WA-WA dari saya, panggilan telepon dari saya!”Santa nampak emosional.“Apa susahnya, sih, Bang, se

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Lelaki Pemalu dan Calon Dokter   Akhir yang Bahagia (TAMAT)

    Lelaki dengan Seribu TahajudBab 42 Ending.-Akhir yang Bahagia-Jika tak ia turuti, khawatir akan mengecewakannya. Dituruti, maka akan semakin timbul rasa bersalah dalam benaknya.Alqi kembali merenung. Lama keduanya terduduk dalam diam."Maksud Fatya, Abang masih bisa membayarnya dengan cara lain."Alqi yang duduk menatap lantai, mendongakkan wajah."Cara lain?" Kedua alis lebat itu hampir menyatu."Maksudnya Fatya …." lanjutnya karena tak kunjung ada jawaban."Emm …. Bagaimana kalau gantinya …. Fatya minta Abang datang kepada Ayah Ibu untuk melamar Fatya?"Deg! Suara itu lirih, sangat lirih. tapi berhasil membuat Alqi tersentak hebat. Kedua bola matanya membulat. Fatya telah menegakkan kepalanya. Kini mata jeli itu menatap mata elang di hadapannya. Dengan ribuan debar yang hadir dalam dada, ia berusaha kuat menatap mata itu. Berusaha menunjukkan bahwa ia sedang tak main-main dengan permintaannya. Secepat kilat Alqi membuang pandang ke arah lain. Wajah pualam, kedua mata menyejukk

  • Lelaki Pemalu dan Calon Dokter   Permintaan Fatya untuk Alqi (41)

    Lelaki dengan Seribu TahajudBab 41-Permintaan Fatya untuk Alqi-"Masya Allah, ini indah sekali Fatya. Terima kasih, ya." "Sama-sama, Bang." Fatya mengangguk. Ada semu merah di pipinya.---"Abang doakan juga, semoga Fatya lekas wisudanya, ya ....""Amiiin, semoga lekas Sarjana Kedokteran dan jadi Dokter," timpal Nida menggelendot ke bahu Fatya."Doakan, ya, Nida, Bang.""Insyaallah …."Kemudian Fatya menyalami Rosmina dan Lilyana. Rosmina memeluk Fatya erat. "Nak Fatya, terima kasih sudah menyempatkan datang ke wisuda Alqi. Masyaallah Ibu senang sekali. Nak Fatya seorang wanita yang pasti selalu ada tepat ketika kami benar-benar membutuhkan pertolongan. Terima kasih, Nak. Terima kasih … Ibu sangat terharu Nak Fatya datang. Pasti ini di antara kesibukan kuliah Nak Fatya, menyempatkan waktu untuk datang." "Nggak, Bu. Fatya pasti menyempatkan datang. Akan sangat rugi kalau Fatya nggak ikut hadir merasakan kebahagiaan ini."Fatya mengusap-usap punggung Rosmina dalam pelukannya. Har

  • Lelaki Pemalu dan Calon Dokter   Semu Merah di Pipi Fatya (40)

    Lelaki dengan Seribu TahajudBab 40Semu Merah di Pipi Fatya"Selamat, Bang, sudah menjadi sarjana yang membanggakan keluarga." Suara seorang wanita yang Alqi sangat kenali terdengar dari balik punggungnya.---Alqi berbalik.Seorang wanita berjilbab biru berdiri bersama dua orang pria."Santa.""Ya, Bang. Santa turut senang akhirnya Abang bisa menuntaskan pendidikan Abang. Sekali lagi selamat, ya."Santa memberikan sebuah box berpita yang sepertinya berisi kue, kepada Alqi."Terima kasih, Santa. Terima kasih juga bingkisannya. Kamu datang saja sudah membuat saya senang.""Tentu Santa datang, ini 'kan hari bahagia Abang. Abang banyak memberi pelajaran berharga dalam hidup Santa. Abang banyak membuat Santa semakin dekat dengan Allah. Semakin paham arti syukur yang sebenarnya."Wanita yang semakin mengulurkan jilbabnya lebih panjang itu sumringah."Santa juga turut senang, mendengar cerita dari Nida, Abang berkumpul kembali dengan Bu Lilyana. Santa takjub mendengar kisah Abang. Abang le

  • Lelaki Pemalu dan Calon Dokter   Wisuda dan Cumlaude (39)

    Lelaki dengan Seribu Tahajud.Bab 39-Wisuda dan Cumlaude-Dari balik pintu, dua orang Dokter sahabat Lilyana itu mengusap pipi yang basah, ikut bahagia.---Hari-hari selanjutnya Alqi banyak berdiskusi dengan para dokter yang menangani Rosmina dan Lilyana. Dua cinta terbaiknya kini yang sedang benar-benar ia usahakan kesembuhannya.Alqi telah memutuskan untuk tak akan banyak mempertanyakan tentang masa lalunya lagi kepada dua orang wanita itu. Sejatinya mereka berdua sangat menyayanginya. Rosmina yang begitu tulus membesarkannya dalam kekurangan. Lilyana yang sudah melahirkannya dan membuatnya ada di dunia ini.Itu anugerah terbesar dalam hidupnya yang sengaja Allah rancang seperti itu. Segala yang sudah terjadi mengandung ketetapan Allah. Ketetapan Allah tidak melulu sama seperti apa yang kita ingini. Terkadang kita perlu merenung lebih dalam untuk menangkap maksud Sang Pemberi Hidup. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyuka

  • Lelaki Pemalu dan Calon Dokter   Pelukan Penerimaan

    Lelaki dengan Seribu Tahajud.Bab 38-Pelukan Penerimaan-"Assalamualaikum." Alqi mengucap salam. Tatapannya tepat bertemu dengan seorang wanita berjilbab yang sedang terbaring lemah itu. Ada iba menjalari hatinya. Melihat tubuh lemah dengan infus dan selang oksigen yang terpasang di hidung.Ia melangkah masuk perlahan dan duduk disebelah wanita itu. Hilang sudah kekecewaan yang bersemayam selama ini melihat Lilyana terbaring lemah. Lelaki yang hatinya selalu dekat kepada Allah dan dekat kepada kebaikan ini seakan mendapat petunjuk-Nya untuk segera meluaskan maaf dan melangitkan doa kepada wanita yang telah pernah berjuang melahirkannya ke dunia ini."Semoga lekas sembuh, ya, Bu," ucap Alqi.Lilyana hanya diam. Kemudian matanya sedikit memejam. Alqi mendapat informasi bahwa Lilyana sudah tak bicara sejak kemarin sore. Hanya matanya yang sesekali terbuka saat terjaga dan akan memejam kembali untuk tidur.Lama Alqi menunggunya membuka mata kembali, namun Lilyana tetap terpejam."Ibu m

  • Lelaki Pemalu dan Calon Dokter   Berdamai dengan Ego Diri (37)

    Lelaki dengan Seribu Tahajud.Bab 37-Berdamai dengan Ego Diri'Lihatlah Al, bukan cuma kamu yang sakit, bahkan mereka juga sama terguncangnya. Mereka begitu menyayangimu.'Alqi lekas bangkit mengambil handuk untuk mandi. Membersihkan diri. Shalat sunnah dua rakaat mencoba mencari tenang. Menyandarkan diri pada Sang Pemilik Jiwa. Setelah itu ia meluncur dengan motor tuanya.Ia ingin segera bertemu Rosmina, wanita sederhana yang dalam ketakberpunyaannya sejak dulu selalu bersahaja. Tak pernah merasa kurang dengan apapun yang ia punya. Yang sudah sedemikian baiknya merawatnya yang bukan anak kandungnya tapi tak sedikitpun terasa ada yang berbeda. Bahkan sedemikian baiknya menjaga rahasia tentang siapa dirinya selama bertahun-tahun lamanua. Bahkan Alqi bisa merasakan bagaimana sebegitu kuatnya mimpi Rosmina untuk bisa menguliahkannya di Institut terkemuka di negeri ini. Tetap meyakini mampu menguliahkannya meski dengan segala keterbatasan. Hingga pada akhirnya garis nasib membuatnya ter

  • Lelaki Pemalu dan Calon Dokter   Hati yang Terguncang Membawa Sakit

    Lelaki dengan Seribu TahajudBab 36-Hati yang Terguncang Membawa Sakit- Kami memang akan bergerak cepat kalau sudah ada laporan pengaduan seperti ini. Akan saya ajak diskusi Kapolsek setempat untuk menangani daerah Galanghani," jelas Sandi antusias.Kemudian AKBP Sandi Nugraha mengajak Alqi dan Ustadz Hamdani untuk makan siang di restaurant dekat Polres. Ramah sambutannya karena teringat jasa Alqi ketika di Jakarta pernah membantu mencarikan rumah sakit untuk ibunya yang patah tulang. Alqi cukup dikenal baik juga karena adik kandung AKBP Sandi, Rendi adalah teman akrab juga satu angkatannya di ITB.Usai berbincang, Alqi dan Ustadz memutuskan untuk pulang.Esoknya, Sarmi masih terus melakukan penagihan dengan penyitaan paksa. Rupanya ini jadi agenda rutin Sarmi bulan ini. Sudah banyak debiturnya yang menumpuk pembayaran di masa paceklik ini rupanya. Teguran Ustadz Hamdani kemarin tak berpengaruh apa-apa baginya. Ia tetap dengan agenda penagihan. Dengan mudah itu dijadikan alasan pena

  • Lelaki Pemalu dan Calon Dokter   Jalan Allah Untuk Alqi (35)

    Lelaki dengan Seribu TahajudBab 35-Jalan Allah Untuk Alqi-Berkali ia pergi meninggalkan Lilyana yang sudah menunggu di ruang tamu kantornya berjam-jam. Ia bukan tak suka. Hanya merasa butuh waktu, untuk bisa menatap wajah Lilyana kembali sebagai ibu kandungnya.--*Alqi berjalan kaki melewati hutan dan sawah-sawah tempat dimana dulu ia bermain dengan teman-teman kecilnya. Menelusuri gang demi gang di kampungnya. Shalat dari masjid ke masjid seperti halnya dulu ia selalu berpindah masjid, mencari masjid yang lebih jauh dari rumah demi bisa mendapat pahala ibadah shalat berjamaan yang lebih besar. Setelah hampir dua tahun ia datang ke desa ini kembali. Desa Galanghani. Alqi memutuskan untuk datang. Ia ingin ziarah ke makam Almarhum Achmad. Ingin mendoakan lebih dekat, ingin melepas rindu dan melepas penat yang belakangan menghimpitnya. Berziarah ke makam Acmad, Alqi rasa itu adalah pilihan yang tepat."Assalamualaikum ya ahli kubur, ya ayahandaku, lelaki tauladan nan shalih yang kes

  • Lelaki Pemalu dan Calon Dokter   Membunuh Waktu-waktu yang Terasa Menyakitkan

    -Membunuh Waktu-waktu yang Terasa Menyakitkan-Assalamualaikum." Suara seorang wanita yang sangat familiar di telinga Alqi mengejutkannya.Rosmina yang sedang duduk segera bangkit. Matanya menatap nanar kepada seseorang di hadapannya.----Dua orang itu beku saling memindai satu sama lain untuk beberapa saat. Kemudian tatapan Rosmina menjadi penuh kaca-kaca. "Bu Lilyanaaa …." Sapanya penuh getar.Lilyana melangkah maju memeluk Rosmina seketika.Yang terjadi seperti yang sudah bisa diperkirakan. Dua orang wanita matang usia yang sudah lama tak pernah bersua. Mereka bertangisan satu sama lain. Untuk beberapa lama saling tergugu.Rosmina memegangi lengan Lilyana, menuntunnya masuk ke dalam rumah. Tinggalah Alqi yang terbengong berdiri mematung melihat mereka berdua seakan sahabat lama yang saling rindu karena telah lama tak bersua.Ia merapikan peralatan mandi motornya, membersihkan kaki, cuci tangan lalu duduk di sebuah kursi pada teras rumahnya."Saya buatkan teh hangat dulu, ya, Bu.

DMCA.com Protection Status