Melody menatap layar handphone-nya dengan sedih. Entah sudah berapa lama dia tak berkomunikasi denga Ansya. Cowok itu semakin menghilang dari hidupnya, namun entah mengapa rasa di hatinya tak terkikis sedikitpun. Selama ini, Melody masih tetap berfikir positif, bahwa suatu saat dia akan muncul di hadapannya dengan penuh kasih sayang dan cinta tulus yang nyata. Tak ada lagi tempat baginya meletakkan hati selain pada cowok itu. Tidak juga kepada seorang Alfa. Karena yang di lihat Melody, sampai dengan saat ini Alfa masih berhubungan cukup baik dengan Hesta. Cowok itu begitu perhatian pada perempuan itu dan terlihat begitu menyayangi anak Hesta. Melody tengah bersiap jika pada saatnya nanti anak Hesta menjadi alasan bersatunya mantan dosen dan mantan mahasiswanya itu. Selisih umur bukan masalah, apalagi Hesta nampak cantik dan modis tak sedikitpun terlihat bahwa dia sudah memiliki satu orang anak. Bisa saja suatu saat nanti Alfa tiba-tiba juga menghilang dari hidupnya dan memperjuangka
Melody berjalan menuju parkir mobil sambil menenteng buket bunga yang dia terima dari Alfa. Sesekali senyumnya merekah membalas banyak sapa yang tertuju ke arahnya. “Al,” panggil Melody sambil menarik kemeja Alfa hingga cowok itu segera menghentikan langkahnya. “Kenapa?” tanya Alfa penuh heran melihat Melody yang meringis ke arahnya. “Gue capek hehe,” ujar Melody sambil menggerak-gerakkan kakinya yang memakai bawahan kain panjang yang agak sempit hingga mengganggu jalannya, tak bisa melangkah dengan cepat. “Mau gue gendong?” tanya Alfa penuh usil. “Ih, ogah.” “Trus mau elo gimana?” “Elo jalannya jangan cepet-cepet dong, gue capek ngikutinnya.” Alfa terkekeh menyadari kesalahannya. Lembut di usapnya kepala Melody, kemudian di rangkulnya bahu gadis itu. Perlahan mereka mulai kembali berjalan. “Berasa jalan sama nenek-nenek, deh.” “Nenek-nenek cantik, nggak malu-maluin kok di ajak jalan.” “Iya untun
Pada akhirnya proyek property perusahaan Fendy Atma yang bekerjasama dengan perusahaan Bimo di serahkan penanganan sepenuhnya ke tangan Melody. Fendy hanya memantau dari balik layar jika Melody membutuhkan masukan atau saran dari dirinya. Selain bisnis property, bisnis eksport import yang juga menjadi andalah bisnis Fendy sebagian besar urusannya juga sudah mulai di serahkan ke tangan putri tunggalnya ketika lelaki itu menilai bahwa Melody bisa memegangnya dengan baik.Untuk dua kepercayaan yang Fendy serahkan kepada Melody, salah satunya menjadi alasan bagi gadis itu untuk segera menuju ke kantor pusat perusahaan Bimo pada hari ini. Bos dari perusahaan itu mengundangnya untuk datang meeting di perusahaan mereka.Melody sudah berada di parkiran mobil hendak berangkat ke kantor Bimo ketika sebuah suara terdengar mengajaknya bicara.“Elo berangkat sama gue aja, Mel,” ajak Bimo yang mendekatinya sambil memegang beberapa map.“Kok elo ada di
Beberapa hari tak ada yang berubah dengan sikap Alfa kepada Melody setelah kejadian Melody bersama Bimo yang berjudul insiden meeting kala itu. Alfa tak mengungkitnya. Melody sendiri enggan membahasnya, karena sejujurnya dia bingung harus bersikap bagaimana. Petuah sisil untuk meminta maaf pada cowok itu belum dia laksanakan. Meski sudah ada komitmen yang agak manis di antara keduanya, tapi sepertinya rasa enggan dan tengsin masih mendominasi dalam keseharian mereka. Melody menunggu Alfa mengungkitnya. Dengan begitu dia akan memiliki kesempatan untuk berbicara menjelaskan sekaligus minta maaf padanya. Tapi dia tunggu berapa lama-pun tak nampak hilal pembicaraan mengenai masalah itu bakal terluncur dari bibir Alfa. Seperti biasa, Alfa nampak diam dan tak acuh seperti tak terjadi apapun.Dengan diam Alfa yang sudah menghabiskan makanannya memperhatikan Melody yang sedang menunduk makan di depannya. Tak banyak percakapan tercipta di antara keduanya. Siang ini mereka memutuskan u
Melody masuk ke ruang kerja Fendy dengan wajah tertekuk."Nah ini Melody, kebetulan kamu kesini," sapa Fendy kepada putri semata wayangnya begitu tubuh mungil itu melewati pintu, masuk dan duduk di kursi sebelah Bimo. Bimo menyambutnya dengan senyuman yang tak terbalas oleh Melody karena fikiran gadis itu tengah sibuk pada acara Alfa yang pamit keluar kantor."Ada apa, Pak?" tanya Melody dengan bahasa formalnya. Di dalam kantor emang dirinya membiasakan bersikap profesional, meski kalau di rumah jangan di tanya seberapa manjanya dia pada papa kesayangannya."Pak Bimo lagi jelasin jalannya proyek yang akan kita tangani mulai minggu depan. Pak Edward sudah deal dengan semua rencana kita, nah karena ini sudah mulai awal kamu yang pegang, jadi untuk koordinasi dalam perjalanan proyeknya nanti sebaiknya kalian lanjut urus berdua. Kecuali ada permasalahan yang membutuhkan masukan saya, Melody bisa konfirmasi supaya bisa bantu diskusikan ulang dengan Pak Edward d
Alfa baru saja tiba di kantor perusahaan Fendy Atma ketika jam istirahat tiba. Setengah hari ini dia menghabiskan waktunya karena ada meeting di perusahaan Angkasa. Lebih tepatnya sejak beberapa hari lalu kurang lebih semingguan. Jika tidak terbebani rindunya kepada Melody mungkin dia hanya akan menghabiskan hari kerjanya di kantor papanya. Tapi sudah beberapa hari ini dia ijin ngantor di perusahaan Angkasa karena adanya persiapan dan pelaksanaan rapat umum pemegang saham di sana. Setelah mengenal dunia usaha yang nyata, Alfa tak tega meninggalkan orang tuanya sendirian menghadapi jajaran direksi dan para pemegang saham besar dengan beragam karakter yang ada. Ada yang baik, ada yang culas. Ada yang diam menurut dan ada yang vokal dan frontal. Seperti biasa, akan banyak pertanyaan dan banyak tuntutan di dalam rapat. Hingga akhirnya kemarin sore semua terselesaikan dengan baik, dan hari ini dia tinggal bantu merapikan laporan bersama papa dan orang-orang kepercayaan papa di kantornya.
Dua mobil beriringan masuk ke halaman luas sebuah vila yang cukup besar dan mewah di kawasan puncak. Vila dua lantai milik keluarga Alfa, bercat putih dengan arsitektur modern yang terlihat paling besar di antara bangunan lain di sekelilingnya. Tak salah vila ini jadi pilihan karena keluarga Alfa adalah pencetus awal acara liburan bersama akhir tahun ini. Begitu turun dari mobil dua keluarga itu segera saling menyambut. Nela dan Meira saling berpelukan, begitupun Melody yang mendapat pelukan hangat dari Nela. Rudi bersalaman dengan Meira dan Fendy, kemudian memeluk hangat Melody selayaknya putri kandungnya yang lama tak berjumpa. “Sehat selalu, Sayang?” sapa Rudi begitu melepas pelukan singkatnya kemudian mengusap lembut kepala Melody. “Sehat selalu, Om,” jawab Melody sambil tersenyum. “Kak Mel,” sapa Boy yang mendekat ke arah gadis itu setelah salim pada kedua orang tua Melody. “Hai Boy, tambah tinggi aja, lo,” sapa Melody sambil mengacak ram
Melody bertahan pada posisi berdirinya, menatap tak percaya sosok yang malam ini berada di kamarnya. Tubuh tegap yang hanya berbalut kaos warna gelap tanpa lengan dengan bawahan celana pendek yang pada akhirnya menampilkan pemandangan langka seorang Alfa yang berkulit putih bersih. Pemandangan langka yang baru sekali ini dia lihat dari cowok itu. Melody merasa malu menyaksikannya, tapi keterkejutannya justru membuat dia tak mengalihkan pandangan dari cowok yang duduk diam di pinggir ranjangnya. Jika boleh jujur, Alfa pun merasakan hal yang sama. Baju minim Melody yang nampak halus dan elegan melekat pas di tubuh mungil ramping dan putih itu saat ini sangat mengganggu fikirannya. Secuek apapun dirinya, dia tetaplah lelaki normal yang memiliki hasrat. Selama ini dia fine melihat penampilan Melody di rumah yang seringkali mengenakan t-shirt santai dan celana hotpants yang seringkali memamerkan kulit mulusnya. Dia sudah terbiasa melihat pemandangan seperti itu karena di luar san
Melody tengah membantu Pak Mat menyiram bunga ketika orang-orang kembali dari acara jogging pagi itu. Boy segera berlari menghampiri calon kakak iparnya yang pagi ini nampak cantik dan seksi dengan rok mini santai di atas lutut. “Kak Mel udah baikan?” tanya Boy dengan nada khawatir. “Udah mendingan, kok,” jawab Melody sambil tersenyum. Namun sepertinya Boy tak percaya begitu saja. Dia menoleh ke arah mamanya dan mama Melody yang baru tiba. “Eh Sayang, badan kamu sudah enakan?” tanya Nela yang mendekat dengan raut wajah penuh kekhawatiran. "Mel udah baik-baik aja, Tante," jawab Melody sambil tersenyum meyakinkan. “Tante Mei, Kak Mel kalau sakit apakah suka bohong?” tanya Boy yang sengaja bertanya pada Meira karena merasa perempuan itu adalah yang paling mengenal putrinya di banding orang lain. Tiga lelaki dewasa lainnya yang baru datang hanya duduk-duduk di teras vila menyimak percakapan pagi itu. Meira tersenyum dan mengangguk ke arah
Entah berapa jam Melody tak sadarkan diri dia tak mengetahuinya. Ketika matanya terbuka dia hanya menyadari bahwa kini sedang tidak berada di kamarnya. Sebentar memutar bola matanya hanya ruang kamar serba putih yang di lihatnya. Bau obat menyeruak ke indera penciumannya dan tepat di pergelangan tangannya dia merasakan ada rasa menekan dengan sedikit nyeri. Sebentar segera dia coba menggerakkan tangan dan mengangkatnya. Yang di lihatnya pertama kali adalah selang bening kecil, dan ternyata yang membuat pergelangan tangannya terasa tertekan dan nyeri adalah jarum yang menancap di situ, secara reflek Melody mendongak ke atas melihat kantong infus berisi tinggal separuh yang tergantung di situ. Perlahan ingatan Melody kembali, tentang bagaimana pada akhirnya dia bisa berada di sini. Tak salah lagi, ini adalah rumah sakit. Dengan gerakan lemahnya spontan dia mengelus perut ratanya yang sedikit masih terasa nyeri. Matanya memanas, entah kenapa dia merasakan kehilangan bahkan pada
Sebulan berlalu dari semua kejadian dan kisah tentang Bimo. Cowok itu akhirnya harus merasakan indahnya tinggal di dalam penjara, kasusnya cepat di putuskan karena banyak saksi dan diapun cukup kooperatif tak banyak perlawanan ataupun sanggahan atas tindak kejahatannya. Tak hanya kasus melukai Melody dan Alfa, dia terjerat juga kasus penggunaan narkotika. Di luar itu, ternyata Bimo juga terjerat kasus penggelapan uang perusahaan. Karena begitu urusan pekerjaan yang biasanya di pegang oleh Bimo di alih tangankan kepada orang lain nampak banyak kejanggalan pada laporan aliran keuangan. Terutama keuangan perusahaan Pak Edward yang masuk ke perusahaan Fendy Atma. Setelah di telusur lagi oleh tim forensik kepolisian, di temukan Bimo tak main sendiri, dia di bantu oleh Alisa, perempuan berstatus kekasih tersembunyi Bimo yang bekerja di bagian keuangan perusahaan Fendy Atma. Melody hanya menatap sedih gadis bernama Alisa yang sampai bersujud memohon ampun atas kesalahannya. Namun u
Melody telungkup di sisi ranjang tempat tubuh Alfa tak sadarkan diri. Sebentar pun dia tak mau meninggalkan lelaki yang sama sekali belum membuka mata semenjak kemarin di bawa ke rumah sakit, masuk ruang operasi sampai dengan di pindahkan ke ruang observasi khusus dengan campur tangan kekuasaan uang atas keinginan keluarga. Mimpi buruk seolah mengejar Melody setiap kali matanya terpejam, hingga menjadikannya bertahan berusaha membuka mata. Tangannya menggenggam erat tangan Alfa, doa tak henti dia panjatkan berharap tiba-tiba tangan itu bergerak balik menggenggam erat tangannya. Hampir dua puluh empat jam belum ada tanda-tanda bahwa Alfa akan tersadar, semua peralatan medis lengkap yang di butuhkan berada di kamar yang cukup luas ini.Meira, Nela, Fendy, Rudi, Boy, Rheiga, Sisil dan Kevin berjaga di luar. Bergantian mereka keluar masuk ruang berusaha membujuk Melody supaya bersedia untuk istirahat sejenak meredakan lelah dan setresnya. Tak henti meyakinkan gadis itu bahwa Alfa
Melody masih mengikuti langkah Bimo yang memperlakukan dirinya sebagai tawanan. Dirinya benar-benar tak habis fikir bagaimana seorang Bimo nekat melakukan kejahatan seperti ini di kondisi sekarang. Sama sekali tidak mempertimbangkan keadaan yang bisa saja tidak berpihak padanya. "Mas Bimo, sadarlah, tindakan Mas Bimo ini tidak benar, berbahaya," Melody masih berusaha bersikap baik menyadarkan cowok ini. Di apa-apain juga, selama bekerjasama dengannya dia selalu menampakkan sikap baik di depannya. Urusan sikap dia itu asli atau palsu, buat Melody saat ini tak jadi soal. Dia hanya ingin selamat dan tidak terjadi apa-apa dengan dirinya dan Bimo, apalagi dengan tindakan-tindakan kekerasan. "Selama ini aku sudah berusaha bersikap benar tapi hal itu tak pernah nampak di mata dan hati kamu, Mel. Hari ini, nggak ada salahnya kan aku sekali berbuat tidak benar tapi pada akhirnya bisa memiliki hidup bersama kamu. Setelah ini kita akan menikmati indahnya surga dunia bersama, Me
Meeting di hari kedua lebih seru dari hari kemarin. Lebih banyak hal dan permasalahan di masing-masing grup yang di bahas pada hari ini selain dari perwakilan masing-masing grup yang harus menyampaikan laporan pertanggungjawaban kuartal satu. Dan tepat mulai jam tiga sore, beberapa kolega yang merupakan tamu undangan mulai di ikutkan masuk ke forum. Termasuk Pak Edward dan sesuai prediksi Alfa, Bimo nampak hadir juga saat ini. Semenjak seseorang yang sedang Alfa waspadai itu masuk ruang, tak hentinya mata cowok itu menatap tajam ke arah Bimo tanpa sungkan-sungkan lagi tak memikirkan apakah cowok itu akan merasa atau tidak jika ternyata sedang di lihatnya. Alfa sengaja memperhatikan setiap gerak gerik Bimo yang sering mencuri pandang ke arah Melody padahal saat ini gadisnya itu banyak diam karena di sesi ngobrol bersama kolega ini para peserta meeting lebih banyak berbincang dengan Pak Fendy selaku Presdir Fendy Atma Group. Setelah penuh dengan diskusi seru antara pes
Melody sedang berada di ruang kerja Fendy bersama Dista. Mereka membahas rencana meeting direksi kuartal pertama tahun ini yang biasanya di adakan dengan menginap di sebuah cottage atau hotel sekaligus untuk refreshing karyawan di sepertiga tahun pertama. Yang bertujuan untuk menjaga semangat kerja para pejabat perusahaan supaya tetap fresh dalam memimpin dan mempertahankan kinerja terbaik di masing-masing bagiannya. “Jadi gimana, Dis, budgetnya apakah sudah fixed semua?” tanya Fendy pada Dista. “Sudah, Pak. Tadi sudah saya serahkan kepada Alisa supaya di aturkan booking ball room beserta kamar-kamarnya,” jelas Dista. “Berapa total pesertanya nanti?” tanya Fendy selanjutnya. “Total 7 orang direktur di tambah 16 orang manager, Pak,” jawab Dista sambil melihat catatan anggaran budgetnya. “Baik, nanti hitungkan sekalian seperti biasa buat kita, kamu ajak putri dan suami kamu juga, kan? Kasian di tinggal sibuk terus sama kamu,” ujar Fendy sambil t
Begitu Melody menyusul Boy ke lantai dua, Rheiga segera berjalan ke arah kamar tamu yang terletak tak jauh dari ruang keluarga. Di sofa ruang keluarga tempat biasanya di pakai untuk nonton tivi bersama, nampak Alfa dan Hesta yang sedang duduk berdua. Rheiga menahan langkahnya dan berlindung di balik almari hias tempat pajangan pernak pernik koleksi Nela. Dari tempat itu terdengar jelas pembicaraan Hesta dan Alfa.“Al, kamu sungguh bisa maafin kesalahanku, kan?” rayu Hesta tak ubahnya gadis SMA yang mau di putuskan oleh pacarnya. Entah hilang kemana urat malu perempuan itu yang pada hari ini masih nekat untuk menemui lelaki yang kemarin jelas-jelas menolaknya.Alfa diam sambil menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.“Al, aku mohon, aku tahu kamu marah sama aku, tapi aku tahu hatimu tak sejahat itu ke aku. Apapun yang kamu katakan ke aku di rumahku kemarin bagiku tak lebih dari emosi kamu saja,” lanjut Hesta dengan nada penuh hiba. Menu
Minggu pagi yang cerah. Rheiga dan Alfa sedang duduk santai di pinggir lapangan basket komplek perumahan Alfa. Pagi-pagi tadi Rheiga menyusulnya, mereka menghabiskan waktu bersama dengan jogging menikmati kebersamaan pertemanan mumpung Rheiga sedang tak ada job. Sesuatu hal langka yang terjadi pada Rheiga dan Alfa di hari minggu. Aktifitas pagi mereka awali dengan jogging dan berakhir di sport center komplek perumahan. Ikut tanding basket sebentar bersama klub lokal komplek yang kebetulan sedang menggelar latihan bersama. Sambil beristirahat mereka membahas beberapa hal dan terutama tentang kejadian yang masih hangat kemarin. Tentang Hesta dan Melody. "Jadi elo jalanin rencana sesuai obrolan kita kapan hari?" tanya Rheiga pada Alfa. "Iya, dan sepertinya dugaanku tak meleset jauh, Bimo nampak begitu gencar dan lebih antusias mendekati Melody. Gue hanya perlu menangkap basahnya saja sebagai bukti." "Yang penting elo dan Melody harus tetap hati-hati, kar
Semenjak insiden Alfa dan Hesta pada hari itu, sepertinya Bimo benar-benar merasa peluang untuk mendekati Melody lebih terbuka lagi. Seperti yang dia lihat untuk waktu saat ini, jika dulu hubungan Alfa dan Melody nampak begitu baik dengan hal nyata bahwa Alfa tak segan menunjukkan perhatiannya untuk Melody di depan publik, yang terjadi sekarang adalah kebalikannya. Mereka berdua nampak saling diam. Melody memasang sikap cueknya, nampak begitu acuh dengan Alfa. Pun begitu dengan Alfa, yang ikut mendiamkan Melody dengan tak banyak mengajaknya bicara. Hanya satu dua kata saja mereka nampak bertukar suara, dan itupun tentang kerja. Tak banyak yang tahu rencana mereka berdua, hanya Dista satu-satunya yang mengerti semua cerita tentang Melody. Itupun Melody sampaikan di luar jam kerja, ketika mereka memutuskan pulang kerja bersama dan shoping bersama. Jika saja Dista tak melihat kejadian di ruang Melody pagi harinya, mungkin dia pun termasuk dalam orang-orang yang tidak akan Melod