Beranda / Fantasi / Legenda Sang Immortal / Bab. 1. Melawan Takdir

Share

Legenda Sang Immortal
Legenda Sang Immortal
Penulis: Master KidOO

Bab. 1. Melawan Takdir

Penulis: Master KidOO
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Suasana mencekam dan hawa kematian yang sangat mencekik telah menenggelamkan langit. 

Fang Han benar-benar terfokus seluruhnya pada kesengsaraan surgawi yang akan datang. Kilatan petir dengan berbagai warna terlihat indah di langit, itu saling menggulung dan menerkam seperti ular besar.

Saraf dan seluruh tubuh Fang Han terasa menegang. Hingga urat-urat lengan dan leher terlihat menonjol. Hawa murni di dalam tubuh dikonsentrasikan dengan panik gila. Si Pemuda bahkan membuat lapisan tebal dari hawa murni yang membentuk besi hitam mengelilingi tubuh.

Pada saat itu, dia sudah merasa siap untuk menghadapi kesengsaraan surgawi.

“Kesini, datanglah!”

Fang Han membuka mata dan melihat ke arah langit yang gelap. Tidak dapat menahan diri untuk berkata-kata di dalam hati. “Apakah kekuatan yang Anda kumpulkan belum cukup?!”

Ekspresi wajah Fang Han terlihat pahit. Menertawakan keberuntungannya yang jelek. Itu benar-benar kesengsaraan surgawi yang tidak diharapkan.

Iya, bagaimana mungkin ia tidak menjadi kesal? Pada saat itu, area dalam jarak satu lie juga dengan cepat telah dikerumuni oleh berbagai kalangan pembudidaya.

Wajah Fang Han semakin cemberut, dia tidak punya waktu untuk memikirkan orang-orang yang berkerumun dalam jarak satu lie.

Langit yang hitam melonjak dengan dahsyat dalam kegelapan yang tidak berujung. Hawa kematian yang ia bawa terasa sangat dingin. 

Chii!! ….

Jedddaaarrr!! ….

Ledakan guntur mematikan menyambar. Cahaya perak membelah langit dan bumi terlihat dengan mata kepala. Menerangi seluruh cakrawala yang tertutup awan gelap.

Busur perak terbentuk, seperti ribuan prajurit yang siap berperang. Itu telah memporak-porandakan seluruh hutan dan pegunungan.

Itu sangat kejam dan tanpa ampun. Seolah-olah benda apa saja yang dilintasi oleh cahaya perak tersebut akan hancur dan meninggalkan butiran debu hitam kecil.

“Ha ha ha! …” Tawa keras terdengar memekakkan telinga. Kesombongan terdengar jelas dari tawa itu. Fang Han dengan pakaiannya yang compang camping, kembali menantang petir. “Tidak cukup. Anda sangat lemah. Lagi! ….”

Fang Han seolah-olah tidak takut dengan hawa kematian yang dibawa oleh petir kesengsaraan surgawi.

Di sisi lain, dalam jarak satu lie. Praktisi yang baru saja datang karena melihat anomali ini tercengang. Mereka hanya bisa menggelengkan kepala. “Surga! Dia telah gila, ini pertama kalinya aku melihat orang yang berani menantang petir kesengsaraan surgawi seperti itu.”

Di sana Fang Han berdiri dengan gagah, petir pertama telah dilalui dengan baik. Dia seperti naga yang menantang langit, rambut si Pemuda awut-awutan. Dia benar-benar tidak gentar sama sekali.

Kesengsaraan surgawi belum usai. Langit masih sangat gelap, bahkan ini lebih gelap dari sebelumnya.

Bergetar!! ….

Jeddaarr!! …. 

Garis perak lainnya kembali melesat dan membelah langit. Petir kesengsaraan surgawi kedua turun.

Fang Han berdiri dengan tangan terkepal erat meninju ke arah langit. Melawan garis perak petir ganas yang mengalir seperti banjir memecah bendungan.

Tidak ada seorangpun yang berpikir bahwa si Pemuda akan berhasil melewati petir kesengsaraan surgawi yang ganas. Bisa melawan tekanan itu saja sudah dapat dikatakan beruntung. 

Namun, Fang Han sekarang dengan gila coba menantang dan bertarung melewati petir itu. Ini benar-benar pemandangan yang hanya terjadi sekali dalam ribuan tahun.

Setelah pertarungan sengit, petir kedua telah berhasil dilewati.

Fang Han tertawa putus asa. Tubuhnya yang kokoh bergetar keras seolah-olah tidak dapat berdiri lagi, hanya tekad yang kuat mendorongnya untuk terus keras kepala. “Huh, ini masih lemah! … Lagi!”

Padahal itu baru petir kedua. Ini sama halnya dengan tingkatan pada ranah kultivasi. Ada sembilan tingkatan pada setiap ranah, begitu juga dengan kesengsaraan surgawi. Fang Han harus bisa melewati sembilan tingkat dari sambaran petir.

“Semakin tinggi tingkat petir semakin gila saja, ini sangat menakutkan. Bagaimana untuk yang ketiga dan seterusnya?” Fang Han berkata pada diri sendiri dan menyadari bahwa dia akan melawan tujuh kali sambaran lagi. 

Tatapan mata si Pemuda masih melihat ke awan yang menggulung tebal dengan badai hitam dan kilatan-kilatan petir. Menunggu sambaran ketiga dengan putus asa.

Kultivator lain dengan ranah kultivasi lebih rendah yang menonton terpaksa mengambil jarak semakin jauh. 

Sementara orang-orang kuat di Ranah Formasi Inti Tingkat Sembilan coba bermeditasi. Harapan mereka untuk dapat memperoleh sedikit pemahaman dari kesengsaraan surgawi yang dialami Fang Han.

Langit hitam semakin ganas, memberikan perasaan penindasan pada mental dan kemauan semua orang di tempat itu. Kilatan badai petir bergerak seperti naga di dalam awan hitam yang tebal. Seolah-olah terus mengumpulkan energi.

“Surga!! ... Apakah ini masih bisa disebut dengan kesengsaraan surgawi?!” 

Para pembudidaya lain tentu sudah tidak berani memahami akan anomali ini. Mereka hanya menonton dan menonton, dengan kulit kepala yang terasa mengeras. Itu terlalu penuh dengan hawa kematian.

Fang Han masih berdiri, setelah menerima dua sambaran awal. Ekspresi si Pemuda terlihat semakin pahit. Hawa murni di dalam tubuh bergolak, mengamuk seperti lautan yang dikacaukan oleh badai.

Fang Han kesusahan mengontrol hawa murni di dalam tubuh sendiri. Dia menggigit bibir, dengan perasaan dipenuhi rasa pemberontakan.

“Anda ingin membunuh, Raja ini? Datanglah!” Fang Han meraung—provokasi terhadap kesengsaraan surgawi.

Kelakuan Fang Han itu membuat para kultivator lain di sana semakin menggelengkan kepala. “Dia berusaha untuk menjadi kuat di tengah suasana putus asa.”

“Ya, bakat yang sangat jarang dijumpai. Orang-orang dengan kriteria seperti dirinya sangat jarang ada yang hidup lama.”

“Benar, bukan saja dia dicemburui oleh para pembudidaya, bahkan langit juga akan menolak kehadiran eksistensi seperti dirinya.”

Para pembudidaya yang ada di sana mulai berbicara dengan sesama mereka dan bertanya-tanya dengan menggunakan indra spiritual. “Apakah dia ingin segera mati? Lihatlah bagaimana keadaan langit di kesengsaraan surgawi ini. Bagaimana anak ini akan melewati tujuh sambaran lain?”

“Lupakan saja! Dia memang mencari kematian. Lagipula, anak muda itu sangat menyadari bagaimana ganasnya kesengsaraan surgawi yang dia alami—”

Percakapan mereka terpotong. Masing-masing dari para pembudidaya itu kembali fokus ke area kesengsaraan surgawi. Petir ketiga telah turun dan menghantam Fang Han.

Jeddarr!! ….

Ledakan keras yang mengguncang langit dan bumi terjadi. Rune petir yang turun kali ini benar-benar mengambil bentuk naga raksasa. Dengan panjang hingga dua lie.

Pembawaan dari rune petir itu seolah-olah dapat menelan matahari dan menghisap bintang-bintang. Mendatangkan perasaan rendah diri bagi setiap makhluk di bawahnya.

Fang Han merasakan dingin di tengkuk. “Jika tidak dapat bertahan, aku benar-benar akan mati.” Dia menghadapi petir itu dengan raut wajah hitam membesi. Ada kekerasan tekad dalam diri si Pemuda. “Datanglah!”

Segel tangan dengan cepat dibentuk. Fang Han berteriak dengan keras. “Teknik Jari Menekan Bintang!”

Ini adalah teknik luar biasa yang sering diandalkan Fang Han untuk menghadapi kekuatan yang lebih kuat dari dirinya. Teknik ini juga akan menciptakan anomali di langit, seolah-olah langit terbelah.

Namun, hari ini pembawaan dan penindasan yang muncul dari Teknik Satu Jari Menekan Bintang kali ini tidak muncul. Itu seperti telah kalah dan tunduk kepada kesengsaraan surgawi. 

“Sial! Bahkan teknik ini juga tidak dapat digerakkan dengan sempurna.” Fang Han hanya dapat menggerutu di dalam hati, dan semakin putus asa dengan kondisinya saat ini. “Lalu, kenapa jika tidak bisa? Aku tidak akan menyerah!”

Bisakah si Pemuda selamat dari kesengsaraan surgawi yang ganas ini? Apakah dia memiliki kesempatan untuk terus hidup?

Bab terkait

  • Legenda Sang Immortal   Bab. 2. Petir Yang Membunuh

    Bayangan jari emas dan petir kesengsaraan surgawi segera beradu dengan sengit di udara. Ledakan keras terdengar dan mengguncang seluruh pegunungan. Petir itu memang terlalu ganas, bayangan jari yang dilepaskan Fang Han tidak dapat menghentikan petir itu. Bayangan jari emas retak dengan cepat dalam penglihatan mata. Fang Han hanya bisa memanfaatkan tubuh fisiknya yang kuat untuk menahan gelombang petir surgawi itu.Boom! ….Busur perak dengan kejam menghantam si Pemuda. Ribuan rune petir yang telah bergabung dan membentuk wujud naga melaju ke arah Fang Han dengan mulut yang terbuka lebar. Itu kejam dan penuh dengan hawa pembunuh.Praktisi lain yang ada di tempat tersebut mengernyitkan dahi, dan berkata di dalam hati, “Anak muda itu pasti mati sekarang. Siapa juga dari praktisi Ranah Formasi Inti yang dapat bertahan terhadap serangan penghancur dari busur petir seperti itu?”Namun, apa yang terlihat di mata sebagian orang tidak sama dengan apa yang dapat diperhatikan oleh orang lain.H

  • Legenda Sang Immortal   Bab. 3. Enyah!

    Fang Han menggigit bibir dengan raut wajah yang sangat masam. Dia sangat menyadari kristal inti emas yang beberapa waktu lalu baru terbentuk, dan sekarang harus secara paksa dihancurkan kembali.“Sial! Aku benar-benar tidak rela!” Gigi si Pemuda bergeletuk menahan amarah.Kesengsaraan Surgawi ini tidak ada unsur kehidupan sama sekali. Itu adalah pembunuhan dan hukuman mati bagi kultivator.Fang Han yakin jika ia berada di Alam Tiga Puluh Delapan Provinsi Dao Surgawi sejak dia mulai berlatih—Tingkat Pertama di Ranah Pemurnian Qi—dia pasti dapat melewati kesengsaraan surgawi yang bersifat membunuh ini. Ya, pada akhirnya dia hanya dapat berpuas diri karena merupakan pendatang di alam ini. Seberapa besar pun keberuntungannya, bakatnya yang melengkung, dan kecerdasannya. Hal-hal itu semua tidak akan dapat mengubah fakta dari perkara yang pertama—seorang pendatang.Kristal Inti Emas yang retak, secara perlahan hancur. Kekuatan dari kesengsaraan petir surgawi terlalu besar. Tidak perlu ber

  • Legenda Sang Immortal   Bab. 4. Bisnis Orang Tamak

    Seiring dengan perkataannya, Fang Han juga mengayunkan lengan dengan sedikit True Qi yang disalurkan melalui ayunan tersebut.Wuss!! ....Hawa lembut menerpa dan mendorong orang yang coba menghentikan langkah kaki si Pemuda. Pembudidaya itu terlihat sedikit kesal, dan balas berteriak. “Anda berani melawan kehendak Lin Feiyang?! Orang yang gagal, masih tidak bisa melihat jalan ke neraka.”Lin Feiyang melesat ke atas dan melepaskan pukulan tangan kosong dengan keras. Hawa panas menerpa ke arah Fang Han. Ada cahaya hitam pekat membentuk garis lurus di sana. Itu seperti cahaya dari pedang kegelapan.Cara Lin Feiyang membalas juga tidak kalah santai dari Fang Han. Si Pemuda tidak mengharapkan orang yang menjadi lawannya begitu meremehkan dan menganggap dirinya enteng.Dua hawa pukulan beradu di udara, pakaian dari Lin Feiyang berkibar. Sementara Fang Han yang berdiri kokoh, terdorong mundur satu langkah.Hanya adu tenaga dalam kecil dan ringan itu sudah menjelaskan bahwa Fang Han telah ka

  • Legenda Sang Immortal   Bab. 5. Apakah Anda Ingin Bermain Kecapi?

    Melihat sosok Fang Han yang terhempas seperti layangan putus. Lin Feiyang menyeringai penuh penyesalan. “Sial, aku terlalu menikmati pertarungan. Pukulan tadi benar-benar terlalu keras.”Lin Feiyang tentu tidak tahu banyak hal yang telah berubah dalam tubuh Fang Han. Hal itu pula yang membuat dia meremehkan Fang Han.Namun, Lin Feiyang tidak larut dalam penyesalan. Dia bergerak cepat mengejar sosok tubuh Fang Han yang terhempas. Meskipun itu seonggok mayat, kesadaran spiritual masih bisa dilacak.Ya, pada kenyataannya Fang Han belum mati sama sekali. Itu adalah fakta bahwa Fang Han terhempas jauh. Namun, tubuh si Pemuda sangat lah kuat meskipun arus True Qi di dalam tubuhnya mengaduk dan bergejolak tidak jelas arah.Fang Han berada di antara sadar dan tidak sadar. Ketika siluet Lin Feiyang sekali lagi hampir benar-benar menangkap dirinya, Fang Han tidak peduli lagi pada hidupnya sendiri. Lagi pula tepat di belakang tubuh Fang Han ada jurang dalam.Fang Han memfokuskan seluruh tenaga d

  • Legenda Sang Immortal   Bab. 6. Huang Liong

    Begitu jari-jari dari laki-laki paruh baya itu diangkat dari tubuh Fang Han. Si Pemuda menjerit dengan keras.Itu seperti ada ribuan semut yang bergerak di meridian-nya dan memakan semua True Qi yang ada di dalam tubuh.Laki-laki paruh baya tidak peduli dengan penderitaan Fang Han. Secara samar dia bergumam, “Meridian mengalami pembengkakan. Dantian hampir tidak dapat digunakan untuk menampung hawa murni. Spirit Root yang dikunci. Dengan kondisi tubuh seperti itu ... Aku sendiri bahkan akan menyerah dari jalan seorang kultivator.”Dia menghela nafas sejenak, dan melanjutkan perkataan, “Beruntung, tubuh Anda sangat kuat, bahkan ini setara dengan artefak kelas rendah. Juga, Akar Spritual anda dikunci di dalam dantian sejak Anda masih kecil. Ini hanya membuktikan, Anda memiliki Akar Spritual yang sangat kuat. Bahkan tubuh Anda tidak dapat menanggungnya.”Fang Han hanya bisa mendengar samar-samar setiap untaian kata yang keluar dari mulut laki-laki paruh baya itu. Fang Han terlalu sibuk d

  • Legenda Sang Immortal   Bab. 7. Dua Pekan Pemulihan

    Waktu berputar, hari-hari yang dilalui Fang Han sebagian besar dihabiskan untuk memetik harpa. Sebagian lainnya digunakan untuk menyehatkan tubuh. Ya, tentu saja Fang Han belum dapat menggunakan tenaga dalam. Itu masih sebatas tenaga otot.Huang Liong melarang Fang Han untuk langsung pada percobaan Musik Sembilan Lautan Penenang Jiwa. Berlatih lagu itu secara acak hanya akan mengakibatkan luka tenaga dalam Fang Han semakin berat.Fang Han berdamai dengan keadaan. Dia patuh dan tidak menjadi tergesa-gesa. Setelah hari berganti hari, hingga satu pekan terlewati dengan cepat.Dasar-dasar dari cara memetik harpa telah dikuasai Fang Han. Saat ini, Huang Liong telah menyuruh Fang Han untuk mulai memetik dengan nada dari Musik Sembilan Lautan Penenang Jiwa.Itu memang terasa perlahan, namun ada kepastian yang nyata dari teknik harpa tersebut. Fang Han dapat merasakan ketenangan dan penyembuhan sedikit demi sedikit pada meridian-nya yang membengkak. Akan tetapi, Huang Liong juga dengan tega

  • Legenda Sang Immortal   Bab. 8. Prefektur Shu

    Huang Liong tersenyum cerah. Ini menjadi sangat mudah berbicara dengan Fang Han. Anak laki-laki ini orang yang cerdas dan mudah memahami arah dari pembicaraan.“Anda mungkin tidak menyadari bahwa kedua Akademi yang aku pilih merupakan tempat dengan pendidikan yang baik bagi kultivator. Namun kepribadian Anda menjadi pertimbangan lain bagiku untuk memilih Akademi Api Surgawi—” Huang Liong dengan sengaja menghentikan perkataan. Dia telah melihat Fang Han sedang memikirkan sesuatu.Pemahaman muncul dalam benak Fang Han dan ia menyambung perkataan Huang Liong dengan pertanyaan. “Apakah maksud senior, ini terkait dengan keterampilan Alkimia?”Senyum Huang Liong semakin cerah, ia menganggukkan kepala dan menjawab, “Itu benar demikian. Anda terbiasa dengan keterampilan Alkimia. Tapi, aku yakin teknik Alkimia yang Anda kuasai pasti di tahap mendasar. Teknik Alkimia di tempat Anda berasal tentu berbeda dengan Teknik Alkimia di Alam Tiga Puluh Delapan Provinsi Dao Surgawi ….”Huang Liong tidak

  • Legenda Sang Immortal   Bab. 9. Tidak Perlu Menggunakan True Qi

    Fang Han membenarkan ide yang muncul di dalam pikirannya dengan tindakan nyata. Dia bergerak mencari-cari pembudidaya yang terlihat ramah dan mudah untuk diajak berbicara.Meskipun budidaya yang dikultivasikan Fang Han telah menurun secara signifikan. Akan tetapi, berada di Ranah Pendirian Yayasan masih lebih baik dari pada berada di Ranah Pemurnian Qi.Itu terbukti, bahkan Fang Han bukan siapa-siapa di kota ini, namun, hanya beberapa saat setelah dia mencari-cari pemandu. Salah seorang pembudidaya Ranah Pemurnian Qi telah mendatangi Fang Han. Ya, itu tentu dalam sikap penuh dengan menjilat kaki. Berharap mendapatkan keuntungan dari Fang Han.Dia seorang pemuda, dengan gerak gerik halus. Jika dilihat dari raut wajah, Fang Han dapat memperkirakan usia pembudidaya itu tidak lebih dari dua puluh enam tahun. Sedikit lebih tua dibandingkan dengan Fang Han.Pembudidaya Ranah Pemurnian Qi itu tidak ragu menyapa Fang Han. “Paman Guru, Anda terlihat kebingungan dengan situasi di kota ini. Apak

Bab terbaru

  • Legenda Sang Immortal   Bab. 105. Menebas Lin Feiyang

    Kalkulasi yang dilakukan Fang Han sangat tepat, dia hanya butuh menonton dengan sabar.Di gelanggang pertempuran, delapan Pembudidaya Ranah Yayasan Inti Tingkat Pertama—termasuk Lin Feiyang membuat Formasi Bagua/Patkwa—Formasi Segi Delapan.Ini merupakan formasi pertarungan yang digunakan untuk memperkuat barisan mereka. Baik itu pada saat menyerang maupun bertahan.Akan tetapi, Beruang Salju Berbulu Landak benar-benar tangguh. Menjadi binatang iblis yang telah berhasil naik ke periode kesengsaraan tingkat lima benar saja bukanlah binatang iblis biasa.Dia tentu saja telah memperoleh kesadaran spiritual yang membuat binatang tersebut semakin cerdas. Bahkan jika dia benar-benar ingin, Beruang Salju Berbulu Landak ini bisa saja mengambil wujud manusia sehingga keunggulannya dalam pertarungan akan semakin besar. Tapi, binatang ini tidak melakukan hal itu dan memilih bentuk tubuh beruang dalam pertarungan. Itu terlihat brutal dan primitif, akan tetapi jika seseorang yang berpikiran luas

  • Legenda Sang Immortal   Bab. 104. Bertemu Lin Feiyang

    Fang Han melihat peta yang disalin dari Su Li Xiu dan menentukan posisi dirinya saat ini. Mengingat detail lain di dalam peta, dia memutuskan untuk pergi ke arah hutan pohon eek. Hutan ini ditandai dengan warna merah oleh Su Li Xiu. Fang Han tahu, hutan pohon eek tersebut bukanlah area terdalam dari Tanah Salju Kuno. Namun, untuk berhati-hati, lebih baik memulai secara perlahan. Mungkin saja di area hutan pohon eek itu terdapat binatang iblis dengan kategori periode kesengsaraan tingkat lima.Dalam kapasitas kekuatan Fang Han saat ini, untuk bertarung dengan binatang iblis periode kesengsaraan tingkat empat saja masih terlalu berat. Lantas, bagaimana jika dirinya bertemu dengan makhluk periode kesengsaraan tingkat lima atau bahkan enam sekaligus?Tidak, Fang Han bukanlah pembudidaya yang sembrono dan hanya tahu cara membuang-buang nyawa secara konyol.Lagi pula, Tanah Salju Kuno merupakan dunia kecil yang diciptakan oleh orang-orang kuat zaman kuno—pembudidaya yang telah memahami p

  • Legenda Sang Immortal   Bab. 103. Menambang Nadi Es

    Secara perlahan-lahan seuntai kesadaran spiritual milik Fang Han masuk dan coba menerobos segel yang tertanam di dalam cincin. Ini sama melelahkannya jika dibandingkan dengan memurnikan artefak secara pribadi. Fang Han tidak hanya menyalurkan kesadaran spiritual, melainkan juga melepaskan Qi Sejati yang mengandung unsur api pendirian yayasan. Dengan begitu cincin tersebut juga dapat menandai Fang Han sebagai pemilik baru. “Sial, ini terlalu lama. Orang bermarga song benar-benar membuat segel rumit di dalam cincin penyimpanannya.” Fang Han mau tidak mau memaki di dalam hati. Tapi, dia tidak menyerah dan terus coba membuka segel tersebut. Setelah menghabiskan waktu hampir empat dupa terbakar, segel tersebut akhirnya terlepas. Fang Han jelas sangat senang dan segera memasukkan untaian kesadaran spiritual ke dalam cincin penyimpanan yang telah terbuka. Melihat hal-hal yang terdapat di dalamnya, Fang Han sangat puas. Namun, dia lebih terkejut ketika menemukan lembaran lusuh di d

  • Legenda Sang Immortal   Bab. 102. Memurnikan Racun Ganas

    Itu jelas keberuntungan masing-masing orang yang berbeda-beda ketika masuk ke Tanah Salju Kuno. Satu sisi, ini merupakan kerugian karena tempat Fang Han jatuh yaitu tempat yang sama dengan Pei Huang.Sehingga menyebabkan perkelahian dan Qi Sejati di tubuh Fang Han terkontaminasi dengan racun. Namun, di sisi lain, itu juga merupakan keberuntungan karena tempat Nadi Es berada dapat dimonopoli oleh Fang Han setelah dia berhasil menaklukkan Pei Huang.Walaupun begitu, Fang Han tentu membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama untuk dapat memurnikan Racun Esensi Darah hingga benar-benar berubah menjadi Qi Sejati miliknya.***Di alun-alun/peron batu Sekte Lembah Salju Utara di luar Tanah Salju Kuno. Platform tempat para tetua dari berbagai sekte dan akademi saling mengejek dan membanggakan murid-murid mereka masingmasing.Pada saat itu, dua orang tetua dari Sekte Naga Langit terkejut melihat token jiwa milik Pei Huang hancur. “Bagaimana ini bisa terjadi? Padahal masih beberapa dupa terba

  • Legenda Sang Immortal   Bab. 101. Qi Melahap Semesta Kembali Muncul

    Keduanya kembali melakukan banyak pertukaran bahkan itu hampir mencapai seratus pertukaran. Namun, ketika pertarungan sudah mencapai pada gerakan kesembilan puluh lima, Fang Han terlihat lebih kesulitan.Itu juga disadari oleh Pei Huang dan orang ini melihat Fang Han yang mulai bermandikan keringat serta nafas yang mulai tersengal-sengal. Seraya terus membombardir Fang Han dengan pukulan, Pei Huang mengejek, “Bocah, bukankah kamu sangat kuat dan merasa sanggup mengalahkan Lao Tzu? Lalu kemana sekarang kepercayaan diri itu?”Fang Han tentu saja akan mengabaikan perkataan yang menghina tersebut dan terus membalas serangan keras dengan keras.Lagi pula, ini memang tujuan awal Fang Han. Membuat perangkap agar Pei Huang terus lengah. Di dalam hati Fang Han jelas tertawa terbahak dan menghina Pei Huang yang bodoh.Orang yang terakhir ini boleh saja berada di Ranah Yayasan Inti Tingkat Kelima, tapi pada saat ini dia jelas kurang berpengalaman di dalam pertarungan. Pada akhirnya, faktor-fak

  • Legenda Sang Immortal   Bab. 100. Memainkan Permainan Babi Memakan Harimau

    Serangan Fang Han dengan tepat mengenai bagian punggung dari Pei Huang. Pada saat itu, Fang Han hampir saja bersorak di dalam hati. Tapi, ketika dia melihat kembali hasil dari serangan tersebut, Fang Han merasakan bahaya besar akan mendatanginya.Pedang yang dibentuk dengan menggunakan Qi Sejati patah dan hancur begitu saja. Menciptakan dentingan keras seolah-olah pedang itu telah mengenai plat baja yang sangat keras.Pei Huang tidak terluka sama sekali dan dengan cepat membalikkan tubuh. Tangannya yang membentuk cakar diayunkan ke arah leher Fang Han dengan kecepatan tinggi. Mendatangkan deru angin dingin yang menusuk hingga ke relung-relung tulang.Hanya bilah angin yang keluar dari cengkraman itu saja seolah-olah dapat memotong leher Fang Han hingga putus.Fang Han tidak berdaya untuk menangkis dan hanya menyalurkan Qi Sejati dengan panik. Dia menghentakkan kaki di salju dan membuat tubuhnya melayang ke belakang, menjauh dari jangkauan serangan Pei Huang.Fang Han mengeluarkan ker

  • Legenda Sang Immortal   Bab. 99. Nadi Es

    Fang Han merasakan sensasi ditarik ke dalam ruang kekosongan yang tanpa batas. Dia telah berpengalaman pada saat mengalami perasaan seperti itu. Fang Han tidak merasa panik dan seperti yang telah diniatkan sebelumnya, memakai kembali jubah murid Akademi Api Surgawi serta melepaskan topeng penyembunyian aura.Setelah beberapa tarikan nafas, suasana yang menekan hati benar-benar berubah seluruhnya. Ini menyegarkan dan sedikit kedinginan.“Energi langit dan bumi yang sangat melimpah.” Fang Han berkata-kata pada diri sendiri dan menemukan dirinya sedang meluncur turun dari ketinggian.Fang Han mendapatkan penglihatan pegunungan dan pepohonan yang tertutup salju seluas jarak pandang mata. Dia coba menyebarkan kesadaran spiritual dan tanah yang tertutup salju ternyata lebih jauh dari yang diperkirakan si pemuda.Kesadaran spiritual Fang Han dengan sengaja coba menembus ke kedalaman tanah. Seperti bor yang tidak berwujud, menembus inchi demi inchi. “Luar biasa, ini sangat tebal dan seolah-

  • Legenda Sang Immortal   Bab. 98. Tanah Salju Kuno Dibuka

    Fang Han memang tidak membutuhkan kedua jenis jimat itu sejak semula. Dia melakukan pertukaran itu dengan ahli pelukis rune jimat hanya untuk mempermudah perjalanan Su Li Xiu di Tanah Salju Kuno.Untuk dirinya sendiri? Fang Han tidak keberatan melakukan pembunuhan. Lagi pula, jika dipikir kembali, Fang Han merasa ini saat yang tepat untuk mencoba Teknik Qi Melahap Semesta.Teknik ganas yang dapat menyerap True Qi milik lawan dan memurnikannya menjadi Qi Sejati Fang Han sendiri.Sebelumnya, Fang Han selalu menahan diri dan tidak impulsif dengan melakukan pembunuhan secara buta. Apalagi jika Teknik Qi Melahap Semesta digunakan secara sembarangan. Bukan tidak mungkin dia akan menjadi incaran semua praktisi di Alam Tiga Puluh Delapan Provinsi Dao Surgawi.Menyerap Qi Sejati milik satu hingga lima orang lawan masih memungkinkan bagi Fang Han. Namun, jika terlalu banyak praktisi yang mengeroyok dirinya dan dengan terpaksa menggunakan metode menyerap Qi Sejati milik lawan, itu bagi Fang Han

  • Legenda Sang Immortal   Bab. 97. Perasaan Krisis

    Sekarang orang yang ada di tengah-tengah peron batu mengeluarkan meja, kertas jimat, dan lain-lainnya. Dia benar-benar bersiap memamerkan skil melukis jimat di depan semua orang.Fang Han memperhatikan alat-alat yang dikeluarkan dan diletakkan di atas meja oleh orang tersebut.Ada dua hal yang menarik perhatian Fang Han, yang pertama adalah pena bulu yang akan dijadikan peralatan utama untuk melukis jimat. Itu bukanlah pena bulu biasa.Fang Han bisa merasakan aura ganas yang keluar dari pena bulu tersebut, seolah ada jiwa monster kuno yang sengaja ditekan. “Pembudidaya jimat ini benar-benar tidak sederhana. Orang ini bisa bersembunyi dengan sangat baik.” Fang Han mendekatkan bibir ke telinga Su Li Xiu dan memperingatkan untuk lebih berhati-hati. “Pena bulu itu kemungkinan besar berasal dari Raja Binatang Buas—burung yang sangat mendominasi.”Su Li Xiu mengangguk dia menunjuk ke item lain. “Darah yang digunakan untuk memurnikan tinta itu juga terasa sangat kuat.”“Li Xiu‘er, kamu juga

DMCA.com Protection Status