Detik berikutnya, Leo tampak ketakutan bagai melihat hantu.Hanya dengan satu pukulan, Teguh bisa merobohkan seorang pengawalnya.Beberapa pengawal Leo menyerbu dari belakang, bersiap mengeroyok Teguh.Teguh melakukan tendangan berputar dan menendang mereka hingga terpental dan memuntahkan darah.Tendangan Teguh, bahkan membuat setengah dari gigi mereka rontok!Beberapa pengawal Leo yang tersisa ketakutan menyaksikan kekuatan Teguh. Andai Teguh mengampuni mereka, pasti mereka akan senang sekali.Namun, Teguh langsung menyerang dan memukuli orang-orang itu satu per satu.Dalam waktu kurang dari dua menit, para pengawal Leo berhasil dilumpuhkan."Wow ... hebat!"Daniel terpana.Dia terus memuji Teguh dengan berlebihan dan matanya tampak berbinar. "Kak Teguh, kamu beneran pendekar sakti!"Leo juga tercengang.Bedebah itu ternyata cukup hebat. Belasan pengawalnya dengan mudahnya dilumpuhkan olehnya.Akan tetapi.Leo tidak menyerah begitu saja.Kompensasi 60 miliar.Cukup untuk membuat oran
"Ka... Kalau begitu berapa?"Leo merasa geram, meski tidak berani menunjukkannya."Menurut harga pasar saat ini, tempat ini paling mahal bernilai dua miliar," jawab Teguh dengan nada dingin.Dua miliar?Mulut Leo hampir mengerucut saking marahnya.Leo ingin protes, tetapi dia tidak punya pilihan selain menerima kenyataan.Mengingat dirinya ditekan oleh Teguh seperti itu, Leo tidak bisa melakukannya, meski ingin. Dia hanya bisa pasrah menyetujuinya. "Oke ... oke."Teguh melepaskan Leo dan memperhatikan dengan mata kepalanya sendiri saat Leo mencetak kembali surat kontrak yang baru. Setelah memastikan nilai yang tertera dalam surat kontrak adalah dua miliar, barulah kedua belah pihak menandatangani kontrak.Selama proses tersebut.Daniel masih belum bisa berpikir jernih.Dia masih tidak percaya dengan apa yang terjadi, mulai dari saat Teguh menghindari peluru, sampai akhirnya Leo menandatangani surat kontrak dengan tidak rela.Barulah saat itu Daniel merasa seperti bangun dari mimpi.Dia
Melihat ekspresi Pak Qubil, Leo langsung mengetahui jawabannya. Dia pun tersenyum bangga. "Aku melihatnya hari ini, Pak Qubil."Wow!"Pasti orang yang hebat!"Leo menceritakan kejadian sore tadi apa adanya tanpa dramatisasi.Toh, kejadian itu memang sudah dramatis."Tunggu sebentar!"Mendengar sesuatu dari cerita Leo, Pak Qubil buru-buru bertanya, "Orang yang dikirim ... Grup Jagaraga?"Dia sekarang agak antipati terhadap Grup Jagaraga.Orang yang terakhir kali dikirim oleh Grup Jagaraga. Orang yang dimaksud Leo mungkin ... adalah dia!Wajah Pak Qubil langsung memuram.Daging yang dimakan terasa hambar.Anggur yang diminum terasa pahit.Pak Qubil menatap Leo dengan ketakutan. "Seperti apa orang itu?"Leo menggambarkan penampilan Teguh.Pak Qubil langsung tersentak dan wajahnya memucat. "Leo, dengar nasihatku. Jangan pernah main-main sama orang itu!""Kamu tahu 'kan? Proyek di Kota Barbados dihancurkan sama seratus buldoser?""Waktu itu aku pergi ke sana buat beri pelajaran orang yang c
Baru saja dibicarakan!Rina mengerutkan kening. "Lihat, apa yang sudah kalian lakukan!"Rina kembali memelototi Teguh, sebelum keluar dari kantor bersama Sarah.Di luar kantor.Leo berjalan dengan gelisah dan matanya seketika berbinar begitu melihat Rina. Dia buru-buru menghampirinya.Namun, Sarah selangkah lebih maju dan menghalangi Leo.Leo tersenyum cerah dan saat hendak bicara."Leo, kuakui tindakan anak buahku yang sudah memukulmu memang salah," ujar Rina sebelum Leo sempat bicara."Tapi itu semua karena ulahmu yang sudah menerima uang muka, tapi tetap nggak mau pindah. Karena itulah, kami terus mendesakmu.""Kalau punya trik licik, silakan gunakan saja." Rina tahu jika Leo adalah orang yang suka menggunakan trik kotor. Namun, Rina tidak akan membiarkan dirinya terlihat lemah.Leo terkejut dan segera menyanggah. "Nona Rina salah paham.""Alasan kedatanganku kemari, bukan karena aku sudah dipukuli.""Aku menandatangani kontrak, karena hati nuraniku bilang kalau aku nggak boleh berb
"Bisa, bisa!"Leo langsung mengangguk berkali-kali. "Terima kasih Nona Rina, terima kasih Nona Rina!""Waktu pulang nanti, kupastikan aku bakal siap buat besok."Pembicaraan berakhir.Leo kembali melirik Teguh.Menyadari Teguh hanya diam, barulah Leo berdiri. Dia kembali meminta maaf dan pergi bagaikan orang yang melarikan diri.Rina menatap punggung Leo dan berpikir.Sekembalinya ke kantor, Rina menanyai Teguh. "Teguh, katakan yang sebenarnya padaku. Kenapa Leo terlihat ketakutan padamu?""Mungkin dia takut aku bakal memukulnya," jawab Teguh dengan santai."Apa kamu yang memukulnya?"Rina tercengang, dia menatap Teguh dengan tajam. Kemarahan masih tersisa pada wajahnya. "Jangan bertindak gegabah lagi. Jangan lupa, kamu masih suamiku. Jangan bebani aku sama masalah nggak beralasan."Teguh tidak bisa berkata-kata.Melihat Teguh diam saja, Rina pun mendengus dingin. "Sekarang kita diatur menurut hukum. Bukan dia yang kuat yang menang."Teguh bahkan tidak mau repot-repot menjelaskan.Terk
Dalam tayangan video.Wajah Leo Lavitra tampak serius. Dia memegangi sisi depan kartu identitasnya di dada, kemudian mengatakannya dengan jelas dan meyakinkan.Bagai hiu yang mencium bau darah, para wartawan segera berlari menghampiri Malik Casugraha.Dalam hitungan detik, Malik telah dikepung para wartawan.Meninggalkan ruang kosong di sisi Rina."Pak Malik!""Bagaimana tanggapan Anda terhadap tuduhan Pak Leo Lavitra?""Pak Malik.""Apa Anda benar-benar memaksa, menyuap, dan menyuruh Pak Leo Lavitra untuk memfitnah Grup Jagaraga?""Pak Malik!""Pemerintah kota sudah memberlakukan kebijakan yang tegas untuk memberantas kejahatan terorganisasi. Bagaimana pendapat Anda tentang masalah ini? Bisakah Anda jelaskan secara rinci?""Pak Malik."Apa yang baru saja ditanyakan para wartawan terhadap Rina, kini mereka tanyakan terhadap Malik. Mereka mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menjebak dan memberatkan.Malik telah menjadi sasaran empuk para wartawan.Wajahnya pucat pasi, kemudian dia men
"Rina, ada kabar tentang pendanaan proyek Menara Jayandara?" tanya Zakir tanpa basa basi.Proyek itu harus segera diselesaikan.Proyek Menara Jayandara tidak terlalu menguntungkan, tetapi investasinya banyak sehingga harus segera diselesaikan."Sebetulnya ...."Wajah Rina memuram. "Perusahaan baru selesaiin beberapa proyek, tapi secara keseluruhan kekurangannya masih cukup banyak. Apa lagi, proyek Menara Jayandara nggak terlalu menguntungkan. Terus, pernyataan keberatan dari para pemegang saham juga terang-terangan. Jadi, kita kesusahan buat ngumpulin dana."Zakir juga tahu akan hal itu.Dia mengerutkan kening dan menanggapi. "Tapi kalau kelamaan ditunda, Pak Dhika juga nggak bakalan senang."Hal itulah yang sangat dia khawatirkan.Mereka telah mendapatkan proyek dengan susah payah, tetapi malah tertunda. Apa yang dipikirkan oleh Pak Dhika?"Gimana kalau kita pinjam ke bank?" usul Zakir.Wajah cantik Rina dipenuhi kegetiran. "Nggak sesederhana itu. Bank nggak bakal pinjami kalau pinjam
Gadis itu mendadak bimbang.Memang benar dia punya tim medis profesional, tetapi mereka masih terjebak macet di belakang dan memakan waktu lama untuk sampai di sini.Sementara itu, kondisi kakeknya sudah kritis. Andaikan perkataan orang di depannya benar bahwa akan terjadi sesuatu pada kakeknya, dia mungkin bisa menyesal.Melihat gadis itu ragu-ragu, Teguh mengingatkan. "Setiap detik keraguanmu bakal makin membahayakannya."Bersamaan dengan peringatan Teguh, wajah orang tua di hadapannya sudah pucat pasi.Gadis itu sangat ketakutan.Dia pun memohon kepada Teguh. "Pak, aku mohon padamu. Tolong selamatkan kakek.""Hmm."Teguh menghampiri kakek gadis itu untuk memeriksanya, kemudian mengeluarkan jarum perak putih dan menusukkan satu demi satu pada beberapa titik di sekitar jantung dengan kedalaman dan tekanan yang berbeda.Setelah menusukkan jarum, Teguh menjentikkan jarinya dengan lembut dan menyentuh ujung jarum perak layaknya sedang memetik senar kecapi.Saat itu juga, tim medis dari m