Chairil seketika mengulas senyum sambil berkata, "Bahkan, para tetua keluarga Yulianto sendiri nggak mau melindungi anggota keluarga mereka."Ruangan itu kembali hening.Seperti yang dikatakan Janadi, Yogi telah memasuki Gunung Gandira.Di sebuah kuil tua yang sangat terpencil, Yogi tengah berlutut di depan patung Buddha yang kokoh dengan khidmat. "Atas nama keluarga Yulianto, kumohon ketiga Pemimpin Pemujaan bersedia untuk memberikan bantuan membunuh Teguh!" ucapnya.Hanya saja.Patung Buddha ini tampaknya telah tertutup debu sejak lama.Terutama karena posisinya berada di tempat-tempat yang terbayang oleh sinar matahari, membuatnya terlihat makin aneh."Yogi Yulianto ... "Tiba-tiba, dari balik patung Buddha terdengar suara yang penuh niat jahat, "Bagaimanapun juga, kamu adalah sosok pemimpin dari keluarga Yulianto. Di ibu kota Provinsi, kamu diakui sebagai sosok hebat, tapi kamu malah diperlakukan sembarangan oleh seseorang yang nggak berarti di Kota Senggigi.""Hmm ... " Suara ters
"Ayah, kamu benar!"Mengenai Teguh, Rina setuju dengan fakta tersebut.Dia telah beberapa kali menyaksikan Teguh mengalahkan sekelompok orang dengan mudah. Keahliannya dalam bertarung benar-benar tidak perlu diragukan lagi."Aku akan mengajaknya ketika pergi nanti," tegasnya.Keluarga Yuwono dari ibu kota Provinsi datang dengan kekuatan yang besar, mengingat adanya konflik yang sebelumnya pernah terjadi.Perjamuan malam ini ...Terlihat jelas ada niat yang disembunyikan pada perjamuan malam ini. Acara ini adalah perangkap berbahaya.Mengajak Teguh menghadirinya merupakan tindakan yang mampu memberikan perlindungan ekstra. Jadi, dia tidak akan merugi jika malam ini terjadi suatu pertikaian.Setelah menyetujuinya.Rina pergi ke kantor Tim Kelima.Namun, begitu dia sampai di depan pintu kantor Tim Kelima, seorang staf yang masih muda menghalangi jalannya dan bertanya ketus, "Kamu ada perlu apa?""Kalau ingin bertemu dengan Dokter Teguh untuk berobat, kamu harus mengantre untuk mengambil n
Rina menunjukkan rasa kesal di wajahnya, dalam hati dia bergumam, "Teguh, jika kamu nggak bisa menyembuhkan gangguan menstruasi ini, lihat saja apa yang akan kulakukan padamu!"Setengah jam telah berlalu.Ketika Rina mulai habis kesabarannya untuk menunggu, pintu kantor Tim Kelima akhirnya terbuka."Nomor 15 ... "Orang yang membuka pintu adalah Daniel. Melihat Rina memegang nomor antrean "15", seketika dia ketakutan dan hampir terjatuh ke tanah seraya bicara terbata-bata, "Kak ... Rina ... ""Bagaimana ... mungkin ... kamu?"Rina berkata dengan wajah datar, "Jangan banyak omong dan cepat bawa aku masuk!""Baik, baik ... "Daniel membawa masuk Rina sambil gemetaran.Teguh juga tidak menyangka bahwa orang yang masuk selanjutnya adalah Rina. Untuk sementara waktu, dia terdiam di tempat, lidahnya kelu untuk angkat bicara.Rina Yulianto langsung membuka kursi dan duduk di depan Teguh tanpa ekspresi seraya mengatakan, "Kalian yang jadi Tim Kelima cukup enak hidupnya, ya ... ""Benar dengan
Begitu Rina selesai berbicara.Seorang pria tegap berdiri di hadapan mereka.Tinggi pria itu kurang lebih mencapai 1,9 meter ke atas dan mengenakan kaus putih tanpa lengan. Otot lengan yang terlihat kekar itu menguatkan penampilan visualnya.Terutama bulu dadanya yang lebat itu, membuat orang langsung sadar bahwa pria itu tidak mudah dihadapi.Pria itu menghampiri Rina dan memperkenalkan dirinya dengan singkat, "Bu Rina, namaku Satria Barata. Biasanya aku dipanggil Satria oleh teman-temanku!""Aku seorang pemain tinju.""Dulu, aku pernah membunuh harimau di alam bebas dengan satu pukulan telak."Tidak berhenti sampai di sana, Satria terus-menerus bicara, "Lima tahun lalu, aku pernah berturut-turut mengalahkan tiga pemain tinju veteran dan meraih juara tinju kelas 90 kilogram sekaligus dijuluki si Raja Pembunuh."Satria memamerkan prestasi miliknya dengan bangga dan melanjutkan ucapan, "Bu Rina, selama aku di sini, kamu nggak perlu takut pada siapa pun.""Kalau begitu, malam ini akan me
"Sejak dulu, dunia hiburan sudah terkenal sangat kompleks. Karena sebelumnya dipengaruhi keluarga Abinaya, orang-orang jahat jadinya nggak berani bertingkah sembrono.""Tapi, maaf aku harus berkata jujur ... "Tatapan mata Janadi tampak meremehkan seraya kembali angkat bicara, "Keluarga Yulianto nggak akan mampu menghadapi semua kekuatan keluarga itu dan kalian juga nggak punya pasukan untuk menekan segalanya.""Kalian pasti akan kewalahan mengendalikannya.""Sebaiknya, serahkan Rumah Produksi Locita sesegera mungkin. Aku melakukan ini demi mempertimbangkan keluarga kalian," jelas Janadi.Ucapan Janadi terdengar sangat mulia laksana dirinya sang Dewi Welas Asih yang menyelamatkan orang-orang dari penderitaan ketika faktanya, dia melakukan pemaksaan dan intimidasi. Bisa dibilang, dia sangat menyebalkan.Rina tidak menampilkan reaksi berarti, tetapi dia tetap tersenyum tenang seraya berkata, "Wah ... ternyata sudah menyulitkan Tuan Janadi, ya. Kamu perhatian sekali, bahkan sampai mempert
Kecepatan Kadafi tidak bisa diremehkan begitu saja.Namun.Teguh tampaknya lebih cepat.Pria itu bangkit dengan tenang, lalu bergerak meninggalkan posisinya.Seluruh proses tampak lambat, tetapi teratur. Kelihatannya dia sudah memperhitungkan segala hal dengan baik.Tepat setelah Teguh berpindah, Kadafi baru menyapukan kakinya.Kursi yang diduduki Teguh pun langsung hancur berkeping-keping, menunjukkan betapa mengerikannya kekuatan kaki Kadafi itu.Namun, tidak peduli seberapa kuat dia, semuanya cuma sia-sia saja karena Teguh berhasil menghindar.Hal ini sungguh membuat Kadafi marah.Sebelum Kadafi kembali meluncurkan serangan, Teguh langsung menendangnya dari samping dan tepat mengenai lutut Kadafi.Mereka sama-sama memberikan lawan satu tendangan.Saling membalas serangan masing-masing.Lutut Kadafi langsung terkulai lemas. Pria itu refleks menopang tubuh menggunakan kedua tangannya.Teguh duduk di atas punggungnya.Seluruh proses berjalan lancar, tanpa ada jeda sedikit pun dan terli
Teguh tertawa terbahak-bahak saat mendengar itu. Lalu, dia menanggapinya dengan nada menghina, "Apa aku perlu kabur ketika berhadapan dengan orang seperti ini? Kapan kamu melihat aku kabur?"Ucapan Teguh yang penuh sarkasme seketika membuat dua orang itu naik pitam.Janadi segera berdiri, lalu memukul meja dan berkata dengan nada menantang, "Teguh, apa kamu berani bertaruh kepadaku?""Selama kamu menunggu Tuan Yusman datang ke sini ... ""Aku, Janadi Yuwono, nggak akan terlibat dengan Rumah Produksi Locita lagi mulai sekarang. Jadi, kamu boleh melakukan apa pun yang kamu mau," putus Janadi.Rina langsung merasa panik.Apakah Teguh tahu siapa Yusman yang dimaksud?Dia adalah tetua sekte yang sangat kejam!Wanita itu refleks meraih lengan baju Teguh.Namun, Teguh tampak acuh tak acuh, kemudian dia menjawab, "Baik, akan kutunggu di sini. Ingat ucapanmu itu, jangan sampai kamu ingkar janji."Jawaban ini makin membuat Rina khawatir.Tidak peduli dengan banyak orang yang melihatnya, Rina ter
"Brak!"Pintu ruangan pribadi itu didobrak paksa hingga serpihan kayunya beterbangan ke mana-mana.Sekelompok orang datang dengan raut wajah yang garang.Seorang pria tua berada di paling depan, raut wajahnya terlihat sangat marah.Ternyata pria tua itu adalah Yusman Janendra, tetua kedua dari Sekte Naga Langit sekaligus kakek dari Kadafi.Setelah menerobos pintu ruangan itu, Yusman langsung terbang cepat ke dalamnya.Kecepatannya begitu tinggi.Bahkan, dia menunjukkan postur tubuh yang jarang dilihat oleh orang-orang.Gerakan itu seketika membuat orang-orang terkesima.Mereka terus menyaksikan itu dengan penuh perhatian.Yusman tampak berjinjit. Kakinya menginjak tanah bagai capung tengah menyentuh air, tak tergoyahkan. Baju kuno miliknya tampak bergoyang-goyang, memperlihatkan gaya seorang ahli.Melihat situasi ini.Janadi makin yakin dengan kemampuan Yusman.Ahli seperti tetua ini tidak bisa mengalahkan Teguh?Tentu saja mustahil!Kadafi yang tersiksa sejak tadi benar-benar merasa s