"Ada apa, sih? Cepat minggir!" Teguh melirik Jagat sekilas."Nak, kamu kurang ajar sekali, ya!"Wajah Jagat terlihat semakin suram. Dia menatap Teguh dengan tajam, "Dengar baik-baik, ya.""Aku kasih kamu satu kesempatan. Cepat bawa wanita itu padaku dan serahkan Rumah Produksi Locita sekarang juga!""Kalau tidak ..."Jagat memberikan ancaman, "Aku akan menghajarmu dulu, lalu membunuh wanitamu tepat di hadapa-"PLAK!Sebelum Jagat selesai bicara, Teguh langsung menampar keras wajahnya. Tamparan itu berhasil membuat mulutnya miring ke satu sisi."Sialan ..."Emosi Jagat semakin memuncak. Dia menatap Teguh dengan penuh amarah dan dendam. "Kalian semua, hajar dia sampai mati! Aku yang akan menanggung semua risikonya!"Begitu kata-kata ini terucap.Para pengikut di belakangnya segera melangkah maju.Tinju mereka terkepalSiap menyerang dengan membabi buta.Dalam sekejap mata, mereka sudah berada di hadapan Teguh.Raut wajah Teguh tak berubah sedikit pun. Dengan cepat, dia melepaskan pukulan
Tanpa sadar, Rina melirik ke arah Teguh.Berdasarkan dugaannya,Meskipun Teguh berasal dari daerah pegunungan yang miskin di wilayah barat, seharusnya dia masih memiliki sejumlah uang di dalam kartunya. Tidak mungkin saldonya nol seutuhnya!Akan tetapi, sekarang saldonya menunjukkan angka nol yang banyak dan berjejer rapi.Ini pertama kalinya terjadi.Wajah Rina tampak muram.Untuk menutup mulut Teguh, dia kembali bertanya kepada petugas, "Apa yang terjadi? Kenapa mesinnya menampilkan angka nol semua?"Petugas itu berkata dengan datar, "Ada apa lagi memangnya? Hanya ada angka nol yang ditampilkan, itu artinya saldonya memang nol!"Begitu petugas itu mengucapkannya,Orang-orang yang menunggu di ruang tunggu mulai berbisik-bisik setelah mendengar beberapa informasi, "Eh ... kupikir dia tamu VIP, tapi kayaknya bukan. Saldo kartunya bahkan isinya nol?""Hahaha ...""ATM-ku setidaknya masih berisi beberapa juta, kok bisa kartu orang itu isinya nol?""...."Mereka tidak hanya berbisik biasa,
Menyebalkan!Teguh menatap uang ratusan ribu di tangannya sambil berdiri di pinggir jalan menunggu taksi.Tidak lama kemudian.Sebuah sosok yang dia kenal, muncul di pandangannya.Dhika Zhafiro!Dia terkejut melihat Teguh yang sedang berdiri di pinggir jalan. Dengan penuh rasa hormat, dia bertanya, "Raja Serigala, apa yang Anda lakukan di sini?"Teguh Laksmana dengan kecewa menceritakan kejadian yang baru saja menimpanya.Setelah mendengarkan cerita Teguh, tiba-tiba tebersit suatu ide di benak Dhika."Raja Serigala …"Dia berdeham sekali sebelum melanjutkan perkataannya, "Mencari wanita juga ada seninya, seperti tentara yang menyukai senjata yang berbeda-beda""Ada tentara yang suka membawa AK dan menyerbu, ada yang suka mengintai dari tempat tinggi, ada juga yang lebih suka bertarung jarak dekat dan berkelahi dengan pisau!""Jika Anda bersama wanita dengan kepribadian yang tidak cocok, rasanya seperti memiliki senjata yang tidak nyaman di tangan para tentara, tidak peduli seberapa ker
Dhika semakin yakin.Raja Serigala adalah pria yang sangat luar biasa. Kalau bisa, dia bahkan ingin menikahi Raja Serigala.Apalagi, putrinya adalah orang yang sangat mengagumi orang-orang militer!Oke,Itu sangat masuk akal!Karena Widya menyukai Pak Teguh, aku tidak perlu terlalu ikut campur. Aku hanya perlu sesekali memberikan dorongan.Dhika tidak bisa menahan senyumnya.Anggota tim itu bingung ketika melihat ekspresi Dhika yang tiba-tiba berubah menjadi ceria. Dengan hati-hati, dia bertanya, "Pak Dhika, bolehkah saya pergi?""Ekhem ... "Dhika berdeham ringan, lalu dia berkata, "Nanti kalau kalian, tim Widya, merasa bosan, kalian harus sering mendorongnya untuk pergi ke Vila Sultan Permai, mengerti?"Meskipun masih merasa kebingungan, anggota itu mengiakan perkataan Dhika dengan cepat, "Baik, Pak Dhika!"Dhika mengangguk puas, lalu pergi dengan langkah cepat.…Sementara di sisi lain, Jagat tidak berhenti memaki Teguh. Gara-gara pria itu, dia selalu merasakan aroma urine dan tinja
Chairil seketika mengulas senyum sambil berkata, "Bahkan, para tetua keluarga Yulianto sendiri nggak mau melindungi anggota keluarga mereka."Ruangan itu kembali hening.Seperti yang dikatakan Janadi, Yogi telah memasuki Gunung Gandira.Di sebuah kuil tua yang sangat terpencil, Yogi tengah berlutut di depan patung Buddha yang kokoh dengan khidmat. "Atas nama keluarga Yulianto, kumohon ketiga Pemimpin Pemujaan bersedia untuk memberikan bantuan membunuh Teguh!" ucapnya.Hanya saja.Patung Buddha ini tampaknya telah tertutup debu sejak lama.Terutama karena posisinya berada di tempat-tempat yang terbayang oleh sinar matahari, membuatnya terlihat makin aneh."Yogi Yulianto ... "Tiba-tiba, dari balik patung Buddha terdengar suara yang penuh niat jahat, "Bagaimanapun juga, kamu adalah sosok pemimpin dari keluarga Yulianto. Di ibu kota Provinsi, kamu diakui sebagai sosok hebat, tapi kamu malah diperlakukan sembarangan oleh seseorang yang nggak berarti di Kota Senggigi.""Hmm ... " Suara ters
"Ayah, kamu benar!"Mengenai Teguh, Rina setuju dengan fakta tersebut.Dia telah beberapa kali menyaksikan Teguh mengalahkan sekelompok orang dengan mudah. Keahliannya dalam bertarung benar-benar tidak perlu diragukan lagi."Aku akan mengajaknya ketika pergi nanti," tegasnya.Keluarga Yuwono dari ibu kota Provinsi datang dengan kekuatan yang besar, mengingat adanya konflik yang sebelumnya pernah terjadi.Perjamuan malam ini ...Terlihat jelas ada niat yang disembunyikan pada perjamuan malam ini. Acara ini adalah perangkap berbahaya.Mengajak Teguh menghadirinya merupakan tindakan yang mampu memberikan perlindungan ekstra. Jadi, dia tidak akan merugi jika malam ini terjadi suatu pertikaian.Setelah menyetujuinya.Rina pergi ke kantor Tim Kelima.Namun, begitu dia sampai di depan pintu kantor Tim Kelima, seorang staf yang masih muda menghalangi jalannya dan bertanya ketus, "Kamu ada perlu apa?""Kalau ingin bertemu dengan Dokter Teguh untuk berobat, kamu harus mengantre untuk mengambil n
Rina menunjukkan rasa kesal di wajahnya, dalam hati dia bergumam, "Teguh, jika kamu nggak bisa menyembuhkan gangguan menstruasi ini, lihat saja apa yang akan kulakukan padamu!"Setengah jam telah berlalu.Ketika Rina mulai habis kesabarannya untuk menunggu, pintu kantor Tim Kelima akhirnya terbuka."Nomor 15 ... "Orang yang membuka pintu adalah Daniel. Melihat Rina memegang nomor antrean "15", seketika dia ketakutan dan hampir terjatuh ke tanah seraya bicara terbata-bata, "Kak ... Rina ... ""Bagaimana ... mungkin ... kamu?"Rina berkata dengan wajah datar, "Jangan banyak omong dan cepat bawa aku masuk!""Baik, baik ... "Daniel membawa masuk Rina sambil gemetaran.Teguh juga tidak menyangka bahwa orang yang masuk selanjutnya adalah Rina. Untuk sementara waktu, dia terdiam di tempat, lidahnya kelu untuk angkat bicara.Rina Yulianto langsung membuka kursi dan duduk di depan Teguh tanpa ekspresi seraya mengatakan, "Kalian yang jadi Tim Kelima cukup enak hidupnya, ya ... ""Benar dengan
Begitu Rina selesai berbicara.Seorang pria tegap berdiri di hadapan mereka.Tinggi pria itu kurang lebih mencapai 1,9 meter ke atas dan mengenakan kaus putih tanpa lengan. Otot lengan yang terlihat kekar itu menguatkan penampilan visualnya.Terutama bulu dadanya yang lebat itu, membuat orang langsung sadar bahwa pria itu tidak mudah dihadapi.Pria itu menghampiri Rina dan memperkenalkan dirinya dengan singkat, "Bu Rina, namaku Satria Barata. Biasanya aku dipanggil Satria oleh teman-temanku!""Aku seorang pemain tinju.""Dulu, aku pernah membunuh harimau di alam bebas dengan satu pukulan telak."Tidak berhenti sampai di sana, Satria terus-menerus bicara, "Lima tahun lalu, aku pernah berturut-turut mengalahkan tiga pemain tinju veteran dan meraih juara tinju kelas 90 kilogram sekaligus dijuluki si Raja Pembunuh."Satria memamerkan prestasi miliknya dengan bangga dan melanjutkan ucapan, "Bu Rina, selama aku di sini, kamu nggak perlu takut pada siapa pun.""Kalau begitu, malam ini akan me