Share

Bab 1837

Sontak melupakan segalanya.

"Mau ke mana?"

Di keheningan, Teguh tiba-tiba menatap ke arah tertentu dan tersenyum dengan sinis.

Beberapa saat kemudian.

Pedang Pembunuh Sembilan Lengkung di tangan Teguh terlepas dan menembus bayangan.

Setelah menyadari sesuatu yang tidak beres, Tedy Halim, Tetua dari keluarga Halim, bersiap-siap untuk melarikan diri dari tempat.

"A-aku ..."

"Argh ..."

Tedy terbaring di tanah dengan ekspresi enggan. Darah mengalir di tanah sekitarnya, bahkan tidak terdengar ada suara untuk sesaat.

Suasana seperti ini juga membuat banyak orang di tempat itu sadar.

"Tuan Teguh, kamu, kamu …"

Menyaksikan situasi yang mengerikan ini, terutama kepala Tetua Sada yang meninggal dengan mata melotot dan mayat-mayat berserakan di tanah, hati Cecilio pun berdegap kencang.

Benar-benar sebuah bencana.

Kali ini, sungguh bencana besar.

Cecilio langsung berkata dengan suara kasar, "Cepat lari sejauh mungkin. Jangan kembali lagi."

"Oh, ya ..."

"Bawa juga Qania!"

Cecilio tidak bisa memikir
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status