Wajah Zhang Ma tampak mengerikan, matanya yang hanya sebelah itu menyala seperti matahari. Merah dan memancarkan panas luar biasa. Orang jahat itu tertawa keras sambil melancarkan pukulan berantai. Jiu Long berusaha mengelak tetapi tubuhnya tak mampu bergerak. Dia merasa sakit, tubuhnya terguncang keras dilanda beberapa pukulan Zhang Ma. Saat berikut dia merasa tubuhnya terlempar, melayang-layang ke suatu tempat.
Tiba-tiba Jiu Long melihat seorang dewi yang cantik muncul, wajah dan tubuhnya mirip Gwangsin. Wajahnya cantik tak ada bekas cacar. Dia berseru memanggil, "Gwangsin" Tetapi sang dewi tidak menengok ke arahnya melainkan mengejar dan mengusir Zhang Ma yang lari ketakutan. Sang dewi balik menghampirinya.
Jiu Long masih merasakan dirinya melayang-layang, dan dia tak bisa menghentikan gerak tubuhnya. Dia tak punya daya untuk menguasai tubuhnya sendiri, tenaganya lenyap.
Dalam ketidakberdayaan dia melihat sang dewi tersenyum padanya dan menarik dia turun ke b
Warnanya merah, ukuran dan bentuknya mirip mangga. Ia menyodorkan kepada Jiu Long. Rasanya enak, gurih dan harum baunya. Buah itu terasa dingin di mulut namun terasa hangat di perut.Kera kecil melompat-lompat. Gembira. Kera besar meraba luka di tubuh Jiu Long, lalu menunjuk kolam Jiu Long melihat luka- lukanya, kulit dan dagingnya lecet ketika menuruni tebing.Hampir tak ada bagian tubuh yang tidak luka. Jiu Long memandang kera besar. Ia mengerti apa maksud makhluk itu. "Ia ingin aku mencuci luka dengan air kolam," gumamnya.Ketika ia meraup air untuk mencuci luka tiba-tiba kera besar mendorongnya. Ia terpental ke dalam kolam. Terdengar suara riuh. Kera-kera itu berjingkrak sambil tertawa. Riuh.Jiu Long merasa lucu, berenang ke tepian. Tetapi kera besar itu melompat-lompat dengan air muka marah. Ketika Jiu Long merapat ke tepian, kera besar mendorongnya kembali ke air. Kera itu menuding ke suatu tempat.Jiu Long mengikuti arah yang ditunjuk. Itu
Dia berenang ke tepian. Kali ini kera besar berlaku baik, menariknya keluar dari kolam. Begitu menginjak tanah, Jiu Long langsung nyebur ke kolam air panas. Rasa dinginnya mereda. Ia keluar dari kolam, duduk di sebuah batu besar dekat kolam. Kera besar tertawa sambil menunjuk dada Jiu Long. Ia melihat luka-lukanya. Aneh, luka-luka itu tampak bersih. Luka yang kecil yang hanya tergores batu tajam, mulai rapat Sedang luka besar dan lebar memperlihatkan tanda-tanda membaik.Jiu Long takjub. Dua kolam ini suatu keajaiban alam. Yang satu airnya panas luar biasa. Satu lainnya dingin nyaris membeku. Anehnya karena dinding batas yang tidak tinggi, air kedua kolam ini bercampur menjadi satu. Tapi sifat panas dan dingin itu tetap terpelihara. Air yang panas tak bisa melenyapkan sifat dingin air kolam tetangga, begitu sebaliknya. Jiu Long memandang sekeliling. Ke mana dia memandang ke situ matanya terbentur tebing terjal bagai tak berujung. Lembah itu menyerupai sumur raksasa yang dikel
Hanya begitu teringat akan tugas kewajiban yang diberikan Yu Jin, ia merasa kepala seperti digodam palu besar.Apakah seterusnya ia harus tinggal di lembah ini? Bagaimana dengan Partai Naga Emas? Hutang jiwa orangtua dan guru-gurunya? Bagaimana dengan Jen Ting dan Gwangsin, dua perempuan yang dia cintai? Lalu Yu Jin dan Liu Xing, juga Tian Shan?Pertanyaan itu silih berganti menjejali benak. Ia duduk bersila, memusatkan pikiran untuk melupakan semua pertanyaan tadi. Dia berusaha mengingat hal-hal lain, mendadak dia teringat gadis molek yang menari Naga Perkasa. Dia ingat kembali jurus-jurus yang sudah digabungnya selama beberapa hari kemarin. Ia bangkit dan mulai bersilat. Cukup lama ia berlatih, tak disadarinya kera-kera bergerombol di sekelilingnya. Terdengar celoteh bising.Seekor di antaranya yang bertubuh besar melangkah maju. Ia berceloteh menunjuk Jiu Long kemudian memukul-mukul dadanya sendiri. Setelah tiga hari bergaul Jiu Long mulai mengerti apa maksud
Kera besar memerhatikan Jiu Long. Sepertinya dia tahu temannya sedang berpikir keras. Dia tak mau mengganggu. Dia menoleh ke kumpulan anak buahnya, berteriak menyuruh mereka bubar. Jiu Long berpikir dan mencoba menemukan cara latihan, tetapi dia tak juga memperoleh jawaban memuaskan. "Biarlah mungkin aku akan memperoleh jawabannya, masih banyak waktu."Pagi hari seperti biasa, ia berenang di kolam. Berenang ke sana kemari, menyelam dan memburu ikan. Ia tak pernah bisa menangkap ikan lagi. Selain tidak lagi jinak, ikan itu selalu bersembunyi di pojok kolam, bagian terdalam yang tak mampu didekati Jiu Long. Pada kolam dingin, air di pojokan itu teramat dingin. Makin dekat semakin dingin membeku. Jiu Long tak bisa mendekat. Jika mengejar ikan dan ikan itu berenang memasuki daerah pojok itu, Jiu Long terpaksa balik badan. Tidak tahan akan air dingin yang nyaris membekukan darahnya.Anehnya, meski begitu dinginnya, tetapi air di situ tidak membeku. Keadaan hampir sama di ko
Petunjuk itu singkat namun jelas. Jiu Long naik ke permukaan. Mencari ujung kolam, mencari ukiran kera di tebing. Mungkin sudah lama dimakan usia, sebagian tebing sudah dipenuhi lilmut dan rumput liar. Ia tak putus asa, mencari terus, membersihkan tebing, mencari tebing yang dimaksud. Hari ketiga, ia menemukan lukisan kera berjingkrak. Jiu Long menghitung jarak ke ujung kolam dingin, empatpuluh empat langkah. Ia melangkah balik dan berhenti pada jarak langkah duapuluh dua. "Di sini tepatnya, tempat di mana pendekar Qiu Bai menyimpan jurus Angin Es dan Api, tetapi apa itu jurus Angin Es dan Api, apakah jurus hebat? Pasti hebat, karena di akhir pesannya, pendekar itu menulis bahwa dia tak punya tandingan. Tidak punya tandingan, artinya tidak bisa dikalahkan. Luar biasa!" berpikir demikian, Jiu Long bersemangat.la menggali tempat itu dengan tongkat berkarat yang dia temukan di dekat situ. Kera besar dan kawannya ikut menggali. Cepat sekali lubang menganga. Tak lama kemudian Jiu
Ia menatap batu hitam. Ada perasaan akrab dalam dirinya menatap lukisan kelelawar dan nama Qiu Bai. Dengan ilmu Angin Es dan Api pendekar Qiu Bai tak menemui tandingan di kolong langit. Begitu hebatkah ilmu itu. Jika ia bisa mewarisi ilmu itu, pasti lukanya akan sembuh, seperti kata Dewi Obat bahwa ia akan sembuh jika memperoleh tenaga panas dan dingin pada tingkat tinggi. "Tetapi berapa lama aku mempelajari ilmu ini. Ah, tak usah kupikirkan karena sebenarnya aku sudah mati beberapa hari lalu."Jiu Long bimbang, dia bertanya-tanya sesungguhnya pendekar Qiu Bai itu dari golongan bersih atau kalangan sesat, selain itu apakah boleh mempelajari dan mewarisi ilmunya? Ia kemudian teringat petuah gurunya, Xang Xi Ming , semasih dia kecil, "Jiu Long, ilmu itu tak ada yang sesat. Semua ilmu pada dasarnya bersih dan lurus. Yang kotor dan sesat adalah orangnya. Batin yang kotor memancarkan perbuatan jahat, batin yang bersih mendorong seseorang melakukan perbuatan baik."Keragu-ra
Jiu Long tak tahu sebabnya, pendekar Qiu Bai pun tak menyadari perbedaannya. Qiu Bai menciptakan ilmu sekaligus berlatih, tentu saja perlu waktu lebih lama dari Jiu Long yang cuma berlatih saja. Lagipula Jiu Long memang tergolong cerdas.Siang itu Jiu Long istirahat menjelang berlatih jurus dua. Ia duduk di tepi kolam. Seperti biasa menanti kera kecil mengantar buah-buahan. Ia memandang ke jalanan setapak yang biasa dilalui si kera kecil.Tampak sahabatnya itu berlari sambil berteriak girang. Tiba-tiba mata Jiu Long menangkap benda kuning berkilat yang bergerak di tebing yang akan dilewati si kera kecil. Ular berbisa! Satu gigitan saja, kera itu bakal mati. Jiu Long meraup batu seadanya, kerikil kecil itu ia sentil ke arah ular. Ia lupa bahwa tenaganya sudah lenyap. Itu hanya gerak naluriah ingin menolong sahabatnya yang nyawanya sedang terancam. Batu itu melesat, mendesis dan menghantam kepala ular.Pecah.Kera itu berteriak kaget melihat ular itu masih
Tingkat empat ‘Dua Unsur Menyatu’. Pada tingkat akhir ini, dua unsur panas dan dingin yang saling berlawanan itu sudah menyatu dengan pikiran dan tenaga batin. Sewaktu pikiran ingin mengeluarkan tenaga dingin, saat itu juga tenaga dingin muncul dan menyebar ke seluruh bagian tubuh. Begitu juga dengan tenaga panas. Tingkat ini paling sulit, Jiu Long bahkan harus sangat berhati-hati agar tidak salah penerapan. Karena mengatur pikiran yang terkadang mencuat secara spontan dan terkadang bisa buntu, perlu konsentrasi mutlak. Setelah menyelesaikan tingkat ini, begitu Jiu Long berpikir akan menggunakan tenaga dingin pada saat berikut tenaga dingin sudah siap untuk digunakan. Tingkat ini diselesaikan Jiu Long dalam tempo tigapuluh hari. Selesainya tingkat empat ini, selesai sudah Jiu Long berlatih ilmu Angin Es dan Api. Jiu Long berhasil mewarisi ilmu Angin Es dan Api itu seluruhnya dalam waktu sembilanpuluh hari.Begitu mengakhiri latihan tingkat empat, ia seger