Beranda / Pendekar / Legenda Raja Pendekar / JILID 67 | Keturunan Nenek Pertapa Naga

Share

JILID 67 | Keturunan Nenek Pertapa Naga

Penulis: KSATRIA PENGEMBARA
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Dewi Obat batuk-batuk kecil, "Benar kata orang, di atas langit masih ada langit lain, kupikir dengan ilmu pengobatanku tidak ada suatu penyakit pun yang tak bisa kutaklukkan. Tapi hari ini aku harus mengakui kenyataan pahit, aku tak mampu menyembuhkan lukamu, aku cuma bisa memperpanjang usiamu”

Gwangsin menyela, "Nek”

Dewi Obat mengangkat tangan. "Gwangsin jangan potong bicaraku. Semua yang terjadi sudah terjadi, aku juga manusia biasa, kemampuanku terbatas. Racun Ular Salju sudah punah, tetapi luka dingin pukulan Zhang Ma masih menguasai jalan darah bahkan merasuk sampai ke tulang. Tak ada lagi daya yang bisa kukerjakan untuk menolongmu, anak muda. Racun dingin Zhang Ma itu sudah merasuk jauh ke seluruh bagian tubuhmu, dengan ramuan yang kuberikan nanti, kamu bisa bertahan hidup sampai satu bulan lagi."

Selama empat hari di Lembah Buah Persik, Jiu Long merasa banyak baikan. Ia kini lebih kuat "Dewi Obat, aku berhutang budi padamu, tadinya u

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 68 | Tak akan kulupakan

    Gwangsin yang dari tadi diam, menyela, "Mengapa kamu tidak gembira bertemu nenek.""Aku gembira, tetapi apakah usiaku masih cukup untuk mempelajari Naga Emas Pamungkas dan apakah ada gunanya menguasai jurus luar biasa itu."Dewi Obat menghela nafas. "Semua yang kita peroleh, mungkin tidak bermanfaat pada saat itu, tetapi bisa berguna di saat lain. Kita tak pernah tahu apa yang terjadi besok atau satu bulan ke depan.""Terimakasih atas nasihatmu, Nek, sekarang aku mohon kau perlihatkan padaku Inti Naga Emas Pamungkas itu."Dewi Obat makin yakin, tak salah orang. Tidak ada orang luar yang tahu tentang Inti Naga Emas Pamungkas itu, bahkan hanya murid Partai Naga Emas yang sangat dipercaya dan murid pilihan yang diberi tugas kepercayaan mencari Inti Naga Emas Pamungkas. Tapi ia masih menguji. "Aku tak mengerti apa itu Inti Naga Emas Pamungkas.""Sebenarnya aku tak usah peduli, sebab usiaku tinggal sebulan, tetapi tugas tetaplah tugas yang harus kulaksa

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 69 | Perpisahan

    Mendadak Gwangsin mencubit pahanya dan tertawa menggoda. "Jangan sekarang sayangku, kamu tunggu di sini, aku akan membawakan makanan untuk kita berdua dan kita akan berdua saja, hanya kau dan aku, sepanjang malam." Ia pergi sambil tertawa cekikikan, berlari dan melompat ke seberang kolam, menghilang di balik pepohonan rimbun.Hari sudah gelap. Di gubuk itu Jiu Long berdua Gwangsin. Makan berdua. Duduk bersanding memandang pucuk Buah Persik yang bersinar diterangi cahaya rembulan. "Jiu Long, aku yakin kamu masih berusia panjang, tapi ingat suatu waktu aku pasti akan mencari kamu, aku tidak peduli di sisimu ada Jen Ting atau wanita lain, aku mendatangimu, mengingatkan kamu bahwa di kolong langit ini masih ada Gwangsin, gadis buruk rupa yang sangat mencintaimu, yang mau berkorban apa saja untuk membuat kamu bahagia.""Kamu tidak takut dihina dan dipermalukan sainganmu?""Jika saatnya tiba, wajahku sudah bersih dan cantik, aku juga membekali diri dengan ilmu yang lu

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 70 | Tugas Perguruan

    Duapuluh hari telah berlalu sejak meninggalkan Lembah Buah Persik, Jiu Long menjalani hari-hari yang kosong, tak ada arti. Dia tidak langsung menuju bukit Naga, ia merantau tanpa tujuan. Akhirnya ia tiba juga di bukit Naga tepat pesta gunung memasuki hari keenam. Itulah hari terakhir bulan itu, puncak keramaian pesta. Jika menurut hitungan Dewi Obat, dia masih bisa hidup tujuh hari lagi sebelum kematian menjemputnya.Dia mendaki bukit Naga, tenggelam di antara banyaknya pengunjung. Dia dalam keadaan bimbang. Pikirannya tak menentu, kalut. Dalam hati dia mengakui sebenarnya dia takut mati. Ada bedanya, mati dalam perkelahian, seseorang tidak perlu menanti kematian menjemput. Ia mati dibunuh lawan.Dan selesai. Jika menang, ia tidak akan terbunuh, musuhnya yang mati. Tetapi keadaannya kini berbeda, ia justru menanti saat maut datang menjemputnya. Tujuh atau enam atau lima hari, ia tidak tahu pasti kapan saatnya ajal itu datang menerkamnya. Jiu Long semakin bingung. Ia seperti linglung,

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 71 | Petunjuk

    Meskipun sudah mengetahui isi cerita, namun Jiu Long masih tetap terpesona akan kisah itu. Terutama ketika memasuki bagian Shinta kasmaran di taman. Membayangkan kekasihnya, Abhimanyu, yang jauh di rantau, Shinta menumpahkan segenap isi hati dalam tari. Seorang gadis cantik dengan busana kerajaan yang mewah, naik panggung. Ia menari lemah gemulai, indah dan mengundang pesona.Penonton bertepuk tangan.Jantung Jiu Long seakan terhenti. Ia terkejut. Matanya melotot. Ia seakan tak percaya apa yang dilihatnya. Jari-jari tangan gadis itu meliuk-liuk seperti cakar naga, siap memangsa korban di kanan kiri. Jiu Long tahu itulah gerak pembukaan jurus Naga Pamungkas. Sejak kecil gurunya Yu Jin mengajarinya berulang-ulang sehingga Jiu Long sudah sangat hafal dan menguasai jurus pembukaan itu.Saat berikut terdengar suara si gadis melantunkan syair, suaranya mendayu-dayu. Syair rindu seorang gadis yang mabuk cinta. Berbagai rasa bergalau di dalamnya, sedih, gembira, cinta, birahi, rindu, berontak

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 72 | Itulah Jodoh

    Itulah jodoh. Jiu Long tak pernah tahu bahwa dia salah satu murid Partai Naga Emas paling beruntung sepanjang lima dekade akhir. Pendekar Partai Naga Emas terakhir yang mewarisi Inti Naga Emas Pamungkas tidak lain adalah Sepuh Sun Jian yang keberadaannya sekarang masih misterius.Ia masih mengingat-ingat jurus dahsyat itu yang kini sudah lengkap dan sempurna dalam benaknya, mendadak ia terpental terbanting ke tanah. Punggungnya sakit terbentur batu. Capingnya mental. Ia menengadah, memandang lelaki yang membenturnya. Mata lelaki itu melotot memandanginya. "Pengemis buduk, mata kamu buta beraninya nabrak aku."Jiu Long hendak melawan tetapi ia ingat keadaannya sekarang seperti orang awam, tak punya kepandaian silat dan tak punya tenaga Jika melawan, itu hanya mencari gebuk saja. Lebih baik diam, mengalah. Seorang gadis mendekati lelaki itu. "Ayo Kakak, kita jalan terus."Lelaki itu digandeng si gadis. Keduanya pergi. Jiu Long diam terpaku, bibirnya gemetar menyebut nama seseorang, "Jen

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 73 | Menanti Ajal

    Saat itu fajar menyingsing, matahari mengintip di ufuk timur. Pemilik warung mengusirnya, "Hei bangun pengemis buduk, pergi kamu, jangan mengotori tempatku."Jiu Long menyahut. "Biarkan aku bermimpi, kalau aku tidur, aku tak akan bangun lagi. Jika aku bangun, aku tak akan tidur lagi, mati sekarang atau mati besok, sama saja." Jiu Long melangkah gontai, ke mana langkah membawa lubuknya.Tanpa sadar ia berjalan ke arah ketinggian. Ia berjalan terus. Tubuhnya kian melemah. Matahari mulai tenggelam, Jiu Long jatuh tertidur. Bangun dari tidur, dia berjalan lagi. Ia tak tahu berapa lama ia mendaki, siang berganti malam, malam berganti siang. Ia berjalan terus. Ia tak tahu berapa hari lagi sisa hidupnya. Racun dingin lebih sering menyerang, ia menggigil gemetaran.Siang itu ia terbaring menggigil, wajah dan tubuh Jen Ting muncul di benaknya. Wajah cantik dan tubuh molek. Pelukannya yang hangat, bibirnya yang panas membara Jiu Long mengigau menyebut nama Jen Ting. Lalu muncul wajah Gwangsin,

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 74 | Terjatuh ke dalam jurang

    Ia sadar kini jurus pusaka Partai Naga Emas itu sudah jadi miliknya. "Tetapi aku tak lama lagi akan mati, jurus dahsyat ini akan ikut terkubur. Ini tak boleh terjadi, aku harus berjuang hidup, selamatkan jurus ini, menemui Jen Ting dan Gwangsin, membalas kematian orangtua dan guru-guruku. Masih banyak yang harus kukerjakan, aku tak boleh mati!"Jiu Long berlatih terus. Matahari terbenam. Lereng gunung menjadi kelam. Bagai kesurupan Jiu Long berlatih terus. Ketika ia berhenti, mendadak saja ia berteriak kaget. "Bukankah aku sudah kehabisan tenaga, lantas mengapa aku bisa bersilat sepanjang siang? Dari mana datangnya tenagaku, mungkinkah dari jurus pusaka ini."Berpikir demikian, Jiu Long mencoba memukul. Ternyata pukulannya tak mengeluarkan tenaga besar. Sama sekali tak ada tenaga batin. Tetapi ia tak kecewa, ia bahkan gembira, lantaran merasa tubuhnya segar. "Ini pasti berkat latihan Inti Naga Emas Pamungkas tapi apa mungkin cuma setengah hari sudah mendatangkan manfaat sebesar ini."

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 75 | Dasar jurang

    Kini Jiu Long bisa melihat ke bawah. Tak tampak dasar. Embun dan kabut menutupi pandangannya. Ke atas, ia melihat tebing yang terjal dengan permukaan yang licin, mustahil ia bisa memanjat ke atas. Lagipula menuruni tebing jauh lebih mudah dan lebih ringan dibanding memanjat ke atas. Ia memutuskan menuruni tebing, mungkin di dasar jurang ada kehidupan. Ia mengamati dengan teliti dalam radius pendek ia bisa melihat jelas. Tebing di bawahnya tidak rata dan tidak licin. Tampak beberapa batu menonjol, bisa dijadikan pegangan dan pijakan.Manusia memang aneh. Kemarin dan hari-hari sebelumnya, Jiu Long bahkan mencari mati, tak ingin hidup. Tetapi sejak jatuh dari tebing, semangatnya untuk hidup dan menyelamatkan nyawa justru menggebu. Ia ingat nasehat Dewi Obat kepadanya berdua Gwangsin, "Kalian musti tabah, hidup harus diperjuangkan. Jiu Long, jika kamu menetap di sini kamu pasti mati muda, tetapi jika pergi memperjuangkan hidup, adu peluang kamu sembuh dan hidup lanjut. Saat itu kalian bis

Bab terbaru

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 466

    Perempuan itu tampak cantik luar biasa, mataya berbinar- binar dan mulutnya merah merekah. Jiu Long tiba-tiba saja bergairah, ia memberi isyarat pada isterinya. Mayleen menggeleng. "Tak lama lagi kamu sudah harus bertarung, mana sempat lagi. Jiu Long kamu harus bertarung sungguh-sungguh supaya ibu bisa menetap bersama kita, kamu harus menang.""Kamu membela siapa, ayahmu atau suamimu?""Aku membela kamu suamiku, sebab jika kamu menang, aku tidak perlu pulang ke Himalaya selama-lamanya dan ibu bisa menemani kita sampai aku dan Gwangsin melahirkan. Kamu tahu Jiu Long, terkadang aku takut memikirkan saat melahirkan nanti, pasti sakit. Aku akan bahagia jika ibu ada di sampingku. Makanya kamu harus menang."Tidak lama berselang senja pun tiba. Seluruh anggota keluarga hadir, nonton di tepian danau. Tak seorang pun ketinggalan, termasuk Gan Nung, Gan Ning dan keluarga serta murid Partai Naga Emas.Yudistira melangkah santai di atas permukaan danau. Kakinya mela

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 465

    "Boleh saja. Tetapi ada syaratnya. Kamu harus bisa mengalahkan aku dalam pertarungan seru, bagaimana bagus kan syaratnya?"Jiu Long terkejut, apalagi Mayleen. Keduanya berdiri dan memandang dua orangtua itu. "Ayah, apakah aku tidak salah dengar?"Yudistira menjelaskan pertarungan tersebut merupakan bagian dari janjinya pada ayahnya, pendekar Himalaya, Takadagawe. Bagaimanapun juga janji itu harus disempurnakan."Kamu mewakili kakek gurumu, Sun Jian dan aku mewakili ayahku, Takadagawe. Kita tarung, jika kamu menang maka aku akan menetap di sini bersama istriku sampai Mayleen dan Gwangsin melahirkan. Jika aku menang, aku akan tentukan apa yang kumau dan kamu sekeluarga tak boleh ingkar. Aku pikir ini cukup adil.""Tidak bisa begitu, bagaimana mungkin aku harus tarung melawan ayah mertua sendiri, tidak mungkin.""Kamu tidak bisa menghindar, Jiu Long. Ini bagian dari hidup yang sudah kamu jalani, dan bagian dari hidupku juga. Kita bertarung hanya sebat

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 464

    Mendadak saja muncul Yudistira dan Satyawati "Ada kejadian apa? Siapa dua gadis cantik ini?" tanya Satyawati sambil mengamati Hwang Mi Hee dan Jia Li. "Oh kalau kamu, aku pernah melihatmu di Putuo," sambil ia menunjuk Hwang Mi Hee.Jiu Long diam serba salah. Jia Li yang lugu dan berani, menjawab meski sedikit malu-malu, "Kami adalah selir kak Jiu Long."Satyawati terkejut, menutup mulutnya dengan tangan. Tetapi sebelum ibu dan ayahnya mengucap sepatah kata, Mayleen berkata dalam bahasa Himalaya. "Ayah, ibu, aku setuju suamiku mengambil selir. Aku dan Gwangsin berdua tidak mampu melayaninya. Ayah tahu hampir setiap malam bahkan siang juga, suamiku maunya bercinta. Lagipula Jiu Long, Gwangsin dan aku sudah memberitahu mereka, kami berdua adalah isteri sedang mereka berdua hanya selir atau pembantu. Apalagi sekarang aku dan Gwangsin sedang hamil, sudah tentu kami bagaikan permaisuri yang harus dilayani. Sekarang ibu dan ayah mengerti?"Satyawati mengiyakan. "Kamu c

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 463

    Jiu Long berdiri dan menghampiri. Ia memberi hormat dengan menyentuh ujung kaki ayah mertuanya. Yudistira tertawa. Satyawati berdiri di sampingnya ikut tertawa. "Entah sudah berapa kali ia tertawa hari ini, perubahan yang luar biasa," gumam isterinya dalam hati.Sebelah tangan Yudistira memeluk Mayleen, tangan lainnya merangkul Jiu Long. Suara Mayleen terdengar riang, "Ayah, apakah suamiku sudah boleh Memanggil ayah mertua kepadamu?"Yudistira tertawa. "Jiu Long, pergilah memberi hormat pada ibu mertua dan kakak-kakak iparmu"Setelah memberi hormat dan menyalami keluarga isterinya, Jiu Long menghampiri isterinya. Mayleen melompat dan merangkul suaminya. "Aku bahagia sekarang, semua beres. Tak ada lagi ganjalan dalam hatiku, tak ada gundah, tak ada ketakutan, semua sudah selesai dan sesuai keinginanku." Suara Mayleen mesra. Kemudian dia lari menghambur memeluk Gwangsin. "Terimakasih kakak, kamu sudah banyak membantu aku."Keluarga besar itu berangkat kemba

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 462

    Yudistira berkata dingin, "Kamu pintar bicara, apakah kamu sungguh-sungguh mau berkorban jiwa untuk isterimu?""Aku bersungguh-sungguh, aku tak akan melawan, seharusnya aku bunuh diri tetapi aku enggan melakukan perbuatan kaum pengecut. Aku bukan pengecut, aku laki-laki sejati. Inilah jalan yang kupilih, sebagai tanda cintaku kepada putrimu. Tetapi sebagai permohonan terakhir aku minta isteriku dibebaskan dari hukuman, sayangilah dia, cintailah dia." Jiu Long tersenyum pahit.Satyawati dan seluruh keluarga diam terpaku. Keringat dingin. Yudistira menoleh pada putrinya."Kamu mau bicara, bicaralah."Perempuan itu duduk bersanding suaminya, dia merangkul erat lengan suaminya. "Ayah, ibu dan kakak juga kakak ipar, aku ibarat Xionglue yang mencintai suaminya tanpa pamrih. Dalam hidup ini hanya satu kali aku dipilih dan memilih. Aku sudah tentukan pilihanku, dan aku tidak akan bergeser dari pilihanku. Jadi jika ayah membunuh suamiku, maka harus membunuh aku ju

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 461

    Yudistira mendengar semua perkataan Jiu Long, ia tak begitu heran. Sesungguhnya dia tak pernah mengira Jiu Long bisa mengalahkan Wasudeva. Bukankah tadi, beberapa pukulan Wasudeva telak menerpa tubuhnya. Dia masih terpukau dengan jurus yang dimainkan Jiu Long, jurus yang mampu menciptakan pusaran angin topan dingin dan yang terasa sampai radius beberapa tongkat.Ayah Mayleen ini merasa kagum "Ilmu anak muda ini biasa saja, tetapi tenaga dalamnya sudah mencapai tingkat kelas utama. Bagaimana mungkin seorang yang masih muda bisa memiliki tenaga dalam setinggi itu. Waktu aku seusia dia, tenaga dalamku tak sehebat dia," katanya dalam hati.Pada waktu itu, sang nakhoda perahu menghampiri Mayleen yang masih duduk di sisi suaminya. Ia membungkuk memberi hormat."Nona yang mulia, kami sudah terdesak waktu, harus berangkai secepatnya demi menghindari angin topan di laut dekat Malaka. Jika tidak berangkat hari ini, kami harus menunda tujuh hari dan semua pedagang ini akan

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 460

    Memang benar adanya, pikiran Jiu Long terganggu. Beberapa jurus berikutnya, dua pukulan menerpa dada dan pundaknya. Wasudeva berteriak, "Mampus kamu" Wasudeva menambah bobot serangan sambil berkata tajam, "Mayleen akan kupaksa melahirkan anak-anakku, ia kuperkosa dengan kasar setiap hari, tak pernah berhenti dan kamu akan menyaksikan itu dari dalam kuburanmu" Teringat akan sifat angin yang bisa melenyapkan suara apa saja, Jiu Long sadar bahwa dia tidak boleh membiarkan tenaga suara lawan mengganggunya. Dia kemudian meredam suara keras di telinganya dengan mendengarkan desir angin sepoi, "dengarlah suara angin, suara keindahan alam, suara dari alam kemerdekaan."Dia berhasil menetralisir tekanan dan magis sihir suara lawannya. Meskipun demikian dia tetap menangkap kata-kata tajam Wasudeva yang menghina isterinya. Ungkapan jorok dan kasar lawannya itu telah mendorong amarahnya melewati puncak kesabaran.Dalam marahnya secara spontan Jiu Long memutar tubuh bagai gasing, g

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 459

    "Terimakasih atas kemurahan hati paduka tuan, hamba yang rendah hanya butuh sedikit waktu untuk menghilangkan capek." Dia kemudian memainkan empat posisi semadi Angin Es dan Api. Dalam sekejap, uap tipis melayang di atas kepalanya. Hanya dalam waktu yang sangat singkat Jiu Long sudah siap. "Pendekar Wasudeva yang terhormat, silahkan tuan memilih tempat pertarungan."Tenaga dalam Jiu Long sudah pulih seperti sediakala. Ia tidak terluka parah. Hanya kena guncangan yang tidak terlalu berbahaya. Ketika pukulan menerpa pundaknya, saat itu juga tenaga Angin Es dan Api yang melapisi tubuh Jiu Long telah memunahkan sebagian besar pukulan lawan. Itu sebab dia hanya butuh sedikit waktu untuk memulihkan diri.Tadi ketika darah menetes dari ujung mulut Jiu Long, tangan Mayleen dingin, basah dan berkeringat. Sekarang wanita cantik itu tampak tenang, dia percaya kekasihnya akan menyelesaikan kemelut persoalan keluarganya.Yudistira merasa heran bercampur kag

  • Legenda Raja Pendekar   JILID 458

    Jiu Long terkesiap. Jurus lawan itu aneh, pukulan yang mengarah ke kiri mendadak bisa berubah ke kanan, atas menjadi bawah dan sebaliknya. Saat itu Jiu Long masih dalam pemulihan tenaga. Ia bergerak pesat, mengelak jika tahu diri terancam, merunduk dan melompat untuk menghindar, geraknya tidak leluasa karena tenaganya belum pulih. Tendangan Wasudeva menerpa pahanya dan jiwanya kini terancam jurus lawan yang mengarah titik kematian. Dia teringat pesan Sepuh, "jika terdesak, tangkis dan balas menyerang. Jangan bertahan, karena menyerang adalah lebih menguntungkan."Dan Jiu Long tak lagi mengelak, ia balas menyerang. Serangan lawan dibalas serangan. Jiu Long bergerak bagai pusaran, tangan membuat lingkaran, tubuhnya ikut berputar seperti gaya menari.Tujuh kali terdengar bentrokan tangan. Wasudeva merasa pukulannya membentur tembok yang bersifat membal. Dia heran bagaimana mungkin seorang yang sudah terluka tenaga dalamnya masih punya tenaga sehebat itu. Hal ini membuat d

DMCA.com Protection Status